PENDAHULAN
Sistematika Penuliasan
dengan
mencari
sumber
data
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Personal Space
dari
buku
atau di sumber
Ruang personal adalah salah satu dari beberapa konsep gejala persepsi manusia
terhadap lingkungannya, dimana hal-hal di dalamnya saling berkaitan satu sama lain.Ruang
personal atau personal space selintas yang ada dipikiran kita adalah suatu ruang yang sifatnya
pribadi atau privacy bagi seseorang.
Privacy itu sendiri adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk
mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari, atau untuk mengontrol arus
informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan anonimitas walaupun
anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal publik. Privacy dapat dianggap
sebagai suatu aspek dari keamanan.
Personal Space, istilah personal space pertama kali digunakan oleh Katz pada tahun
1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karena istilah ini juga
dipakai dalam bidang biologi, antropologi, dan arsitektur .
Personal Space adalah juga dipengaruhi oleh posisi seseorang dalam masyarakat
dengan individu-individu lebih makmur menuntut ruang pribadi yang lebih besar. Orang
membuat pengecualian terhadap, dan memodifikasi persyaratan ruang mereka. Misalnya
dalam pertemuan romantis tegangan dari jarak dekat yang memungkinkan ruang pribadi
dapat ditafsirkan kembali ke semangat emosional. Selain itu, sejumlah hubungan
memungkinkan untuk ruang pribadi untuk di modifikasi dan ini termasuk hubungan keluarga,
mitra romantis, persahabatan dan kenalan dekat di mana tingkat yang lebih besar dari
kepercayaan dan pengetahuan seseorang memungkinkan ruang pribadi harus dimodifikasi.
tempat yang berpenduduk padat cenderung memiliki ruang pribadi yang lebih kecil.
Selanjutnya dikatakan bahwa studi personal space merupakan tinjauan terhadap
perilaku hewan dengan cara mengamati perilaku mereka berkelahi, terbang, dan jarak social
antara yang satu dengan yang lain. Kajian ini kemudian ditransformasikan dengan cara
membentuk pembatas serta dapat pula diumpamakan semacam gelembung yang mengelilingi
individu dengan individu yang lain.
2.1.1 Personal Space Menurut para Ahli
Masalah mengenai ruang personal ini berhubungan dengan batas-batas di sekeliling
seseorang. Dimana beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya mengenai Ruang
Personal itu sendiri, diantaranya :
A. Menurut Sommer
Ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang dengan batas batas yang
B.
Jenis Kelamin.
Umumnya laki-laki memiliki ruang yang lebih besar, walaupun demikian faktor jenis
mengambil jarak dengan orang lain, demikian halnya dengan orang yang bersifat
kompetitif dan terburu-buru.
4. Gangguan Psikologi atau Kekerasan
Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP ini.
Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-kadang
mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain justru menjadi
sangat dekat
5. Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan
dengan RP yang diterapkan. Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke orang
tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif dan
terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
6. Ketertarikan
Ketertarikan, keakraban dan persahabatan membawa pada kondisi perasaan positif
dan negatif antara satu orang dengan orang lain. Namun yang paling umum adalah
kita biasanya akan mendekati sesuatu jika tertarik. Dua sahabat akan berdiri pada
jarak yang berdekatan dibanding dua orang yang saling asing. Sepasang suami istri
akan duduk saling berdekatan dibanding sepasang laki-laki dan perempuan yang
kebetulan menduduki bangku yang sama di sebuah taman.
7. Rasa Aman/Ketakutan
Kita tidak keberatan berdekatan dengan seseorang jika merasa aman dan sebaliknya.
Kadang ketakutan tersebut berasal dari stigma yang salah pada pihak-pihak
tertentu,misalnya kita sering kali menjauh ketika berpapasan dengan orang cacat, atau
orang yang terbelakang mental atau bahkan orang gemuk.
nyaman tersebut muncul karena faktor ketidakbiasaan dan adanya sesuatu yang
berbeda.
8. Persaingan/Kerjasama
Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan,
sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling
bersisian. Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di
ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk
berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan
perhatian seorang wanita yang baru masuk.
9. Kekuasaan dan Status
Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.
10. Pengaruh Lingkungan Fisik
Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik. Di ruang dengan
cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian halnya
bila ruangannya sempit atau kecil. Orang juga cenderung memilih duduk di bagian
sudut daripada di tengah ruangan.
