Anda di halaman 1dari 4

NAMA

NIM

: 14.1201.00

PRODI/SMSTR

: HK/5

MATA KULIAH

: FIQH SIYASAH

TANGGAL

: 24-NOVEMBER-2016

SISTEM POLITIK ISLAM DI MASA KHULAFAURRASYIDIN


Permasalahan pertama yang muncul setelah Nabi Muhammad wafat
adalah suksesi pengangkatan pemimpin. Sehari setelah rasul wafat, kaum
ansar memprakarsai musyawarah besar di Saqifah Bani Saidah. Mereka
membicarakan siapa yang akan diangkat menjadi khalifah pengganti
kekuasaan Nabi. Saad ibn Ubaidah menyatakan bahwa ini adalah awal
kelemahan yang akan membawa kepada perpecahan umat Islam.
Akhirnya Abu Bakar terpilih menjadi khalifah menggantikan Rasulullah,
setelah terangkatnya menjadi kholifah, Abu Bakr menghadapi para
pembangkang terdiri dari suku Arab yang enggan membayar zakat, nabinabi palsu dan orang-orang murtad. Dalam menghadapi kaum murtad dan
pembangkang yang menolak membayar zakat Abu Bakr mengadakan
musyawarah dengan para sahabat lainnya. Abu Bakr sangat menekankan
musyawarah dalam memerangi orang-orang murtad (Perang Riddah). Yang
artinya, Abu Bakr mengirim pesan kepada Kholid bin Walid yang menjadi
pemimpin dalam memerangi orang murtad, yang isi pesannya dia
memerintahkan kepada Kholid untuk bermusyawarah kepada sebagian
sahabat sebelum memutuskan suatu perkara, maka Allah akan
memberikan keberkahan dari hasil musyawarahnya.selain itu menurut Abu
Bakr Pembayaran zakat kepada pemerintah pusat (Madinah) merupakan
simbol integrasi dan pengakuan suku Arab terhadap kekuasaan politik
Islam.
Adapun unsur pemerintahan dinas kota Madinah khalifah Abu Bakar
membagi wilayah kekuasaan hukum Negara Madinah menjadi beberapa
propinsi. Dan tiap propinsi menugaskan seorang Amir atau wali untuk
memegang (setingkat jabatan gubernur), para amir di samping sebagai
pemimpin agama, sebagai hakim dan pelaksanaan tugas kepolisian.
Praktek pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah
mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan
menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya.Keputusankeputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk membentuk
beberapa pasukan tersebut, dari segi tata negara, menunjukkan bahwa ia
juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara islam. Hal ini seperti
juga berliku di zaman modern ini di mana seorang kepala negara atau
presiden juga sekaligus sebagai pangima tertinggi angkatan bersenjata.

Mengenai praktek pemerintahan Abu Bakar di bidang pranata social


ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan social rakyat
untuk kemaslahatan rakyat ini ia mengolah zakat, infak,sadaqoh yang
berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta rampasan perang dan jizyah
dari warga Negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal.
Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan Negara ini di
bagikan untuk kesejahteraan tentara, bagi para pegawai Negara,dan
kepada rakyat yang berhak menerima sesuai ketentuan al-quran.
Setelah wafatnya Khalifah Abu Bakar maka di gantikan oleh Khalifah
Umar bin Khattab. Dalam pidato Umar di hadapan umat Islam untuk
menjelaskan visi politik dan arah kebijakan yang akan dilaksanakannya
dalam memimpin kaum muslimin.
Aku telah dipilih menjadi khalifah. Kerendahatian Abu Bakr sejalan
dengan jiwanya yang terbaik di antara kalian dan lebih kuat terhadap
kalian serta juga lebih mampu memikul urusan-urusan kamu yang penting.
Aku di angkat untuk menjadi khalifah tidak sama dengan beliau.
Seandainya aku tahu ada orang yang lebih kuat unuk memikul jabatan ini
dari padaku, maka aku lebih suka memilih memberikan leherku untuk
dipenggali dari pada memikul jabatan ini.
Umar bin Khattab sangat tegas didalam memutuskan sesuatu dengan
kejujuran, sebagaimana dijelaskan dalam buku In the Beginning : Hijacking
of the religion of god. Dalam Fakta di "Dewan syura" pertemuan yang kuat
dan baik yang dihadiri dan dihormati khalifah, Umar bin Khattab, pernah
diberitahu oleh anggota tertentu dari "Dewan syura", "Demi Allah jika kita
menemukan ketidakjujuran dalam diri Anda, kami akan meluruskan Anda
dengan pedang kami. "ini adalah orang-orang Islam awal dan ini adalah
bagaimana mereka berlatih seni bijaksana menggunakan kekuatan dan
demokrasi
Begitu pula terasa pemilihan Umar bin Khattab hampir tidak
menimbulkan perbedaan, mengingat pertimbangan-pertimbangan, yaitu
bahwa untuk menghadapi sejubel persoalan umat Islam pasca Abu Bakar,
maka dibutuhkan kepemimpinan seorang yang tegas dan berwibawa. Tak
lain Umar lah orangnya. Negara Islam Madinah mengalami masa
kejayaannya pada masa khalifah kedua ini, sebagaimana dikatakan oleh
Fahdi bin Abdullah.
Yang intinya, Catatan histories menorehkan bahwa Umar bin Khattab,
panji-panji Islam kian berkibar bahkan dengan adanya perluasan ke
wilayah-wilayah seperti juga dilakukan oleh Abu Bakar kekuatan Islam kian
terasa. Di samping itu dari segi pemerintahan ada berbagai kebijakan
Umar yang dinilai sangat brilian, salah satunya adalah desentralisasi
administrasi Negara, untuk itu Muhammad Thair Azhary. Menyatakan
dalam bukunya bahwa Umar-lah khalifah Islam yang melakukan
desentralisasi administrasi Negara. Sistem otonomi yang diterapkan ini
tentunya juga menuntut perubahan sistem kinerja pemerintahan di
wilayah-wilayah bagian, untuk itu tak jarang jika ditemukan terjadi

