Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Kriteria Diagnosa
:
1.
2.
3.
4.
Diagnosa Banding
Kehaliman ektopik
Hipermenore
Abortus mola hidatidosa
Mioma uteri bertangkai
:
Diperlukan pada abortus imminens, abortus
habitualis dan missed abortion
a.
pemeriksaan doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup, menentukan
prognosis
b.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan darah
Standar tenaga
Perawatan RS
I. Abortus imminens
a.
Istilah baring, tidur baring merupakan unsur
penting dalam pengobatan karena cara ini
menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus
dan berkurangnya rangsang mekanis.
b.
Penobarbital 3 x 30 mg sehari dapat diberikan
untuk menenangkan penderita.
c.
Tokolitik
d.
jam
e.
Antiprostaglandin 3x500mg
Kosongkan uterus
3.
4.
Amoxycicillin 4500 5 hr
Infeksi
Perforasi
Penyulit
Pemberian uterotonik
Kuretase secara sistematis dan lege artis.
Informed Consent
Konsultasi
Tidak ada
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Output
Sembuh
PA
Otopsi
1.
Cuningham F.G.MD, Mac Donald P.C.MD,
Garet N.F.MD, Abortion, William Obstetric 18ed,
Applenton & Large Connecticut p.489-509
2.
Jones, G.C. Jones H.W. Infertility recurret dan
spontaneous abortion, In: Novaks Textbook of
Gynaecology, tenth edition, p.659-730 William &
Wilkins, Baltimore/London 1961
3.
Pritchard Abortion, In: William Obstetrics (ed
by Prichard and Mac Donald 16th ed.537-618, Apleton
Century Crofs, New York 1980
Wiknjosastro H. Sumapraja S, Prawirohardjo S.
Kelainan dalam lamanya kehamilan In: Ilmu
Kebidanan, Edisi II, hal 258-277, Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta 1981
4. lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan
RSUdr Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan
terapi Edisi III 2008
Referensi
KEHAMILAN EKTOPIK
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Kriteria Diagnosa
a.
kehamilan abdominasi
b.
c.
d.
e.
kehamilan ovarialal
f.
g.
kehamilan komu
h.
kehamilan serviks
Anamnesis
a.
Amenorea atau terlambat haid
b.
Timbul sinkop dan gejala abdomen akut.
Keadaan ini disebabkan pendarahan intra peritoneal
yang mendadak serta terjadinya hipovolemia pada
sirkulasi.
c.
Nyeri perut, terutama nyeri unilateral. Gejala
ini spesifik untuk kehamilan tuba, tetapi nyeri bisa
juga bilateral, dibawah perut pada 20-25% penderita
ada juga yang mengeluh nyeri bahu. Keadaan ini
timbul jika pendarahan peritoneum sudah
mengiritasi diafragma.
d.
Pendarahan vagina atau sepoting. Gejala
pendarahan dan atau pendarahan bercak ini timbul
hampir pada 75% kasus yang timbul 1 atau 2 minggu
setelah keterlambatan haid. Sekalipun demikian
riwayat keterlambatan haid 6 8 minggu sebelum
gejala sakit perut atau pendarahan vagina.
e.
Tanda-tanda syok
b.
Hipotensi
Takikardi
Pucat, ekstremiktas dingin
Abdomen akuta
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
penunjang
a.
b.
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar hemoglobin, leukosit
Tes kehamilan bila baru terganggu
Ditalasi
Kuretase.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan Kuldosentesis
Pemeriksaan Laparoskopi
Perawatan RS
Segera dirawat
Terapi
Kehamilan Abdominal:
Bila mudah kantung dan plasenta diangkat
Penyulit
Informed Consent
Perlu
Konsultasi
Bagian bedah
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Optimal 6 minggu
Output
PA
Otopsi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Referensi
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
No.Dokumen
.
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Ditetapkan,
Direktur
Halaman
1 dari 2
Kriteria Diagnosa
Diagnosa Banding
Definisi
Pemeriksaan
penunjang
Urine
Liver fungsi
Standar tenaga
Perawatan RS
Segera
Terapi
Penyulit
Informed Consent
Perlu
Penyakit Dalam
Penyakit Jiwa
Spesialis Saraf
Konsultasi
Lama Perawatan
Ringan
Berat
telah didapat.
Masa Pemulihan
Output
1.
: 7 hari
: Tergantung dengan penyulit yang
PA
Tidak ada
Otopsi
1.
Referensi
Nama Penyakit
ABORTUS
Definisi
Abortus habitualis:
Adalah keadaan dimana terjadinya abortus
tiga kali berturut-turut atau lebih.
Kriteria Diagnosa
Diagnosa Banding
Pemeriksaan Penunjang :
Standar Tenaga
Perawatan RS
Terapi
I. Abortus imminens
f.
Istilah baring, tidur baring merupakan
unsur penting dalam pengobatan karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanis.
g.
Penobarbital 3 x 30 mg sehari dapat
diberikan untuk menenangkan penderita.
II. Abortus insipiens :
Dengan kehamilan < 12 minggu yang
biasanya disertai dengan pendarahan.
Penanganan terdiri atas pengosongan uterus
dengan segera. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam ovum disusulkan dengan
kerokan.
III. Abortus inkompletus
Disertai syok karena pendarahan, segera
diberikan infus intra vena NaCl fisiologi atau
cairan Ringer yang selakas mungkin dan
disusul dengan darah. Setelah syok diatasi,
dilakukan kerokan pasca tindakan disuntikkan
intramuskuler ergometrin untuk
mempertahankan kontraksi otot uterus..
