Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ulumul Hadis merupakan salah satu disiplin ilmu agama yang sangat
penting, terutama sekali untuk mempelajari dan menguasai hadis secara baik dan
tepat. dilihat dari fungsinya, Ulumul Hadis mempunyai peranan penting terhadap
hadis, seperti halnya Ulumul Quran terhadap Al-Quran. Dengan demikian, antara
hadis dan Ulumul Hadis terdapat kaitan yang sangat erat.
Untuk mengetahui Hadis Nabi, maka salah satu dari beberapa bagian
penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui profil
atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan Hadis, yang dengan jasa-jasa
mereka kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah
memperoleh sumber hukum, hingga kita dapat memahami ajaran-ajaran Islam.
Salah satu dari beberapa bagian penting yang tidak kalah menariknya
untuk diketahui adalah Ilmu Takhrij. Ilmu Takhrij merupakan bagian dari ilmu
agama yang harus mendapat perhatian serius karena didalamnya dibicarakan
berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Di samping itu, di
dalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam
menentukan kualitas sanad hadis.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini memiliki batasan masalah yaitu:
1. Siapa saja para rawi hadis yang terkenal ?
2. Apa saja karya-karya dari para perawi yang terkenal ?
3. Apakah yang dimaksud dengan takhrij hadis ?
4. Bagaimanakah sejarah perkembangan takhrij hadis ?
5. Apakah tujuan dan manfaat takhrij hadis ?
6. Apa saja kitab yang diperlukan untuk takhrij hadis ?
7. Bagaimanakah metode takhrij hadis?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui para rawi hadis yang terkenal.


2. Untuk mengetahui karya-karya dari para perawi yang terkenal.
3. Untuk mengetahui pengertian takhrij hadis.
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan takhrij hadis.
5. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat takhrij hadis.
6. Untuk mengetahui kitab yang diperlukan untuk takhrij hadis.
7. Untuk mengetahui metode takhrij hadis.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penelitian maka manfaat yang
ingin dicapai adalah untuk mengetahui para perawi hadis yang terkenal beserta
karya-karyanya dan mengetahui takhrij hadis dari segi pengertian, sejarah,
tujuan, manfaat, kitab, dan metode. Dengan mengetahui para perawi dan
memahami takhrij hadis kita akan dapat mengetahui hadis tersebut sahih,
hasan, atau dhaif.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Rawi Hadis


Untuk mengetahui Hadis Nabi, maka salah satu dari beberapa bagian
penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui profil
atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan Hadis, yang dengan jasa-jasa

mereka kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah
memperoleh sumber hukum, hingga kita dapat memahami ajaran-ajaran Islam.
Dalam bahasan ini akan dibahas al-Aimmah al-Sittah ( 6 Imam Hadis ),
yaitu: Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam al-Tirmidzi,
Imam al-Nasai dan Imam Ibnu Majah, dan kitab Hadis jerih payah susunan
mereka.
1. Imam al-Bukhari ( 194 H/ 810 M 256 H/ 870 M )
Sekilas tentang Imam al-Bukhari
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin AlMughirah bin Bardizbah, adalah ulama hadis yang sangat masyhur,
kelahiran Bukhara, suatu kota di Uzbekistan, wilayah Uni Sovyet, yang
merupakan simpang jalan antara Rusia, Persi, Hindia dan Tiongkok.
Beliau lebih terkenal dengan nama Bukhary ( putra daerah Bukhara ).
Beliau dilahirkan setelah selesai shalat Jumat, pada tanggal 13 bulan
Syawal, tahun 194 H. Seroang Muhadditsin yang jarang tandingannya ini,
sangat wara, sedikit makan, banyak membaca Al-Quran, baik siang
maupun malam, serta gemar berbuat kebajikan kepada murid-muridnya. Ia
sangat alim di bidang hadis dan telah menyusun sebuah kitab yang
kesahihannya disepakati oleh umat Islam dari zaman dahulu hingga
sekarang. Nenek moyang beliau yang bernama Al-Mughirah bin
Bardizbah, konon adalah seorang Majusi yang kemudian menyatakan
keislamannya di hadapan Walikota yang bernama Al-Yaman bin Ahnas AlJufy, yang karena inilah kemudian beliau dinasabkan dengan Al-Jufi atas
dasar wala-ul-Islam.1
Ia salah seorang yang sangat kuat daya hafalannya, sebagaimana
yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok Bukhari kurus, tidak
tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dan dermawan, dan
1 Fatchur Rahman. 1974. Ikhtisar Mushthalahul Hadits. Bandung:
Almaarif. ( hlmn : 376 )

banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan. Sebagian riwayat


menjelaskan bahwa di antara kecerdasan beliau adalah sekali melihat dapat
mengingat atau menghafal dengan sempurna. Beliau seorang yang zahid,
wara, pemberani, pemurah, dan sebagai mujtahid dalam fiqh.
Dianatara kelebihan daya ingat ( dhabit ) dan kecerdasan Imam AlBukhari mampu mengembalikan dan menerapkan kembali 100 pasang
sanad hadis pada matan yang sengaja diacak ( hadis Maqlub ) oleh 10
ulama Baghdad dalam rangka menguji kapabilitas daya ingat dan
intelektual Al-Bukhari dengan lugas dan dikembalikan sesuai dengan
proporsinya semula.
Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis sahih, Bukhari
menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota
guna menenemui para rawi hadis, mengumpulkan dan menyeleksi
hadisnya. Diantara kota-kota yang disinggahinya, antara lain Bashrah,
Mesir, Hijaz ( Mekah, Madinah ), Kufah, Baghdad sampai Asia Barat. Di
Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar
Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota itu, ia bertemu dengan
80.000 rawi. Dari merekalah, Bukhari mengumpulkan dan menghapal satu
juta hadis.
Namun, tidak semua hadis yang ia hapal kemudian diriwayatkan,
melainkan terlebih dahulu diseleksi dengan seleksi yang sangat ketat, di
antaranya apakah sanad ( riwayat ) dari hadis tersebut bersambung dan
apakah rawi ( periwayat/pembawa ) hadis itu terpercaya dan tsiqah
( kuat ). Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bukhari menulis sebanyak
9.082 hadis dalam karya monumentalnya, Al-Jami Ash-Shahih

yang

dikenal sebagai Shahih Bukhari.


Dalam meneliti dan menyeleksi hadis dan diskusi dengan para
rawi, Imam Bukhari sangat sopan. Kritik-kritik yang ia lontarkan kepada
rawi cukup halus, namun tajam. kepada rawi yang sudah jelas

kebohongannya, ia berkata, Perlu dipertimbangkan, para ulama


meninggalkannya atau para ulama berdiam diri dari hal itu . sementara
kepada rawi yang hadisnya tidak jelas, ia menyatakan, Hadisnya
diingkari.

