Lapsus Stroke Iskemik
Lapsus Stroke Iskemik
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN KASUS
AGUSTUS 2016
Oleh:
Aulia Giffarinnisa
C 111 12 180
Abdurrahman
C 111 12 002
Senoaji S. W. W
C 111 12 264
Hartini Yuristira
Miftahussurur
C 111 09 321
C 111 11 340
C 111 11 292
C 111 12 115
Konsulen Pembimbing :
dr. Nilla Mayasari, M.Kes. Sp.KFR.
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS : HEMIPARESE ET CAUSA STROKE ISKEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :
Nama :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Fakultas
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
/
/
/
/
/
/
/
NIM
NIM
NIM
NIM
NIM
NIM
NIM
:
:
:
:
:
:
:
Aulia Giffarinnisa
/ C 111 12 180
Abdurrahman / C 111 12 002
Senoaji S.W.W / C 111 12 264
Hartini Yuristira / C 111 09 321
Miftahussurur / C 111 11 340
Andi Sitti Wadiah Hadisyam / C 111 11 292
Anugrah / C 111 12 115
: Kedokteran.
Agustus 2016
Konsulen Pembimbing
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN
2.2 Definisi
10
2.3 Epidemiologi
10
2.4 Etiologi
11
2.5 Patofisiologi
12
16
2.7 Diagnosis
19
2.8 Terapi
19
2.9 Prognosis
21
23
Daftar Pustaka
28
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatik. Bila gangguan peredaran darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga
beberapa jam (kebanyakan 10 - 20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan
iskemia otak sepintas (transient ischemic attack TIA).1
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama di
Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan medis yang harus ditangani secara
cepat, tepat, dan cermat.1
Secara umum, terdapat dua jenis stroke, yaitu:
1.
Stroke nonhemoragik atau stroke iskemik, dimana didapatkan penurunan aliran darah
sampai di bawah titik kritis, sehingga terjadi gangguan fungsi pada jaringan otak.
2.
Stroke hemoragik, dimana salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma, mikroaneurisma,
kelainan pembuluh darah kongenital) pecah atau robek.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK
1
2
3
spesifik
untuk
mengatur
Otak
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang
mulanya memperhatikan tiga gejala pembesaran otak awal.
a
b
c
Otak depan menjadi hemisfer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hipotalamus.
Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus.
Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla oblongata, dan serebelum.3
Serebrum
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu:
1
Lobus frontalis, adalah bagian dari serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis.
5
Lobus parietalis, terdapat di depan sulkus sentralis dan dibelakang oleh korako3
oksipitalis.
Lobus temporalis, terdapat dibawah lateral
dari fisura serebralis dan di depan lobus
oksipitalis.
Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari
serebrum.
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat
juga dibagi menurut fungsi dan banyaknya
area. Campbel membagi bentuk korteks serebri
menjadi 20 area. Secara umum korteks serebri
Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus
bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh
bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di samping itu juga korteks sensoris
kepribadian.3
1
2
3
Fungsi serebrum
Mengingat pengalaman yang lalu.
Pusat persarafan yang menangani, aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan, dan memori.
Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.
Batang otak
Batang otak terdiri dari:
6
belahan
otak
besar
dan
mesencephalon,
puluh
derajat
kearah
diensefalon:
Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah
Respiratori, membantu proses persarafan.
Mengontrol kegiatan refleks.
Membantu kerja jantung.3
Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat bagian yang menonjol ke atas.
Dua di sebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan dua di sebelah bawah
disebut korpus kuadrigeminus inferior. Serat saraf okulomotorius berjalan ke ventral di
bagian medial. Serat nervus troklearis berjalan ke arah dorsal menyilang garis tengah ke
b
c
d
Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak pada
bagian bawah dan belakang tengkorak
dipisahkan dengan serebrum oleh fisura
transversalis dibelakangi oleh pons varoli
dan di atas medula oblongata. Organ ini
banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi.
Bentuknya
oval,
bagian
yang
Fungsi serebelum
Arkhioserebelum (vestibuloserebelum), serabut aferen berasal dari telinga dalam yang
diteruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran
ke otak.