IV. Abortus kompletus
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya
menderita anemis perlu diberikan sulfas
ferrosus dan dianjurkan supaya makanannya
banyak mengandung protein, vitamin dan
mineral.
V. Missed abortion
Kadar fibrinogen normal, jaringan
konsepsi dapat segera dikeluarkan.
Sebaiknya bila kadar fibrinogen rendah,
perbaiki dulu dengan cara memberikan
fibrinogen kering atau darah segar.
Setelah perbaikan lakukan kuretase.
Tindakan kuretase pada missed abortion
tidak jarang menghadapi kesulitan karena
plasenta melekat erat dengan dinding uterus.
Untuk itu perlu ekstra hati-hati.
Ada 3 penyulit:
d.
Anemia
Biasanya anemia post hemorragia.
Pengobatannya adalah pemberian darah atau
komponen darah.
e.
Infeksi
Perforasi
Penyulit
artis.
10 Informed Concent
11 Konsultasi
Tidak ada
12 Lama Perawatan
13 Masa pemulihan
14 Output
baik
15
.
PA
16 Otopsi
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
:
:
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
Infeksi
Kematian janin, karena infeksi atau
prematuritas.
Penyulit
Informed Consent
Konservatif : Sangat tergantung pada usia
kehamilan, lamanya air ketuban keluar, keadaan
umum pasien.
Aktif : partus per vaginam 3- 4 hari,
Seksio sesarca :7/ hari.
Konsultasi
Lama Perawatan
3-5 hari
Masa Pemulihan
2 minggu
Output
Sembuh total
PA
Otopsi
1.
2.
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Kehamilan multiple
Hidramnion
Anomaly uterus
kali
Iritabilitas uterus
Minor :
riwayat pielonefritis
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
istirahat baring
1.
Terbutalin (Bricasma)
Per infus : 10-25 ug/menit (maksimal 80 ug/menit)
Magnesium sulfat
Parenteral : 4-6 g/iv : pemberian bolus selama 20-30
menit infuse 2-4 g/jam (rumatan)
Efek samping : edema paru, letargia, nyeri dada,
depresi pernapasan (pada ibu dan bayi)
1.
Janin sungsang
Gawat janin, bila syarat per vaginam tidak
terpenuhi
perdarahan intracranial
trauma persalinan
sepsis
gangguan neurology
Penyulit
Informed Consent
Perlu, tertulis
Konsultasi
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
PA
Otopsi
1.
lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit
kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman
diagnosis dan terapi Edisi III 2008
2.
Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF
Hypertensiv disorder in pregnancy. William obstetric
20th Ed 718-723, 1997
Referensi
PERDARAHAN
ANTE PARTUM
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Kriteria Diagnosa
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Perokok
Hipertensi
Multi paritas
Pemeriksaan:
Keadaan tensi, nadi, pernafasan.
Obstetrik :
Periksa luar
:
Bagian bawah janin belum /sudah masuk BAP.
Solusio plasenta
Batasan : terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada fundus uteri/corpus uteri sebelum janin
lahir.
a.
Ringan:
Sedang:
c.
Berat:
Kardiotokografi
Pemeriksaan
penunjang
USG
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
Tirah baring
Atasi anemia
Aktif
a.
Resusitasi cairan
Atasi anemia ( transfusi darah)
PDMO:
Plasenta previa : partus per abdominal
resusitasi cairan
Atasi anemia
PDMO
Solusio Plasentae
Plasenta Previa
C.
Vasa Previa
Janin mati : partus per vaginam
Terdapat Renjatan
Solusio plasenta
1.
Plasenta previa
Penyulit
A. Karena penyakit:
Pada ibu:
Renjatan
Gagal ginjal akut/akut tubular nekrosis
DIC ( Disseminated Intra vascular Coagulation)
Plasenta acreta
Atonia uteri Uterus coubelaire
Pendarahan pada implantasi uterus di segmen
bawah.
Pada Janin:
Asfiksia
BLLR
RDS
B. Karena Tindakan/terapi
Pada Ibu :
Reaksi tranfusi
Kelebihan cairan
Renjatan
Infeksi
Pada Janin :
Asfiksia
Infeksi
Informed Consent
Konsultasi
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Output
PA
Otopsi
Referensi
RUPTURA UTERI
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
No.Dokumen
.
Tanggal
Revisi 0
Ditetapkan,
Halaman
1 dari 2
Terbit :
Definisi
Direktur
Diagnosa Banding
Mola destruens
Kehamilan ektopik lanjut terganggu
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Sepsis
Renjatan Irreversibel
Terapi
Penyulit
Informed Consent
Perlu
Konsultasi
Lama Perawatan
1 minggu
Masa Pemulihan
3 bulan
sembuh total
sembuh parsial
Fistula vesiko-vagina.
Output
PA
Otopsi
Referensi
ABSES TUBO OVARIAL
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Kriteria Diagnosa
Diagnosa Banding
abses peri-apendikuler.
mioma uteri.
hidrosalping.
perforasi apendik.
Pemeriksaan
penunjang
X foto abdomen dilakukan bila ada tandatanda ileus, dan atau curiga adanya masa di
adneksa.
70% kasus.
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
k/p dilanjutkan laparatomi : SO unilateral, atau
pengangkatan seluruh organ genitalia interna.
ATO yang pecah, merupakan kasus darurat :
dilakukan laparatomi, pasang drain, kultur nanah.
Konsultasi
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
2 minggu
Output
PA
Perlu
Otopsi
Referensi
Definisi
Kriteria Diagnosa
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Meteorismus.