2.3 MANFAAT DAN TUJUAN RUANG PERSONAL
Pengetahuan akan ruang personal dapat melengkapi informasi bagi seseorang arsitek
agar lebih peka terhadap kebutuhan ruang para pemakai ruang. Beberapa manfaat ruang
personal khususnya bagi arsitek seperti
- Arsitek dapat dengan mudah menentukan jarak antar individu
- Arsitek dapat mengambil keputusan untuk menentukan ruang apa saja yang
-
dibutuhkan.
Membantu menentukan jenis ruang, karena setiap individu memiliki sifat yang
berbeda-beda.
Tujuan mengetahui ruang personal ini yaitu untuk membantuk nantinya para arsitek
dalam menentukan pemograman ruang, organisasi ruang, ukuran ruang dan jenis ruang.
2.4 Hubungan Personal space dengan lingkungan
Ruang personal sangat bergantung dengan lingkungan. Dengan jarak-jarak yang
sudah disebutkan di atas, apabila ada yang melebihi atau tidak sesuai dengan ketentuan
jarak itu akan menjadi sangat mengganggu. Terutama di lingkungan padat seperti
angkutan umum dimana orang-orang berdesakan sehingga jarak ruang personal
terganggu.
2.5 Ruang Personal dan Perbedaan Budaya
Dalam eksperimen Waston & Graves (dalam Gifford, 1987),yang mengadakan studi
perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sampel kelompok siswa yang
terdiri dari empat orang yang diminta dtang ke laboratorium. Siswa-siswa ini diberitahu
bahwa mereka &an diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk atau perintah. Kelompok
pertarna terdiri dari orang-orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika.
Rerata jarak interpersonal yang dipakai orang Arab kira-kira sepanjang dari perpanjangan
tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih jauh. Orangorang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya lebih langsung.
Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.
Hall (dalam Altman, 1976) menggambarkan bahwa kebudayaan Arab memiliki
pengindraan yang tinggi, di mana orang-orang berinteraksi dengan sangat dekat: hidung
ke hidung, menghembuskan napas di muka orang lain, bersentuhan dan sebagainya.
Kebudayaan Arab (juga Mediterania dan Latin) cenderung berorientasi kepada kontak
dibandingkan dengan Eropa Utara dan Kebudayaan Barat. Jarak yang dekat dan isyarat-
isyarat sentuhan, penciuman, dan panas tubuh tampaknya merupakan ha1 yang lazim
dalam budaya kontak.
Hall (dalam Altman, 1976) juga mengamati bahwa orang-orang Jepang menggunakan
ruang secara teliti. Hal diduga merupakan respon terhadat populasi yang padat. Keluargakeluarga Jepang memiliki banyak kontak interpersonal yang dekat; seringkali tidur
bersamasarna dalam suatu ruangan dengan susunan yang tidak beraturan atau melakukan
berbagai aktivitas dalarn mang yang sama. Pengaturan taman, pemandangan dam, dan
bengkel kerja merupakan bentuk dari kreativitas dengan tingkat perkembangan yang
tinggi yang saling pengaruh-mempengaruhi di antarasemuarasa yang ada, rnenunjukkan
pentingnya hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Warga India cenderung
memiliki ruang pribadi lebih kecil daripada di Mongolia padang rumput, baik dalam hal
rumah dan individu. Untuk contoh yang lebih rinci, lihat kontak Tubuh dan ruang pribadi
di Amerika Serikat.
2.6 Privacy
2.6.1 Pengertian Privacy
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang
pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu
menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, adanya keinginan untuk berinteraksi dengan
orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang
lain (Dibyo Hartono, 1986).
Rapoport (dalam Soesilo, 1988) mendefinisikan privasi sebagai suatu kemampuan
untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan
kemampuan untuk mencapai interaksi yang diinginkan. Privasi jangan dipandang hanya
sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak-pihak lain dalam rangka
menyepi saja.
Marshall (dalam Wrightman & Deaux, 1981) dan ahli-ahli lain (seperti Bates, 1964;
Kira, 1966 dalam Altman, 1975) mengatakan bahwa privasi menunjukkan adanya pilihan
untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya.
Sedangkan menurut Altman (1975) privasi adalah proses pengontrolan yang selektif
terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain.
2.6.2 Fungsi Privacy
Altman (1975) menjabarkan beberapa fungsi privasi :
1. Fungsi pertama privasi adalah pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang
berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya
menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain. privasi dibagi
menjadi 2 macam, yaitu privasi rendah (terjadi bila hubungan dengan orang lain
dikehendaki), dan privasi tinggi (terjadi bila ingin menyendiri dan hubungan dengan
orang lain dikurangi).
2. Fungsi kedua privasi adalah merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan
dengan orang lain, yang meliputi keintiman / jarak dalam berhubungan dengan orang
lain.