Paleaserebelum (spinoserebelum. Sebagai pusat penerima impuls dari reseptor sensasi
umum medula spinalis dan nervus vagus (N. trigeminus) kelopak mata, rahang atas, dan
Saraf otak
Urutan saraf
Nama Saraf
I
II
III
Nervus olfaktorius
Nervus optikus
Nervus
IV
okulomotoris
Nervus troklearis
Sifat Saraf
Sensorik
Sensorik
Motorik
dan fungsi
Hidung, sebagai alat penciuman
Bola mata, untuk penglihatan
Penggerak bola mata dan
Motorik
Nervus trigeminus
N. Oftalmikus
N. Maksilaris
Sensorik
N. Mandibularis
Nervus abdusen
Nervus fasialis
VI
VII
VIII
Nervus auditorius
Sensorik
IX
Nervus vagus
pendengaran
Faring, tonsil, dan lidah,
rangsangan citarasa
Faring, laring, paru-paru dan
Motorik
Motorik
esophagus
Leher, otot leher
Lidah, citarasa, dan otot lidah
Nervus vagus
XI
XII
Nervus asesorius
Nervus hipoglosus
2.2 DEFINISI
Stroke menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah suatu tanda klinis
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler1.
9
Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen
di jaringan otak2.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Setiap tahunnya, 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa menderita strok, dan menyebabkan
kematian 275.000 - 300.000 orang Amerika. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di Indonesia
jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama dari
seluruh penderita rawat inap. Stroke nonhemoragik lebih sering didapatkan dari stroke
hemoragik.2,4
Insidensi menurut umur, bisa mengenai semua umur, tetapi secara keseluruhan mulai
meningkat pada usia dekade ke-5. Insidensi juga berbeda menurut jenis gangguan. Gangguan
pembuluh darah otak pada anak muda juga banyak didapati akibat infark karena emboli, yaitu
mulai dari usia di bawah 20 tahun dan meningkat pada dekade ke 4 hingga ke 6 dari usia, lalu
menurun, dan jarang dijumpai pada usia yang lebih tua.4
2.4 ETIOLOGI
Stroke sebagai diagnosa klinis untuk gambaran manifestasi lesi vaskular serebral, dapat dibagi
dalam:
1. Transient Ischemic Attack (TIA): Gejala neurologi yang timbul akan hilang dalam waktu
kurang dari 24 jam
2. Reversible Ishemic Neurological Deficit (RIND) : Gejala neurologi yang timbul akan hilang
dalam waktu lebih 24 jam, tetapi tidak lebih 1 minggu
3. Stroke in evolution
4. Completed Stroke, dimana gejala sudah menetap, yang bisa dibagi lagi dalam:
10
Trombosis (75-80%)
Oklusi vaskular hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari trombosit,
a
b
Penyakit moya-moya
Migren
Kondisi hiperkoagulasi4
2.5 PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya stroke iskemik
Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat
obstruksi atau bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi
dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak
11
atau pembuluh atau organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas,
atau mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian dibawa
melalui sistem aretri ke otak sebagai suatu embolus7
Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering merupakan penyebab stroke pada orang
usia lanjut, yang sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah
sehingga terjadi penyempitan atau stenosis. Pangkal arteri karotis interna (tempat arteri
karotis komunis bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna) merupakan
tempat tersering terbentuknya aterosklerosis8
Penyebab lain stroke iskemik adalah vasospasme, yang sering merupaka respon
vaskuler reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang antara lapisan araknoid dan
piamater meninges.9
Stroke Trombotik
Trombosis pembuluh darah besar dengan aliran lambat adalah salah satu subtipe
stroke iskemik. Sebagian besar dari stroke jenis ini terjadi saat tidur, saat pasien relatif
mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Stroke ini sering berkaitan
dengan lesi aterosklerotik yang menyebabkan stenosis di arteri karotis interna, atau,
yang lebih jarang, di pangkal arteri serebri media atau di taut arteri vertebralis dan
basilaris. Tidak seperti trombosis arteri koronaria yang oklusi pembuluh darahnya
cenderung terjadi mendadak dan total, trombosis pembuluh darah otak cenderung
memiliki awitan bertahap, bahkan berkembang dalam beberapa hari. Pola ini
menyebabkan timbulnya istilah stroke-in-evolution.7
Akibat dari penyumbatan pembuluh darah karotis bervariasi dan sebagian besar
tergantung pada fungsi sirkulus Willisi. Bila sistem anastomosis arterial pada dasar otak
ini dapat berfungsi normal, maka sumbatan arteri karotis tidak akan memberikan gejala,
seperti yang terjadi pada kebanyakan penderita. Sirkulasi pada bagian posterior tidak
memiliki derajat perlindungan anastomosis yang sama, dan penyumbatan aterosklerotik
dari arteri basilaris selalu mengakibatkan kejadian yang lebih berat, dan biasanya fatal.