semacam pengembangan struktur pemerintahan yang pada generasi


sebelumnya tidak ditemukan.
Setelah khalifah Umar bin Khattab wafat maka masa kekhalifahannya di
gantikan oleh Khalifah Ustman Bin Affan, setelah Usman bin Affan dilantik
menjadi khalifah ia menyampaikan pidatonya yang menggambarkan
dirinya sebagai sufi, dan citra pemerintahannya lebih bercorak agama
ketimbang politik belaka sebagai dominan. Dalam pidato itu usman
mengingatkan beberapa hal yang penting:
1. agar umat islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari kematian;
2. agar umat islam terpedaya kemewahan hidup dunia yang penuh
kepalsuan
3. agar umat islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu;
4. sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah al-quran dan
sunnah rasul;
5. di samping ia akan meneruskan apa yang telah dilkukan
pendahulunya juga akan membuat hal baru yag akan membawa
kepada kebajikan
6. umat islamboleh mengkririknya bila ia menyimpang dari ketentuan
hokum
Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan didaerah, khalifah
usman mempercayakannya kepada seorang gubernur untuk setiap
wilayah atau propinsi pada masanya kekuasaan wilayah madinah dibagi
menjadi 10 propinsi. Sedangkan kekuasaan legislative dipegang oleh
Dewan Penasehat Syura, tempat khalifah mengadakan musyawarah
dengan para sahabat terkemuka.
Prestsai tertinggi masa pemerintahan Usman sebagai hasil majlis syura
adalah menyusun al-quran standar , yaitu penyeragaman bacaan dan
tulisan al-quran,s eperti yang dikenal sekarang.naskah salinan al-quran
tersebut disimpan dirumah istri nabi kemudian naskah salinannya atas
persetujuan para sahabat dikirim ke beberapa daerah.
Setelah wafatnya khalifah Utsman, umat yang tidak punya pemimpin
dengan wafatnya Utsman, membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
baru. Pengukuhan Ali menjadi khalifah tidak semulus pengukuhan tiga
orang khalifah pendahulunya.ia di baiat di tengah-tengah kematian
usman, pertentangan dan kekacauan dan kebingungan umat islam
Madinah. sebab kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat
Ali supaya bersedia dibaiat menjadi khalifah. Dalam pidatonya khalifah Ali
menggambarkan dan memerintahkan agar umat islam:
1. Tetap berpegang teguh kepada al-quran dan sunnah rasul
2. Taat dan bertaqwa kepada allah serta mengabdi kepada negara dan
sesame manusia
3. Saling memelihara kehormatan di antara sesame muslim dan umat
lain
4. Terpanggil untuk berbuat kebajikan bagi kepentingan umum,dan
5. Taat dan patuh kepada pemerintah.

Ali bin Abi Tholib sangat mengistimewakan royu atau pikiran untuk
menyelesaikan persoalan. Seperti kasus pembunuhan seorang ahl aldzimmah oleh seorang. Yang artinya, bahwa sayyidina Ali bin Abi tholib r.a,
melakukan suma tindakan pada dewan syura dengan keistimewaa tanpa
menggunakan royu yang berlebihan dalam menyelesaikan berbagai
urusan Muslim. Setelah terbukti bahwa si muslim bersalah, maka Ali bin
Abi Thalib tidak segan untuk menjatuhkan hukuman qishass kepada si
muslim. Namun sebelum pelaksanaan eksekusi qishash terlaksana, pihak
korban
mengampuni
kesalahan
Muslim
itu,
maka
setelah
mempertimbangkan kemungkinan munculnya pemaafan itu, maka
akhirnya memutuskan hukum diyat kepada si pembunuh tidak lama
setelah dia di baiat, Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu anhu menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Yang dikenal dengan nama
Perang Jamal (Unta). Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui
masa-masa paling kritis karena pertentangan antar kelompok yang
berpangkal dari pembunuhan Usman.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Radhiallahu anhu juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah
Radhiallahu anhu, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Sehingga terjadilah
pertempuran yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri
dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan
masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij,
orang-orang yang keluar dari barisan Ali Radhiallahu anhu.
Daftar pustaka
G. E. Boswort, dinasti-dinasti islam, diterjemahkan dari the islamic
dynasties oleh Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1993).

Anda mungkin juga menyukai