Bahkan,

banyak

meninggalkan

rawi

yang

diragukan

kejujurannya. Dia berkata, Saya meninggalkan 10.000 hadis yang


diriwayatkan oleh rawi yang perlu dipertimbangkan dan meninggalkan
hadis-hadis dengan jumlah yang sama atau lebih, yang diriwayatkan rawi,
yang dalam pandangan saya perlu dipertimbangkan.
Banyak ulama atau rawi yang ditemui sehingga Bukhari banyak
mencatat jati diri dan sikap mereka secara teliti dan akurat. Untuk
mendapatkan keterangan yang lengkap mengenai sebuah hadis, mengecek
keakuratan sebuah hadis, ia berkali-kali mendatangi ulama atau rawi
meskipun berada di kota atau negeri yang jauh.
Disela-sela kesibukannya sebagai ulama dan pakar hadis, ia juga
dikenal sebagai ulama ahli fiqh, bahkan tidak lupa dengan kegiatankegiatan olahraga dan rekreatif, seperti belajar memanah sampai mahir.
Menurut suatu riwayat, Imam Bukhari tidak pernah luput memanah,
kecuali dua kali.
kebesaran akan keilmuan Imam Bukhari diakui dan dikagumi
sampai ke seantero dunia Islam. Di Nasaibur, tempat asal Imam Muslim,
seorang ahli hadis yang juga murid Imam Bukhari dan menerbitkan kitab
Shahih Muslim, kedatangan Imam Bukhari pada tahun 250 H disambut
meriah. Ia juga disambut oleh guru-gurunya, Muhammad bin Yahya AzZihli. dalam kitab Shahih Muslim, Imam Muslim menulis, Ketika Imam
Bukhari datang dari Naisabur, saya tidak melihat kepala daerah, para
ulama, dan warga kota memberikan sambutan luar biasa seperti yang
mereka berikan kepada Imam Bukhari. Namun, kemudian terjadi fitnah
yang menyebabkan Imam Bukhari meninggalkan kota itu dan pergi ke
kampung halamannya di Bukhara.

Seperti halnya Naisabur, di Bukhara, Imam Bukhari disambut


secara meriah. namun, ternyata fitnah kembali melanda, kali ini datang
dari Gubernur Bukhara sendiri, Khalid bin Ahmad Az-Zihli yang akhirnya
Gubernur ini menerima hukuman dari Sultan Uzbekistan Ibn Tahir.
Tak lama kemudian, atas permintaan warga Samarkand, sebuah
negeri tetangga Uzbekistan, Imam Bukhari akhirnya menetap di
Samarkand. Tiba di Khartand, sebuah desa kecil sebelum Samarkand, ia
singgah untuk mengunjungi beberapa familinya. namun, di sana, ia jatuh
sakit selama beberapa hari. dan akhirnya meninggal pada tanggal 31
Agustus 870 M pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.
Ia dimakamkan selepas shalat Dzuhur pada hari raya Idul Fitri.2

Perhatiannya terhadap Ilmu Hadis


Sejak berumur kurang lebih 10 tahun, sudah mempunyai perhatian

dalam ilmu-ilmu hadis, bahkan sudah mempunyai hafalan hadis yang tidak
sedikit jumlahnya. Beliau merantau ke negeri Syam, Mesir, Jazirah sampai
dua kali, ke Bashrah empat kali, ke Hijaz bermukim 6 tahun dan pergi ke
Bagdad bersama-sama para ahli hadis yang lain, sampai berkali-kali. Pada
suatu ketika, beliau pergi ke bagdad. Para ulama hadis di Bagdad
bersepakat menguji ulama muda yang mulai menanjak namanya. Ulama
hadis tersebut terdiri dari 10 orang yang masing-masing mengutarakan 10
hadis kepada beliau, yang sudah ditukar-tukar sanad dan matannya. Imam
Bukhari diundangnya pada suatu pertemuan umum yang dihadiri juga oleh
Muhadditsin dari dalam dan luar kota. Bahkan diundang juga ulama hadis
dari Khurasan.
Satu demi satu dari 10 ulama hadis tersebut menanyakan 10 hadis
yang telah mereka persiapkan. Jawaban beliau terhadap setiap hadis yang
dikemukakan oleh penanya pertama ialah saya tidak mengetahuinya.
2 http://en.wikipedia.org/wiki/Bukhari ( diakses pada tanggal 2 Mei
2016 )

Demikianlah selesai penanya pertama, majulah penanya kedua


dengan satu-persatu dikemukakan hadis yang sudah disiapkan dan
seterusnya sampai selesai penanya yang kesepuluh dengan hadis-hadisnya
sekali, jawabannyapun saya tidak mengetahuinya. Tetapi setelah beliau
mengetahui gelagat mereka yang bermaksud mengujinya, lalu beliau
menerangkan dengan membenarkan dan mengembalikan sanad-sanadnya
pada matan yang sebenarnya satu per satu sampai selesai semuanya. Para
ulama yang hadir tercengang dan terpaksa harus mengakui kepandaiannya,
ketelitiannya dalam ilmu hadis.

Guru Guru dan Muridnya


Beliau telah memperoleh hadis dari beberapa hafidh, antara lain

Maky bin Ibrahim, Abdullah bin Usman Al-Mawazy, Abdullah bin


Musa Al-Abbasy, Abu Ashim As-Syaibany dan Muhammad bin A
bdullah Al-Anshary.
Ulama-ulama besar yang telah pernah mengambil hadis dari beliau,
antara lain: Imam Muslim, Abu Zurah. At-Turmudzy, Ibnu Khuzaimah
dan An-Nasaiy.

Karya-Karyanya
Imam Bukhari banyak menghasilkan karya-karya, sebagian telah

musnah dan sebagian lagi masih ada ditengah-tengah kita. Karya-karya


Imam Bukhari di anataranya: Al-Jami Ash-Shahih yang dikenal sebagai
Shahih Bukhari, Al-Adab Al-Mufrad, Adh-Dhuafa Ash-Shaghir, At-Tarikh
Al-Ausath, At-Tarikh Al-Kabir, At-Tafsir Al-Kabir, Al-Musnad Al-Kabir,
Mazaya Shahabah wa Tabiin, Kitab Al-Illal, Raful Yadain fi Ash-Shalah,
Birr Al-Walidain, Kitab Ad-Duafa, Asami Ash-Shahabah, Al-Hibah,
Khalq Afal Al-Ibad.
Diantara karya Imam Bukahari tersebut, yang paling terkenal
adalah Al-Jami Ash-Shahih, yang judul lengkapnya adalah Al-Jami Al7

Musnad Ash-Shahih Al-Mukhtaar min Umur Rasul Allah wa Sunanih wa


Ayyamih. jumlah hadis dalam kitab ini adalah 9.082 buah. Bila tanpa yang
diulang, jumlahnya 2.602 buah. Jumlah ini tak termasuk hadis mauquf dan
ucapan para tabiin.
2. Imam Muslim ( 204 H/ 820 M 261 H/ 875 M )
Sekilas tentang Imam Muslim
Nama lengkapnya adalah Al-Imam Abu Husain Muslim bin AlHajjaj Al-Qusyairi An-Naisaburi. Ia dilahirkan pada tahun 204 H dan
meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun 261 H dan
dikuburkan di Naisaburi.
ia juga sudah belajar hadis sejak kecil seperti Imam Bukhari dan
pernah mendengar dari guru-guru Al-Bukhari dan ulama lain selain
mereka. Orang yang menerima hadis dari Imam Muslim, termasuk tokohtokoh ulama pada masanya. Ia juga telah menyusun beberapa karangan
yang bermutu dan bermanfaat. yang paling bermanfaat adalah kitab
sahihnya yang dikenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini disusun lebih
sistematis dari Shahih Bukhari. kedua kitab hadis sahih ini Shahih Bukhari
dan

Shahih Muslim, biasa disebut dengan Asy-Syaikhani atau Asy-

Syaikhaini, yang berarti dua orang tua, yang maksudnya dua tokoh ulama
ahli hadis. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin terdapat istilah
akhraja hu yang berarti mereka berdua meriwayatkannya.
Ia belajar hadis sejak usia dini, yaitu saat ia berusia 16 tahun, yaitu
mulai tahun218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan negara-negara
lainnya.
Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin
Rahawaih; di Ray, ia berguru kepada Muhammad bin Mahrau dan Abu
Ansan; di Irak, ia belajar kepada Said bin Mansur dan Abu MasAbuzar;

di Mesir, ia berguru kepada Amr bin Sawad, Harmalah bin Yahya, dan
kepada ulama hadis yang lain.3
Ia berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulamaulama ahli hadis, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H. Ketika
Imam Bukhari datang ke Naisabur, ia sering datang kepadanya untuk
berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah
atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung dengan
Bukhari sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan AzZihli. Muslim dan Shahih-nya maupun dalam kitab lainnya, tidak
memasukkan hadis-hadis yang diterima Az-Zihli padahal Az-Zihli adalah
gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan
hadis dalam Shahih-nya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal Bukhari
pun gurunya. tampaknya menurut Muslim, yang lebih baik adalah tidak
memasukkan hadis-hadis yang diterima dari kedua gurunya itu ke dalam
Shahih-nya, namun tetap mengakui mereka sebagai guru.
Imam Muslim wafat pada Minggu sore dan dikebumikan di
kampung Nasr Abad, salah satu daerah diluar Naisabur, pada hari senin, 25
Rajab 261 H/5 Mei 875 M dalam usia 55 tahun.

Guru-Guru dan Murid-Muridnya


Selain yang telah disebutkan di atas, masih banyak ulama hadis

yang menjadi gurunya, seperti Qatadah bin Said, Al-Qanaby, Ismail bin
Abi Uwais, Muhammad bin Al-Musanna, Muhammad bin Rumhi dan lainlainnya.
Ulama-ulama besar, ulama-ulama yang sederajat dengan beliau dan
para hafidh, banyak yang berguru hadis pada beliau, seperti Abu Hatim,

3 http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Muslim ( diakses pada tanggal 5


Mei 2016 )

Musa bin Haran, Abu Isa At-Turmudzy, Yahya bin Said, Ibnu
Khuzaimah, dan awwanah, Ahmad ibnu I-Mubarak dan lain sebagainya.

Karya-Karyanya
Imam Muslim meninggalkan karya tulis yang tidak sedikit

jumlahnya, diantaranya Al-Jami Ash-Shahihatau lebih dikenal sebagai


Shahih Muslim, Al-Musnad Al-Kabir ( kitab yang menerangkan namanama para rawi hadis ), Kitab Al-Asmawal-Kuna, Kitab Al-Illal, Kitab AlAqran, Kitab Sualat Ahmad bin Hanbal, Kitab Ak-Intifa bi Uhubis-Siba,
Kitab Al-Muhadramin, Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid, Kitab
Auladish-Shahabah, Kitab Auham Al-Muhadditsin.
Di antara karya-karya tersebut, yang termasyhur adalah Ash
Shahih, yang judul lengkapnya adalah Al-Musnad Ash Shahih AlMukhtasar min As-Sunan bi Naql Al-Adlan Rasul Allah. Menurut
perhitungan M.Fuad Abd Al-Baqi, kitab ini berisi 3.033 hadis.
3. Imam Abu Dawud ( 202 H/817 M 275 H/889 M )
Sekilas tentang Imam Abu Dawud
Nama lengkap Abu Dawud Sulaiman bin A-Asyats bin Ishaq bin
Syihab ibn Amar bin Amran Al-Azdi As-Sijistani.
Abu Dawud adalah seorang perawi hadis yang mengumpulkan
sekitar 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800, di antaranya
dalam kitab Sunan Abu Dawud. Untuk mengumpulkan hadis, ia bepergian
ke Saudi Arabia, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishabur, Marv, dan
tempat-tempat lain, menjadikannya sebagai salah seorang ulama yang
paling luas perjalanannya.
Bapak beliau, yaitu Al-Asyats bin Ishaq adalah seorang rawi hadis
yang meriwayatkan hadis dari Hamad bin Zaid. Demikian juga
saudaranya, Muhammad bin Al-Asyats, termasuk seorang yang menekuni

10

dan menuntut hadis dan ilmunya, merupakan teman perjalanan Imam Abu
Dawud dalam menuntut hadis dari para ulama ahli hadis.
Imam Abu Dawud Sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak
berusia belasan tahun. hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H , ia
sudah berada di Baghdad, dan di sana, ia melayat ke kediaman Imam
Muslim, sebagaimana yang ia katakan, Aku menyaksikan jenazahnya dan
menshalatkannya. Walaupun telah pergi ke negeri-negeri tetangga
Sajistan, seperti Khurasan, Baghlan, Harron, Roi, dan Naisabur,
setelahImam Abu Dawud masuk kota Baghdad, ia diminta oleh Amir Abu
Ahmad Al-Muwaffaq untuk tinggal dan menetap di Bashrah, dan ia
menerimanya, Akan tetapi, hal itu tidak membuat ia berhenti dalam
mencari hadis.
Kemudian, ia mengunjungi bebrbagai negeri untuk memetik
langsung ilmu dari sumbernya. Ia langsung berguru selama bertahuntahun.
Imam Abu Dawud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat
utamanya adalah syariat, jadi kumpulan hadisnya berfokus murni pada
hadis tentang syariat. setiap hadis dalam kumpulannya diperiksa
kesesuaiannya dengan al-Qur;an, begitu pula sanadnya. Dia pernah
memperlihatkan kitab tersebut kepada Imam Ahmad untuk meminta saran
perbaikan.
Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia Muslim
sebagai salah satu kitab hadis yang paling otentik. namun, diketahui bahwa
kitab ini mengandung beberapa hadis lemah ( yang sebagian di tandai oleh
Imam Abu Dawud dan sebagian tidak).
Imam Abu Dawud adalah Imam dari imam-imam ahlusunnahwal
jamaah yang hidup di Bashrah, kota berkembangnya kelompok Qadariyah
dan pemikiran Khawarij, Mutazilah, Murjiah, Syiah, Rafidhah,
Jahmiyah, serta lainnya. Walupun demikian ia tetap, dalam keistiqamahan
11

di atas sunnah dan membantah Qadariyah dengan kitabnya Al-Qadar.


Demikian pula bantahannya atas Khawarij dalam kitabnya Akhbar Al
Khawarij dan membantah pemahaman yang menyimpang dari kemurnian
ajaran Islam yang telah disampaikan oleh Rasulullah.
Abu Dawud wafat di kota Bashrah tanggal 16 Syawal 275 H dan
dishalatkan jenazahnya oleh Abbas bin Abdul Wahid Al-Haasyimy.

Guru Guru dan Murid Muridnya


Ulama-ulama yang telahdiambil hadisnya, antara lain Sulaiman bin

Harb, Utsman bin abi Syaibah, Al-Qanaby dan Abu Walid At-Thayalisy.
Ulama-ulama yang pernah mengambil hadis-hadisnya, antara lai
putranya sendiri Abdullah, An-Nasaiy, At-Turmudzy, Abu Awwanah,
Ali bin Abdush-Shamad dan Ahmad bin Muhammad bin Harun.

Karya Karyanya
Selama hidupnya, Imam Dawud menghasilkan karya-karya,

diantaranya Al-Marasil, Masail Al-Imam Ahmad, Al-Nasikh wa AlMansukh, Risalah fi Washf Kitab As-Sunan, Al-Zuhud, Ijabatan Shalawat
Al-Ajurri, Asilah an Ahmad bin Hanbal, Tasmiyat Al-Ikhwan, Kitab AlQadr, Al-Baats wa An-Nusyur, Al-Masail Al-Kati Khalafa alaiha AlImam Ahmad, Dalail An-Nabawwah, Fadhail An-Anshar, Musnad Malik,
Ad-Dua, Ibtida Al-Wahy, At-Tafaruud fi As-Sunan, Akhbar Al-Khawarij,
Alam An-Nubuwwah, dan As-Sunan.
4. Imam Al-Tirmidzi ( 200 H/824 M 279 H/892 M )
Sekilas tentang Imam Al-Tirmidzi
Nama lengkapnya adalah Imam Al-Hafizh Abu Isa Muhammad
bin Isa bin Saurah bin Musa bin Ad-Dahhak As-Sulami At-Tirmidzi. Ia
adalah salah seorang ahli hadis kenamaan, dan pengarang berbagai kitab
yang masyhur. Ia lahir pada 200 H di kota Tirmiz.

12

Kakek Abu Isa At-Tirmidzi berkebangsaan Mirwaz, kemudian


pindah ke Tirmidzi dan menetap di sana. Di kota inilah, cucunya bernama
Abu Isa dilahirkan. semenjak kecil, Abu Isa sudah gemar mempelajari
ilmu dan mencari hadis. Untuk keperluan inilah, ia mengembara ke
berbagai negeri. Ia banyak mengunjungi ulama besar dan guru hadis untuk
mendengar hadis, kemudian menghapalkan dan mencatatnya dengan baik
di perjalanan atau ketika tiba di suatu tempat. Ia tidak perbah menyianyiakan kesempatan tanpa menggunakannya dengan seorang guru dalam
perjalanan menuju Mekah.
Imam Tirmidzi ia dapat mengetahui kelemahan-kelemahan dan
rawi-rawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang mewakili wawasan
dan pandangan luas.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat,
berdiskusi, bertukar pikiran, dan mengarang, pada akhir kehidupannya ia
mendapat musibah kebutaan. Beberapa tahun lamanya, ia hidup sebagai
tunanetra. Dalam keadaan seperti inilah, akhirnya At-Tirmidzi meninggal
dunia. Ia wafat di Tirmidz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H ( 8
Oktober 892 ) dalam usia 70 tahun.

Guru-Guru dan Murid-Muridnya


Beliau mengambil Hadis dari ulama hadis yang kenamaan, seperti:

Qutaibah bin Said, Is-haq bin Musa, Al-Bukhari, dan lain-lainnya.


Orang-Orang banyak yang belajar hadis pada beliau dan di antara
sekian banyak muridnya dapat dikemukakan antara lain Muhammad bin
Ahmad bin Mahbub.

Karya-Karyanya
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab, diantaranya Al-Jami Al-

Mukhtashar min As-Sunan an Rsul Allah, terkenal dengan Sunan At-

13

Tirmidzi, Tawarikh, Al-Ilal, At-Tarikh, Al-Ilal Al-Khabir, Asy-Syamail


An-Nabawiyyah, Az-Zuhd, Asma Ash-Shahabah, Al-Asma wal-Kunya, AlAtsar Al-Muqufah. Di antara kitab-kitab tersebut yang paling besar, dan
terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami.
5. Imam An-Nasai ( 215 H/824 M 303 H/915 M )
Sekilas tentang Imam An-Nasai
Nama lengkapnya adalah Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syuaib
bin Ali ibn Abi Bakar ibn Sinan An-Nasai. Ia terkenal dengan nama AnNasai karena dinisbatkan dengan kota Nasai, salah satu kota di
Khurasan. Ia dilahirkan pada tahun 215 H demikian menurut AdzDzahabi. Seorang Muhaddits putra Nasa yang pintar, wiraiy, hafidh lagi
takwa ini, memilih negara Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalam
menyiarkan hadis-hadis kepada masyarakata. Dan meninggal dunia pada
hari Senin tanggal 13 Shafar 303 H di Palestina, kemudian di kuburkan di
Baitul Maqdis.

Guru-Gurunya dan Murid-Muridnya


Guru-guru beliau antara lain Qutaibah bin Said, Is-Haq bin

Ibrahim dan imam-imam hadis-hadis dari Khurasa, Hijaz, Irak, dan


Mesir.
Murid-murid beliau antara lain: Abu Nasher ad-Dalaby dan
Abdul-Qasim At-Thabary.

Karya-Karyanya
Imam Nasai menyusun banyak karya, di antaranya As-Sunan

Al-Kubra, As-Sunan Al-Mujtaba, Kitab Al-Tamyiz, Kitab AdhDhuafa,Khasais Ali, Musnad Ali, Musnad Malik, Manasik Al-Hajj,
dan Tafsir.
6. Imam Ibnu Majah ( 207 H/824 M 273 H/887 M )

14

Sekilas tentang Imam Ibnu Majah


Ibnu Majah adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota

Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap imam hadis yang
terkenal dengan sebutan neneknya ini adalah Abu Abdillah
Muhammad bin Yazid Ar-Rabai Al-Qazwini Ibnu Majah. Ia dilahirkan
di Qazwin pada tahun 2017 H. Ia wafat hari Selasa, bulan Ramadhan,
tahun 273 H.
Sebagaimana halnya Muhaditsin yang dalam mencari hadishadis memerlukan perantauan ilmiah, ia pun berkeliling di beberapa
negeri untuk menemui dan berguru hadis kepada para ulama hadis.

Guru-Guru dan Murid-Muridnya


Dari tempat perantauannya itu, beliau bertemu dengan murid-

murid Imam Malik dan Al-Laits, dan dari beliau-beliau inilah beliau
banyak

memperoleh

hadis-hadis.

hadis-hadis

beliau

banyak

diriwayatkan oleh orang-orang banyak.

Karya-Karyanya
Selama hidupnya, Ibnu Majah banyak menghasilkan karya, di
antaranya, Tafsir Al-Quran Al-Karim, At-Tarikh, dan Sunan Ibnu
Majah.

2.2 Pengertian Takhrij


Kata takhrij menurut bahasa mempunyai beberapa makna. Menurut
ulama hadis, kata ini setidaknya mempunyai arti sebagai berikut:4
1. Kata takhrij ( )merupakan sinonim dengan kata ikhraj ( )
yang berarti menjelaskan hadis kepada orang lain dengan menyebutkan
4 Zarkasih. 2015. Studi Hadis. Pekanbaru: Suska Press. (hlmn. 175 )

15

mukhrijnya, yaitu para perawi dalam sanad hadis. Misalnya, para ahli
hadis mengatakan: artinya Al-Bukhari telah
meriwayatkan dan menyebutkan tempat dikeluarkannya secara
independen.
2. Takhrij kadang-kadang digunakan untuk arti mengeluarkan hadis dan
meriwayatkannya dari beberapa kitab.
3. Takhrij terkadang juga disebut al-dalalah, artinya menunjukkan kitabkitab sumber hadis dan menisbatkannya dengan cara menyebutkan
para rawinya, yaitu para pengarang kitab sumber hadis tersebut.
Adapun secara istilah takhrij hadis didefinisikan sebagai berikut:

Takhrij menurut istilah adalah menunjukkan tempat hadis pada sumber
aslinya yang mengeluarkan hadis tersebut dengan sanadnya dan
menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.
Para muhaditsin mengartikan takhrij hadis adalah sebagai berikut:5
1. Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para
periwayatnya dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan
metode periwayatan yang mereka tempuh.
2. Ulama mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh
para guru hadis, atau berbagai kitab lain yang susunannya
dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa
periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan
sumber pengambilan.
3. mengeluarkan, yaitu mengeluarkan hadis dari dalam kitab dan
meriwayatkannya. Al-Sakhawy mengatakan dalam kitab Fathul
Mughits

sebagai

berikut,

Takhrij

adalah

seorang

muhadits

mengeluarkan hadis-hadis dari dalam ajza, al-masikhat, atau kitabkitab lainnya. Kemudian, hadis tersebut disusun gurunya atau teman-