Penyumbatan arteri vertebralis, boeh jadi tidak memberikan gejala.7
12
Mekanisme lain pelannya aliran pada arteri yang mengalami trombosis parsial
adalah defisit perfusi yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau
tekanan darah sistemik. Agar dapat melewati lesi stenotik intraarteri, aliran darah
mungkin bergantung pada tekanan intravaskular yang tinggi. Penurunan mendadak
tekanan tersebut dapat menyebabkan penurunan generalisata CBF, iskemia otak, dan
stroke. Dengan demikian, hipertensi harus diterapi secara hati-hati dan cermat, karena
penurunan mendadak tekanan darah dapat memicu stroke atau iskemia arteri koronaria
atau keduanya.7
Stroke Embolik
Stroke embolik diklasifikasikan berdasarkan arteri yang terlibat, atau asal
embolus. Asal stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung. Stroke yang terjadi
akibat embolus biasanya menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek
maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi saat pasien beraktivitas.
Trombus embolik ini sering tersangkut di bagian pembuluh darah yang mengalami
stenosis. Stroke kardioembolik, yaitu jenis stroke embolik tersering, didiagnosis apabila
diketahui adanya kausa jantung seperti fibrilasi atrium atau apabila pasien baru
mengalami infark miokardium yang mendahului terjadinya sumbatan mendadak
pembuluh besar otak. Embolus berasal dari bahan trombotik yang terbentuk di dinding
rongga jantung atau katup mitralis. Karena biasanya adalah bekuan yang sangat kecil,
fragmen-fragmen embolus dari jantung mencapai otak melalui arteri karotis atau
vertebralis. Dengan demikian, gejala klinis yang ditimbulkannya bergantung pada
bagian mana dari sirkulasi yang tersumbat dan seberapa dalam bekuan berjalan di
percabangan arteri sebelum tersangkut.7
Selain itu, embolisme dapat terurai dan terus mengalir sepanjang pembuluh darah
sehingga gejala-gejala mereda. Namun, fragmen kemudian tersangkut di sebelah hilir
dan menimbukan gejala-gejala fokal. Pasien dengan stroke kardioembolik memiliki
resiko yang lebih besar menderita stroke hemoragik di kemudian hari, saat terjadi
13
perdarahan petekie atau bahkan perdarahan besar di jaringan yang mengalami infark
beberapa jam atau mungkin hari setelah proses emboli pertama. Penyebab perdarahn
tersebut adalah bahwa struktur dinding arteri sebelah distal dari oklusi embolus
melemah atau rapuh karena kekurangan perfusi. Dengan demikian, pemulihan tekanan
perfusi dapat menyebabkan perdarahan arteriol atau kapiler di pembuluh tersebut.7
Mekanisme Kerusakan Sel-Sel Saraf pada Stroke Iskemik7
Sebagian besar stroke berakhir dengan kematian sel-sel di daerah pusat lesi
(infark) tempat aliran darah mengalami penurunan drastis sehingga sel-sel tersebut
biasanya tidak dapat pulih. Ambang perfusi ini biasanya terjadi apabila CBF hanya 20%
dari normal atau kurang. CBF normal adalah sekitar 50ml/100g jaringan otak / menit.
Mekanisme cedera sel akibat stroke adalah sebagai berikut:
1.
Tanpa obat-obat neuroprotektif, sel-sel saraf yang mengalami iskemia 80% atau
lebih (CBF 10ml/100g jaringan otak / menit) akan mengalami kerusakan ireversibel
dalam beberapa menit. Daerah ini disebut pusat iskemik. Pusat iskemik dikelilingi oleh
daerah lain jaringan yang disebut penumbra iskemik dengan CBF antara 20% dan 50%
normal (10 sampai 25ml/100g jaringan otak / menit). Sel-sel neuron di daerah ini
berada dalam bahaya tetapi belum rusak secara ireversibel. Terdapat bukti bahwa waktu
untuk timbulnya penumbra pada stroke dapat bervariasi dari 12 sampai 24 jam.