3. Fungsi ketiga privasi adalah memperjelas identitas diri.
2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi privacy
Terdapat faktor yang mempengaruhi privasi yaitu faktor personal, faktor situasional, faktor
budaya.
1. Faktor Personal. Marshall (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa perbedaan dalam
latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Dalam
penelitiannya, ditemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam suasana rumah yang
sesak akan lebih memilih keadaan yang anonim dan reserve saat ia dewasa.
Sedangkan orang menghabiskan sebagian besar waktunya di kota akan lebih memilih
keadaan anonim dan intimacy.
2. Faktor Situasional. Beberapa hasil penelitian tentang privasi dalam dunia kerja, secara
umum menyimpulkan bahwa kepuasaan terhadap kebutuhan akan privasi sangat
berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di
dalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987).
3. Faktor Budaya. Penemuan dari beberapa peneliti tentang privasi dalam berbagai
budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada
orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa tiap-tiap
budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan,
tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford,
1987).
2.8 Pengaruh privacy terhadap perilaku
Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi
yang diinginkan. Ada saat-saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain
(privasi rendah) dan ada saat-saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain
(privasi tinggi).
Altman mengungkapkan beberapa cara untuk mencapai hat tsb yang mengontol dan
mengatur melalui individu yaitu:
a. Perilaku Verbal
Periaku ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal,
ssejauh mana orang lain boleh verhubungan dengannya. Misalnya Maaf, saya tidak
punya waktu.
b. Perilaku Non Verbal
Perilaku ini dilakukan dengan menunjukkan ekspresi wajah atau gerakan tubuh
tertentu sebagai tanda senang atau tidak ssenang. Misalnya seseorang akan menjauh
dan membentuk jarak dengan orang lain, membuang muka ataupun terus menerus
melihat jam yang menandakan bahwa dia tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
Sebaliknya dengan mendekati dan menghadapkan muka, tertawa, menganggukkan
kepala memberikan indikasi bahwa dirinya siap untuk berkomunikasi dengan orang
lain.
c. Mekanisme Kultural
Budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang
menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan kepada orang lain dan hal ini sudah
diketahui oleh banyak orang pada budaya tertentu.
d. Ruang Personal
Ruang personal adalah salah satu mekanisme perilaku untuk mencapai tingkat privasi
tertentu. Kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa individu yang mempunyai
kecenderungan berafiliasi tinggi, ekstrofert atau mempunyai sifat hangat dalam
berhubungan interpersonal mempunyai ruang personal yang lebih kecl daripada
individu yang introvert (Gifford, dalam Prabowo 1998).
e. Teritorialitas
Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku lain untuk mencapai
privasi tertentu. Kalau mekanisme ruang personal tidak memperlihatkan dengan jelas
kawasan yang menjadi pembatas antara dirinya dengan orang lain maka pada
teritorialitas batas-batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap.
2.9 JENIS PRIVASI
Menurut Holand (1982) jenis-jenis privasi dibedakan menjadi enam jenis privasi
yang dibagi menjadi dua golongan.
a
adanya gangguan.
Keinginan untuk tidak terlibat dengan tentangga (not neighboring).
Suatu privasi seseorang yang tidak suka kehidupan bertetangga.
2.10
1
Tujuan Privasi
Privasi adalah kehendak untuk mengontrol akses fisik maupun informasi
terhadap diri sendiri dari pihak orang lain. Semntara itu, ruang personal adalah
perwujudan privasi itu dalam bentuk ruang.
Dengan demikian, privasi juga mempunyai fungsi dan merupakan bagian dari
komunikasi. Didefinisikan bahwa privasi mempunyai tujuan sebagai berikut:
a
kurangnya rasa berhak dan kemandirian diri seseorang. Apabila seseorang berada
di suatu lingkungan baru yang lebih privat, ia akan merasa memiliki control yang
lebih besar atas kehidupannya.
Membatasi dan melindungi diri sendiri dari komunikasi dengan orang lain.
Salah satu alasan seseorang mencari privasi adalah membatasi dan melindungi
percakapan yang dibuatnya. Banyak hal yang ingin disampaikan akan tertahan
apabila tempat untuk membicarakannya belum memenuhi privasi yang
diinginkan.
2
Manfaat Privasi
2.11
Ruang personal dimiliki oleh setiap orang. Dengan kata lain, ruang personal
ini merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang. Berbagai rumusan menjelaskan
kurangnya ruang personal berarti kurangnya jarak interpersonal. Hal ini dapat
mengakibatkan
rasa
tidak
nyaman,
rasa
tidak
aman,
stress,
adanya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan