1.
PENDAHULUAN
a. Populasi dan sampel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun
pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan
yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat sifatnya.
Karena kompleks dan luasnya populasi, mengingat terbatasnya tenaga, biaya, waktu
dan hal-hal bersifat merusak maka untuk menggambarkan suatu populasi dilakukan
melalui sampel.
Adapun sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel yang bagus adalah sampel
yang representative, yaitu segala karakteristik populasi tercermin pula dalam sampel.
b. Parameter dan Statistik
Karakteristik yang dihitung dari data yang berasal dari populasi disebut parameter,
misalkan rata-rata populasi adalah sebuah parameter yang bisanya diberi simbol ,
sedangkan karakteristik yang dihitung dari data yang berasal dari sampel disebut statistic,
misalnya rata-rata sampel adalah sebuah statistic yang biasnya diberi symbol
x .
Parameter biasanya tidak diketahui, sehingga nilainya ditaksir dengan nilai statistic.
c. Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan
Peluang membuat kekeliruan tipe I biasa dinyatakan dengan (baca : alfa) dan
peluang membuat kekeliruan tipe II dinyatakan dengan (baca : beta). Untuk keperluan
praktis, kecuali dinyatakan lain, akan diambil lebih dahulu dengan harga yang biasa
digunakan, yaitu = 0,01 atau = 0,05. Dengan = 0,05 misalnya, atau sering pula
disebut taraf nyata 5%, berarti kira-kira 5 dari tiap 100 kesimpulan bahwa kita akan
menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Dengan kata lain kira-kira 95% yakin bahwa
kita telah membuat kesimpulan yang benar. Dalam hal demikian dikatakan bahwa
hipotesis telah ditolak pada taraf nyata 0,05 yang berarti kita mungkin salah dengan
peluang 0,05.
3.
Daerah Penolakan Ho
(daerah kritis)
Daerah penolakan Ho
(daerah kritis)
Daerah
Penerimaan Ho
luas =
d1
luas =
d2
Gambar VI (1)
Gambar di atas memperlihatkan sketsa distribusi yang digunakan disertai daerahdaerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Kedua daerah ini dibatasi oleh d 1 dan
d2 yang harganya didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan
menggunakan peluang yang ditentukan oleh . Kriteria yang didapat adalah: terima
hipotesis Ho jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian jatuh
antara d1 dan d2, dalam hal lainnya Ho ditolak.
2) Untuk H1 yang mempunyai perumusan lebih besar, maka dalam distribusi yang
digunakan didapat sebuah daerah kritis yang letaknya di ujung sebelah kanan. Luas
daerah kritis atau daerah penolakan ini sama dengan
Daerah Penolakan Ho
(daerah kritis)
Daerah
Penerimaan Ho
luas =
d
Gambar VI (2)
Harga d, didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan peluang yang
ditentukan oleh , menjadi batas antara daerah kritis dan daerah penerimaan H o.
Kriteria yang dipakai adalah: tolak Ho jika statistik yang dihitung berdasarkan
sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima H o. Pengujian ini
dinamakan uji satu pihak, tepatnya pihak kanan.
3) Akhirnya, jika tandingan H1 mengndung pernyataan lebih kecil, maka daerah kritis
ada di ujung kiri dari distribusi yang digunakan. Luas
daerah ini = yang menjadi batas daerah penerimaan Ho oleh bilangan d yang
didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan. Peluang untuk mendapatkan d
ditentukan oleh taraf nyata .
Daerah Penolakan Ho
(daerah kritis)
Daerah
Penerimaan Ho
luas =
d
Gambar VI (3)
Kriteria yang digunakan adalah: terima Ho jika statistik yang dihitung berdasarkan
penelitian lebih besar dari d sedangkan dalam hal lainnya Ho kita tolak. Dengan
demikian, dalam hal ini kita mempunyai uji satu pihak, ialah pihak kiri.
4.
dan s.
Biasanya simpangan baku populasi sering tidak diketahui. Dalam hal ini , maka
diambil taksirannya, ialah simpangan baku s yang dihitung dari sampel maka rumus
statistik yang digunakan untuk menguji pasangan hipotesis:
H0 : 0
H1 : 0
adalah
0
n
yaitu distribusi Student/t. Batas-batas kriteria untuk uji dua pihak ini didapat dari daftar
distribusi t. Ho kita terima jika t1
< t < t1
dengan t1
distribusi t dengan peluang (1 ) dan dk = (n 1). Dalam hal lainnya, Ho kita tolak.
Contoh lihat file contoh 1.
Referensi