2.
Secara cepat dalam pusat infark, dan setelah beberapa saat di daerah penumbra,
Pada cabangnya yang menuju otak bagian tengah (a.serebri media) dapat terjadi
gejala:
Gangguan rasa di daerah muka dan sesisi atau disertai gangguan rasa di lengan dan
tungkaisesisi.
Gangguan gerak dan kelumpuhan dari tingkat ringan sampai total pada lengan dan
tungkai sesisi (hemiparesis/hemiplegi).
Gangguan untuk berbicara baik berupa sulit mengeluarkan kata-kata atau sulit
mengerti pembicaraan orang lain, ataupun keduanya (afasia)
Gangguan pengelihatan dapat berupa kebutaan satu sisi, atau separuh lapangan
pandang (hemianopsia)
Kesadaran menurun
Tidak mengenal orang-orang yang sebelumnya dikenalnya.11
Pada cabangnya yang menuju otak bagian depan (a.serebri anterior) dapat terjadi
gejala:
Kelumpuhan salah satu tungkai dan gangguan saraf perasa
Ngompol (inkontinensia urin)
Penurunan kesadaran
Gangguan mengungkapkan maksud.11
Pada cabangnya yang menuju otak bagian belakang (a.serebri posterior), dapat
memberikan gejala:
Kebutaan seluruh lapangan pandang satu sisi atau separuh lapangan pandang pada satu
sisi atau separuh lapangan pandang pada kedua mata. Bila bilateral disebut cortical
blindness.
Rasa nyeri spontan atau hilangnya persepsi nyeri dan getar pada separuh sisi tubuh.
Kesulitan memahami barang yang dilihat, namun dapat mengerti jika meraba atau
mendengar suaranya.11
16
Gangguan
pada
sistem
vertebrobasilaris
dapat
menyebabkan
gangguan
penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital, gangguan
nervus kranialis bila mengenai batang otak, gangguan motorik, gangguan koordinasi,
drop attack, gangguan sensorik dan gangguan kesadaran.10,11
Selain itu juga dapat menyebabkan:
Gangguan gerak bola mata, hingga terjadi diplopia, sehingga jalan sempoyongan
Kehilangan keseimbangan
Vertigo
Nistagmus11
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti afasia, gangguan sensorik
kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh, deviasi mata, hemiparese yang disertai kejang.
Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan tungkai sama berat
lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka lengan dan
tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, ini berarti terdapat lesi
pada kapsula interna9
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa hemiplegi alternans, tanda-tanda
serebelar, nistagmus, dan gangguan pendengaran. Selain itu juga dapat terjadi gangguan
sensoris, disartri, gangguan menelan, dan deviasi lidah.9
2.7 DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis stroke melalui :
1
17
dilakukan untuk melihat apakah ada deficit neurologis, tanda-tanda perdarahan, tanda-tanda
peningkatan TIK, ataupun tanda-tanda ransang meninges. 10,12
3. Pemeriksaan lanjutan guna menegakkan diagnosis :
- Arteriografi
- CT scan
-MRI
2.8 TERAPI
Penatalaksanaan:
1. Manajemen umum pada stroke fase akut :
Menstabilisasi fungsi kardiologis melalui ABC
Mencegah infeksi sekunder terutama pada traktus respiratorius dan traktus urinarius
Menjamin nutrisi, cairan, dan elektrolit yang stabil dan optimal
Mencegah dekubitus, DVT dan stres ulcer
Menilai kemampuan menelan penderita untuk menentukan apakah dapat diberikan makanan
peroral atau dengan NGT 4,10
2. Terapi spesifik pada stroke akut
Terapi pada stroke iskemik
Terapi reperfusi : hemoreologi, antikoagulan, trombolitik, antiplatelet
Obat-obatan 4,10
3. Rehabilitasi dan perawatan lanjutan
18
Prognosis :
Prognosis stroke iskemik dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Tingkat kesadaran: sadar 16 % meninggal, somnolen 39 % meninggal, yang stupor 71 %
meninggal, dan bila koma 100 % meninggal.
