NO. 3A/DOK-STRATEK/KP/STRATEK/IX/2016
29 SEPTEMBER 2016
ABSTRAK
Penyusunan strategi teknologi dalam mengimplementasikan kebijakan tentunya
menjadi hal yang sangat penting. Dalam perumusan strategi, baik pada level
perusahaan (mikro), industri (meso) maupun pada level daerah dan nasional
(makro) memerlukan dukungan informasi yang dapat mempercepat proses
perumusannya. Hal ini disebabkan karena :
-
Daur hidup teknologi yang semakin cepat usang mengakibatkan strategi harus
dirumuskan dengan memantau perubahan (teknologi) global yang terjadi secara
terus menerus.
Persaingan dalam globalisasi dan pasar yang semakin terbuka dan dinamis
menyebabkan teknologi menjadi faktor penentu persaingan.
|2
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
|3
Keterbukaan pasar
Selain itu, BPPT juga dituntut untuk berperan serta dalam mengatasi permasalahan
nasional, khususnya dalam membantu mengatasi permasalahan dibidang energi,
pangan, transportasi dan kemaritiman sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMN
2015 2019.
3. URAIAN KEGIATAN
Pendekatan
Pendekatan kegiatan ini dilakukan dengan alur pikir sebagai terlihat pada gambar 1.
Secara umum proses perumusan dilakukan dalam 2 tahapan :
- Tahap kegiatan intelijen teknologi
- Tahap kegiatan perumusan strategi
Kegiatan intelijen teknologi dilakukan untuk melihat posisi industri/perusahaan terkait
kinerja teknologinya, khususnya dalam hal kapasitas (kekuatan), kendala (kelemahan)
serta peluang (pasar) dan ancaman (pesaing)
|4
Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan dibatasi pada :
Lingkup teknologi : bidang energi baru dan terbarukan, fokus pada solar sel dan mikro
hidro
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
|5
Intelijen Teknologi
Intelijen Teknologi merupakan proses untuk menghasilkan informasi yang terkait
dengan teknologi yang sangat bermanfaat selama proses pembuatan keputusan
strategis. Intelijen Teknologi menyediakan :
1. Deskripsi mengenai perubahan teknologi saat ini
2. Para pelopor perubahan teknologi di masa yang akan datang
3. Deskripsi alternative mengenai perubahan masa depan
Intelijen Teknologi memiliki 3 fungsi utama :
1. Memberikan pemahaman mengenai kondisi lingkungan saat ini dan potensi
perubahan dimasa depan
2. Memberikan informasi penting untuk pengambilan keputusan strategis
3. Memberikan fasilitas dan membantu perkembangan proses strategic thinking
dalam organisasi
STRATEGI
TUJUAN
PROGRAM
IKLIM YG MENDUKUNG
KEGIATAN
- xxxx
- xxxx
- xxxx
Policy Statements
Policy Instruments
Policy Measures
|6
Dalam kegiatan ini strategi teknologi hanya dibatasi pada pilihan-pilihan skenario serta
program utama yang harus dijalankan.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak [1]. Istilah ini
dapat
diterapkan
kelompok
sektor
swasta,
serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan
pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang
paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan. (Wikipedia)
Dalam kasus teknologi EBT, gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Kebijakan apa (pernyataan) yang dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam
menjalankan strategi yang dikembangkan
Metodologi
Metodologi pelaksanaan kegiatan mengikuti diagram aliran kerja sebagaimana pada
gambar berikut.
|7
Hasil Intelijen
Strategis
AKUISISI DATA
Input
DATA BASE
Explorasi Isu-isu
Strategis
DATA PROSES/
ANALISIS
Pengembangan
Skenario
Pilihan Strategis
HASIL
Formulasi Strategi
STRATEGI
Aspek
Metode
Keterangan
1.
PT di Bandung
Teknologi
Penerapan Teknologi
2.
Jakarta, Bandung
dengan industri
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
|8
No.
Aspek
3.
Metode
Keterangan
Jakarta, Bandung
Teknologi
dengan pengguna
teknologi
4.
Regulasi Teknologi
Kajian Literatur
Diskusi dengan
(belum dilaksanakan)
stakeholder
Sumber : Hasil Kajian, 2016
Dari hasil pengumpulan data dilakukan analisis yang terdiri dari pemilahan data,
menggabung dan merekap data untuk dapat menyimpulkan kondisi saat ini dan trend
perubahan dimasa yang akan datang.
Dari hasil analisis intelijen strategi ini akan diperoleh informasi mengenai :
-
Strategi Teknologi
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3 diatas, maka analisis kajian strategi dilakukan
dengan mengeksplorasi isu-isu strategis (penting) dari hasil informasi intelijen strategi,
strategi yang selama ini telah diterapkan serta hasil diskusi dengan stakeholder melalui
diskusi kelompok terbatas (FGD).
Dari hasil eksplorasi isu-isu strategi inilah akan diperoleh faktor-faktor utama yang akan
menjadi penggerak perubahan dimasa yang akan datang. Faktor penggerak utama
perubahan (key driving forces) inilah yang akan digunakan untuk membangun alternatif
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
|9
Penerapan Teknologi
| 10
energi. Kondisi ini semakin rawan bilamana kolaborasi dalam memperebutkan sumber
energi tersebut melibatkan pula perusahaan-perusahaan yang memiliki kekuatan modal
yang sangat besar.Banyak negara sekarang ini mulai mewaspadai dan menyadari
kemungkinan timbulnya gesekan dalam persaingan menguasai sumber energi. Salah
satu bentuk pencegahan adalah kerja sama antarnegara dan kawasan dalam rangka
menjaga keamanan bersama terhadap kepastian pasokan energi.
Isu strategis :
-
Perlu dilakukan kerjasama antara negara berkembang dan negara maju dalam
pengelolaan sumberdaya energi yang saling menguntungkan.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai target bauran energi 2025 sesuai
roadmap yang telah ditetapkan
| 11
Melihat dampaknya yang besar jika mengembangkan PLTA dengan skala besar, saat ini
kecenderungannya adalah mengembangkan PLTA skala kecil seperti Mikro Hidro.
Komponen Mikrohidro
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH),
adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga
penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan
sebuah istilah yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air.
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
| 12
| 14
| 15
Gambar 8. Intake
5. Pipa pesat (penstok)
Fungsinya untuk mengalirkan air dari waduk atau dam menuju turbin. Pipa pesat
mempunyai posisi kemiringan yang tajam dengan maksud agar diperoleh kecepatan dan
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
| 16
Gambar 9. Penstok
6. Katub utama (main valve atau inlet valve)
Katub utama dipasang didepan turbin berfungsi untuk membuka aliran air, Menstart
turbin atau menutup aliran (menghentikan turbin). Katup utama ditutup saat perbaikan
turbin atau perbaikan mesin dalam rumah pembangkit. Pengaturan tekanan air pada
katup utama digunakan pompa hidrolik. Katub ini juga berfungsi untuk menghindari
benturan yang keras dari air ketika intake dibuka.
7. Power House
Gedung Sentral merupakan tempat instalasi turbin air,generator, peralatan Bantu, ruang
pemasangan, ruang pemeliharaan dan ruang control.
Beberapa instalasi PLTMH dalam rumah pembangkit adalah :
a. Turbin, merupakan salah satu bagian penting dalam PLTMH yang menerima energi
potensial air dan mengubahnya menjadi putaran (energi mekanis). Putaran turbin
| 17
| 18
Gambar 12. Skema Instalasi Generator dengan Turbin menggunakan Flat Belt
| 19
Komponen Mekanikal
Komponen Elektrikal
Pekerjaan Sipil
Kelemahannya :
-
Hambatan :
-
Tantangan :
-
| 20
Melakukan riset identifikasi potensi sumberdaya air dan degradasi lingkungan DAS
Melakukan riset identifikasi teknologi PLTA skala kecil yang cocok dengan tipologi
kondisi daerah di Indonesia
Melakukan riset untuk mendorong tumbuhnya klaster industri yang mampu
mendukung penerapan teknologi PLTA
II VI
III V
New Concept
| 21
| 22
Thin film dapat menjadi solusi dalam hal biaya, tetapi efisiensi masih rendah
dibandingkan dengan crystalline dan juga memiliki beberapa dampak buruk
terhadap lingkungan.
Penggunaan polimer atau organik senagai material solar cell dapat mengurangi
dampak negatifnya terhadap lingkungan.
1. Material Crystalline
Beberapa PV Cell yang dibentuk dari material Crystalline adalah sebagai berikut :
Mono Crystalline Cell
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
| 23
Efisiensi yang tinggi hingga lebih dari 20 %, tetapi untuk komersilisasi pabrikan
mengklaim efisiensi sebesar 15 17 %
Memiliki cacat yang rendah dalam hal metal contamination dan struktur
kristalnya dibandingkan monocrystalline cell
| 24
Senyawa semikonduktor yang dibentuk oleh galium dan arsenik yang memiliki
struktur seperti silikon
Efisiensi tinggi dan lebih tipis dibandingkan solar sel berbasis silikon tetapi
material dan manufakturnya lebih mahal
Efisiensi dapat ditingkatkan dengan mencampur material tertentu seperti Al, In,
P dan Sb.
Amorphous Silicon
Memiliki karakteristik :
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
| 25
Berbentuk non crystalline sillicon dgn struktur yang tidak beraturan dan
memiliki 40 kali tingkat absorpsi cahaya yang lebih tinggi dibandingkan mono
crystalline
Struktur acak memberikan rentang band yang tinggi yaitu 1,7 eV (Bouchich M)
Cds ketika di dopped dengan copper dapat menjadi photoconductive yang tinggi
Treatment kimia panas dibutuhkan untuk menghasilkan sel yang lebih baik yang
mengurangi photoconductive yang tinggi
| 26
Performan dari CIS hanya turun 10 % dibandingkan thin film lain setelah
eksposur luar ruangan 130 kWh/m2 (meyer& Van Dyk)
Voltase open sirkuit tertinggi untuk sel organik dicapai oleh Molecular Solar Ltd
Company yaitu 4V
Material dengan band absorpsi yang lebar perlu ditemukan dan diproduksi
untuk meningkatkan voltage output (Peumans et al)
| 27
Sanyo telah mengembangkan HIT (Hetero Junction with intrinsic thin layer)
mengaplikasikan coating silikon amorphous pada monocrystalline solar cell
Mengganti phase kontak ke semi konduktor dengan elektrolit, liquid atau gel
untuk membentuk sel photo-electrochemical
Absorpsi optikal dan proses separasi charge oleh gabungan dari sesitizer sebagai
material absorpsi cahaya
| 28
Photodiode Solar Cell dari CNT telah ditemukan dan sukses meningkatkan
efisiensi, current output walaupun efisiensi untuk solar sel masih tetap rendah
(3-4%)
Quantum dots
Karakteristik :
Output voltage dapat ditingkatkan jika energi band gap meningkat, tetapi band
gap yang kecil dapat juga meningkatkan current output
Membutuhkan kontak energi yang selektif untuk meng convert cahaya menjadi
energi listrik tanpa menghasilkan panas
| 29
Efisiensi mencapai 66% yaitu 3 kali lebih tinggi dari sel yang ada dengan bahan
silikon
Dari berbagai jenis teknologi yang ada, yang sudah digunakan secara luas khususnya di
Indonesia adalah Solar Cell yang berbasis Silikon dan Thin Film.
Kelemahan :
-
Harga produk masih lebih tinggi dan belum masuk skala ekonomi, sehingga
perlu peraturan dan insentif khusus
| 30
Banyak industri diluar negeri yang tutup dan hanya Cina dan German yang masih
bertahan
Peluang :
-
Energi fosil semakin terbatas dan mahal, diperkirakan beberapa tahun kedepan
produk solar cell akan masuk pada skala ekonomi komersial.
Adanya dukungan dan dorongan dari pemerintah untuk mencapai target bauran
energi dan program pengurangan emisi carbon 26 % tahun 2025.
Riset-riset tentang solar cell dan energi baru terbarukan berkembang pesat di
luar negeri, walau masih terbatas di dalam negeri.