5 Syuhudi Ismail. 1992. Metode Penelitian Sanad Hadis. Jakarta: Bulan


Bintang.( hlmn: 41-42)

16

temannya dan sebagainya, dan dibicarakan kemudian disandarkan


kepada pengarang atau penyusun kitab itu.
4. Dalalah, yaitu menunjukkan pada sumber hadis asli dan menyandarkan
hadis tersebut pada kitab sumber asli dengan menyebutkan perawi
penyusunnya.
5. Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya
yang asli, yakni kitab yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap
dengan sanadnya masing-masing, lalu untuk kepentingan penelitian,
dijelaskan kualitas sanad hadis tersebut.
Syuhudi Ismail mendifinisikannya dengan penelusuran atau pencarian
hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan,
yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis
yang bersangkutan.6
Muhammad al-Thahhan, takhrij al-Hadis adalah menunjukkan tempat
hadis pada sumber-sumbernya yang asli, yang diriwayatkan berikut sanadnya,
kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.7
Yang dimaksud dengan menunjukkan tempat hadis yaitu: menunjukkan
sejumlah kitab yang didapati hadis itu di dalamnya.
Maksudnya di sini, keberadaan suatu hadis dapat ditelusuri dari ciri-ciri
kitab sumber yang menyebutkannya, contohnya: ( hadis itu telah
di takhrij oleh Bukhari dalam shahihnya).
Yang dimaksud dengan sumber-sumbernya yang asli adalah kitab-kitab
hadis yang dihimpun oleh penyusunnya setelah menerima langsung dari gurugurunya berikut sanad-sanadnya yang bersambung sampai kepada Nabi Saw,

6 1992. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang.


(hlmn. 43)
7 Mohammad Gufron dan Rahmawati. Ulumul Hadis Praktis dan Mudah.
Yogyakarta: Teras ( hlmn: 55 )

17

seperti dalam Kutub al-Sittah, atau dalam Mwatha Imam Malik, Musnad
Ahmad, Mustadrak al-Hakim, dan lain-lain.
Adapun kitab-kitab hadis yang diambil dari kitab-kitab hadis yang
sudah ada, dalam konteks ini dinamakan kitab furu yakni cabang kitab-kitab
sumber, seperti kitab Bulugh al-Maram karya al-Hafidz Ibn Hajar, Riyadhu
al-shalihin karya Imam Nawawi dan kitab-kitab lain yang sejenis.
Yang dimaksud dengan menjelaskan martabatnya jika diperlukan yakni
menjelaskan martabat suatu hadis apakah ia termasuk shahih, hasan, dhaif,
atau lainnya apabila diperlukan.

Dari uraian definisi di atas, takhrij dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para
rawinya yang ada dalam sanad hadis itu.
2. Mengemukakan asal-usul hadis sambil

dijelaskan

sumber

pengambilannya dari berbagai kitab hadis, yang rangkaian sanadnya


berdasarkan riwayat yang telah diterimanya sendiri atau berdasarkan
rangkaian sanad gurunya, dan yang lainnya.
3. Mengemukakan hadis-hadis berdasarkan sumber pengambilannya dari
kitab-kitab yang didalamnya dijelaskan metode periwayatannya dan
sanad hadis-hadis tersebut, dengan metode dan kualitas para rawi
sekaligus

hadisnya.

Dengan

demikian,

pen-takhrij-an

hadis

penelusuran atau pencarian hadis dalam berbagai kitab hadis ( sebagai


sumber asli dari hadis yang bersangkutan ), baik menyangkut materi
atau isi ( matan ), maupun jalur periwayatan ( sanad ) hadis yang
dikemukakan.
2.3 Sejarah Takhrij Hadis
Penguasaan para ulama terdahulu terhadap sumber-sumber As-Sunnah
begitu luas, sehingga mereka tidak merasa sulit jika disebutkan suatu hadis
untuk mengetahuinya dalam kitab-kitab As-Sunnah. Ketika semangat belajar

18

sudah melemah, mereka kesulitan untuk mengetahui tempat-tempat hadis yang


dijadikan sebagai rujukan para ulama dalam ilmu-ilmu syari. Maka sebagian
dari ulama bangkit dan memperlihatkan hadis-hadis yang ada pada sebagian
kitab dan menjelaskan sumbernya dari ktab-kitab As-Sunnah yang asli,
menjelaskan metodenya, dan menerangkan hukumnya dari yang shahih atas
yang dhaif.
Ulama yang pertama kali melakukan takhrij menuut Mahmud AthThahhan adalah Al-Khaththib Al-Baghdadi ( w. 436 H ). Kemudian, dilakukan
pula oleh Muhammad bin Musa Al-Hazimi ( w. 584 H ) dengan karyanya yang
berjudul Takhrij Ahadits Al-Muhadzdzab. Ia men-takhrij kitab fiqh Syafiah
karya Abu Ishaq Asy-Syirazi. Ada juga ulama lainnya, seperti Abu Al-Qasimi
Al-Husaini dan Abu Al-Qasim Al-Mahrawani. Karya kedua ulama ini hanya
beberapa mahthuthah ( manuskrip ) saja. Pada perkembangan selanjutnya,
cukup banyak bermunculan kitab yang berupaya men-takhrij kitab-kitab
dalam berbagai ilmu agama.
Lalu muncullah apa yang dinamakan dengan Kutub At-Takhrij ( bukubuku takhrij ), yang diantaranya adalah:8
a. Takhrij Ahaadits Al-Muhadzdzab; karya Muhammad bin Musa AlHazimi Asy-Syafii ( wafat 548 H ). Dan kitab Al-Muhadzdzab ini
adalah kitab mengenai fiqih madzhab Asy-Syafii karya Abu Ishaq
Asy-Syairazi.
b. Tahkrij Ahaadits Al-Mukhtashar Al-Kabir li ibni Al-Hajib; karya
Muhammad bin Ahmad Abdul-Hadi Al-Maqdisi ( wafat 744 H ).
c. Nashbur-Rayah li Ahaadits Al-Hidyah li Al-Marghinani; karya
Abdullah bin Yusuf Az-Zailai ( wafat 762 H ).
d. Takhrij Ahaadits Al-Kasyaf li Az-Zamakhsyari; karya Al-Hafidh AzZailai juga. ( Ibnu Hajar juga menulis takhrij untuk kitab ini dengan
judul Al-Kafi Asy-Syaafi fii Takhrij Ahaadits Asy-Syaafi ).

8 Zarkasih. 2015. Studi Hadis. Pekanbaru: Suska Press. (hlmn. 176 )

19

e. Al-Badrul-Munir fii Takhrijil-Ahaadits wal-Atsar Al-Waqiah fisySyarhil-Kabir li Ar-Rafii; karya Umar bin Ali bin Mulaqqin ( wafat
804 H ).
f. Al-Mughni an Hamlil-Asfaar fii Takhrij maa fil-ihyaa minal-Akhbar;
karya Aburrahman bin Al-Husain Al-Iraqi ( wafat tahun 806 H ).
g. Takhrij Al-Ahaadits allati Yusyiiru ilaihat-Tirmidzi fii Kulli Baab;
karya Al-Hafidh Al-Iraqi juga.
h. At-Talkhiisul-Habiir fii Takhriji Ahaaditsi Syarh Al-Wajiz Al-Kabir li
Ar-Rafii; karya Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalani ( wafat 852
H ).
i. Ad-Drayah fii Tkhriji Ahaaditsil-Hidayah; karya Al-Hafidh Ibnu Hajar
juga.
j. Tuhfatur-Rawi fii Takhriji Ahaaditsil-Baidlawi; karya Abdurrauf Ali
Al-Manawi ( wafat 1031 H ).
2.4 Tujuan dan Manfaat Takhrij al-Hadis
Ilmu Takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat
perhatian serius karena didalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk
mengetahui sumber hadis itu berasal. Di samping itu, di dalamnya ditemukan
banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas
sanad hadis.9
Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di-takhrij.
Tujuan lainnya adalah mengetahui ditolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut.
Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya
memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga hadis tersebut
menjadi jelas, baik asal-usul maupn kualitasnya.
Adapun faedah takhrij hadis ini antara lain:
1. Dapat diketahui banyak sedikitnya jalur periwayatannya sutu hadis
yang sedang menjadi topik kajian.

