Anda di halaman 1dari 6

Terbaru

Headline

Rubrik

Event

Topik Pilihan

PRO KONTRA

Masuk

Human vs Machine: Adakah Pekerjaan Bagi


Manusia di Masa Depan?
09 Agustus 2014 03:09:58 Diperbarui: 18 Juni 2015 04:01:17 Dibaca : Komentar : Nilai :

1407494401800972702
Source: EmpireFlippers.com

Disaat 5 perusahaan studio televisi asal United States of America (USA) terjerat persoalan hukum
sehubungan dengan proses gugatan mereka dalam menentang penggabungan industri-industri
dan monopoli kepada pihak CBS Broadcasting Inc. melalui US Department of Justice, jelas
membuat perusahaan-perusahaan tersebut merogoh kocek cukup dalam untuk pendanaan dan
segala proses hukum nya. Ya! Ternyata kelima perusahaan tersebut disinyalir merogoh hingga
US$2.2 juta dollar, atau sekitar Rp. 25,949,000,000 (kurs: Rp. 11,795) untuk mempelajari lebih
dari 6 juta dokumen terkait, yang sebagian besar mereka alokasikan untuk membayar upah perjam sekumpulan tentara pengacara, yang sangat tinggi, beserta asisten-asisten mereka yang
bekerja selama berbulan-bulan.
Namun, hal tersebut terjadi di tahun 1978. Saat ini, di jaman modern yang serba
terkomputerisasi, dan dengan semakin berkembang-nya Artificial Intelligence (AI), maka
perangkat lunak "e-Discovery" sudah dapat menganalisa berbagai dokumen dengan jauh lebih
cepat, effisien dan jauh lebih murah. Kita ambil saja salah satu contoh, pada January 2011 lalu,
dimana perusahaan BlackStone Discovery yang berasal dari Palo Alto, California, USA, mampu
membantu tugas menganalisa lebih dari 1.5 juta dokumen dengan harga yang tidak lebih dari
US$100,000 atau sekitar Rp. 1,179,500,000.
Tidak hanya terpaku pada proyek-proyek sejenis "e-Discovery", WATSON yang merupakan
Artificial Intelligence besutan IBM pun ternyata dinilai jauh lebih baik dalam meniru
kemampuan menganalisa dan berpikir manusia, hal itu dapat dibuktikan dengan dikalahkan-nya
Ken Jennings, seorang pemenang 74 kali berturut-turut sebuah quiz di layar kaca Negeri Paman
Sam yang berjudul "Jeopardy".
Selain memenangkan quiz tersebut, WATSON juga diberitakan sebagai salah satu bentuk
Artificial Intelligence yang saat ini digunakan dalam sebuah program bagi para penderita
penyakit kanker. Komputer super yang memiliki ukuran sebesar sebuah ruangan kecil ini
terhubung langsung dengan pusat-pusat kanker dunia seperti Memorial Sloan Kettering untuk
melihat dan menganalisa jutaan data klinis, tulisan-tulisan dalam jurnal artikel, serta laporan
langsung dari hasil-hasil uji coba klinik yang kemudian secara otomatis memberikan
rekomendasi perawatan terbaik pada para dokter untuk diterapkan bagi para pasien.
Jadi marilah kita melihat kenyataan yang ada: Ya! Teknologi sudah menjadi sangat cerdas.
Bahkan pada kenyataan-nya dewasa ini kita sudah dikelilingi oleh berbagai teknologi yang jauh
lebih hebat dibandingkan pada waktu kita masih melakukan pekerjaan yang dinilai canggih atau
hebat. Mobil tanpa supir milik Google adalah salah satu bentuk nyata dari perwujudan teknologi
cerdas tersebut, bagaimana tidak, mobil tersebut dapat melintasi jalan-jalan besar maupun kecil
di berbagai negara, dan setelah menempuh jarak lebih dari 700,000km pun mereka hanya
memiliki 1 rekor kecelakaan, itupun ternyata disebabkan oleh pengendara manusia yang lalai dan
menabrak mobil tersebut ketika sedang berhenti di persimpangan jalan. Bukankah rekor
tersebut jauh lebih baik dari rekor kita kebanyakan?
Satu hal lagi. 2 tahun yang lalu menurut para peserta quiz "Jeopardy" yang pernah bertanding
melawan WATSON, kemampuan Artificial Intelligence tersebut belum sebaik saat ini. Hanya