Tantangan :
-
Kolaborasi antar industri akan mendorong riset yang didanai oleh banyak negara
sehingga akan mengurangi beban biaya riset yang dibagi secara merata ke
berbagai negara yang memiliki kepentingan bersama.
Melakukan riset dan pengembangan teknologi material Solar Cell yang mampu
meningkatkan efisiensi dan sesuai dengan kondisi di Indonesia
| 31
Melakukan riset dan pengembangan teknologi material solar cell yang mampu
menurunkan biaya produksi dan menggunakan material dasar yang banyak
ditemui di Indonesia
Turbine
Generator
Systems Controler
Industri pembuat komponen seperti turbin, generator dan systems controler masih
mengimpor sebagian komponen. Sedangkan komponen lainnya, seperti pekerjaan Civil
Work sudah dapat dikuasai pembangunannya 100% menggunakan local content.
| 32
Kelemahan
-
Peluang
-
Tantangan
-
| 33
| 34
Panel surya
0.697
0.7
0.8
0.8
Sel = 0%
Silin = 20%
ALE =10%
TGU=15%
0%
On truk ($/W)
1,1 1,2
0.8
Sumber: https://docs.google.com/presentation/
10. Panel surya Cina sudah dikenakan sanksi dumping dan hal ini perlu ditiru oleh
Indonesia dengan sanksi sehingga harga panel surya cina menjadi $1,9/W. Hal
ini diperlukan karena biaya produksi APAMSI sebesar $1,3 1,5.
11. Kaca panel surya pun sebenarnyad bisa diproduksi di dalam negeri (contohnya
ASAHI) namun belum bisa melayani permintaan APAMSI yang dinilai terlalu kecil
yaitu volume 1 x produksi kaca setara dengan volume penjualan APAMSI selama
3 tahun.
12. Standarisasi SNI tidak bisa menutup impor PLTS Cina karena selama ini panel
surya Cina sudah memenuhi berbagai standar internasional dalam rangka
memasok kebutuhan Eropa.
| 35
Harga patokan tertinggi sudah termasuk seluruh biaya interkoneksi dari PLTS
Fotovoltaik ke titik interkoneksi di jaringan tenaga listrik PLN.
| 36
Sudah ada industri yang bergerak dibidang solar cell mulai dari distributor,
perakit, EPC dan beberapa sudah mencoba untuk menjadi produsen, walaupun
sebagian komponen masih impor
Pengembangan industri solar cell didukung dengan adanya SDM di perguruan
tinggi dan lembaga riset serta dukungan laboratorium di perguruan tinggi dan
lembaga riset.
Pengembangan klaster industri yang mendukung iklim investasi yang ada
Kelemahan
-
Peluang
Peluang penerapan teknologi solar cell
-
Tantangan
Tantangan penerapan teknologi solar cell
-
| 37
Mendorong industri solar cell yang ada untuk dapat terus berkembang
Melakukan
kolaborasi
antara
pemerintah,
industri
dan
Perguruan
Kegiatan riset dan pengembangan umumnya hanya dilakuakan dalam hal uji
model laboratorium untuk mengetes model hidraulik dari PLTA yang akan
dibangun
Kekuatan dalam pengembangan riset PLTA didukung oleh SDM Perguruan tinggi
dan laboratorium yang tersedia.
Kelemahan-nya dalam hal riset dan pengembangan PLTA adalah dalam hal riset
komponen-komponen
mekanikal,
elektrikal
dan
sistem
control,
serta
| 38
Solar Cell
-
Teknologi Solar Cell sudah lama berkembang dan hingga saat ini masih
dikembangkan
Teknologi yang banyak diterapkan secara luas adalah yang berbasis silikon dan
Thin Film
Kekuatan riset dan pengembangan solar cell karena sudah ada kegiatan riset
yang dilakukan dibeberapa PT dan Lemlit serta tersedia SDM dan Laboratorium.
Kelemahan riset dan pengembangan solar cell karena keterbatasan dana riset
yang ada serta belum berkembangnya industri di dalam negeri sehingga
persoalan-persolalan yang ada sudah dilakukan oleh lembaga-lembaga riset
diluar negeri
Peluang dalam hal riset Solar Cell adalah bahwa riset untuk meningkatkan
efisiensi masih terus dilakukan dengan mencoba beberapa jenis material baru,
termasuk polimer. Selain peluang riset juga diarahkan untuk mendapatkan
material yang lebih ramah lingkungan sehingga tidak menjadi B3 sampah panel
surya yang tidak terpakai lagi.
| 39
Tantangan dalam riset solar cell di Indonesia adalah dengan mencoba materialmaterial yang tersedia di Indonesia serta untuk mengurangi impor dan
meningkatkan local content.
Pembangkit listrik tenaga air sudah banyak diterapkan di Indonesia baik pada
skala besar (PLTA), skala minihodro maupun mikro hidro.
Untuk daerah terpencil dan pedalaman juga telah diterapkan pembangkit skala
kecil (piko hidro)
Industri pembuatan turbin dan generator listrik untuk pemanfaatan energi air
sudah berkembang di Bandung dan Jakarta.
Kekuatan penerapan PLTA adalah karen demand listrik yang tinggi serta
ketersediaan sumber air dan lahan yang mencukupi.
Peluang dalam penerapan PLTA adalah dalam menerapkan PLTA skala kecil baik
mini, mikro maupun piko hidro. Selain tidak membutuhkan dana yang besar,
juga lahan yang dibutukah terbatas, serta tidak membutuhkan bendung dan
storage.
Solar Cell
-
Pemanfaatan PLTS hingga saat ini masih tergolong mahal sehingga perlu
dorongan pemerintah untuk penyebarannya
| 40
Penerapan PLTS sudah dilakukan dalam berbagai skala, mulai dari skala rumah
tangga sampai terintegrasi.
Pemanfaatan teknologi solar sel yang sudah dilakukan antara lain untuk
pemangkit listrik, penerangan jalan, penerangan rumah tangga, kebutuhan fasos
dan fasum, pengairan, pompa dan industri pengolahan (pengawetan).