3.
Febris.
4.
1.
2.
His hilang.
3.
4.
didorong ke atas.
5.
vagina.
IV. Tanda-tanda gawat janin.
1.
2.
ireguler.
3.
yang konvulsive).
Keadaan umum Ibu :
1.
Dehidrasi
2.
Panas
3.
Meteorismus
4.
Syok
5.
Anemia
6.
Oliguria.
II. Palpasi
1.
2.
3.
III.
Takikardi / bradikardi
Ireguler
IV.
Pemeriksaan dalam
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
penunjang
Laboratorik, USG
Standar tenaga
Perawatan RS
Perawatan Bertujuan :
I. Memperbaiki keadaan umum ibu
1.
2.
3.
4.
Pemberian kalori.
5.
Pemberantasan infeksi.
6.
Penurunan panas.
II.
l.
Sebab kemacetan.
2.
: 500 cc
Dextrose 5 10 %
: 500 cc
Pembukaan lengkap
Ibu .
1. Infeksi sampai sepsis.
2.
3.
4.
5.
II. Anak
1.
2.
Trauma persalinan :
Informed Consent
Perlbelum tindakan
Konsultasi
Lama Perawatan
3-7 hari
Masa Pemulihan
2 minggu
Output
baik
PA
Otopsi
Referensi
732.
LETAK SUNGSANG
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN
MEDIS
Revisi 0
Tanggal Terbit :
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
letak bokong
b.
c. letak kaki
Definisi
Kriteria Diagnosa :
Pemeriksaan fisik.
1. Palpasi
Leopold I
Leopold II
: teraba punggung disatu sisi, bagianbagian kecil disisi lain. Leopold III dan IV: bokong teraba
dibagian bawah rahim.
2. Ultrasonografi
Dipertahankan untuk :
Diagnosa
Banding
Letak kepala
Pemeriksaan
penunjang
USG, X FOTO
Standar tenaga
Perawatan RS
Inpartu
.
Antenatal
Terapi
primigravida
multigravida ( Kala I )
c.
Primi
Multi
Pernah su
x
Tidak
>2x
EFW
3176
> 3630
> 3176
Usia Kehamilan
mg
> 39 mg
< 37 mg
Stasion
2
< -3
4
Dilatasi
3
3629-
38
: persalinan pervaginam
Penyulit
Informed
Consent
Perlu
Konsultasi
Lama Perawatan
3-7 hari
Masa Pemulihan
2 minggu
Output
Baik
PA
Otopsi
Referensi
POST DATE
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Tanggal Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Kriteria Diagnosa
Persalinan aterm
Diagnosa Banding :
Pemeriksaan
penunjang
USG :
plasenta.
kehamilan 35 minggu.
Dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan Skor
pelvik ( PS ) menurut cara Bush op.
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
Amniotomi :
Amniotomi :
baik
-> Penilaian kesejahteraan
secara ini > sampai induksi persalinan
memungkinkan.( PS > 5 )
3. Penilaian Kesejahteraan Janin baik
Bila Skor pelvik : matang ( > 5) drip oksitosin tanpa
amniotomi.
Bila Skor pelvik belum matang ( PS < 5).
Tunggu dengan melakukan penilaian janin secara seri,
dilakukan NST sekurangkurangnya 1 x seminggu s/d
PS > 5 untuk dilakukan drip oksitosin.
Bila hasil penilaian kesejahteraan janin secara seri
ragu-ragu atau jelek lihat bagan penilaian
kesejahteraan janin ragu-ragu atau jelek.
CATATAN:
1. Bila drip oksitosin dinyatakan gagal pada kasuskasus dengan amniotomi dilakukan seksio sesar, pada
kasus-kasus tanpa amniotomi keesokan harinya
dilakukan penilaian kesejahteraan janin ulang
kemudian dilihat hasil penilaian kesejahteraan janin
dan diikuti bagan skema penilaian kesejahteraan janin
seperti diatas.
2. Yang dimaksud dengan hasil penilaian
kesejahteraan janin ialah has il NST, dan jumlah cairan
ketuban.
3. NST belum tersedia di RSUIT
Penyulit
Informed Consent
Sebelum tindakan
Konsultasi
Pediatric
Lama Perawatan
3-5 hari
Masa Pemulihan
2 minggu
Output
Baik
PA
Otopsi
Referensi
VAGINOSIS BAKTERIAL
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Kriteria Diagnosa
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
1.
1.
Penyulit
Informed Consent
Konsultasi
Lama Perawatan
3-5 hari
Masa Pemulihan
Seminggu
Output
Baik
PA
Otopsi
Referensi
1.
2.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Kriteria Diagnosa
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan parasit, pH
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
Penyulit
Informed Consent
Konsultasi
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
1 minggu
Output
Baik
PA
Otopsi
1.
1.
Referensi
VULVOVAGINAL KANDIDIASIS
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Kriteria Diagnosa
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
penunjang
KOH
Standar tenaga
Perawatan RS
1.
1.
1.
1.
Terapi
Penyulit
Informed Consent
Konsultasi
Lama Perawatan
3-7 hari
Masa Pemulihan
2 minggu
Output
Baik
PA
Otopsi
1.
Referensi
PROLAP UTERI
No.Dokumen
.
Tanggal
Terbit :
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
1.
2.
3.
4.
Definisi
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Kriteria Diagnosa
Diagnosa Banding
Kontipasi
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Bila operatif
estrogen
ISK
Informed Consent
Sebelum tindakan
Konsultasi
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
2 minggu
Output
Baik
PA
Otopsi
Referensi
1.
bab 21 p321-350
INFERTILITAS
No.Dokumen
.
