Anda di halaman 1dari 11

ISLAM SPANYOL: PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN

KONTRIBUSI INTELEKTUAL
A. Pendahuluan
Spanyol Islam telah membawa peranan penting dalam konteks sejarah peradaban dan
kebudayaan Islam. Kepesatan perkembangan peradaban dan kebudayaan yang dikembangkan
Spanyol Islam telah membawa Spanyol Islam sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam di
Barat, sebagaimana halnya Baghdad yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di
Timur. Kehadiran dan perkembangan kebudayaan dan peradaban yang dikembangkan Spanyol
Islam bukan saja telah memberikan warna dan ketinggian peradaban dunia Islam, bahkan
kehadirannya juga telah memberikan kontribsi yang besar terhadap kebangkitan Eropa pada abad
pertengahan dari tidurnya yang panjang.[1] Kegemilangan pendidikan yang diperkenalkan dunia
Islam di Spanyol dari abad VI sampai X telah menyadarkan Barat akan ketertinggalannya selama
ini. Untuk itu, mulai abad XI Eropa mulai melakukan upaya pentransferan ilmu pengetahuan
yang berkembang di dunia Islam ke dunia Barat melalui Spanyol, Sicilia dan Perang Salib.[2]
Dengan melihat data sejarah tersebut, maka sangat beralasan untuk mengatakan bahwa, jika
seandainya Islam tidak diseberangkan dari Benua Afrika bagian Utara Semenanjung Iberia
(Andalusia-Spanyol), mungkin Eropa tidak akan mengalami kemajuan dalam peradabannya
secepat yang kita saksikan dewasa ini.
Hal ini dikarenakan Muslim Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa
dalam menyerap peradaban Islam, baik dalam bidang politik sosial maupun perekonomian serta
peradaban antar negara. Menurut Mehdi Nakosteen, transformasi peradaban Islam ke Peradaban
Barat khususnya dalam ilmu Pengetahuan setidaknya terbangun melalui dua saluran utama.
Pertama melalui para mahasiswa dan cendikiawan dari Eropa Barat yang belajar di sekolahsekolah tinggi dan universitas-universitas Spanyol. Kedua melalui terjemahan karya Muslim dari
sumber-sumber berbahasa Arab.
Berangkat dari hal di atas, makalah ini hanya akan membatasi pada empat aspek
pembahasan yaitu pertama, Lintas sejarah masuknya Islam di Andalusia, kedua, Perkembangan
pendidikan Islam. Ketiga Kontribusi intelektual Muslim Spanyol. Keempat, pengaruhnya
terhadap kemajuan Eropa ( Renaisans ).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya Islam di (Spanyol). ?.
2. Seperti apakah pola dan sistem pendidikan Islam di Spanyol dan apa perbedaannya dengan
pendidikan Islam sebelumnya..?
3. Bagaimana Kontribusi intelektual Muslim Spanyol dalam pencapaian era kejayaan Islam.?
4. Apa, bagaimana dan sejauh mana pengaruh peradaban spanyol terhadap kemajuan Eropa
(Renaisans).?
C. Lintas Sejarah Masuknya Islam di Spanyol
Islam masuk ke Spanyol (Cordova) pada tahun 93 H (711 M) dibawah pimpinan Tariq
bin Ziayad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka Andalusia dengan membawa
7000 orang pasukan. Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada
19 Juli 711 berhadapan dengan pasukan Raja Roderick di mulut Sungai Barbate dipesisir laguna
janda[3] dan berhasil mengalahkan tentara Gotik yang merupakan kemenangan penting untuk
memudahkan pasukan muslim melintasi dan penaklukan kota-kota Spanyol lainnya tanpa
mengalami perlawanan berarti.

Kondisi Andalusia pra kedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama


ketika masa pemerintahan raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi.
Kondisi ini menyebabkan rakyat Andalusia menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan
datangnya kekuatan ratu adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat
itu, kerinduan mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di
Andalusia.
Ketika Dinasti Umayah dipegang oleh Khalifah al- Walid bin Abdul Malik (al-Walid I )
(naik tahta 86 H 1705 M ), khalifah keenam, ia menunjuk Musa bin Nusair sebagai gubernur di
Afrika Utara. Pada masa kepemimpinan Musa bin Nusair, Afrika bagian barat dapat di kuasai
kecuali Sabtah (Ceuta ) yang pada waktu itu berada di bawah kekuasaan Bizantium. Ketika
inilah pasukan Islam mampu menguasai bagian barat sampai Andalusia.
Penaklukan Islam di Andalusia tidak terlepas dari kepiawaian tiga heroic Islam, yaitu
Tharif Ibn Malik, Thariq bin Ziyad, Musa bin Nushair. Perluasan bani umayyah ke Andalusia
diawali oleh rintisan Tharif ibn Malik yang berhasil menguasai ujung paling selatan eropa, upaya
ini kemudian dilanjutkan oleh Thariq bin Ziyad yang berhasil menguasai ibu kota Andalusia,
Toledo. Kemudian ia juga menguasai Archidona, Elfiro dan Cordova. Bahkan raja Roderick (raja
terakhir Vichigothic) berhasil ia kalahkan pada tahun 711 M.
Keberhasilan Thariq dalam melumpuhkan penguasa di Andalusia dalam sejarah Islam
dicatat sebagai acuan resmi penaklukan Andalusia oleh Islam. Kemudian ekspansi ini dilanjutkan
pada waktu yang sama oleh Musa bin Nushair yang akhirnya mampu menguasai Andalusia
bagian barat yang belum dilalui oleh Thariq, tanpa memperoleh perlawanan yang berarti.
Keberhasilan ekspansi ini akhirnya bermuara dengan dikuasainya seluruh wilayah Andalusia ke
tangan Islam. Pada saat itu kekhalifahan dinasti umayyah pada masa pemerintahan Walid bin
Abdul Malik hanya menjadikan daerah Andalusia sebagai sebuah keamiran saja. Ia menunjuk
Musa bin Nushair sebagai amir di sana yang berkedudukan di Afrika Utara. Ketika dinasti
umayyah di Damaskus runtuh, perkembangan Andalusia kemudian dipegang oleh seorang
pangeran umayyah Abdurrahman Ibn Muawiyah ibn Hisyam yang berhasil lolos dari buruan
bani abbas. Tokoh inilah yang kemudian berhasil mendirikan kembali daulah bani umayyah di
Andalusia.
D. Perkembangan Pendidikan Islam di Spanyol
Sebagai kelanjutan dari pembentukan suatu imperium yang kuat dengan daerahnya yang
luas, maka diperlukan-setidaknya-penataan politik yang mapan dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang tinggi. Untuk mewujudkan ambisinya ini, dengan cukup solid Abd al-Rahman
al-Dakhil memanfaatkan potensi ini dengan sebaik-baiknya bagi pengembangan ilmu
pengetahuan pada imperiumnya. Adapun upaya untuk mengembangkan pendidikan dan
peradaban dapat dilihat dari beberapa gerakan, yang kemudian diikuti oleh penguasa Spanyol
sesudahnya. Adapun upaya-upaya tersebut antara lain:
1. Mendirikan Lembaga Pendidikan
Demi untuk pengembangan ilmu pengetahun dan kebudayaan di Spanyol, para penguasa
awal mendirikan lembaga pendidikan seperti Kuttab[4] yang dilaksanakan di mesjid-mesjid.
Pada tingkatan ini diajarkan cara menulis, membaca al-Quran dan tata bahasa Arab. Pada tahap
selanjutnya didirikan Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal yang terdiri dari sekolah
rendah sampai sekolah menengah atas, dilembaga ini berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan
diantaranya Fiqh, Bahasa dan Sastra, Musik dan Kesenian.[5] Madrasahmadrasah tersebar
diseluruh kekuasaan Islam, antara lain di Qurthubah (Cordova), Isybiliah (Seville), Thulaithilah
(Toledo), Granathah (Granada) dan lain sebagainya.[6]. Kemudian, guna pengembangan lembaga

pendidikan dan ilmu pengetahuan, khalifah Abd al-Rahman III mencoba merintisnya dengan
mendirikan Universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan. Universitas ini mengambil
tempat disebuah mesjid. Pada masa al-Hakam II (961-976 M), universitas tersebut diperluas
lokasinya, dan bahkan mendatangkan para profesor dari Timur (al-Azhar dan Nizamiyah). Di
Universitas ini, para mahasiswa mempelajari materi pendidikan ilmu-ilmu akal,[7] seperti
filsafat, matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran, fisika, seni arsitektur, geografi, ekonomi
dan sebagainya, serta pengembangan ilmu-ilmu naqli (ilmu-ilmu yang berhubungan dengan alQuran dan Hadith.
Universitas Cordova telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu
pengetahuan. Untuk pengembangan ilmu-ilmu akal, mereka lakukan dengan jalan penerjemahan
karya-karya Yunani kuno dan Persia kedalam bahasa Arab, terutama karya-karya Aristoteles dan
Plato.
Langkah yang diambil al-Hakam II adalah dalam rangka memajukan pendidikan Spanyol
Islam, kemudian diikuti oleh para penguasa sesudahnya. Bahkan diantara para pengusaha ada
yang menyiapkan istananya sebagai pusat pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
seperti kajian filsafat, ilmu pengetahuan, dan leteratur. Khusus di Cordova, telah banyak berdiri
lembaga pendidikan dari tingkat rendah sampai perguruan tinggi kurang lebih 800 buah sekolah.
[8] Belum lagi sekolah-sekolah yang ada di daerah-daerah lain, seperti di Toledo, Seville,
Granada dan lain-lain.
Sangat nampak bahwa lembaga pendidikan pada waktu itu sudah tertata dengan baik secara
professional. Hal ini dapat dilihat dari stratafikasi tahapan-tahapan pendidikan dari tingkat
rendah, madrasah sampai ke perguruan tinggi, sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
guru, fasilitas, maupun materi yang diajarkan.
Semangat untuk menuntut ilmu yang diperkenalkan Spanyol Islam, bukan hanya untuk
pelajar muslim saja akan tetapi juga terbuka untuk pelajar nonmuslin. Sikap toleransi yang
ditawarkan, membuat para pelajar nonmuslim berlomba-lomba untuk menuntut ilmu di Spanyol
Islam. Mereka diberlakukan sama sederajat.[9] Fenomena ini merupakan salah satu faktor
penarik perhatian para pelajar untuk datang dan menimba ilmu pengetahuan ke Spanyol.
Dari uraian diatas, dapat dilihat dengan jelas bahwa pendidikan yang ditawarkan pada
lembaga pendidikan Spanyol Islam tidak bersifat parsial, akan tetapi bersifat integral. Sistem
pendidikannya tidak mengenal ras tertentu. Semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama
untuk mendapatkan pendidikan. Ke-obyektifan inilah yang membuahkan nilai kompetisi positif
dalam pengembangan ilmu pengetahuan kearah yang lebih maju. Motivasi umat dalam menuntut
ilmu pada waktu itu bukan disebabkan faktor untuk mendapatkan makan, akan tetapi kerena
dorongan oleh nilai-nilai ajaran agamanya yang mewajibkannya untuk menuntut ilmu.
Kesadaran inilah yang menupang pendidikan Spanyol Islam pada waktu itu. Tingginya motivasi
agama, telah memotivasi umat Islam berlomba-lomba, apakah untuk mendirikan lembaga
pendidikan, maupun mengisi (belajar) di lembaga pendidikan yang sudah ada.[10] Upaya
swastanisasi lembaga pendidikan yang ditunjukkan, bukan berupaya mengkomersilkan lembaga
tersebut, tetapi berupaya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya di muka bumi, sebagai abd
dan khalifah.
Pendidikan Spanyol Islam memberlakukan kurikulum universal dan komprehensif. Artinya,
menawarkan pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan pendidikannya,
khususnya pendidikan tinggi. Indikasi dari kedalaman dan keluasan kurikulum Spanyol Islam
waktu itu boleh jadi ditentukan konsekwensi-konsekwensi pratikal yang bermanfaat bagi
manusia, sehingga pola kurikulum yang diterapkan tidakbersifat fleksibel dan adaptik. Untuk