Kekuatan penerapan teknologi solar cell karena banyaknya area terpencil dan
terluar yang belum terlayani listrik, serta intensitas sinar matahari di Indonesia
cukup besar. Sudah ada cikal bakal industri dibidang solar cell.
Kelemahannya dalam penerapan teknologi solar cell ini adalah harganya yang
masih tinggi sehingga tidak memenuhi skala ekonomi. Selain itu sistem
penjualan dan pemasangan masih belum sempurna sehingga seringkali PLTS
yang ada tidak berkelanjutan (banyak yang rusak).
Peluang dalam penerapan teknologi solar cell ini adalah untuk memenuhi
permintaan lokal serta menangkap insentif yang telah disediakan pemerintah
sehingga industri yang dikembangkan dapat bertahan hidup dan berkelanjutan
Tantangan dalam penerapan teknologi solar cell adalah dalam hal keterbatasan
kemampuan industri yang ada serta belum banyak penerapan soler sell untuk
diterapkan disektor pengolahan hasil pertanian : pembuatan batu es.
5.2. Rekomendasi
Riset dan Pengembangan Teknologi EBT
Rekomendasi untuk kegiatan riset dan pengembangan :
PLTA
-
Melakukan riset identifikasi potensi sumberdaya air dan degradasi lingkungan DAS
Melakukan riset identifikasi teknologi PLTA skala kecil yang cocok dengan tipologi
kondisi daerah di Indonesia
Melakukan riset untuk mendorong tumbuhnya klaster industri yang mampu
mendukung penerapan teknologi PLTA
Solar Cell
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi
| 41
Melakukan riset dan pengembangan teknologi material Solar Cell yang mampu
meningkatkan efisiensi dan sesuai dengan kondisi di Indonesia
Melakukan riset dan pengembangan teknologi material solar cell yang mampu
menurunkan biaya produksi dan menggunakan material dasar yang banyak
ditemui di Indonesia
PLTS
-
Mendorong industri solar cell yang ada untuk dapat terus berkembang
Melakukan
kolaborasi
antara
pemerintah,
industri
dan
Perguruan
6. REFERENSI
-
Technical Document no. 1.1, 1.2, 1.3 Strategi Teknologi tahun 2016
Technocal Report no. 1.1.1 s/d 1.1.3 Strategi Teknologi tahun 2016
Technical Report no. 1.2.1 s/d 1.2.3 Strategi Teknologi tahun 2016
| 42
Program
NO. 3B/DOK-STRATEK/KP/STRATEK/IX/2016
29 SEPTEMBER 2016
ABSTRAK
Penyusunan strategi teknologi dalam mengimplementasikan kebijakan tentunya
menjadi hal yang sangat penting. Dalam perumusan strategi, baik pada level
perusahaan (mikro), industri (meso) maupun pada level daerah dan nasional
(makro) memerlukan dukungan informasi yang dapat mempercepat proses
perumusannya. Hal ini disebabkan karena :
-
Daur hidup teknologi yang semakin cepat usang mengakibatkan strategi harus
dirumuskan dengan memantau perubahan (teknologi) global yang terjadi secara
terus menerus.
Persaingan dalam globalisasi dan pasar yang semakin terbuka dan dinamis
menyebabkan teknologi menjadi faktor penentu persaingan.
|2
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
|3
Keterbukaan pasar
Selain itu, BPPT juga dituntut untuk berperan serta dalam mengatasi permasalahan
nasional, khususnya dalam membantu mengatasi permasalahan dibidang energi,
pangan, transportasi dan kemaritiman sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMN
2015 2019.
3. URAIAN KEGIATAN
Pendekatan
Pendekatan kegiatan ini dilakukan dengan alur pikir sebagai terlihat pada gambar 1.
Secara umum proses perumusan dilakukan dalam 2 tahapan :
- Tahap kegiatan intelijen teknologi
- Tahap kegiatan perumusan strategi
Kegiatan intelijen teknologi dilakukan untuk melihat posisi industri/perusahaan terkait
kinerja teknologinya, khususnya dalam hal kapasitas (kekuatan), kendala (kelemahan)
serta peluang (pasar) dan ancaman (pesaing)
|4
Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan dibatasi pada :
Lingkup teknologi : bidang energi baru dan terbarukan, fokus pada solar sel dan mikro
hidro
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi
|5
Intelijen Teknologi
Intelijen Teknologi merupakan proses untuk menghasilkan informasi yang terkait
dengan teknologi yang sangat bermanfaat selama proses pembuatan keputusan
strategis. Intelijen Teknologi menyediakan :
1. Deskripsi mengenai perubahan teknologi saat ini
2. Para pelopor perubahan teknologi di masa yang akan datang
3. Deskripsi alternative mengenai perubahan masa depan
Intelijen Teknologi memiliki 3 fungsi utama :
1. Memberikan pemahaman mengenai kondisi lingkungan saat ini dan potensi
perubahan dimasa depan
2. Memberikan informasi penting untuk pengambilan keputusan strategis
3. Memberikan fasilitas dan membantu perkembangan proses strategic thinking
dalam organisasi
STRATEGI
TUJUAN
PROGRAM
IKLIM YG MENDUKUNG
KEGIATAN
- xxxx
- xxxx
- xxxx
Policy Statements
Policy Instruments
Policy Measures
|6
Dalam kegiatan ini strategi teknologi hanya dibatasi pada pilihan-pilihan skenario serta
program utama yang harus dijalankan.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak [1]. Istilah ini
dapat
diterapkan
kelompok
sektor
swasta,
serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan
pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang
paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan. (Wikipedia)
Dalam kasus teknologi EBT, gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
Kebijakan apa (pernyataan) yang dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam
menjalankan strategi yang dikembangkan
Metodologi
Metodologi pelaksanaan kegiatan mengikuti diagram aliran kerja sebagaimana pada
gambar berikut.
|7
Hasil Intelijen
Strategis
AKUISISI DATA
Input
DATA BASE
Explorasi Isu-isu
Strategis
DATA PROSES/
ANALISIS
Pengembangan
Skenario
Pilihan Strategis
HASIL
Formulasi Strategi
STRATEGI
Aspek
Metode
Keterangan
1.