Tanggal
Terbit :
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Kriteria Diagnosa
Diagnosa Banding
Analisis sperma
Laparaskopi-histeroskopi
Uji pasca senggama
Histerosalfingogrfi (HSG)
Pemeriksaan panas badan basal/ body basal
temperatur
Biopsi endometrium
.
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
Penyulit
Informed Consent
Konsultasi
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Output
PA
Otopsi
1.
Referensi
DISTOSIA
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Kriteria Diagnosa
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
: 8 jam
Fase akselerasi
: 2 jam
: 2 jam
: primigravida 1 ,5 jam
Multigravida 1 jam
Parameter untuk menilai proses kemajuan persalinan
:
Persalinan normal adalah proses yang
progresif yang berlangsung dalam batas waktu
tertentu. Apabila batas waktu tersebut dilampui
tanpa diikuti oleh kemajuan proses persalinan maka
dianggap telah berlangsung persalinan abnormal dan
distosia.
Apabila telah dilakukan analisa proses kemujuan
persalinan dan dijumpai distosia , maka harus dicari
penyebab distosia yang mungkin berasal dari salah
satu faktor ataupun gabungan dari beberapa faktor
berikut :
Kelainan tenaga
Kelainan janin
Kelainan jalan lahir
Diagnosa banding
:
USG
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
:
Disesuaikan dengan sebab distosia, misalnya :
Akselerasi persalinan
Ekstraksi
Sc
Terapi
Penyulit
Ibu
: partus lama, infeksi intrapartum, ruptura
uteri, fistula, perlukaan jalan lahir
Konsultasi
Lama Perawatan
42 hari untuk persalinan pervaginam
3 bulan untuk sc
Masa Pemulihan
Output
PA
Otopsi
Referensi
KANKER SERVIKS
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
Definisi
Kriteria Diagnosa
Ca endometrium
Ca ovarium
Diagnosa Banding
:
Pap smear
Kolposkopi
Biopsi
Dilatasi dan kuretaseboratorium
Konisasi
Labortorium
Radologi
Usg
Endoskopi
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
Tergantung stadium
Stadium I sampai IIa Histerektomi Radikal dan getah
bening pelvis ( operasi radikal Wetheim), kadang
perlu tambahan ajuvan sitostatika atau radiasi
tergantung temuan saat operasi atau PA
Stadium IIb sampai III pengobatan/ penyinaran /
radioterapi dan atau sitostatika
Konsultasi
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Output
PA
Otopsi
1.
Referensi
MIOMA UTERI
No.Dokumen
.
STANDAR
PELAYANAN MEDIS
Definisi
Tanggal
Terbit :
Revisi 0
Halaman
1 dari 2
Ditetapkan,
Direktur
1.
2.
3.
4.
v Gejala klinis :
bisa tanpa gejala
rasa penuh atau berat di perut bagian bawah
atau benjolan yang padat dan kenyal.
gangguan haid atau perdarahan abnormal
uterus (30%) : menoragi, metroragi, dismenore
gangguan akibat penekanan tumor :
disuria/polakisuri, retensio urine, overflow
incontinence,konstipasi, varices, edema tungkai
v Palpasi abdomen : tumor daerah atas pubis atau
abdomen bagian bawah padat kenyal, berdungkul,
tidak nyeri, berbatas jelas mobil bila tidak ada
perlekatan
v Pemeriksaan bimanual bisa menyatu atau
berhubungan dengan rahim
Kriteria Diagnosa
:
Kehamilan
Neoplasma ovarium
Endometriosis
Kanker Uterus
Kelainan bawaan rahim
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
1.
aneminya dikoreksi
1.
diit TKTP
operatif
Bila masih ingin anak : miomektomi
Penyulit
Informed Consent
Konsultasi
Tidak ada
1 hari pasca D/K
6 hari pasca histerektomi, miomektomi
Lama Perawatan
2 minggu pasca D/K
6 Minggu pasca histerektomi miomektomi
Masa Pemulihan
Sembuh tanpa komplikasi
Penyakit berulang kembali pasca miomektomi
Output
PA
Otopsi
No.Dokumen
.
Halaman
1 dari 2
Revisi 0
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR PELAYANAN
MEDIS
Definisi
Tanggal Terbit :
Kriteria Diagnosa
Diagnosa Banding
:
:
Kelainan organik
Kelainan hematology
Standar tenaga
Perawatan RS
Pemeriksaan
penunjang
2.
Pendarahan bercak pra haid Progesteron 5- 10
mg hari ke 17 26 siklus
3.
Polimenorea : progesteron 10 mg hari ke 18
25 siklus
1.
PUD Anovulasi:
Menghentikan pendarahan segera
Kuret medisinalis:
1.
Anovulasi stimulasi CC
2.
Hiperprolakstin bromokriptin
3.
Polikistik ovarii kortikosteroid lanjutan
stimulasi CC.
Setelah darah berhenti atau siklus:
a.
b.
c.
Polikistik ovarii kortikosteroid lanjutan
stimulasi CC.
Pendarahan banyak anemia ( PUD berat)
Estrogen konjungsi 25 mg intravena diulang
Penyulit
Informed Consent
Konsultasi
Pasca dilatasi kuretase suntikan estrogen IV, rawat
2 3 hari.
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Output
Baik
PA
Otopsi
Tidak ada
Referensi
RADANG PANGGUL
(PELVIC INFLAMATORY DISEASE)
No.Dokumen
.