pendidikan kejuruan, kurikulum yang ditawarkan boleh memberikan penekanan khusus pada
spesialisasi yang ditawarkan. Pengembangan kebijaksanaan ini diberikan hak kepada
kebijaksanaan lembaga atau penguasa di mana pendidikan itu dilaksanakan.
Sedangkan metode yang diterapkan, dapat dibagi kepada dua macam. Pertama, Metode bagi
pendidikan formal. Pada pendidikan ini, guru (dosen) duduk diatas podium. Ia memberikan
pelajaran-khususnya pendidikan tinggi-dengan membacakan manuskrip-manuskrip. Setelah itu
guru menerangkan secara jelas. Kemudian materi itu didiskusikan bersama. Para pelajar
diberikan kebebasan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat, bahkan diperkenankan untuk
berbeda pendapat dengan statemen yang diberikan oleh gurunya, asal mereka dapat
menunjukkan bukti-bukti yang mendukung kebenaran pendapatnya.[11] Mahasiswa biasanya
diminta untuk menghafal materi-materi khusus, menganalisa dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, Metode pendidikan bagi lembaga pendidikan nonformal, baik di
istana maupun diluar istana. Model pendidikan ini menggunakan metode halaqah.[12] Posisi
guru berada diantara pengunjung. Guru mendektikan sejumlah buku, dan kemudian
menjelaskannya secara rinci. Diskusi semacam ini merupakan metode pengajaran yang telah
membumi di Spanyol Islam.
Bila pendekan diatas dianalisa lebih lanjut, terlihat sungguh adaptik, demokratis, tidak
bersifat monoton dan absolut. Antara guru dan peserta didik terjalin hubungan yang harmonis.
Kemerdekaan individu dalam mengeluarkan pendapat sangat dihargai, dengan bukti dan
argumentasi. Upaya pembelajaran tidak dibatasi ruang dan waktu, situasi yang kondusif ini yang
membuat lembaga pendidikan Spanyol Islam mengalami kemajuan pesat. Para pelajarnya tidak
dibatasi oleh usia dan status sosial. Ilmu yang yang dimiliki tidak saja menyentuh aspek kognitif,
akan tetapi mencakup aspek afektif dan psikomotorik secara simultan dan integral. Keunikan
inilah membuat pendidikan Spanyol Islam berbeda dengan pola pendidikan yang ditawarkan
pendidikan Islam sebelumnya. Sebab, penekanannya berorentasi menstimuli seluruh potensi
manusia secara komprehensif dan integral.
2. Pengembangan Perpustakaan
Bagaimanapun juga, kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari sarana dan
prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan. Untuk itulah khalifah
khalifah Umayyah telah berupaya menyisihkan dana dari kas negara untuk membangun berbagai
sarana pendudukung tersebut secara intensif. Ini dapat dilihat dari upaya khalifah Abd alRahman III (912-961 M) membangun perpustakaan dikota Granada dengan koleksi hingga
mencapai 600.000 jilid buku. Upaya yang sama juga dilakukan oleh khalifah al-Hakam II (961976 M) tak mau kalah dengan upaya yang dilakukan oleh bapaknya. Ia juga membangun
perpustakaan yang terbesar (Greatest Library) di seluruh Eropa pada masa itu dan masa-masa
sesudahnya. Pada masa khalifah al-Manshur (977-1002 M), ibu kota Umayyah terdapat 73
perpustakaan, dan sejumlah besar toko buku, mesjid dan istana, ibukota Umayyah memperoleh
popularitas internasional, serta membangkitkan pesona dan kekaguman di hati para pelancong.
[13]
Ambisi dan ketertarikan para khalifah ini telah diakui oleh ahli-ahli barat dengan
mengatakan bahwa, al-Hakam II-begitu juga dengan pendahulunya-, kurang berminat dan tidak
menginginkan peperangan. Mereka lebih tertarik dan gemar ketenangan. Waktunya lebih banyak
dipergunakan untuk mendalami kesusasteraan. Para wakil-wakilnya ditugaskan untuk menulis
dan mencari buku-buku di dunia Timur (Baghdad), atau melakukan sejumlah penerjemahkan
karya-karya klasik. Bahkan ia sendiri sering menulis surat pada setiap penulis untuk menjual
karangannya tersebut kepada khalifah di Spanyol. Ia tidak segan-segan mengeluarkan dana yang