PT di Bandung
Teknologi
Penerapan Teknologi
2.
Jakarta, Bandung
dengan industri
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi
|8
No.
Aspek
3.
Metode
Keterangan
Jakarta, Bandung
Teknologi
dengan pengguna
teknologi
4.
Regulasi Teknologi
Kajian Literatur
Diskusi dengan
(belum dilaksanakan)
stakeholder
Sumber : Hasil Kajian, 2016
Dari hasil pengumpulan data dilakukan analisis yang terdiri dari pemilahan data,
menggabung dan merekap data untuk dapat menyimpulkan kondisi saat ini dan trend
perubahan dimasa yang akan datang.
Dari hasil analisis intelijen strategi ini akan diperoleh informasi mengenai :
-
Strategi Teknologi
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3 diatas, maka analisis kajian strategi dilakukan
dengan mengeksplorasi isu-isu strategis (penting) dari hasil informasi intelijen strategi,
strategi yang selama ini telah diterapkan serta hasil diskusi dengan stakeholder melalui
diskusi kelompok terbatas (FGD).
Dari hasil eksplorasi isu-isu strategi inilah akan diperoleh faktor-faktor utama yang akan
menjadi penggerak perubahan dimasa yang akan datang. Faktor penggerak utama
perubahan (key driving forces) inilah yang akan digunakan untuk membangun alternatif
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi
|9
Regulasi Teknologi
STATUS
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi
KOTA
BANDUNG
BANDUNG
ENERGI
SOLAR CELL
SOLAR CELL
BANJARMASIN
SOLAR CELL
BOGOR
SOLAR CELL
BOGOR
SOLAR CELL
BOGOR
SOLAR CELL
| 10
NO
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
NAMA PERUSAHAAN
ENDONESIA
CV. DUNIA ENERGY
META
PT. BRALINK INTERTADE
PT. CITRAKATON
DWITAMA
PT. DISTRIBUTOR SOLAR
PANEL
PT. GRAHA MEGAH
ABADI
PT. OPTIMA DAYA
ENERGI
PT. TAKUMPU GROUP
SUMBER ENERGY BARU
TERBARUKAN
WIJAYA POWER SYSTEM
CV. MECHATRON
POWER
CEMARA MAKMUR
ENERGY
PT. SENTRADAYA CITRA
LESTARI
PT. JAVA SURYA TEKNIK
BERKAT ENERGY
SOLLUSINDO
KRISNA MANDIRI
UTAMA
PT. SURYA HARAPAN
TENAGA SURYA
PT. RAJAWALI BINTANG
REKAYASA
CV. GLOBAL ENERGI
SISTEM
CV. DWI JAYA
SEJAHTERA
PT. LEN INDUSTRI
(PERSERO)
PT. SURYA UTAMA
PUTRA
PT. ADYAWINSA
ELECTRICAL AND
POWER
PT. ARRESTER GUNA
ABADI
STATUS
KOTA
ENERGI
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
JAKARTA
JAKARTA
JAKARTA
SOLAR CELL
SOLAR CELL
SOLAR CELL
DISTRIBUTOR
JAKARTA
SOLAR CELL
JAKARTA
SOLAR CELL
JAKARTA
SOLAR CELL
JAKARTA
SOLAR CELL
JAKARTA
SOLAR CELL
JAKARTA
SOLAR CELL
JAKARTA
SOLAR CELL
MALANG
SOLAR CELL
SEMARANG
SOLAR CELL
SIDOARJO
SOLAR CELL
SIDOARJO
SOLAR CELL
SURABAYA
SOLAR CELL
SURABAYA
SOLAR CELL
SURABAYA
SURABAYA
SOLAR CELL
SOLAR CELL
TANGERANG
SOLAR CELL
TUBAN
SOLAR CELL
EPC
ACEH
SOLAR CELL
EPC
BANDUNG
SOLAR CELL
EPC
BANDUNG
SOLAR CELL
EPC
BEKASI
SOLAR CELL
EPC
BEKASI
SOLAR CELL
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
| 11
NO NAMA PERUSAHAAN
32 CV. ANEKA SURYA
PT. SURYA GLOBAL
33
PERSADA
34 ANUGRA JAYA
PT . SELARAS DAYA
35
UTAMA (SEDAYU)
PT . SUMBER
36
KHATULISTIWA
PT. WIJAYA KARYA
37
INTRADE ENERGI
PT. KARYA ENERGI
38
SEJAHTERA
PT. AZHEYS PUTERA
39
MANDIRI
40 T. AZET SURYA LESTARI
41 PT. INDELSTA
PT. CAHAYA INDO
42
TEKNIK
PT. BASUH POWER
43
ELECTRIC
44 PT. WEST STAR
45 PT. TAKUMPU
46 CV. DIARTONA
PT PARMA DAYA
47
TEKNIKA
CEMARA MAKMUR
48
ENERGY
CV. CAHYO
49
ENGINEERING
50 PT. ENTEC INDONESIA
51 PT. INDELSTA
PT. CAHAYA INDO
52
TEKNIK
PT. BASUH POWER
53
ELECTRIC
CV. MECHATRON
54
POWER
55 PT. PROREKAYASA
PT. ENERGY
56 MANAGEMENT
INDONESIA
57 BEN' S LAB
CV. CIHANJUANG INTI
58
TEKNIK
STATUS
EPC
KOTA
GRESIK
ENERGI
SOLAR CELL
EPC
GRESIK
SOLAR CELL
EPC
JAKARTA
SOLAR CELL
EPC
JAKARTA
SOLAR CELL
EPC
JAKARTA
SOLAR CELL
EPC
JAKARTA
SOLAR CELL
EPC
SEMARANG
SOLAR CELL
EPC
SURABAYA
SOLAR CELL
EPC
DISTRIBUTOR
TANGERANG
BANDUNG
SOLAR CELL
BAYU/ANGIN
DISTRIBUTOR
BOGOR
BAYU/ANGIN
DISTRIBUTOR
BOGOR
BAYU/ANGIN
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
JAKARTA
JAKARTA
JAKARTA
BAYU/ANGIN
BAYU/ANGIN
BAYU/ANGIN
DISTRIBUTOR
JAKARTA
BAYU/ANGIN
DISTRIBUTOR
SEMARANG
BAYU/ANGIN
EPC
TANGERANG
BAYU/ANGIN
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
BANDUNG
BANDUNG
MICROHIDRO
MICROHIDRO
DISTRIBUTOR
BOGOR
MICROHIDRO
DISTRIBUTOR
BOGOR
MICROHIDRO
MALANG
BANDUNG
MICROHIDRO
MICROHIDRO
JAKARTA
BANDUNG
MICROHIDRO
MICROHIDRO
CIMAHI
MICROHIDRO
DISTRIBUTOR
EPC
EPC
PRODUSEN
PRODUSEN
| 12
NO
NAMA PERUSAHAAN
STATUS
PT. HEKSA PRAKARSA
59
PRODUSEN
TEKNIK
PT. KRAMATRAYA
60
PRODUSEN
SEJAHTERA (KRS)
61 PT. PGI BANDUNG
PRODUSEN
ADITYA BIOMASS
62
PRODUSEN
TEKNIK, INC
63 PT. BUMI ENERGI HIJAU
PRODUSEN
PT. SAMIDA INDO
64
PRODUSEN
PRAWARA
65 BARA ENERGI
PRODUSEN
PT. BASUH POWER
66
ELECTRIC
DISTRIBUTOR
67 INDOTECH
PRODUSEN
CV. TRISTAR
68
PRODUSEN
MACHINERY
Sumber; hasil pencarian di internet
Hasil pendataan
KOTA
ENERGI
CIMAHI
MICROHIDRO
CIMAHI
BANDUNG
MICROHIDRO
BIOMASS
BANTEN
JAKARTA
BIOMASS
BIOMASS
SURABAYA
TANGERANG
BIOMASS
BIOMASS
BOGOR
YOGYAKARTA
BIOMASS
BIOFUEL
SURABAYA
BIOFUEL
sebesar 58,82% atau (40 perusahaan) bergerak di bidang usaha SOLAR CELL,
sebesar 16,18% atau (11 perusahaan) bergerak di bidang usaha MIKRO HIDRO,
016%
003%
013%
059%
Solar
Angin
Air
Biomas
Biofuel
| 13
Status Perusahaan
070%
060%
050%
040%
030%
020%
010%
000%
059%
025%
016%
PRODUSEN
DISTRIBUTOR
EPC
Nama Perusahaan
ALPEN STEEL
Energi
Solar Cell
17-Nop
3
4
5
Solar Cell
Solar Cell
Solar Cell
12-Nop
11-Nop
11-Nop
Narasumber
Hartoyo
Zaenal Arifin
MBA
Kamaluddin
Rio Agustian
Aris Setioro
Solar Cell
11-Nop
Herry Agusman
Solar Cell
Solar Cell
Mikro hidro
Mikro hidro
Bio mass
11-Nop
12-Nop
18-Nop
17-Nop
17-Nop
Bio mass
20-Nop
Edi Sanoesi
Arief
M Sanusi
Adi Suyanto
Adi Suyanto
Hendri
Yuliantoro
6
7
8
9
10
11
12
Solar Cell
Tgl Survey
20-Nop
| 14
Narasumber
Asep Sugito
Dini Osisca
Hasil survey untuk perusahaan yang bergerak di bidang Usaha Energi Baru dan
Terbarukan (EBT) diperoleh data sebesar 57,14% bergerak di bidang usaha SOLAR CELL,
untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha ANGIN/BAYU dan BIOFUEL
masing-masing sebesar 7,14%, dan yang bergerak dalam bidang usaha MICROHIDRO
dan BIOMAS masing-masing sebesar 14,29%. Untuk perusahaan yang bergerak di bidang
usaha ANGIN/BAYU baru memulai usaha, sehingga tidak diperoleh informasi yang
memadai.
057%
007%
Solar
Angin
Air
Biomas
Biofuel
sebesar 35,71% dan EPC (Engineering Procurement and Construction) sebesar 28,57%.
| 15
Status Perusahaan
040%
035%
030%
025%
020%
015%
010%
005%
000%
036%
036%
029%
PRODUSEN
DISTRIBUTOR
EPC
Permintaan Konsumen
Jumlah permintaan konsumen dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4. Jumlah permintaan konsumen
No
Persh
11
14
12
Nama Perusahaan
CV. Lusika
PT. TELENETINA
SARANA
TEKNIK UTAMA
PT.
CIPTA
VISI
SINAR
KENCANA
Ratarata
N/A
N/A
250
310
300
400
315
100
100
PT. SANKEINDO
30
45
50
50
62
47.4
30
30
26
28
25
27.8
20
20
20
24
25
21.8
20
15
18
25
10
CV. Lusika
ALPEN STEEL
100
19.5
15
15
4.6
4
| 16
No
Persh
Nama Perusahaan
Ratarata
1
1
2
1
Nama Konsumen
Pemda Pertambangan
dan Energi
CSR Philip
Alamat Konsumen
Desa
Kecamatan Kabupaten
Propinsi
Pertamba
Kalimantan
ngan
Selatan
Pondok
Kep. Riau
Kopi
Pemda Pertambangan
dan Energi
Kontraktor
Kontraktor
PEMKO
BIMA
BATAM
PEMKO
PEMKO DINAS
PERTAMBANGAN &
ENERGI
PT. PLN
Kementerian
Transmigrasi
Kementerian Perumahan
Distrubutor
Jakarta
Distrubutor
Jakarta
Distrubutor
Jakarta
Pemda
Kalimantan
Kontraktor
Maluku
PT. Sinabang
Aceh
Pt. Protekayasa
Riau
3
4
4
Kab. Papua
Sumatera
Sumatera
GORONT
ALO
Salatiga
Jateng
| 17
No
Persh
Alamat Konsumen
Nama Konsumen
Desa
Kecamatan Kabupaten
Payakum
buh
Propinsi
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Selatan
Bandung
Sumatera
Barat
Pontianak
Kalbar
10
Bapak Harun
10
10
CV. TeknoAsri
11
BLH Payakumbuh
11
PT Borneo Laboratory
11
CV. Pertama
12
12
Bandara Halim, P. K.
12
Peternak Sapi
13
Dinas Koperasi
Aceh
13
Politeknik Hampar
Riau
Jl. Kom.
Yos
Sudarso
Kota
Padang
Tangeran
g
Sumbar
Banten
Jakarta
Pangelen
gan
Bandung
13
STM TI
Sumber : Hasil Studi 2015
Jawa Barat
Banda Aceh
Dari data terlihat bahwa 21 dari 32 konsumen perusahaan tersebut berasal dari luar
Jawa.
Permintaan energy konsumen dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6. Permintaan energi konsumen
No Persh
Nama
Konsumen
Jakarta
PGN Jakarta
Papau Sarmi
2011
2012
2013
2014
2015
2000 KW =
100 Panel
Solar
4000 Kw =
200 Panel
24.000 KW =
200 Panel
5-0
KWH
2
3
5-10
KWH
Perumahan
110 watt
PT. PLN
160
Wp
Kementerian
100
| 18
Nama
Konsumen
No Persh
2011
2012
Transmigrasi
Wp
Kementerian
Perumahan
Distributor
5 KWP
Distributor
5 KWP
Distributor
5 KWP
100
Wp
180
WP
200
WP
200
WP
2013
2014
2015
200 WP
5 WP
5 WP
200 WP
5 WP
5 WP
200 WP
200 WP
200 WP
Sesuai Pesanan
5-10 Kwh
ESDM
10
Bapak Harun
10
CV. Mentari
Menara
10
CV. TeknoAsri
11
PT. Borneo Lb
1,2
GW
200
Kw
100
Kw
100
Kw
1,1 GW
80
KWH
13
1,8 GW
2 GW
2,2 GW
200 Kw
4 KWH
5 KWH
50 KWH
25 KWH
5 KWH
Tahun
Internet
Solar Cell
2013-2015
Pemda Setempat
Battery
2013-2015
Lamp
2013-2015
1
2
Kontraktor
Solar Cell
2011
Kontraktor
Solar Cell
2012
Solar Cell
2012-2014
| 19
Solar Streetlight
2013
2013
Kalimantan
Sistem PLTS
2009-2015
Sulawesi
Sistem PLTS
2009-2015
Sumatera
Sistem PLTS
2009-2015
SPU-100P
2014
SPU-180 M
2013
SPU-250P
2012
Tahun
Internet
Solar Cell
2015
Sukabumi/Jabar
PLTMH 1 MW
2014
Kalimantan
PLTMH
2014
12
Biodigester
2012
12
Kutai Kalimantan
Biodigester
2012
12
Biodigester
2012
13
Internet
BIOFUELL
2012-2014
Keterangan
Bidang EBT
Status
Adakah Brosur
Pemasaran
Jumlah Konsumen
Lima Tahun Terakhir
Darimana saja
Konsumen tersebut ?
JUMLAH PERUSAHAAN
TO TAL
Solar
Angin
Air
Biomas
Biofuel
14
57,14%
7,14%
14,29%
14,29%
7,14%
PRODUSEN
DISTRIB
EPC
14
35,71%
35,71%
28,57%
Ada
Tidak Ada
12
14
85,71%
14,29%
2011
2012
2013
2014
2015
206
471
442
450
546
2115
9,74%
22,27%
21,28%
25,82%
Pemerintah
Swasta
20,90%
Tidak
Menjawab
0
14
| 20
No
JUMLAH PERUSAHAAN
Keterangan
35,71%
50,00%
Jawa
Luar Jawa
14,29%
Tidak
Menjawab
14
21,43%
Sesuai
Permintaan
57,14%
Sudah Jadi
Produk
21,43%
14
14
100,00%
0,00%
Tidak
Terpenuhi
13
14
92,86%
7,14%
Mengetahui
Tidak Tahu
12
14
85,71%
14,29%
Tidak
Mendkng
12
14
85,71%
Kebijakan Yang
Mendukung
14,29%
Kepastian
Kebijakan
12
14
85,71%
14,29%
Mengetahui
Tidak Tahu
13
14
92,86%
7,14%
Ada
Tidak Ada
Tidak
Menjwb
11
14
78,57%
Pemda
Setempat
0,00%
21,43%
Berapa
GWh/MWh/KWh
energi yang dihasilkan
produkyang diminta
Konsumen
Terpenuhi
Apakah seluruh
permintaan
konsumen terpenuhi?
Apakah perusahaan
mengetahui ada
Kebijakan Energi
Nasional dan
sasarannya?
Mendukung
Bagaimana tanggapan
perusahaan terhadap
sasaran tersebut ?
10
11
12
13
Harapan Perusahaan
Terhadap Pemerintah
?
TO TAL
Apakah perusahaan
tahu bahwa ada
daerah-daerah di
Indonesia yang belum
teraliri listrik?
Adakah usaha
perusahaan untuk
memasarkan
produknya ke daerahdaerah tersebut?
Sistem Pemasaran
Kontraktor
Distributor
Tidak
Menjwb
14
42,86%
7,14%
7,14%
42,86%
Sudah tumbuh industri dan asosiasi dibidang EBT (mikro hidro, solar cell)
| 21
Potensi pasar (pengguna) teknologi EBT (solar cell dan mikro hidro) cukup besar,
tidak hanya di Jawa tetapi juga diseluruh Indonesia termasuk daerah terpencil
dan pulau terluar
Kelemahan
-
Status industri yang bergerak dibidang EBT sebagian besar sebagai Distributor
dan EPC, masih sedikit yang berperan sebagai produsen
Harga produk EBT (Solar Cell) masih belum masuk nilai keekonomisannya
Produk EBT (Mikro dan Piko Hidro) terbatas untuk wilayah dengan potensi air
(sungai)
Peluang
-
Tantangan
-
Dari besarnya potensi pasar pemanfaatan teknologi EBT, masih sedikit yang
menggunakannya
Target pemanfaatan energi EBT sesuai dengan Roadmap EBTKE sebesar 23 %
tahun 2025, saat ini baru mencapai sekitar 5 %.