dalam kurun waktu 48 bulan tersebut, mesin ini dipercaya telah menjadi 240% lebih pintar dan
cepat dalam menganalisa berbagai hal. Padahal kemampuan manusia justru akan menurun
seiring dengan proses beranjak dewasa dan menjadi tua. Bayangkan, jika dalam 2 tahun
WATSON dapat mengembangkan kemampuan-nya hingga pada angka 2 kali lipat, bukankah
lazim bagi kita untuk mengatakan bahwa dalam 10 tahun, maka WATSON akan menjadi 32 kali
lipat lebih pintar dan cepat? Dan dalam 10 tahun, bukankah manusia akan mengalami banyak
penurunan kemampuan?
Isu yang berkenaan dengan rangkaian peristiwa diatas tadi sangat jelas. Seperti yang
dikemukakan pakar ekonomi asal University of Oxford Carl Benedikt Frey dan pakar teknologi
Michael A. Osborne, dalam hasil studi mereka yang di publikasikan pada bulan September 2013
lalu bahwa diperkirakan sekurang-kurangnya 702 jenis pekerjaan yang saat ini dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia akan tergantikan dengan tenaga robot dan komputer (Source:
http://www.oxfordmartin.ox.ac.uk/downloads/academic/The_Future_of_Employment.pdf). Maka
dalam situasi lingkungan yang seperti itu, sekiranya kita harus dapat mengerti jenis kemampuan
dan keahlian apa yang akan memiliki nilai tinggi di masa yang akan datang? Jenis pekerjaan
seperti apakah yang nantinya memberikan upah tinggi, atau pantas bagi anak-istri kita di masa
depan? Dan kekhawatiran yang terbesar adalah apakah yang dilakukan manusia nantinya dapat
menghasilkan hasil yang lebih baik dari apa yang dikerjakan oleh komputer?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi sangat relevan terlebih pada situasi sekarang ini.
Dimana kinerja ekonomi yang buruk berdampak pada berkurang nya jumlah lapangan kerja,
terutama di negara-negara maju. United States of America (USA) contoh nya, jika dilihat dari
sejarah ekonomi mereka, bukankah dalam beberapa dekade terakhir perekonomian mereka hanya
membutuhkan waktu 18 bulan setelah resesi hingga kemudian pekerjaan-pekerjaan baru
bermunculan? Namun kenapa saat ini, setelah lebih dari 77 bulan pun perekonomian mereka
belum mencapai tahap benar-benar pulih? Mengapa tingkat upah disana mengalami stagnansi?
Apakah ini semua ada kaitan nya dengan kemajuan teknologi?
Selama lebih dari 2 abad, banyak orang mempercayai jawaban dari pertanyaan diatas adalah:
TIDAK! Banyak dari antara mereka yang mengatakan bahwa pada dasar-nya kemajuan dalam
bidang teknologi akan mengundang pertanyaan apakah kemajuan teknologi itu sendiri akan
menghancurkan sejumlah lapangan pekerjaan? Pada praktik-nya memang akan ada banyak
lapangan pekerjaan yang hancur karena kemajuan teknologi, namun banyak pihak yang juga
percaya bahwa dengan adanya kemajuan teknologi itu sendiri maka banyak lapangan baru yang
akan tercipta juga. Sehingga mereka berpendapat pada kenyataan bahwa kemajuan teknologi
tidak dengan serta-merta memberantas jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan manusia, namun
lebih kepada memberikan perubahan dari jenis pekerjaan itu sendiri.
Pendapat tersebut dapat dibuktikan dengan sejarah revolusi industri yang pertama kali terjadi 200
tahun yang lalu di negara-negara berkembang saat itu; seperti United States of America (USA),
United Kingdom (UK), dan berbagai negara eropa lainnya. Pabrik-pabrik kecil yang sebelum nya
membutuhkan kemampuan tangan para seniman untuk membentuk dan mencetak komponenkomponen yang dibutuhkan, maka tidak akan membutuhkan keterampilan itu lagi setelah mesin
bertenaga air diperkenalkan. Dengan menggunakan mesin bertenaga air, cetakan-cetakan tiap
komponen menjadi jauh lebih seragam. Namun bagaimana dengan prosedur memasangkan