cukup besar untuk usahanya itu, yang penting ia bisa memiliki karya-karya yang ada. Dengan
koleksi-koleksi tersebut kemudian ia serahkan ke perpustakaan, baik perpustakaan pribadi
maupun perpustakaan umum.
Ambisi untuk mendirikan perpustakaan tidak hanya dimiliki oleh para khalifah. Akan
tetapi, juga diminati oleh masyarakat Spanyol Islam. Mereka mengoleksi berbagai buku bukan
untuk keperluan pribadi saja, akan tetapi ia wakafkan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
umum, seperti yang dilakukan oleh Abd Mutrif, seorang hakim di Cordova. Ia telah mengoleksi
berbagai buku-buku langka. Ia juga mempekerjakan enam orang karyawan untuk menyalin bukubuku tersebut sehingga dapat disebar luaskan pada masyarakat umum. Ia mengeluarkan dana
pribadi yang tidak sedikit untuk melaksanakan ambisinya tersebut. Bahkan, para wanitapun tidak
ketinggalan, mereka berlomba-lomba untuk mengumpulkan buku-buku, demekian pula para
budak.[14] Dengan fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu yang relatif singkat
pertumbuhan perpustakaan di Spanyol Islam laksana jamur di musim hujan. Kondisi ini pula
yang ikut mendukung bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Spanyol, sehingga dengan
sekejap telah menyulap daerah Spanyol dari Negara yang kaya, makmur dan maju, disamping
kemerdekaan ilmiah yang dikembangkan. Ilmu pengetahuan bukan hanya milik orang merdeka,
akan tetapi juga milik para budak. Hubungan yang harmonis ini menjadi daya penggerak
tersendiri bagi kemajuan pendidikan yang di perkenalkan Spanyol Islam.
E. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Spanyol Islam
a. Adanya dukungan dari para khalifah yang berkuasa, memjadikan pendidikan Spanyol Islam
dengan pesat berkembang, karena para khalifah sangat mencintai ilmu pengetahuan dan
berwawasan ke depan.
b. Menyebarnya madrasah-madrasah (sekolah) serta universitas-universitas di beberapa kota di
Spanyol Islam yang sangat terkenal, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, dan Granada.
c. Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur dan ujung Barat wilayah Islam
dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan. Ini menunjukkan bahwa, meskipun umat
Islam terdiri dari beberapa kesatuan politik, terdapat juga apa yang disebut kesatuan budaya
Islam.
d. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu
pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya
Universitas Cordova yang menyaingi Universitas Nizamiyah di Baghdad yang merupakan
persaingan positif, tidak selalu dalam peperangan.[15]
Dari beberapa bacaan dapat disimpulkan bahwa, selain dari beberapa faktor diatas
pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan, yakni dengan murahnya
buku-buku bacaan, atau diberikannya penghargaan yang tinggi berupa emas murni kepada
penulis atau penerjemah buku, seberat buku yang diterjemahkannya.
Hal lain yang juga sangat menarik adalah,pemerintah juga memberikan subsidi kepada
makanan pokok, sehingga masalah pengisian kepala dan pengisian perut tidak terlalu dihiraukan
lagi dan relatif murah dijangkau serta didapat oleh masyarakat.
F. Kontribusi Intelektual Muslim Spanyol
Masyaraakat mulim Spanyol sebagai masyarakat multietnik, keberadaannya terbangun
dari beberapa komponen masyarakat. didalamnya terdiri atas komunitas arab ( Baik dari utara
maupun selatan), orang-orang Spanyol yang masuk Islam yang di kenal dengan al-Muwalladun,
suku Barbar ( Umat Islam Dari Afrika Utara ), al-Shaqalibah , Yahudi, Kristen Muzareb dan
Kristen yang menentang keberadaan Islam di Spanyol.