9 Utang Ranuwijaya. 1996. Ilmu Hadis. Jakarta: Gaya Media Pratama.

20

2. Dapat diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah


kekuatan riwayat. Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain,
kekuatan periwayatan tidak bertambah.
3. Dapat ditemukan status hadis Shahih li dzatih atau shahih li ghairih,
hasan li dzatih, atau hasan li ghairih. Demikian juga, akan dapat
diketahui hadia mutawatir, masyhur, aziz, dan gharib-nya.10
4. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan
setelah mengetahui bahwa hadis tersebut adalah makbul ( dapat
diterima ). Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila
mengetahui bahwa hadis tersebut mardud ( ditolak ).
5. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal
dari Rasulullah Saw yang harus diikuti karena adanya bukti-bukti yang
kuat tentang kebenaran hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun
matan.
2.5 Kitab-Kitab yang diperlukan
Dalam melakukan takhrij hadis, kita memerlukan kitab-kitab yang berkaitan
dengan takhrij hadis ini. Adapun kitab-kitab tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhari


Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman Ambar Al-Misri At-Tahtawi.
Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis yang termuat dalam
Shahih Al-Bukhari. Lafazh hadis disusun menurut urutan huruf abjad Arab.
Namun, hadis-hadis yang dikemukakan secara berulang dalam Shahih
Bukharitidak dimuat secara berulang dalam kamus di atas. Dengan
demikian, perbedaan lafazh dalam matan hadis riwayat Al-Bukhari tidak
dapat diketahui melalui kamus tersebut.
2. Mujam Al-Fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau Fuhris
litartibi Ahaditsi Shahihi Muslim

10 Ahmad Zarkasyi Chumaidy. 1990. Takhrij Al-Hadis: Mengkaji dan


Meneliti Al-Hadis. Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati. ( hlmn: 7 )

21

Kitab tersebut merupakan salah satu juz, yakni juz ke-5 dari Kitab
Shahih Muslim yang disunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke-5 ini
merupakan kamus terhadap juz ke 1-4 yang berisi:
a. Daftar urutan judul kitab, nomor hadis, dan juz yang memuatnya.
b. Daftar nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang
termuat dalam Shahih Muslim.
c. Daftar awak matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun
menurut abjad serta menerangkan nomor-nomor hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari bila kebetulan hadis tersebut juga
diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Miftahus Sshihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah.
Kitab ini dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang diriwayatkan
oleh Muslim. Akan tetapi, hadis-hadis yang dimuat dalam kitab ini
hanyalah hadis-hadis yang berupa sabda ( qauliyah ) saja. Hadis tersebut
disusun menurut abjad dari awal lafazh matan hadis.
4. Al-Bugyatu fi Tartibi Ahaditsi Al-Hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Siddiq Al-Qammari. Kitab hadis tersebut
memuat dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang
disusun Abu Nuaim Al-Asabuni ( w. 430 H ) yang berjudul Hilyatul
Auliyai wathabaqatul Asfiyai.
Sejenis dengan kitab tersebut adalah kitab Miftahut Tartibi li Ahaditsi
Tarikhil Khatib yang disusun oleh Sayyid Ahmad bin Sayyid Muhammad
bin Sayyid As-Siddiq AL-Qammari yang memuat dan menerangkan hadishadis yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun oleh Abu Bakar
bin Ali bin Subit bin Ahmad Al-Bagdadi yang dikenal dengan Al-Khatib
Al-Bagdadi ( w. 463 H . kitabnya diberi judul Tarikhu Bagdadi yang
terdiri atas 4 jilid.
5. Al-Jmius Shagir

22

Hadis ini disusun oleh Imam Jalaludin Adurrahman As-Suyuthi ( w. 91


H ). Kitab kamus hadis ini memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam
kitab himpunan kutipan hadis yang disusun oleh As-Suyuthi juga, yakni
kitab Jamul Jawamii.
Hadis yang dimuat dalam kitab Jamus Shagir disusun berdasarkan
urutan abjad dari awal lafazh matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu
ada yang ditulis secara lengkap dan ada pula yang ditulis sebagiansebagian saja, namun telah mengandung pengertian yang cukup.
Kitab hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat Nabi yang
meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-nama mukharij-nya
( periwayat hadis yang menghimpun hadis dalam kitabnya ). Selain itu,
hampir setiap hadis yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penilaian
yang dilakukan atau disetujui oleh As-Suyuthi.
6. Al-Mujam Al-Mufahras li Alfadzil Hadis Nabawi
Penyusun kitab ini adalah tim dari kalangan orientalis. Diantara
anggota tim yag paling aktif dalam kegiatan proses penyusunan adalah Dr.
Arnold John Wensick ( w. 939 M ), seorang profesor bahasa-bahasa Semit,
termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negeri Belanda.
Kitab ini dimaksudkanuntuk mencari hadis berdasarkan petunjuk
lafazh matan hadis. Berbagai lafazh disajikan tidak dibatasi hanya
lafazh-lafazh yang berada di tengah dan bagian-bagian lain dari matan
hadis. Dengan demikian, kitab Mujam mampu memberikan informasi
kepada pencari matan dan sanad hadis selama sebagian dari lafazh
matan yang dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mujam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan untuk
mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni:
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi,
Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majah, Sunan Darimi, Muwatta Malik, dan
Musnad Ahmad.

23

2.6 Metode Takhrij Hadis


Adapun yang pertama kali harus dilakukan bagi seseorang yang hendak
menelusuri keberadaan hadis ( mentakhrij hadis ) dalam kitab hadis ( sumber asli )
adalah dengan memperhatikan orang-orang yang meriwayatkan hadis tersebut,
atau dengan memperhatikan temanya, lafadz-lafadznya, atau sifat-sifat khusus
baik pada sanad, atau matannya. Sehingga hal ini dapat memudahkan dalam
menentukan metode takhrij.
Metode takhrij dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Metode Pertama: Takhrij dengan Cara Mengetahui Perawi Hadis
dari Sahabat
Metode ini digunakan apabila kita mengetahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadis yang akan ditakhrij. Apabila tidak diketahui nama
sahabat yang meriwayatkan tentu metode takhrij dengan metode ini tidak
bisa dilakukan. Untuk menerapkan metode ini digunakan tiga macam kitab
di bawah ini. Kitab-kitab ini disusun tiga macam kitab dibawah ini. Kitabkitab ini disusun berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan hadis.
a. Al-Masanid ( musnad-musnad ), dalam kitab ini disebutkan
hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat secara
tersendiri. Selama kita telah mengetahui nama sahabat yang
meriwayatkan hadis, maka kita mencari hadis tersebut dalam
kitab al-Masanid hingga mendapatkan petunjuk dalam satu
musnad dari kumpulan msnad tersebut.
b. Al-Maaajim ( mujam-mujam ), susunan hadis di dalamnya
berdasarkan urutan musnad para sahabat atau syuyukh ( guruguru ) atau bangsa ( tempat asal ) sesuai huruf kamus
( hijaiyyah ). Dengan mengetahui nama sahabat dapat
memudahkan untuk merujuk hadisnya.
c. Kitab-kitab Al-Atraf, kebanyakan kitab-kitab al-athraf disusun
berdasarkan musnad-musnad para sahabat dengan urutan nama

