Anda di halaman 1dari 9

Kang Topik

Makalah Teori Piaget dan Penerapannya dalam


Pembelajaran di SD

Taufik Hidayat

2 years ago

0 Comments
Facebook Twitter

Teori Piaget dan Penerapannya


BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Piaget


Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia

berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari pengalamannya sendiri


dengan lingkungan. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan
kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak anak aktif memanipulasi dan aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku
sebagai pemberi informasi. Kecenderungan anak anak SD beranjak dari hal-hal yang konkrit,
memandang sesuatu kebutuhan secara terpadu. Berdasarkan keceenderungan diatas maka, belajar
adalah suatu proses yang aktif, konstruktif, berorientasi pada tujuan, semuannya bergantung pada
aktifitas mental peserta didik.

Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa. Dalam pandangan
Piaget, struktur kognitif merupakan kelompok ingatanyang tersusun dan saling berhubungan,
aksi dan strategi yang dipakai oleh anak-anak untuk memahami dunia sekitarnya. Pada bayi,
struktuf kognitif yang dimiliki adalah refleks. Contoh: bayi secara otomatis mengisap benda
benda yang menyentuh bibirnya. Selain mengisap , menjangkau, menyepak, melihat dan
memukul merupakan kegiatan sensorimotor yang terorganisir. Struktur kognitif ini cepat
dimodifikasi ketika bayi tumbuh dan berinteraksi dengan dunia. Pada masa anak-anak sudah
mulai ada pemahaman dan kegiatan mental. Proses kognitif pada bayi dimulai dengan
mempunyai respon mengisap, respon melihat, respon menggapai, respon memegang yang
berfungsi secara terpisah. Lama-lama respon ini diorganisasikan ke dalam sistem yang lebih
tinggi, yang merupakan koordinasi dari respon-respon tersebut. Contoh: bayi yang menjangkau
botol susu memasukkannya kedalam mulutnya untuk diisap.

B. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak


Untuk memahami teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget, ada beberapa konsep yang harus
dipahami terlebih dahulu, yaitu:

a. Inteligensi
Piaget mengartikan intelegensia secara lebih luas dan tidak mendefinisikannya secara ketat. Ia
memberikan beberapa definisi yang umum yang lebih mengungkapkan orientasi biologis,
seperti: Yang terdapat dalam Suparno (2001) :Intelegensi adalah suatu contoh khusus adaptasi
biologis(Origin of Intelligence). Intelegensi adalah suatu bentuk ekuilibrium kearah mana
semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan, dan mekanisme sensori diarahkan
(Piaget, 1981)
Secara progressif, dapat dikatakan bahwa :Inteligensi membentuk keadaan ekuilibrium kearah
mana semua adaptasi sifat-sifat sensorimotor dan kognitif dan juga interaksi-interaksi asimilasi
dan akomodasi antara organisme dan lingkungan mengacu (Piaget,1981).

b. Organisasi
Menunjuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan sistematisasi dan mengorganisasi
proses-proses mereka dalam sustu system yang koheren, baik secara fisis maupun psikologis
(Suparno: 2003). Contoh : bayi menggabungkan kemampuan melihat dan menjamah.
c. Skema
Schema is Piagets term for cognitive unit that coordinates related actions and
perceptions (Peterson, 1996). Skema adalah struktur mental seseorang dimana ia secara
intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan berubah
selama perkembangan kognitif seseorang. Skema bukanlah benda yang nyata yang dapat dilihat,
melainkan suatu rangkaian proses dalam system kesadaran seseorang. Skema tidak mempunyai
bentuk fisik dan tidak dapat dilihat. (Wadsworth,1989 dalam Suparno).

d. Asimilasi
Assimilation is Piagetterm for the incorporation of new information into an existing mental
category or schema(Peterson,1996). asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang
mengintegrasikan persepsi,konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah
ada di dalam fikirannya. Menurut Wadsworth dalam Suparno, asimilasi tidak menyebabkan
perubahan skemata, tetapi memperkembangkan skema semata.

e. Akomodasi
Accomodation is Piagetterm for alteration of a thought process, or schema, to incorporate new
information (Peterson,1996). Akomodasi adalah pembentukan skema baru atau mengubah skema
yang lama, hal ini terjadi karena dalam menghadapi rangsangan/pengalaman baru, seseorang
tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki, hal
ini terjadi karena pengalaman baru itu tidak cocok dengan skema yang telah ada.