Semua komponen masyarakat tersebut kecuali yang menentang, saling bahu-membahu


dalam mewujudkan peradaban Islam Spanyol yang pada akhirnya melahirkan kebangkitan
intelektual, baik dalam bidang filsafat, tasawuf, sains, bahasa dan sastra, kesenian dan musik
maupun kemegahan bagungan fisiknya.
a. Filsafat
Puncak pencapaian intelektual Muslim Spanyol terjadi dalam pemikiran filsafat. Dalam
bidang ini, Muslim Spanyol merupakan mata rantai yang menghubungkan antara filsafat Yunani
klasik dengan pemikiran Latin-Barat. Selain itu, muslim Spanyol juga turut andil besar dalam
mendamaikan antara agama dengan ilmu, akal dengan iman yang sekaligus menandai akhir abad
kegelapan Eropa. Pada kekhalifahan al-Hakam II (961-976M) ribuan karya ilmiah filosofis di
Impor dari Timur. Karya-karya tersebut terhimpun dalam perpustakaan pribadinya. Kebijakan alHakam yang mendukung terciptanya lingkungan intelektual inilah yang pada akhirnya turut serta
membidani lahirnya filosof-filosof besar sesudahnya.
Tokoh-tokoh filsafat tersebut antara lain :
Solomon Ben Gabirol ( Didunia barat ia terkenal dengan nama Avicebrol, Avencebrol)
dengan karya monumentalnya adalah Yanbu al Hayah (Sumber Kehidupan). Ibn Bajjah, Maqnum
Opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid (Rezim yang sendiri). Ibn Thufayl. Maqnum opusnya
adalah Hayy Ibn Yaqzhan (yang hidup anak kesadaran). Ibn Rusyd, diantara karyanya; Tahafut
al-Tahafut (kacauanya kekacauan)
b. Tasawuf
Dalam bidang tasawuf, Muslim Spanyol juga mempunyai andil besar dalam perkembangan
ilmu ini. Salah satu tokoh terbesarnya adalah Ibn Arabi. Ia merupakan wakil mazhab iluminasi
(Isyraqi) yang dipelopori oleh Suhrawardi (w.1191 M) di Timur. Corak pemikiran tasawuf Ib
Arabi bisa dikatakan dalam klasifikasi Tasawuf Falsafi, sebab dalam filsafat Ibn arabai adalah
seorang Monist-Panteistik. Salah satu teori terkenalnya adalah Wahdah al-Wujud (kesatuan
eksistensi). Berangkat dari teori ini, tasawuf Islam mengalami persentuhan dengan gagasan
Phanteisme, sebuah gagasan yang menyatakan Tuhan mengejawantahkan dirinya pada
manusia. Pemikiran Ibn Arabi bukan hanya berpengaruh pada lingkaran sufi Persia dan Turki
tetapi juga pada mazhab skolastik Kristen yang di sebut Mazhab Agustinian. Diantara karyakaryanya, yang paling membuat ia terkenal adalah al-Futuhat al-Makiyyah (penyingkapan
Mekkah) dan Fushush al-Hikam (kantong-kantong kebijaksanaan) serta al-Isra ila Maqam alAsra yang mengembangkan tema pendakian nabi sampai langit ketujuh. Menurut K. Hitti karya
ini lebih dahulu dari karya Dente Aligeri.
c. Bidang Sains
Dalam bidang sains Muslim Spanyol juga turut membidani lahirnya tokoh-tokoh
terkenal,antara lain:
1. Bidang Kedokteran
Tokoh terkenalnya adalah Ibn Rusdy. Selain sebnagai filosof ia juga ahli kedokteran . namun
kemahirannya dalam filsafat membuat keahlian dalam kedokterannya tertutupi. Karya
Monumentalnya dalam bidang ini adalah al-Kulliyat fi al-Thibb (generalitas dalam kedokteran).
2. Bidang Astronomi
Kajian-kajian astronomi di Spanyol mencapai puncaknya setelah pertengahan aabad k-10 dan
berkembang pesat melalui kontribusi dari penguasa Cordova, Seville, dan Toledo. Para ahli
astronomi Spanyol pada Umumnya mempercayai pengaruh bintang sebagai sebab terjadinya
berbagai peristiwa penting antara kelahiran dan kematian manusia di dunia ini. Selain itu dalam
mengembangkan pemikiran Astronominya mereka memakai kerangka karya-karya astronomi