24

mereka sesuai huruf kamus. Jika seorang peneliti mengetahui


bagian dari hadis itu, maka dapat merujuk pada sumber-sumber
yang ditunjukkan oleh kitab-kitab al-Athraf tadi untuk
kemudian mengambil hadis secara lengkap.
2. Metode Kedua: Takhrij dengan Mengetahui Permulaan Lafadz
dari Hadis
Metode takhrij hadis menurut lafazh pertama, yaitu suatu metode
yang berdasarkan pada lafazh pertama matan hadis, sesuai dengan urutan
huruf-huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini mempermudah
pencarian hadis yang dimaksud.
Cara ini dapat dibantu dengan:
a. Kitab-kitab yang berisi tentang hadis-hadis yang dikenal oleh
orang banyak, misalnya: As-Suyuthi; Al-Laali Al-Mantsuurah filAhaaditsl-Masyhurah karya Ibnu Hajar; Al-Maqashidul-Hasanah
fii Bayaani Katsiirin minal-Ahaaditsil-Musytahirah alal-Alsinah
karya

As-Sakhawi;

Tamyiizuth-Thayyibminal-Khabits

fiimaa

Yaduru ala Alsinatin-Naas minal-Hadiits karya Ibnu Ad-Dabi


Asy-Syaibani; Kasyful-Khafa wa Muziilul-Ilbas amma Isytahara
minal-Ahaadits ala Alsinatin-Naas karya Al-Ajluni.
b. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan huruf kamus,
misalnya:

Al-Jamiush-Shaghiir

minal-Ahaaditsil-Basyir

An-

Nadzir karya Al-Ajluni.


c. Petunjuk-petunjuk dan indeks yang disusun para ulama utuk kitabkitab tertentu, misalnya: Miftah At-Tartiibi li Ahaaditsi Tarikh AlKhathib karya Sayyid Ahmad Al-Ghumari; Al-Bughiyyah fii
Tartibi Ahaaditsi Shahih Muslim karya Muhammad Fuad AbdulBaqi; Miftah MuwaththaMalik karya Muhammad Fuad Abdul
Baqi.
Dalam ini, hadis-hadis disusun berdasarkan urutan hijaiyah
sehingga pencarian hadis yang dimaksud sangat mudah. Juga di dalamnya

25

dimuat petunjuk para mukharij hadis yang bersangkutan ( dalam Mashdar


Al-Ashli ) dan pernyataan kualitas hadis yang bersangkutan.
Contohnya hadis Nabi berikut ini,

Untuk mengetahui lafazh lengkap dari penggalan matan tersebut,
langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada
urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam
kamus yang disusun oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, penggalan hadis
tersebut terdapat di halaman 2014. Berarti, lafazh yang dicari berada pada
halaman 2014 juz IV.
3. Metode Ketiga: Takhrij dengan Cara Mengetahui Kata yang
Jarang Penggunaannya melalui Bagian Mana Saja dari Matan
Hadis.
Metode ini dapat dibantu dengan kitab Al-Mujam Al-Mufahras li
Alfaadzil-Hadits An-Nabawi, berisi sembilan kitab yang paling terkenal di
antara kitab-kitab hadis, yaitu: Kutubus-Sittah, Muwaththa Imam Malik,
Musnad Ahmad, dan Musnad Ad-Darimi. Kitab ini disusun oleh seorang
orientalis, yaitu Dr. Vensik ( meninggal 1939 M ), 11 seorang guru bahasa
Arab di Universitas Leiden Belanda; dan ikut dalam menyebarkan dan
mengedarkannya ktab ini adalah Muhammad Fuad Abdul-Baqi.
4. Metode Keempat: Takhrij dengan Cara Mengetahui Tema
Pembahasan Hadis
Jika telah diketahui tema dan objek pembahasan hadis, maka bisa
dibantu dalam takhrijnya dengan karya-karya hadis yang disusun
berdasarkan bab-bab dan judul-judul. Cara ini banyak dibantu dengan
kitab Miftah Kunuz As-Sunnah yang berisi daftar isi hadis yang disusun
11 Zarkasih. 2015. Studi Hadis. Pekanbaru: Suska Press. (hlmn. 180 )

26

berdasarkan judul-judul pembahasan. Kitab ini disusun oleh seorang


orientalis berkebangsaan Belanda yang bernama Dr. Arinjan Vensink juga.
Kitab ini mencakup daftar isi untuk 14 kitab hadis yang terkenal, yaitu:
1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abu Dawud
4. Jami At-Tirmidzi
5. Sunan An-Nasai
6. Sunan Ibnu Majah
7. Muwaththa Malik
8. Musnad Ahmad
9. Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi
10. Sunan Ad-Darimi
11. Musnad Zaid bin Ali
12. Sirah Ibnu Hisyam
13. Maghazi Al-Waqidi
14. Thabaqat Ibnu Saad
Dalam menyusun kitab ini, penyusun ( Dr. Vnsink ) menghabiskan
waktunya selama 10 tahun, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab

dan

diedarkan

oleh

Muhammad

Fuad

Abdul-Baqi

yang

menghabiskan waktu untuk itu selama 4 tahun.


5. Metode Kelima: Takhrij berdasarkan Status Hadis
Melalui kitab-kitab tertentu para ulama berupaya menyusun hadishadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, masyhur, mursal, dan lainlain. Dengan mengetahui statusnya kegiatan takhrij melalui metode ini dapat
ditempuh, yaitu dengan merujuk kitab-kitab yang disusun secara khusus
berdasarkan status atau keadaan hadis. Seperti apabila hadisnya hadis qudsi,
kita dapat mencarinya dalam kitab himpunan hadis-hadis qudsi, dan
seterusnya.
Kelebihan metode ini dapat memudahkan proses takhrij, karena hadishadis yang diperlihatkan berdasarkan statusnya jumlahnya sangat sedikit dan
tidak rumit. Meskipun demikian, kekurangannya tetap ada yaitu terbatasnya

27

kitab-kitab yang memuat hadis menurut statusnya. Di antara kitab yang


disusun menurut metode ini adalah:
a. Al-Azhar al-Mutanatsirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya
Suyuthi, yang memuat hadis-hadis mutawatir.
b. Al-Ittihafath al-Saniah fi al-Ahadits al-Qudsiyah karya al-Madani
yang memuat hadis-hadis qudsi.
c. Al-Maqashid al-Hasanah karya Sakhawi yang memuat hadis-hadis
populer.
d. Al-Marasil karya Abu Daud yang memuat hadis-hadis mursal.
e. Tanzih al-Syariah al-Marfuah an al-Akhbar al-Syaniah al
Maudluah karya Ibn Iraq yang memuat hadis-hadis maudlu; dan
sebagainya.