Halaman
1 dari 2
Revisi 0
Ditetapkan,
Direktur
STANDAR PELAYANAN
MEDIS
Tanggal Terbit :
Definisi
Kriteria Diagnosa
2.
3.
4.
5.
1.
tanpa reboun
2.
3.
B.
Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda
dibawah ini :
1.
2.
Suhu diatas 38 C
3.
4.
Adanya pus dan kavun peritonel yang didapat
dengan kuldosentesis maupun laparoskopi
5.
Adanya abses pelvik dengan pemeriksaan
bimanual maupun USG
Di RSUI ORPEHA TULUNGAGUNG tidak dilakukan
pemeriksaan diagnostik dengan laparoskopik.
Berdasarkan rekomendasi Infection Disease Society
for Obstetrics & Gynecology, USA, Hager membagi
derajat radang panggul menjadi :
Derajat I
: Radang panggul tanpa penyakit
( terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau
tanpa pelvio-peritonitis.
Derajat II
: Radang panggul dengan penyulit
( didaptkan masa radang, atau abses pada kedua
tuba dan ovarium ) dengan atau tanpa pelvioperitonitis.
Derajat III
: Radang panggul dengan
penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya
abses tubo ovarial
1.
2.
3.
4.
Endometriosis
5.
Apendisitis
Diagnosa Banding
Pemeriksaan
penunjang
Standar tenaga
Perawatan RS
Terapi
Ovarial ).
Penyulit radang panggul dapat dibagi :
1.
Penyakit segera
Penyulit segera pads radang panggul ialah
pembentukan abses dan peritonitis, perihepatitis
( Fits-Hugh Curth Syndrome ) dan sakrolitis.
2.
Masa Pemulihan
7-14 hr
Output
PA
Otopsi
1.
Faukner.S dan Soman M.Pelvic Inflammatory
Disease manual of , outpatient Gynecology. Little
Brown & Co, 1986, p.29-38.
2.
Hare M.J,.Genital Tract Infection in Women.
Churenhil Livingstone, New York, 1988.
3.
Jones H.W, Wentz A.C. et al. Novak Textbook of
Gynecology, 11`h edition, William & Wilkins 188,
p.507-524.
4.
Hacker F.N, Moore J.G. Essential of Obstetrics
and Gynecology. W.B.Saunders Company 1986,
p.304-310.
5.
Handaya. Etiologi dan diagnosis penyakit
radang pelvik. Seminar, radang Pelvik, Jakarta
Oktober 1987.
6.
Khoo S.K. Pelvik Inflammatory Disease. Journal
of Paed.Obs &` Gynecology, Nov/Des, 1986, p.29-39.
7.
Mattingley, R.F. Te Lindes Operative
Gynecology. Sixth Ed. Harper & Row Publ, Asia 1985.
Referensi
8.
Moh. Dikman Angsar, Diagnosa Radang
Panggul. Simposium Penyakit Radang Panggul Pelvik,
Denpasar 1988, hal.7-12.
ASUHAN ANTENATAL
No. Revisi
Halaman
No. Dokumen
Tanggal terbit
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
Prosedur
a.
Memeriksa GCS, ada tidaknya anemia, ikterus, sianosis,
sesak, mengukur tinggi badan, memeriksa keadaan organ vital
secara sistematis dan singkat
3.
ASUHAN ANTENATAL
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
.2. Menentukan Umur Kehamilan dengan Cepat
a.
Menghitung umur kehamilan dengan rumus Naegele.
b.
Melakukan ulangan anamnese bila ada perbedaan
umur kehamilan.
c.
3.1.2.
Mengusulkan perneriksaan USG dan NST bila
diperlukan
3.1.3.
Mengusulkan pemeriksaan tambahan, konsultasi dan
tindakan.
3.1.4.
Kunjungan berikutnya :
partus.
b)
3.2.1.
nya.
3.2.2.
SC.
No. Revisi
Halaman
Unit terkait
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Suatu urutan tindakan untuk melakukan pemeriksaan DJJ janin
dengan alat doppler.
Pengertian
Untuk mengetahui Detak Jantung Janin pada Ibu Hamil yang
merupakan tanda pasti kehamilan dengan janin hidup.
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
1.
Prosedur
Persiapan
No. Revisi
Halaman
PERTOLONGAN PERSALINAN
KALA II
No. Dokumen
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
1/2
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Pertolongan persalinan yang dimulai saat pembukaan servic
lengkap dan
berakhir saat bayi dilahirkan.
Pengertian
Sebagai pedoman agar setiap persalinan Kala II fisiologis
dikerjakan secara benar.
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
Prosedur
1. Persiapan
1.1.
Satu set partus pak.
1.2.
1.3.
Gelas ukur.
1.4.
Bengkok.
1.5.
Timba.
1.6.
1.7.
Tempat kotoran.
1.8.
1.9.
2. Pelaksanaan
2.1.
Penolong berada di depan vulva/disamping kanan
pasien.
2.2.
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2 Agustus 2008
2.3.
Memberi penjelasan pada pasien proses persalinan
dan langkah yang akan dikerjakan serta cara mengejan yang
benar.
2.4.
2.5.
Melakukan anestesi lokal infiltrasi pada tempat
eposiotomi menggunakan lidocain 1%.
2.6.
tipis.
2.7.
2.12.
2.13.
Membersihkan badan bayilmemandikan dan
kemudian membungkusnya.
(MELAHIRKAN PLASENTA)
No. Dokumen
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Pertolongan persal.inan yang dimulai saat bayi lahir dan
berakhir
pada.kelahiran plasenta dan selaput janin.