2. Usia: pada usia 70 tahun atau lebih, angka angka kematian meningkat tajam.
3. Jenis kelamin: laki laki lebih banyak (16 %) yang meninggal dari pada perempuan (39 %).
4. Tekanan darah: tekanan darah tinggi prognosis jelek.
5. Lain lain: cepat dan tepatnya pertolongan4
19
dapat dimodifikasi
dapat dimodifikasi
Umur
Hipertensi
Merokok
Jenis kelamin
Diabetes
Obesitas
Ras
Lipid
Aktivitas fisik
Herediter
Penyakit jantung
Diet
Stenosis karotis
Alkohol
TIA
Kontrasepsi oral
Homosisteinemia
Ateroma aorta
Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan cara menghindari faktor-faktor resiko yang
ada, baik melalui pencegahan primer maupun sekunder.
Adanya permasalahan akibat gangguan motorik dan sensorik setelah penderita stroke
melewati masa kritis menyebabkan diperlukannya rehabilitasi medis agar penderita dapat
meningkatkan kemampuan fungsional yang dimilikinya semaksimal mungkin.
Rehabilitasi adalah semua upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari semua
keadaan yang menimbulkan disabilitas dan atau handicap serta memungkinkan penyandang
disabiliti dan atau handicap untuk berpartisipasi secara aktif dalam lingkungan keluarga atau
masyarakat.
Rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim rehabilitasi yang terdiri dari dokter rehabilitasi
medis, fisioterapis, terapis okupasi, perawat rahabilitasi, pekerja sosial medis, terapis wicara,
psikolog, ortotis prostetis, dan lain-lain. Tim rehabilitasi akan menjadi sangat efektif apabila
upaya-upaya tersebut di koordinasikan dan diadakan pertemuan secara berkala untuk membahas
mengenai kemajuan dan kendala tiap pasien serta ditunjang oleh adanya interaksi yang baik
antara penderita dan keluarganya dengan personil medik.
Manfaat rehabilitasi pada penderita stroke bukan untuk mengubah defisit neurologis
melainkan menolong penderita untuk mencapai fungsi kemandirian semaksimal mungkin dalam
20
fungsional daripada memperbaiki defisit neurologis atau mengusahakan agar penderita dapat
memanfaatkan kemampuan sisanya untuk mengisi kehidupan secara fisik, emosional, dan sosial
ekonomi dengan baik.
Program rehabilitasi bagi penderita stroke dapat dimulai sedini mungkin. Kriteria dapat
dimulainya program rehabilitasi adalah pasien sudah dalam keadaan stabil. Hal ini berarti
diagnosis sudah ditegakkan, terapi sudah dimulai, dan pasien sudah tidak dalam resiko tinggi
dekompensasi jantung/paru.
Lama program yang direncanakan tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi.
Pada fase awal pengobatan dan perawatan ditujukan untuk meenyelamatkan jiwa dan mencegah
komplikasi, segera setelah keadaan umum memungkinkan, rehabilitasi dimulai biasanya pada
hari 2-3. Untuk stroke akibat perdarahaan biasanya setelah hari ke-14, sedangkan fase lanjutan
bertujuan untuk untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktivitas seharihari (Activity of Daily Living-ADL). 4,10
BAB III
LAPORAN KASUS
a. Identitas Penderita
Nama Penderita
:
Tanggal Lahir
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Alamat
:
b. Keluhan Utama
Lemah badan kiri
c. RPS/RPD/Riwayat Sosial
Riwayat penyakit
Pekerjaan
Aktivitas sosial
Tn.P
02-03-1942
74 Tahun
laki-laki
DUSUN TOPONGO,LUWU
:
:
:
- HT ada
-DM ada 5 tahun yang lalu
Petani
kendala dalam m elakukan sesuatu agak sulit
dada(-)
Sistem Respirasi:sesak nafas(-),batuk berdahak(-),napas cuping hidung(-)
Sistem Gastrointestinal:kesulitan menelan(-),mual(-),muntah(-),BAB
Sistem Musculosceletal:kelemahan anggota gerak(+),otot kecil(-),tungkai
bengkak(-),pegal(+)
Sistem Integumentum:warna kulit sawo matang(+),ruam(-),gatal(-),perdarahan
dibawah kulit(-)
Status Umum
Vital Sign
Keadaan Umum
Tekanan Darah
Frekuensi Nadi
Frekuensi Napas