dan astrologi yang di tulis oleh ahli astronomi Muslim Timur. Para ahli astronomi paling awal
dari Muslim Spanyol adalah al-Majriti (w.1007) darai Cordova, al-Zarqali (1029-1087M) dari
Toledo dan Ibn Aflah (w. antara 1140-1150M).
3. Bidang Sejarah
Dalam bidang ini terdapat 2 tokoh yang amat terkenal, yaitu Ibn Khatib dan Ibn Khaldun. Ibn
Khatib (1313-1374M) berasal dari keluarga arab yang pindah ke Spanyol dari Suria. Ia terkenal
dengan karyanya yang menceritakan tentang riwayat Kota Granada. Sedangkan Ibn Khaldun
(1332-1406M) lahir di Tunis. Karya monumentalnya dalam sejarah adalah Kitab al-Ibar Wa
diwan al-Mubtada, Wa al-Khabar Fi Ayyam al-Arab Wa al-Ajam Wa al-Barbar (buku tentang
ibarat, daftar subjek dan prediket, serta sejarah bangsa Arab, Persia dan Berber). Buku tersebut
terdiri atas 3 bagian, bagian pertama berisi Muqaddimah yang menjadi jilid pertama. Bagian
kedua bagian utanma yang membahas kehidupan orang Arab dan bangsa-bangsa sekitarnya.
Bagian ketiga berisi tentang sketsa sejarah Berber dan dinasti-dinasti Muslim afrika.
Namun demikian, ketenaran Ibn Khaldun sebagai sejarawan sesungguhnya terletak dalam
Muqaddimahnya. Dalam bukunya tersebut dipaparkan teori perkembangan sejarah yang
menempatkan dua aspek social berupa fakta-fakta fisik tentang iklim dan geografi serta aspek
moral dan spiritual yang mempengaruhi perkembangan social.
4. Bidang Geografi
Tokoh dalam bidang ini adalah al-Bakri dan al-Idrisi. Al-Bakri meninggal tahun 1094, ia
merupakan ahli geografi pertama yang mashur pada abad 11 M. karya monumentalnya adalah
al-Masalik wa al-Mamalik(buku mengenai jalan dan kerajaan). Sedangkan al-Idrisi lahir di
Ceuta pada tahun 1100 M. karya monumentalnya adalah Kitab Nadzah al-Muslak Fi Ikhtira alAfaq dan Kitab al-Jami Li asytat an-Nabat. Sumbangannya terhadap pengetahuan adalah
menggambarkan secara astronomis letak suatu tempat dipermukaan bumi.
Selain kedua nama di atas, terdapat juga nama Ibn Jubayr dan Ibn Baththutah. Ibn bathuthah
lahir di Tangier pada tahun 1304 dan meninggal di Maroko pada tahun 1377. Dalam perjalanan
ketimurnya, Ibn Bathuthah mencapai Ceylon, Bengal, Benua Maldive dan China. Sedangkan
dalam perjalanan terakhirnya pada tahun 1353 ia sampai pedalaman Afrika.
d. Musik Dan Kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian, Muslim Spanyol terkenal dengan tokohnya al-Hasan
Ibn Nafi yang mendapatkan julukan Zaryab. Selain itu, ia juga terkenal dengan kemahirannya
dalam menggubah lagu. Kemahirannya tersebut bukan hanya untuk dinikmatinya sendiri
malainkan ia juaga mengajarkannya pada anak-anaknya baik pria maupun wanita seta pada
budak-budaknya.
e. Bahasa dan Sastra
Tokoh yang terkenal dalam bidang ini adalah Muhammad Ibn al-Hasan al-Zubaydi (928989M) dan Ali Ibn Hazm (994-1064M). al-Zubaydi pada masa al-Hakam diangkat menjadi
pengawas pendidikan anak laki-lakinya Hisyam yang pada akhirnya di angkat menjadi Qadhi
dan ketua Pengadilan di Seville. Karya utamanya adalah daftar klasifikasi ahli tata bahasa dan
ahli filologi yang bermunculan sepanjang hidupnya.
Sedangkan Ibn Hazm merupakan pujangga besar dan yang mempunyai pemikiran murni.
Menurut Ibn Khalikhan dan al-Qifthi bahwa Ibn Hazm memiliki karya tak kurang dari 4 ratus
jilid buku yang berisi tentang sejarah, teologi, hadis, logika dan puisi. Salah satu bukunya adalah
Thauq al-Hamamah(kalung merpati) sebuah antologi syair-syair cinta yang memuja konsep
cinta Platonis.

Selain itu, pada saat Islam berkuasa bahasa Arab menjadi bahasa adminitrasi
pemerintahan. Keadaan yang demikian itu dapat di terima oleh golongan muslim maupun non
Muslim, bahkan penduduk asli Spanyol menduakan bahas alsi mereka.
G. Kontribusi Peradaban Spanyol Terhadap Kemajuan Eropa
Ketika Spanyol Islam berada dimasa keemasan, pada saat kepemimpinan khalifah Abd
al-Rahman III, kemudian dilanjutkan oleh Hakam II serta al-Hajib al-Manshur, ditandai dengan
kebagkitan dinamika intelektualitasnya dalam segala bidang ilmu pengetahuan secara integral
dan harmonis.[16] Di sisi lain, pada waktu yang bersamaan dunia belahan Eropa mengalami
stagnasi ilmu pengetahuan. Dogma gerejani yang melarang mempelajari dan menganggap
filsafat dan ilmu Yunani berbahaya bagi agama Masehi (Kristen), menyebabkan faktor utama
terjadinya zaman kegelapan di dunia Eropa. Banyak lembaga pendidikan yang mengajarkan
filsafat Yunani ditutup, seperti yang dilakukan oleh Gestanian yang menutup sekolah-sekolah
Athena.
Kondisi inilah yang menyebabkan banyak ilmuan Eropa yang haus akan ilmu
pengetahuan, keluar dari negaranya. Perkenalan mereka dengan dunia Islam menyebabkan
mereka kagum dengan kebijaksanaan pemerintah dan semangat umat dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan. Ketertarikan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka untuk lebih
mengetahui dan sekaligus menggali khazanah keilmuan dunia Islam. Manuskrip Yunani yang
telah diselamatkan dan di tambal oleh Islam mereka pelajari. Stimuli inilah yang memberikan
inspirasi bagi para orientalis untuk menanamkan ide pencerahan dan kebangkitan Eropa dalam
masa suramnya.[17] Mereka berusaha mentransfer ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia
Islam ke dunia Eropa, dengan jalan menterjemahkan sejumlah buku-buku, mengirimkan para
pelajar untuk menuntut ilmu di Spanyol Islam. Mereka banyak belajar di dunia Islam, seperti
sistem dan materi ilmu pengetahaun inilah yang mereka kembangkan di sekolah dan universitas
Eropa. Mereka tidak hanya mempelajari asas-asas pemikiran Yunani Kuno, akan tetapi juga
mengkonsumsi muatan-muatan pemikiran muslim yang final dan siap pakai. Dari sinilah
kemudian lahir beberapa lembaga pendidikan di Eropa, seperti Universitas Salermo (spesialis
kedokteran), Bologna (spesialis hukum) di Italia. Universitas Paris dan Montpellier di Perancis,
dan Universitas Cambridge (1209 M).[18]
Demikianlah upaya besar-besaran yang dilakukan oleh para ilmuan Eropa dalam
mentransfer ilmu pengetahuan di dunia Islam pada abad pertengahan, khususnya di Spanyol
yang secara geografis lebih dekat dengan negara-negara non muslim di Eropa, sehingga
melahirkan reaksi terhadap kebijakan gerejani secara nyata. Konsekuensi dari upaya ini akhirnya
membuahkan apa yang disebut renaissance.
Sebagaimana di depan telah di singgung bahwa Spanyol merupakan tempat yang paling
utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam. Baik dalam hubungan politik, social,
maupun perekonomian dan peradaban antar Negara. Muslim spanyol juga telah menorehkan tinta
emas dalam sejarah bangsa Eropa. Mereka merupakan mata rantai paling penting yang
menghubungkan antara khasanah filsafat Yunani klasik dengan bangsa-bangsa Eropa.
Dalam proses peralihan khasanah ilmu pengetahuan dari Islam ke Barat, kota Toledo
merupakan saluran utama, Sebab kota Toledo merupakan satu-satunya kota penting dalam
pembelajaran Umat Islam setelah penguasaan Kristen atas Spanyol pada tahun 1085M. Dalam
pandangan Mehdi Nakosteen proses tranmisi tersebut terbangun melalui 2 saluran utama, yaitu
Pertama melalui para mahasiswa dan cendikiawan dari Eropa Barat yang belajar di sekolahsekolah tinggi dan universitas-universitas Spanyol. Kedua melalui terjemahan karya Muslim dari
sumber-sumber berbahasa Arab.