f. Ekuilibrasi
Equilibration is the act of achieving equilibrium. Equilibrium is a state of harmony or stability.
In Piagets theory, relative (or temporary) equilibrium occurs whenever assimilation and
accommodation are in balance with one another (Peterson,1996).Ekuilibrasi (imbang) adalah
tindakan untuk mencapai keseimbangan. Equilibrium adalah keadaan harmoni atau stabilitas.
Dalam teori Piaget, relatif (atau sementara) ekuilibrium terjadi setiap kali asimilasi dan
akomodasi berada dalam keseimbangan dengan satu sama lain (Peterson, 1996).

g. Adaptasi
Adaptation in Piagets theory consist of an interplay between the processes of assimilation and
accommodation (Peterson,1996). Adaptasi dalam teori Piaget terdiri dari interaksi antara proses
asimilasi dan akomodasi (Peterson, 1996). Secara garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-
tahap perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap secara berurutan. Setiap tahapan
ditandai dengan tingkah laku tertentu serta jalan pikiran dan pemecahan masalah tertentu pula.
Tahap pertama disebut sebagai sensory-motor, untuk anak yang barulahir kira-kira anak berusia
18 bulan sampai dua tahun. Tahap per-operasional. Untuk anak yang berusia dari dua tahun
hingga tujuh tahun. Operasional yang terbagi menjadi tahap konkret operasional berawal dari
anak usia 7 tahun dan formal operasional yang berawal dari anak berusia 11 tahun.

Tahap Perkembangan Anak Berdasarkan Teori Piaget

1. Tahap Sensori Motor


Salah satu ciri khusus anak pada usia ini adalah penguasaan, yang Piaget sebut sebagai konsep
objek, suatu pengertian bahwa benda atau objek itu ada dan merupakan kekhasan dari benda
tersebut, dan akan tetap ada walaupun benda tersebut tidak tampak atau tidak dapat di pegang/
diraba ole anak. Selain ciri di atas, tidak ada bahasa pada awal tahapan ini tetapi ada permulaan
simbolisasi. Piaget beranggapan bahwa representasi internal dari benda atau kejadian dihasilkan
melalui imitasi.
Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada mmasa sensori motor ini yaitu:

1) Kemampuan mengontrol secara internal,yaitu terbentuknya kontrol dari dalam pikirannya


terhadap dunia nyata. Dengan kata lain, sampai dengan usia dua tahun anak mengalami
pergantian persepsi dari motor murni ke arah gambaran yang berupa simbol (lambang).
2) Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari bahwa dunia ini
ada dan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa benda itu ada.
3) Perkembangan pengertian beberapa sebab dan akibat.

2. Tahap Pre-operasional
Dilihat dari segi perkembangan bahasa, tahapan ini merupakan tahapan yang amat menakjubkan.
Dimulai dari anak yang baru bisa mengatakan satu dua patah kata sehingga menjadi anak yang
dapat menyusun suatu kalimat. Anak tidak akan memiliki kemampuan berfikir yang operasional
sampai anak mencapai usia tujuh tahun dan kadang-kadang di sebut dengan tahapan intuisi.
Selain itu anak usia ini masih berfikir animisme mereka masih menganggap beberapa benda tak
hidup sebagai benda hidup. Sebagai conntohnya mereka sering mengatakan bahwa matahari
sebagai benda hidup karena dia bergerak.

Pada tahapan ini anak dibekali oleh beberapa pengamatan mereka tertipu oleh penampakan
segumpal tanah liat yang pertama kali dibentuk menjadi bola dan diubah menjadi lempengan.
Mereka belum mengetahui walaupun bentuknya berbeda namun substansi atau materinya sama.
Piaget menamakannya sebagai konservasi substansi (materi). Pada usia ini anak belum mengerti
bahwa bejana yang pendek dan lebar memiliki lebih banyak cairan dibanding dengan sebuah
botol kecil dan tinggi. Piaget menyebutkan hal ini sebagai konservasi volume cairan.

Anak juga belum mengerti bahwa kalau benda ditebarkan ke daerah yang luas, jumlah benda
tersebut tidak bertambah. Piaget menyebutnya sebagai konservasi jumlah
permainan.Keterbatasan lain anak pada usia ini adalah belum bisa membuat urutan berseri, dan
anak berfikir satu-satu secara berpasangan. Keterbatasan konsep tersebut diatas membatasi anak
pada tahapan ini dari pengertian-pengertian bentuk, ukuran, waktu, dan jumlah.