6. Metode Keenam: Takhrij Berbasis Software Hadis


Teknologi informasi ( TI ) dan multimedia dapat diwujudkan
menjadi media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, yang
melibatkan siswa secara efektif dan menyenangkan, yang melibatkan
siswa secara aktif. Kemampuan TI dan multimedia dalam menyampaikan
pesan dinilai sangat besar. Dalam bidang pendidikan, TI dan multimedia
telah mengubah paradigma penyampaian materi pelajaran kepada peserta
didik. Computer Assisted Instruction ( CAI ) bukan saja dapat membantu
guru dalam mengajar, melainkan sudah dapat bersifat stand alone dalam
memfasilitasi proses belajar.
Atas dasar itulah maka berikut ini akan ditampilkan deskripsi
beberapa software yang dapat digunakan untuk belajar hadis atau kegiatan
takhrij hadis secara mandiri.
1. Hadith Encyclopedia v2.1 ( al-kutub al-tisah ) merupakan
aplikasi penelusuran hadis yang dikembangkan oleh Harf,

28

sebuah instani yang bergerak dalam bidang penembangan


program yang berkedudukan di kota Nashr, Kairo, Mesir.
Program ini mencakup sembilan kitab Hadis ( Kutubut Tisah )
meliputi: Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan AlTirmidhi, Sunan Al-Nasai, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibn
Majah, Musnad Ahmad bin Hanbal, Muwatta Al-Imam Malik
dan Sunan Al-Darimi. Dengan total lebih dari 62 ribu hadis
yang sebanding dengan 25 ribu halaman cetak lengkap dengan
eksplanasinya.
2. Maktabah Syamilah merupakan software populer dan banyak
digunakan di pesantren-pesantren modern dan perguruan tinggi
Islam Indonesia. Software ini memiliki library berisi ribuan
kitab dan referansi berbentu buku/kitab berbahasa Arab dalam
kapasitas belasan gigabyte bahkan ada yang mencapai puluhan
giga. Kitab kuning digital yang berupa software ini telah
mencapai versi4, terdiri dari 6.644 kitab yang dikelompokkan
dalam beberapa bidang. Software ini diterbitkan oleh jaringan
Dawah Islamiyah al-Misykat dan bisa didownload secara
gratis.
3. Hadis web 4.1 merupakan software hadis lengkap berbahasa
Indonesia yang dikembangkan oleh Sofyan Efendi. Isi dari
software ini adalah Al-Quran dan terjemahannya, ringkasan
Shahih Bukhari, kumpulan hadid dari Shahih Muslim,
ringkasan Syarah Arbain An-Nawawi, kitab hadis Bulughul
Maram min Adillatil Ahkam, 1.100 hadis terpilih, sejarah
singkat beberapa ahli hadis dan sejumlah artikel tentang hadis.
Pada HaditsWeb Full Version ini, terdapat 7 DVD, dimana
dalam masing-masing DVD terdapat file-file yang diperlukan
untuk installasi HaditsWeb berikut dengan file-file MP3 AlQuran versi 18 qori terkenal.
4. SalafiDB adalah perangkat lunak yang berisikan Al-Quran,
ribuan Hadis dan artikel-artikel salafi. Dengan dilengkapi

29

fasilitas telusur ( search ) dan jelajah ( browse) seluruh


dokumen, software SalafiDB ini akan sangat membantu orang
dalam memahami Al-Quran dan Assunnah. Di dalam aplikasi
Salafi DB terbaru sudah terdapat 6.236 ayat A-Quran dalam
versi Arabic, transliterasi, terjemahan bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris ( oleh Dr. M. Taqiud-Din & Dr. M. Khan dan
Yusuf Ali ). Kemudian dilengkapi pula dengan Tafsir Ibnu
Katsir ( bahasa Inggris ). Selain itu pula dalam aplikasi ini
tersedia lebih dari 5.350 ( terjemahan bahasa Indonesia ) hadishadis dari Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bulughul Maram,
An-Nawawiyyah dan Riyadhus Shalihin, lebih dari 3.000
artikel dari situs almanhaj.or.id dan situs fatwa-ulama dan 20
salafi E-Book dari situs Vila Baitullah dan Maktabah Abu
Salma.12
Dari

keempat

software

tersebut,

al-Maktabah

al-Syamilah

merupakan yang paling populer dan mudah digunakan di samping


memang memiliki kapasitas yang cukup besar. Bahkan, kesemuametode di
atas ( metode pertama sampai yang kelima ) dapat diterapkan dengan
program maktabah syamilah ini. Kelebihan lainnya adalah bahwa
maktabah syamilah sudah kompatible dengan program komputer terbaru
sekalipun seperti Windows 7.
3

Studi Sanad Hadis


Yang dimaksudkan dengan studi sanad hadis adalah mempelajari mata
rantai para perawi yang ada dalam sanad hadis. Yaitu dengan
menitikberatkan pada mengetahui biografi, kuat lemahnya hafalan serta
penyebabnya, mengetahui apakah mata rantai sanad antara seorang perawi
dengan yang lain bersambung atau terputus, dengan mengetahui waktu

12 http://quranhadits20.wordpress.com/2011/06/12/mengenal-secarasingkat-beberapa-software-quran-dan-hadits/ ( diakses pada tanggal 6


Mei 2016 )

30

lahir dan wafat mereka, dan mengetahui segala sesuatu yang berkaitan
dengan Al-Jarh wat-Tadil.
Setelah mempelajari semua unsur yang tersebut diatas, kemudian kita
dapat memberikan hukum kepada sanad hadis. Seperti mengatakan, sanad
hadis ini shahih, sanad hadis ini lemah, atau sanad hadisini dusta. Ini
terkait dengan memberikan hukum kepada sanad hadis.
Sedangkan dalam memberikan hukum kepada matan hadis, disamping
melihat semua unsur yang tersebut di ats, kita harus melihat unsur-unsur
yang lain. Seperti meneliti lebih jauh matannya untuk mengetahui apakah
isinya bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih terpercaya atau
tidak. Kemudian setelah itu kita memberikan hukum kepada matan
tersebut. Seperti dengan mengatakan: hadis ini shahih atau hadis ini
dhaif. Memberikan hukum kepada matan hadis lebih sulit daripada
memberikan hukum kepada sanad. Tidak ada yang mampu melakukannya
kecuali yang ahli dalam bidang ini dan sudah menjalaninya dalam kurun
waktu yang lama.

31

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mengetahui Hadis Nabi, maka salah satu dari beberapa bagian
penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui
profil atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan Hadis, yang dengan jasajasa mereka kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah
memperoleh sumber hukum, hingga kita dapat memahami ajaran-ajaran Islam.
al-Aimmah al-Sittah ( 6 Imam Hadis ), yaitu: Imam al-Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam al-Tirmidzi, Imam al-Nasai dan Imam Ibnu
Majah.
takhrij dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para
rawinya yang ada dalam sanad hadis itu.
2. Mengemukakan asal-usul hadis sambil

dijelaskan

sumber

pengambilannya dari berbagai kitab hadis, yang rangkaian sanadnya


32

berdasarkan riwayat yang telah diterimanya sendiri atau berdasarkan


rangkaian sanad gurunya, dan yang lainnya.
3. Mengemukakan hadis-hadis berdasarkan sumber pengambilannya dari
kitab-kitab yang didalamnya dijelaskan metode periwayatannya dan
sanad hadis-hadis tersebut, dengan metode dan kualitas para rawi
sekaligus

hadisnya.

Dengan

demikian,

pen-takhrij-an

hadis

penelusuran atau pencarian hadis dalam berbagai kitab hadis ( sebagai


sumber asli dari hadis yang bersangkutan ), baik menyangkut materi
atau isi ( matan ), maupun jalur periwayatan ( sanad ) hadis yang
dikemukakan.

33

Anda mungkin juga menyukai