Fakta real yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa tingginya peradaban intelektual
Muslim Spanyol telah menginspirasi gerakan-gerakan pencerahan di Eropa. Salah satu ilmuan
penting tersebut adalah Ibn Rusdy. Melalui pemikirannya bangsa Eropa mampu menemukan
pemikiran Aristoteles yang menganjurkan kebebasan berfikir dan melepaskan belenggu taklid
dari golongan gerejawan.
Tingginya animo masyarakat Eropa terhadap pemikiran Ibn Rusdy, pada akhirnya
melahirkan gerakan Averroisme yang berujung pada lahirnya reformasi pada abad ke-16 M dan
Rasionalisme pada abad ke-17M. Karya-karya Ibn Rusdy banyak yang diterjemahkan,
setidaknya pada tahun 1553 dan 1557M buku Ibn Rusdy di terbitkan dalam edisi lengkapnya.
Selain itu juga, pada abad ke-16 buku-buku tersebut juga diterbitkan di Napoli, Bologna,
Lyonms, dan Strasbourg.
Tingginya gerakan penerjemahan karya-karya ilmuan Muslim oleh bangsa Eropa, di
awali oleh inisiatif uskup besar Raymond I (1126-1152). Atas inisiatif uskup tersebut
dibangunlah sekolah khusus untuk menerjemahkan di kota Toledo. Dari sekolah ini lahir
penerjemah-penerjemah dalam jumlah besar antara kurun 1135 sampai 1284 M.
Salah satu karya dari lembaga ini adalah diterjemahkannya Buku al-Jabar karya alKhawarizmi pada tahun 1145 oleh Robert Chester dan terjemahan al-Quran dalam bahasa latin
pada tahun 1143 bersama Dalmatin. Di kota Toledo pula didirikan sekolah Orientalisme yang
pertama pada tahun 1250 atas permintaan para pendeta dengan misi untuk mencetak para
misionaris yang bertujuan untuk mengkristenkan umat Islam dan Yahudi.
Universitas pertama yang didirikan di Eropa adalah universitas paris yang didirikan
pada tahun 1231M 30 tahun setelah wafatnya Ibn Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa
barau berdiri 18 buah Universitasa. Di universitas-universitas tersebut, ilmu yang diperoleh dari
Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan filsafat. Adapun pemikiran filsafat yang
paling di gemari di Eropa adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusdy.
Sekitar akhir abad ke-13 M seluruh ilmu pengetahuan dari Islam bisa dikatakan telah
selesai ditaransmisikan ke Barat. Berangkat dari sini pula gerakan-gerakan penting lahir di
Eropa, seperti Gerakan Renaisance sekitar abad ke-14M yang di awali di Italia, gerakan
reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M serta zaman pencerahan
(Aufklaerung) pada abad ke-18 M.
H. Kesimpulan/Penutup
Tiga orang yang terkenal dalam penaklukan Spanyol, yaitu Tharif Ibn Malik, Thariq Ibn
Ziyad, dan Musa Ibn Nusair. Islam berkuasa di Spanyol kurang lebih tujuh setengah abad (7111492 M).
Perkembangan pendidikan dan kebudayaan Spanyol Islam
Mendirikan lembaga pendidikan nonformal yang berupa kuttab-kuttab dan bertempat di
mesjid-mesjid, disini diajarkan cara menulis, membaca al-Quran dan tatabahasa Arab. Pada
tahan selanjutnya didirikan madrasah-madrasah sebagai lembaga pendidikan formal dari tingkat
rendah sampai tingkat menengah atas, lembaga ini mengajarkan berbagai disiplin ilmu, seperti
Fiqh, Bahasa dan Sastra, Musik dan seni serta ilmu-ilmu pondasi agama lainnya. Demi untuk
pengembangan khazanah ilmu pengetahuan, pada tahap berikutnya didirikanlah universitasuniversitas dengan berbagai jurusan keilmuan, seperti filsafat, matematika, farmasi, kedokteran,
pelayaran, fisika, arsitektur, geografi, ekonomi, serta pengembangan ilmu-ilmu naqli.
Pengembangan Perpustakaan, Perpustakaan sebagai sebuah infrastruktur pengembangan ilmu
pengetahuan menjadi sangat penting. Ghirah umat Spanyol Muslim pada waktu itu sangat tinggi
terhadap penyediaan perpustakaan, dari para penguasa, rakyat bisa sampai budak sangat

berminat untuk itu. Perpustakaan tidak hanya dimiliki oleh universitas dan sekolah sebagai
perpustakaan umum tetapi juga tersedia di istana-istana dan rumah-rumah penduduk, yang
dikenal dengan perpustakan pribadi.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan Pendidikan Spanyol Islam, adalah:
Adanya dukungan dari penguasa, Persaingan sehat antar madrasah dan universitas dalam hal
pengembangan ilmu pengetahuan, Kontribusi para sarjana Islam yang datang ke Spanyol Islam
membawa buku-buku dan gagasan, Persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah
sendiri di Spanyol
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan Spanyol Islam sangat besar sumbangsihnya bagi
perkembangan dunia modern, ini dapat dibuktikan bahwa pada masa keemasan Spanyol Islam
banyak sekali para ilmuan Eropa mentransfer dan mengadopsi gagasan-gagasan Islam ke
universitas-universitas di Eropa. Sehingga ketika Spanyol Islam runtuh, Eropa bangkit dari tidur
panjangnya selama ini dan dari sinilah ilmu pengetahuan berkembang sampai pada zaman
modern sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, M. Athiyah, Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Terj. H.Bustami, Jakarta: Bulan Bintang, 1990.
Fachruddin, Fuad Mohd., Perkembangan Kebuayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1985.
Fahmi, Asma Hasan, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Terj. Ibrahim Husaein, Jakarta: Bulan Bintang,
1979.
Hitti, Philip K., History of the Arab, terbitan Palgrave Macmillan, edisi revisi ke-10, New York: 2002.
Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat; Deskripsi Analisis Abad Keemasan
Islam, Terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1979.
Nata, Abuddin, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.
Nizar, Samsul, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Potret Timur Tengah Era Awal dan
Indonesia, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989.

Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat; Deskripsi Analisis Abad
Keemasan Islam, Terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, (Surabaya: Risalah Gusti,
1996), 12
[2] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1979), 74
[1]

[3] Philip K. Hitti, History of the Arab (terbitan Palgrave Macmillan, edisi revisi ke-10, New York: 2002), 628.
[4] Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam, Potret Timur

Tengah
Era Awal dan Indonesia, (Jakarta: Quantum Teacing, 2005), 15
[5] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), 263

[6] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), 80
[7] Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Terj. Ibrahim Husaein,

(Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), 22
[8] Fuad Mohd. Fachruddin, Perkembangan Kebuayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985),
203.
[9] M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Terj. H.Bustami (Jakarta: Bulan
Bintang, 1990), 205
[10] Asma Hasan Fahmi, Sejarah, 52
[11] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam, 78
[12] Asma Hasan Fahmi, Sejarah, 48
[13] Hitti, History, 669
[14] Asma Hasan Fahmi, Sejarah,51
[15] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan, 267
[16] Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam, 266
[17] Ibid., 267
[18] Ibid., 269

Anda mungkin juga menyukai