3. Tahapan Konkret Operasional


Tahapan ini berawal ada anak usia 6/ 7 tahun ddan berakhir pada usia 11 tahun. Pada tahap ini
pula telah terjadi perubahan-perubahan walaupun masih ada juga keterbatasannya. Perubahan
yang sangat mendasar adalah perubahan dari pemikiran yang kurang logis ke pemikiran yang
lebih logis. Operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau nyata:
dapat dilihat, diraba, atau dirasa, atau dirasa, dari suatu benda atau kejadian, sehingga tahapan ini
disebut sebagai tahapan ini disebut sebagai tahap konkret operasional. Anak pada usia ini telah
menyadari bahwa jumlah atau volume suatu benda tidak akan berubah apabila tidak terjadi
penambahan maupun pengukuran, selain perubahan-perubahan bentuk atau perubahan ketentuan
(aturan).

Kemampuan lain yang telah dimiliki oleh anak usia ini adalah kemampuannya untuk menyadari
tentang reversibel (hal yang dapat dibalik) dan identitas. Revensibilitas dicirikan bahwa setiap
operasi ada satu operasi lain yang sebaliknnya. Contoh operasi penambahan dapat diputar
balikkan dengan pengoprasian pengurangan; 3 + 4 = 7 atau 7- 3 = 4. Sedangkan identitas
maksudnya adalah setiap operasi lain yang tidak berubah. Contoh; identitas operasi penambahan
adalah 0, sehingga 2 + 0 + 0 + 0= 2, dan identitas perkalian adalah 1, sehingga 2 1= 2. Selain
perkembangan yang telah dipaparkan diatas masih ada keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
anak pada masa ini, antara lain kenyataan bahwa perbuatan ataupun percobaan yang dilakukan
anak pada usia ini masih bersifat coba-coba, percobaan-percobaan tersebut masih jarang yang
berhubungan antara yang satu dengan yang lain.

4. Tahap Formal Operasional


Anak usia sekitar sebelas tahun memasuki tahap formal operasional. Tahap iniberakhir pada usia
14/ 15 tahun sebelum memasuki masa dewasa. Tahap ini dikatakan sebagai tahap akhir dari
perkembangan struktur berfikit Anak usia ini telah dapat secara penuh melakukan operasi secara
logis tetapi masih mempunyai pengalaman yang terbatas.

Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Teori Piaget

Tahap Umur Ciri Pokok Perkembangan


Sensorimotor 0-2 tahun * Berdasarkan tindakan
* Langkah demi langkah
Praoperasional 2-7 tahun * Penggunaan symbol/bahasa tanda
* Konsep intuitif
Operasional Konkret 8-11 tahun * Pakai aturan jelas/logis
* Reversibel dan kekekalan
Operasi Formal 11 tahun * Hipotesis
ke atas * Abstrak
* Deduktif dan induktif
* Logis dan probabilitas
Sumber : Suparno,2003

C. Penerapan Teori Piaget dalam Pembelajaran IPA di SD


Teori Piaget ini banyak dipakai dalam penentuan proses pembelajaran di kelas SD terutama
pembelajaran IPA. Berdasarkan teori di atas, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
pembelajaran di kelas antara lain: bahwa Piaget beranggapan anak bukan merupakan suatu botol
kosong yang siapun untuk diisi, melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan
dunianya. Suatu hal lagi, teori Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak
mengikuti pola perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan kebudayaan dan
kemampuan anak secara umum. Hanya umur anak di mana konservasi muncul sering berbeda.
Poin yang penting ini menjelaskan kita mengapa pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan
percobaan-percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah dan anak yang secara
kebudayaan terhalangi.

Penerapan selanjutnya adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkapdan
menerjemahkan sesuatu secara berbeda. Sehingga walaupun anak mempunyai umur yang sama
tetapi ada kemungkinan mereka mempunyai pengertian yang berbeda terhadap suatu benda atau
kejadian yang sama. Jadi setiap individu anak adalah unik (khas). Implikasilainnya yang perlu
diperhatikan, apabila hanya kegiatan fisik yang diterima anak, tidak cukup untuk menjamin
perkembangan intelektual anak yang bersangkutan. Ide- ide anak harus selalu dipakai.

Piaget memberikan contoh sementara beliau menerima seluruh ide anak, beliau juga
mempersiapkan pilihan-pilihan yang dapat dipertimbangkan oleh anak. Sehingga apabila ada
seorang anak yang mengatakan bahwa air yang ada di luar gelas berisi es berasal dari lubang-
lubang kecil yang ada pada gelas maka guru harus menjawab pernyataan itu dengan bagus.
Tetapi setelah beberapa saat guru harus mengarahkan sesuai dengan apa yang seharusnya bahwa
sebenarnya air yang ada di permukaan luar gelas bukan berasal dari lubang-lubang kecil pada
gelas, melainkan berasal dari uap air di udara yang mengembun pada permukaan gelas yang
dingin. Jadi guru harus selalu secara tidak langsung memberikan idenya tetapi tidak memaksakan
kehendaknya. Dengan demikian anak akan menyadari bagaimana anak tersebut bisa
mendapatkan idenya.

Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai sumber ide-idenya akan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk menilai proses pemecahan masalah. Hal ini juga
perlu dilakukan di dalam kelas. Sebagai contoh, apabila kelas telah menyelesaikan suatu
masalah, sebaiknya guru menanyakan kembali kepada siswa tentang cara mendapatkan jawaban
tersebut. Misalnya dengan Bagaimana kita bisa samapai pada jawaban ini? dan membantu
kelas untuk mengulas kembali tahapan-tahapan yang dilalui hingga menemukan jawaban atau
kesimpulan itu. Dengandemikian guru lebih membantu anak dalam proses perkembangan
intelektualnya. Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa proses pembelajaran di kelas menurut
Piaget harus meletakkan anak sebagai faktor yang utama. Hal ini sering disebut sebagai
pembelajaran yang berpusat pada anak (child center).

D. Contoh Pembelajaran IPA di SD Berdasarkan Teori Piaget


Seperti telah dikatakan di atas bahwa pembelajaran berlandaskan teori Piaget harus
mempertimbangkan keadaan tiap siswa (dikatakan sebagai terpusat pada siswa) dan siswa
diberikan banyak kesempatan untuk mendpatkan pengalaman dari penggunaan inderanya.
Berikut akan disampaikan rancangan pembelajaran secara garis besar.

Konsep yang diajarkan :Udara mempunyai sifat-sifat tertentu dan banyak kegunaannya bagi
kehidupan manusia.
Sub Konsep : Udara yang bergerak mempunyai tekanan yang lebih rendah daripada udara diam.
Metode yang dipakai : Eksperimen
Alat dan bahan yang digunakan :
1. Dua bola pingpong (tenismeja)
2. Benang
3. Kayu, kira-kira 30 cm
Cara kerja :
1. Ikatlah kedua bola pingpong dengan benang yang ada.
2. Ikatkan kedua ujung benang secara berdekatan pada kayu yang telah disediakan, sehingga
tampak seperti gambar berikut.
3. Peganglah salah satu ujung kayu dan tiuplah kuat-kuat persis di tengah-tengah antara kedua
bola pingpong yang tergantung.
4. Amati apa yang terjadi.
Kegiatan guru yang penting adalah memperhatikan pada setiap siswa apa yang mereka lakukan.
Apakah mereka sudah melaksanakannya dengan benar. Apakah mereka tidak mendapatkan
kesulitan? Dan guru harus berbuat apa yang Piaget perbuat yaitu memberikan kesempatan anak
untuk menemukan sendiri jawabannya, sedangkan guru harus selalu siap dengan alternatif
jawaban bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Pada akhir pembelajaran tentunya guru mengulas
kembali bagaimana siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi sampai dewasa.
2. Secara garis besar, Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif anak menjadi
empat yaitu : tahap sensory-motor, tahap per-operasional, tahap Operasional dan tahap formal
operasional.
3. Penerepan teori Piaget dalam pembelajaran IPA SD yaitu :
Dengan beranggapan anak bukan merupakan suatu botol kosong yang siapun untuk diisi,
melainkan anak secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Penerapan selanjutnya
adalah guru harus selalu ingat bahwa anak menangkap dan menerjemahkan sesuatu secara
berbeda. Ide- ide anak harus selalu dipakai. Tetapi setelah beberapa saat guru harus mengarahkan
sesuai dengan apa yang seharusnya.
4. Contoh pembelajaran IPA di SD berdasarkan teori Piaget yaitu melelui eksperimen yang
melibatkan siswa.

B. Saran
1. Sebagai seorang guru hendaknya memiliki dasar keterampilan yang mumpuni, seperti
keterampilan agar dapat menguasai situasi kelas.
2. Hendaknya seorang guru yang baik harus memahami karakteristik dari masing-masing peserta
didiknya.
3. Seorang guru yang baik harus mampu memilih dan menggunakan metode dan media yang
tepat sesuai karakter peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Isti Rokhiyah. 1999. Pendidikan IPA di SD. Jakarta: UT PGSD 2302 MODUL 3
Widodo, A. Dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Bandung : UPI Press

Anda mungkin juga menyukai