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
1. Persiapan
1.1. Nelaton atau folley cateter.
1.2. Kapas savlon.
1.3. Bengkok.
1.4. Gelas ukuran.
1.5. Timba.
1.6. Bahan dekontaininasi (larutan lysol 0.5 %).
1.7. Tempat plasenta.
2. Pelaksanaan
2.1. Penolong berada didepan vulva atau sampaing kanan
pasien
2.2. Memasang duk steril untuk menutup daerah vulva
2.3. Melakukan vulva hygiene dengan kapas savlon
2.4. Mengosongkan kandung kemih dengan katheter
Halaman
2/2
No. Dokume
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2.5. Melakukan observasi tanda pelepasan plasenta dengan
memperhatikan parameter sebagai berikut 2.5.1 Perut ibu
Glubuler/cembung
2.5.2 Tali pusat menjulur sedikit
2.5.3 Keluar darah baru dari vagina
2.6 Melakukan tes separasi dengan cara merenggangkan tali
pusat dengan tangan kanan, menekan fundud uteri dengan
tangan kiri, bila tali pusat tidak tertarik ke dalam artinya
plasenta sudah lepas atau separasi.
2.7. Bila plasenta sudah separasi, lahirlah plasenta dengan
menekan fundus uteri ke arah bawah. Tali pusar ditarik pelan
sampai plasenta lahir.
2.8 Melakukan message uterus sampai terasa ada kontrasi
2.9 Memeriksa plasenta apakah ada yang tertinggal
PADA PERSALINAN
No. Revisi
Halaman
1/3
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Ditetapkan
Direktur
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Tanggal terbit
Halaman
2/3
No. Revisi
1
Halaman
3/3
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3. Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium
uteri pada persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi
selama 2 jam. Untuk menilai kemajuan ini seyogyanya
dilakukan 1 orang.
4. Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi
penyebab terjadinya hal tersebut. Bila persalinan pervaginam
tidak mungkin atau tidak terjadi kelainan letak, maka
dilakukan seksio caesarea.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
01/MED/15
No. Revisi
1
Halaman
1/5
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tanggal terbit
Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan
pada suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
1. Indikasi Relatif (Efektif, Profilaktif)
1.1. Ekstraksi cunan yang bila dikerjakan akan menguntungkan
ibu ataupun janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan
merugikan, sebab bila dibiarkari, diharapkan janin akan lahir
dalam 15 menit berikutnya.
1.2. Indikasi Relatif dibagi menjadi :
1.2.1. Indikasi De Lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala
sudah di dasar panggul, putaran paksi dalam sudah sempurna,
levator ani sudah terenggang, dan syaratsyarat ekstrasksi
cunam lainnya sudah dipenuhi. Ekstraksi cunam atas indikasi
elektif, di negara-negara Barat sekarang banyak dikerjakan,
karena dinegara-negara tersebut banyak dipakai anestesia
atau conduction analgesia guna mengurangi nyeri dalam
persalinan. Anestesia atau conduction analgesia
menghilangkan tenaga mengejan, sehingga persalinan harus
diakhiri dengan ekstraksi cunam.
Prosedur
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
No. Revisi
1
Halaman
2/5
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
1.2.2. Indikasi Pinard Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat
sama dengan indikasi de lee, hanya di sini Pasien harus sudah
mengejan selama 2 jam.
1.2.3. Keuntungan Indikasi Profilaktik, ialah :
1.2.3.l.
berlebihan.
4.3.
Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah
terjadi engagement).
4.4.
4.5.
Janin hidup.
4.6.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
No. Revisi
1
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
5. Persiapan
5.1.Persiapan untuk lbu.
Halaman
3/5
5.1.3.
5.1.4.
Desinfeksi vulva.
5.1.5.
5.1.6.
5.1.7.
5.1.8.
Gunting episiotomi.
5.1.9.
5.1.10.
5.2.
Uterotonika.
Persiapan untuk Janin.
Mencuci tangan.
secara
cermat apakah semua persiapan tersebut telah lengkap.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
No. Revisi
1
Halaman
4/5
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
6. Teknik
6.1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan
panggul ibu pada waktu cunam tersebut dipasang, maka
pemasangan cunam dibagi :
6.1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang
terhadap kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu
panjang cunam sesuai dengan diameter mentooksipitalis
kepala janin, sehingga daun cunam terpasang secara simetrik
di kiri kanan kepala.
6.1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah
pcmasangan cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai
dengan sumbu panggul.
Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam
terpasang bilateral kepala dan melintang panggul. Hal ini
hanya terjadi bila kepala janin sudah dipintu bawah panggul
dan ubun-ubun kecil berada di depan di bawah simfisis.
Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna
(ideal) ialah bila :
6.1.2.l.
tangkai cunam
6.1.2.2.
tersebut.
6.1.2.3.
kepala.
6.2.7.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen
No. Revisi
1
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
Halaman
5/5
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen
Tanggal terbit
No. Revisi
1
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan
ekstraksi
tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.
Pengertian
Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat
menyelamatkan
jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum
atau
ventouse.
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
Prosedur
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
2/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2.2. Janin.
2.2. 1. Gawat Janin (masih kontroversi)
3. INDIKASI KONTRA
3.1. Ibu
3. l. l. Ruptura uteri membakat.
3.1.2.
EKSTRAKSI VAKUM
No. Revisi
1
Halaman
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
.
1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah
pemasangan cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai
dengan sumbu panggul.
cunam
1.2.2. Ubun-ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.
1.2.3. Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.
2. Cara Ekstraksi Cunam.
Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :
2.1.
Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan
dipasang.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
4/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
TINDAKAN OPERATIF
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Suatu tindakan yang
bertujuan untuk segera melahirkan / mengeluarkan plasenta
dari rongga rahim.
Pengertian
Segera melahirkan/mengeluarkan plasenta dari rongga rahim
sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu.
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
Prosedur
1. PERASAT CREDE
1.1. Perasat crede bermaksud melahirkan plasenta yang
belum lahir secara ekspresi.
2. Syarat
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen
No. Revisi
1
Halaman
2/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3.2. Perasat crede memang banyak menimbulkan
kontroversi. Ada
beberapa alili yang berpendapat bahwa perasat ini berbahaya
karena menimbulkan karena menimbulkan tromboplastin atau
fibrinolis okinase yang mengakibatkan koagulopati. Kalangan
lain mengatakan baliwa hal tersebut tidak mengatakan bahwa
hal tersebut tidak terbukti dan menganggap perasat crede
yang dilakukan secara artis artinya tanpa paksaan tetap
berguna.
3.3. Perasat crede dapat dicoba sebelum meningkat pada
pelepasan plasenta secara manual.
4. PELEPASAN PLASENTA SECARA MANUAL
4.1. Indikasi
4.1.1. Retensio plasenta dan pendaralian banyak pada kala
uri yang tidak dapat diberhentikan dengan uterotonika dan
masase.
4.2. Pelaksanaan
4.2.1. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual
dilakukan dalam narkose, karena relaksasi otot mernudahkan
pelaksanaannya. Sebaiknya juga dipasang infus garam
fisiologik sebelum tindakan dilakukan. Setelah disinfeksi
tangan dan vulva, termasuk daerah sekitarnya maka daerah
labia dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan
dimasukkann secara obsterik ke dalam vagina.
4.2.2. Tangan kiri sekarang menahan fundus untuk
mencegah kolpaporeksis tangan kanan dengan gerakan
mernutar-rnutar menuju ostium uteri dan terus ke lokasi
plasenta, tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar tidak
terjadi false route.
4.2.3. Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan
oleh asisten. Setelah tangan dalam sampai ke plasenta maka
tangan tersebut pergi ke pinggir plasenta dan mencari bagian
plasenta yang sudah lepas untuk menentukan bidang
pelepasan yang tetap. Kemudian dengan sisi tangan sebelah
kelingking plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian
plasenta yang sudah terlepas dan dinding ralrim dengan
gerakan yang sejajar dengan dinding
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen
01/MED/17
No. Revisi
1
Halaman
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2 Agustus 2008
Walaupun orang takut bahwa pelepasan plasenta
meningkatkan insidensi infeksi tidak boleh dilupakan bahwa
perasat ini justru bermaksud menghemat darah dan
menangguhkan kejadian melahirkan plasenta paling lama 30
menit setelah anak lahir.
4.2.4. Kesulitan yang mungkin dijumpai waktu pelepasan
plasenta secara manual ialah adanya lingkaran konstriksi,
yang hanya dapat dilalui dengan diatasi oleh tangan dalam
secara perlahan-lahan dan dalam narkosis yang dalam. Lokasi
plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar
dilepaskan daripada lokasi pada dinding belakang. Ada
kalanya plasenta tidak dapat dilepaskan secara manual seperti
halnya pada plasenta akreta.
4.2.5. Plascnta akreta ditanggulangi dengan histerektomi.
Setelah pelepasan plasenta secara manual sebaiknya pasien
diberi antibiotika apalagi kalau kehilangan darah banyak.
4.2.6. Post tindakan dapat dilakukan eksplorasi uterovaginal,
dengan inspeculo dilihat portio uteri, fornix posterior, anterior
dan lateral, kemudian dilihat dinding vagina.
.
5.
EKSPLORASI RONGGA RAHIM
5.1.
Indikasi
5.1.1. Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta
lahir tidak lengkap), setelah operasi vaginal yang sulit seperti
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
4/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
5.2. Penatalaksanaan
5.2.1. Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan
plasenta secara manual dan mencari sisa plasenta yang
seterusnya dilepaskan atau meraba apakah ada kerusakan
dinding uterus. Untuk menentukan robekan dinding rahim
eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil
melepaskan plasenta secara manual
PROSEDUR
No. Revisi
Ditetapkan
Halaman
Tanggal terbit
Direktur
.
TETAP
Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala
nifas dini yaitu perdaralran lebilr dari 500 cc setelah plasenta
lahir sampai 24 jam pertarna setelah persalinan.
Pengertian
Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada
kala
nifas dini yaitu perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta
lahir
sampai 24 jam pertama setelah persalinan.
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
Prosedur
1. INDIKASI
1.1. Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500
cc sejak
plasenta lahir.
2. Petunjuk :
2.1 Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah
menggumpal atau meresap dalam kain)
2.2 Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung
dalam formula Giesecke
3. Penatalaksanaan
3.1. Pemasangan infus ukuran besar apabila belum terpasang,
bila pendarahan banyak dan syok berat sebaiknya dipasang
lebih dari satu saluran infus.
PENCEGAHAN PENDARAHAN
PADA KALA NIFAS DINI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3.6. Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu
melalui drip, dengan 20 30 unit oksitosis dalam 1000 cc
cairan kristaloid dengan kecepatan 200 cc/jam Quilligan
menganjurkan pemberian oksitosin 10 20 unit RL 5000
cc/jam disertai massege bimanual kemudian intermitten fundal
massege selama 10 20 merit dilakukan selama beberapa jam
sampai kontraksi uterus cukup keras tanpa stimuli.
