NIM
: 14.1201.00
PRODI/SMSTR
: HK/5
MATA KULIAH
: FIQH SIYASAH
TANGGAL
: 24-NOVEMBER-2016
Ali bin Abi Tholib sangat mengistimewakan royu atau pikiran untuk
menyelesaikan persoalan. Seperti kasus pembunuhan seorang ahl aldzimmah oleh seorang. Yang artinya, bahwa sayyidina Ali bin Abi tholib r.a,
melakukan suma tindakan pada dewan syura dengan keistimewaa tanpa
menggunakan royu yang berlebihan dalam menyelesaikan berbagai
urusan Muslim. Setelah terbukti bahwa si muslim bersalah, maka Ali bin
Abi Thalib tidak segan untuk menjatuhkan hukuman qishass kepada si
muslim. Namun sebelum pelaksanaan eksekusi qishash terlaksana, pihak
korban
mengampuni
kesalahan
Muslim
itu,
maka
setelah
mempertimbangkan kemungkinan munculnya pemaafan itu, maka
akhirnya memutuskan hukum diyat kepada si pembunuh tidak lama
setelah dia di baiat, Ali ibn Abi Thalib Radhiallahu anhu menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Yang dikenal dengan nama
Perang Jamal (Unta). Dengan demikian masa pemerintahan Ali melalui
masa-masa paling kritis karena pertentangan antar kelompok yang
berpangkal dari pembunuhan Usman.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali Radhiallahu anhu juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah
Radhiallahu anhu, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Sehingga terjadilah
pertempuran yang dikenal dengan nama perang shiffin. Perang ini diakhiri
dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan
masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij,
orang-orang yang keluar dari barisan Ali Radhiallahu anhu.
Daftar pustaka
G. E. Boswort, dinasti-dinasti islam, diterjemahkan dari the islamic
dynasties oleh Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1993).