Suhu
:
:
:
:
:
Pemriksaan Fisik
-
Thorax
Cor
: Normal
Pulmo
: Normal
Abdomen
Liver/Spleen : Impalpable
Extremitas
Atas
: Normal
Bawah
: Normal
e. Status Fungsional
Pemeriksaan Muskuloskeletal
Shoulder
Flexion
Extension
Abduction
Adduction
Ext. Rotation
Int. Rotation
Elbow
Flexion
Extention
Forearm Supination
ROM
MMT
Full/Full (0-1800)
Full/Full (0-600)
Full/Full (0-1800)
Full/Full (0-450)
Full/Full (0-700)
Full/Full (0-900)
5/5
5/5
5/5
5/5
5/5
5/5
Full/Full (0-1350)
Full/Full (135-00)
Full/Full (0-900)
5/5
5/5
5/5
22
Forearm Pronation
Wrist
Flexion
Extension
Radial Deviation
Ulnar Deviation
Fingers
Flexion Jari 4 & 5
MCP
PIP
DIP
Extension
Abduction
Adduction
Thumbs
Flexion
MCP
IP
Extension
Abduction
Adduction
Opposition
Full/Full (0-900)
5/5
15o/Full (0-800)
30o/Full (0-700)
5o/Full (0-200)
10o/Full (0-350)
5/5
5/5
5/5
5/5
15o/Full (0-900)
0/Full (0-1000)
0/Full (0-900)
0/Full (0-300)
0/Full (0-200)
0/Full (200-00)
4/5
4/5
4/5
4/5
4/5
4/5
Full/Full (0-900)
Full/Full (0-800)
Full/Full (0-300)
Full/Full (0-700)
Full/Full (50-00)
5/5
5/5
5/5
5/5
5/5
5/5
Full
f. Pemeriksaan Neurologi
GCS
FKL
RM
Nn. Cr
Nn. Cr lain
: E4M6V5
: Dalam batas normal
: KK - , KS -/: Pupil Bundar, isokor diameter 2,5mm ODS
: Parese N. VII dan N. XII tipe sentral
Motorik
: Pergerakan ekstremitas sinistra
menurun, Kekuatan ektremitas sinistra 2, tonus
h. Diagnosis Fungsional
Impairment : Trauma pada badan kiri
Disabilitas :Gangguan pada saat sedang bekerja
Handikap :Kesulitan beraktivitas setiap hari
i. Rehabilitation Medicine
R1 (Ambulation)
R2 (ADL)
R3 (Communication)
R4 (Sociological)
R5 (Psychological)
R6 (Vocation)
R7 (Others)
: Independent Ambulation
::::::-
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Stroke. Dalam: eds. Mansjoer A. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. h.17-26.
2. Tobing SML. Penanggulangan bencana peredaran darah di otak. Dalam: Cermin dunia
kedokteran. [online]. 1984. [cited 14 Mei 2010]. Nomor 34. Available from URL:
http://www.kalbe.co.id/files/cak/files/07.PenanggulanganBencanaPeredaranOtak.pdf/07G
3. Snell RS. Kepala dan leher. Dalam: Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h.761-2
4. Aliah A, Kuswara FF, Limoa RA, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan peredaran
darah otak. Dalam: eds. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press; 2005. h.81-82.
5.Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds. Mardjono M, Sidharta P.
Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat; 2004. h. 274-8.
6. Lisal, JI. Vaskularisasi SSP. Dalam: Kumpulan slide kuliah anatomi sistem neuropsikiatri.
Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2007.
7.Hartwig M. Penyakit serebrovaskular. Dalam: Price SA,eds. Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005.h.1105-30.
8. Morris JH. Sistem saraf. Dalam: Robbins SL, Kumar V,eds. Buku ajar patologi. Volume 2.
Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 2002. h.474-510.
9. Anonimus. Gejala, diagnosa & terapi stroke non hemoragik (serial online) 2009 [cited 2010
May 15]. Available from: http://www.jevuska.com/2007/04/11/gejala-diagnosa-terapi-strokenon-hemoragik.
10. Anonim. Strok. Dalam: ed. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Standar pelayanan medik. Makassar: Bagian Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo;
2010. h.2-4.
25
11. Anonim. Tanda-tanda dini gpdo. Dalam: eds.Harsono. Buku ajar neurologi klinis. Edisi
ketiga. Yogyakarta: Gadjah mada university press; 2005. h.67-70.
12. Anonim. Stroke. Dalam: eds.Misbach J, Hamid A. Standar pelayanan medis dan standar
prosedur operasional 2006. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia; 2006. h.1923.
26