3.7. Apabila setelah pemberian oksitosis dalam 1000 cc
cairan tidak berhasil dapat diberikan derifat ergot atau
prostagladin.
3.8. Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk
menghentikan perdarahan karena atonia yang gagal dengan
obat-obatan: Pernasangan tampon harus secara hati-hati den
secara padat. Bahaya adalah memberi rasa aman yang semu
sehingga menunda tindakan definitif yang perlu. Tampon yang
padat menyerap darah sampai 1000 cc. Untuk mencegah
PENJAHITAN ROBEKAN
PERINEUM
No. Dokumen
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahir lapis
demi lapis.
Pengertian
Sebagai pedoman agar robekan pada perineum baik, yang
terjadi
akibat luka episiotomi maupun ruptur perineum spontan dapat
dijahit dengan benar.
Tujuan
Prosedur
PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2.2.2. Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada
robekan perineum tingkat lt maupun tingkat III, jika dijumpai
pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir
yang bergerigi tersebut yang diratakan terlebih dahulu,
kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru
dilakukan penjahitan luka robekan.
2.2.3. Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian
selaput lendir vagina dijahit dengan catgut secara terputusputus atau jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai
dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan
benang sutera secara terputus-putus.
Halaman
1/1
No. Dokume
Tanggal terbit
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Sejumlah tindakan untuk merawat ruptur perineum total.
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
PROSEDUR
1. Menyiapkan dan memasang dauer catheter (selama 3
hari).
2. Memberikan diet makanan lunak rendah serat (tanpa
sayur).
3. Memberikan obat sesuai dengan advis dokter (secara
iv/im/oral)
3.1. Antibiotik
3.2. Analgesik
3.3. Roborantia
3.4. Laxantia
4.
5.
5.1.
Mobilisasi bertahap
5.2.
5.3.
Pentingnya menjaga kebersihan genetalila/diri
dan lingkungan.
Prosedur
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
POST PARTUM DINI
Tanggal terbit
No. Revisi
1
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
1. Memeriksa
1.1. Tinggi fundus uteri.
1.2. Kontraksi uterus.
1.3. Perdarahan pervaginaan.
1.4. Mengukur gejala kardinal tiap 4 jam.
1.5. Memandikan pasien yang baru melahirkan.
1.6. Merawat jahita.n perineum.
1.7. Memeriksa dan mengawasi keluarnya ASI.
1.8. Membantu ibu meneteki bayinya.
1.9. Observasi keluhan sesudah melahirkan :
1.10.1.
1.10.2.
6.1.10.3.
6.1.10.4.
6.1.10.5.
6.1.10.6.
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
No. Dokumen
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Suatu urutan tindakan untuk menyusui bayi yang benar.
.
Pengertian
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayi secara
benar.
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
Prosedur
No. Revisi
Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
PEMERIKSAAN VAGINAL
No. Dokumen
PROSEDUR
TETAP
No. Revisi
Ditetapkan
Halaman
Tanggal terbit
Direktur
Tujuan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Kebijakan
Prosedur
1. Konseling
1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal
pada pasien.
2. Persiapan Tindakan
2.1.
Syarat :
2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati-hati.
2.1.2. Dilakukan dalam keadaan steril.
2.1.3. Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau
keluarga pasien.
2.2. Indikasi
2.2.1.
Pada perneriksaan kesehatan ginekologik
berkala (check up).
2.2.2.
ASUHAN NIFAS
No. Dokumen
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
Perawatan dan penatalaksanaan setelah persalinan
.
Pengertian
Sebagai pedoman untu.k perawatan nifas dibidang , agar
pasien mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.
Tujuan
Kebijakan
yang
yang
yang
yang
berhubungan
berhubungan
berhubungan
berhubungan
dengan
dengan
dengan
dengan
infeksi.
perdarahan.
trombosit.
payudara dan
menyusui.
Prosedur
Diagnosis :
Anamnesis / MMPI tes.
Pemeriksaan fisik.
Laboratorium.
Antibiotik
Drainase
Laparotomi
Kuretase
Laparotomi
Antibiotik
Obat Antikoagulan
Antibiotik
Ambulasi dini
1. Konseling
1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal
pada pasien.
2. Persiapan Tindakan
2.1.
Syarat :
2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati-hati.
2.1.2. Dilakukan dalam keadaan steril.
2.1.3. Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau
keluarga pasien.
2.2. Indikasi
2.2.1.
Pada perneriksaan kesehatan ginekologik
berkala (check up).
2.2.2.
PEMERIKSAAN VAGINAL
Halaman
Tanggal terbit
No. Revisi
Halaman
2/2
Ditetapkan
Direktur
PROSEDUR
TETAP
3.10. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bimanual untuk
mengetahui keadaan rahim. Jika arah uterus antefleksi, uterus
dapat diraba diantara dua tangan, yang satu di dalam vagina
pada forniks anterior dan yang lain menekan uterus ke bawah
dari dinding perut. Ditentukan konsistensi, besar, kontur,
mudah digerakkan atau tidak, apakah nyeri tekan, ada atau
4.2.
Menetapkan diagnosa.
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
No. Revisi
Ditetapkan
Direktur
Halaman
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Kebijakan
6.
Dosis 25-50 mcg tiap 6-8 jam pervaginal maksimal 4x
pemberian , pemberian oral lebih dianjurkan
7.
Jangan manipulasi dengan uterotonika lain ataupun
ekspresi kristeller
Prosedur
Unit terkait . Unit Rawat Inap
Tentang iklan-iklan ini