masing-masing komponen tersebut untuk menjadi 1 kesatuan utuh? Disinilah transisi jenis
pekerjaan yang dimaksud diatas terjadi. Memang benar, dengan ditemukan nya mesin bertenaga
air, tenaga ahli seperti seniman pembentuk komponen jadi tidak dipergunakan lagi, namun
dengan meningkat nya jumlah produksi pabrik-pabrik kecil yang kemudian menjadi perusahaanperusahaan raksasa, maka jumlah kebutuhan buruh untuk pekerjaan dengan kemampuan yang
lebih rendah menjadi lebih meningkat.
Namun berbeda kondisi dengan masa revolusi Information Technology (IT) yang diawali pada
tahun 1980-an. Jenis pekerjaan yang saat itu dirugikan pun menjadi jauh lebih banyak. Adapun
jenis pekerjaan yang dirugikan saat itu adalah jenis pekerjaan dengan kemampuan sedang seperti
pembukuan, akutansi dasar dan berbagai pekerjaan administrasi di balik meja lainnya serta
pekerjaan-pekerjaan dengan sifat fungsi pengulangan seperti yang ada di pabrik-pabrik. Contoh
mudah dari hal ini adalah mesin-mesin ATM yang semakin canggih, Automatic Assembling
Machines, Self-Service untuk pengisian bahan bakar, belanja di supermarket-supermarket
maupun lahan parkir dan ERP (Electronic Road Pricing). Pekerjaan-pekerjaan tersebut
mengurangi pengurangan jumlah ketersediaan yang cukup drastis dan stagnansi besaran upah.
Walau demikian kemajuan teknologi dinilai masih belum dapat mengambil alih pekerjaan dari
para tenaga-tenaga ahli terutama dalam jenis pekerjaan yang membutuhkan penyelesaian
masalah, penilaian dan kemampuan mengkoordinasi. Selain itu komputer juga dinilai belum
mampu mengambil alih pekerjaan dengan kemampuan rendah, karena komputer dinilai masih
buruk dalam melakukan ketangkasan fisik. Seperti contoh bagaimana Artificial Intelligence
Deep Blue mengalahkan Grand Master catur dunia, namun masih buruk dalam mengangkat
suatu benda berukuran kecil dari atas meja. Oleh dari karena itu pekerja-pekerja seperti tukang
kebun, koki, maupun para asisten dokter dapat bernafas sedikit lebih lega.
Hanya saja, perlu diberikan perhatian khusus untuk apa yang terjadi pada para pengacara dalam
kasus yang dijelaskan diatas. Walau dinilai sebagai salah satu pekerjaan dengan tingkat
kemampuan yang tinggi, namun komputer memiliki kemampuan yang tinggi jika itu untuk
melakukan pekerjaan yang melibatkan unsur analisa, interpretasi serta strategi pencapaian dan
kemampuan persuasi. Komputer juga semakin ahli dalam mencari literatur-literatur hukum yang
sesuai dengan kasus hukum. Dan dengan kemampuan analisis yang semakin meluas, komputer
akan mampu memberikan pertimbangan dan saran yang lebih baik dari pengacara dalam situasisituasi seperti; pertimbangan melakukan penuntutan atau damai, keputusan untuk membawa
sebuah kasus ke pengadilan, maupun kemampuan lain dalam kasus yang berbeda. Perusahaanperusahaan seperti Lex Machina dan Huron Legal sudah menawarkan jasa analisis komputer
dibidang hukum, dan semakin hari kemampuan analisis komputer mereka pun semakin
bertambah.
Namun bukan berarti pekerjaan sebagai pengacara akan hilang begitu saja. Hanya saja jenis
pekerjaan seperti itu disinyalir akan mengalami penurunan.
Sedikit berbeda dengan komputer, robot justru sejauh ini memiliki kinerja yang bagus dalam
melakukan pekerjaan yang bersifat perintah dan pengulangan. Contoh dari hal itu dapat kita lihat
pada robot Baxter dari perusahaan Rethink Robotics yang dapat dilatih untuk melakukan
pengemasan, pembongkaran, penghitungan barang maupun membawanya dari titik satu ketitik

yang lain. Selain itu tangan robotik yang saat ini sedang dikembangkan oleh tim riset gabungan
dari Harvard University, Yale University dan iRobot juga memiliki kehebatan nya sendiri.
Tangan tersebut dapat mengambil kartu kredit dari atas meja, memasang mata bor dan memutar
kunci, sehingga nanti nya seorang yang memiliki cacat dapat menyuruh robot untuk melakukan
beberapa tindakan dasar seperti pergi ke dapur dan meletakan makan malam didalam microwave.
Ditengah ragam pendapat mengenai akan menghilangnya pekerjaan manusia maupun bahwa
pekerjaan tersebut ternyata tidak menghilang dan hanya tergantikan dengan yang baru, sebagian
ahli ekonomi lain justru berpikiran bahwa hingga saat ini manusia masih belum dapat
mengatakan apakah memang kemajuan teknologi memberikan dampak secara langsung pada
ekonomi karena masih kurang nya data untuk menjawab itu semua. Mereka percaya bahwa
selama tingkat produktifitas terus meningkat, maka tidak akan ada masalah serius apapun.
Inovasi teknologi dipercaya meningkatkan tingkat produktifitas itu sendiri, yang mana secara
langsung maupun tidak langsung berdampak pada peningkatan upah dan kesejahteraan.
Pesan-pesan yang sedikit berbeda tadi sepertinya sangat menekankan pada 1 hal, yaitu baik
dalam jangka waktu cepat atau lambat, tidak ada seorang pun yang bisa merasa aman. Menurut
saya pribadi memang rasanya suka atau tidak suka, kemajuan teknologi akan terus menciptakan
pengangguran (walau mungkin dengan waktu yang lebih lambat jika kita asumsikan di
Indonesia). Hanya saja, didepan kemajuan teknologi itu sendiri tentu akan terjadi seleksi alam
seperti yang telah dibahas diatas - nah sekiranya kemampuan dan keahlian seperti apa yang akan
keluar menjadi pemenang nya?
Bagaimana menurut anda?

Mr. Pantomath
/mr.pantomath
I, Me and Myself.
Selengkapnya...
IKUTI
Share
Share
KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN
MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL terapan teknologi
FOKUS TOPIK GOOGLE DAN YOUTUBE DI INDONESIA HARUS DIBLOKIR

NILAI :
Beri Nilai
Selanjutnya
Selanjutnya

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana

Featured Article
Headline
Nilai Tertinggi
Terpopuler
Tren di Google
Gres
Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan

Anda mungkin juga menyukai