| 22
Negara
(MPR)
KONSTITUSI-LEGISLASI-REGULASI
PROGRAM
KEBIJAKAN
KONSTITUSI
UUD 1945
Usulan Amandemen
PLATFORM POLITIK
PRESIDEN (SBY)
DPR dan
Pemerintah
Pemerintah
PROGRAM KABINET
GOTONG ROYONG
(Pelaksanaan Platform)
LEGISLASI ENERGI
UU BIDANG ENERGI
RUU
PROGRAM
SEKTOR ENERGI
REGULASI ENERGI
PERATURAN PEMERINTAH
PERPRES
PERMEN
PUBLIK
KEBIJAKAN ENERGI
NASIONAL
(KEN)
Melaksanakan KEN
RPP
Menyiapkan Legislasi
Menyiapkan Regulasi
Energi
Melaksanakan
Regulasi Energi
| 23
1.
nuklir,
2.
hidrogen,
3.
4.
5.
Masih menurut UU 30/2007 tersebut, energi baru adalah energi yang berasal dari
sumber energi baru. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan
dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, atau bahasa
sederhananya adalah sumber energi ramah lingkungan yang tidak mencemari
lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan
global seperti pada sumber-sumber tradisional lain, seperti:
1.
panas bumi,
2.
angin,
3.
bioenergi,
4.
sinar matahari,
5.
6.
| 24
b.
terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri
maupun di luar negeri;
c.
tersedianya sumber energi dari dalam negeri dan/atau luar negeri sebagaimana
dimaksud pada huruf b untuk:
d.
1)
2)
3)
e.
f.
2)
| 25
h.
i.
a.
a.
terpenuhinya penyediaan Energi Primer pada tahun 2025 sekitar 400 MTOE (empat
ratus million tonnes of oil equiualent) dan pada tahun 2050 sekitar 1.000 MTOE
(seribu million tonnes of oil equiualent);
b. tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita pada tahun 2025 sekitar 1,4 TOE
(satu koma empat tonnes of oil equiualent) dan pada tahun 2050 sekitar 3,2TOE
(tiga koma dua fonnes of oit equiualent);
c.
terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025 sekitar 115
GW (seratus lima belas giga watt) dan pada tahun 2050 sekitar 430 GW (empat
ratus tiga puluh giga watt); dan
| 26
a.
terwujudnya
paradigma
baru
bahwa
Sumber
Energi
merupakan
modal
pembangunan nasional;
b. tercapainya Elastisitas Energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025 yang
diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi;
c.
tercapainya penurunan Intensitas Energi Final sebesar 170 (satu) persen per tahun
sampai dengan tahun 2025;
d. tercapainya Rasio Elektrifikasi sebesar 85% (delapan puluh lima persen) pada tahun
2015 dan mendekati sebesar 100% (seratus persen) pada tahun 2020;
e.
tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga pada tahun 2015 sebesar 857o
(delapan puluh lima persen); dan
f.
pada tahun 2025 peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23%
(dua puluh tiga persen) dan pada tahun 2050 paling sedikit 31% (tiga puluh
satu persen) sepanjang keekonomiannya terpenuhi;
2)
pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25% (dua puluh lima persen)
dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen);
3)
pada tahun 2025 peran batubara minimal 30% (tiga puluh persen), dan pada
tahun 2050 minimal 25% (dua puluh lima persen); dan
4)
pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22% (dua puluh dua persen) dan
pada tahun 2050 mtnimal 24% (dua puluh empat persen).
Apa strategi yang diperlukan agar poin f.1 dapat terpenuhi, adalah kajian utama dari
kegiatan ini.
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi
| 27
b.
c.
d.
pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis Energi aliran dan terjunan air,
Energi panas bumi, Energi gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut, dan Energi
angin diarahkan untuk ketenagalistrikan;
b.
pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis Energi sinar matahari diarahkan
untuk ketenagalistrikan, dan Energi nonlistrik untuk industri, rumah tangga, dan
transportasi;
c.
pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis bahan bakar nabati diarahkan
untuk menggantikan bahan bakar minyak terutama untuk transportasi dan industri;
d.
pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis bahan bakar nabati dilakukan
dengan tetap menjaga ketahanan pangan;
e.
pemanfaatan Energi Terbarukan dari jenis biomassa dan sampah diarahkan untuk
ketenagalistrikan dan transportasi;
f.
pemanfaatan minyak bumi hanya untuk transportasi dan komersial yang belum bisa
digantikan dengan Energi atau Sumber Energi lainnya;
g.
h.
| 28
j.
pemanfaatan
Sumber
Energi
Baru
berbentuk
padat
dan
gas
untuk
ketenagalistrikan;
k.
l.
pemanfaatan Sumber Energi gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut didorong
dengan membangun percontohan sebagai langkah awal yang tersambung dengan
jaringan listrik;
percepatan penyediaan dan pemanfaatan berbagai jenis Sumber Energi Baru dan
Sumber Energi Terbarukan;
b.
percepatan pelaksanaan substitusi bahan bakar minyak dengan gas di sektor rumah
tangga dan transportasi;
c.
d.
| 29
Seberapa percepatan penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru dan
sumber energi terbarukan perlu disurvey.
Pasal 20 PP ini mengatur tentang Harga Energi. Harga Energi ditetapkan berdasarkan
nilai Keekonomian Berkeadilan. Harga Energi Terbarukan diatur berdasarkan pada:
a.
perhitungan harga Energi Terbarukan dengan asumsi untuk bersaing dengan harga
Energi dari Sumber Energi minyak bumi yang berlaku di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu, yang dihitung dengan tidak memasukkan subsidi bahan bakar
minyak; atau
b.
perhitungan harga Energi yang rasional untuk penyediaan Energi Terbarukan dari
sumber setempat, dalam rangka pengamanan pasokan Energi di wilayah tertentu
yang lokasinya terpencil, sarana dan prasarana belum berkembang, rentan
terhadap gangguan cuaca atau berada dekat garis perbatasan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Penerapan mekanisme feed in tariff dalam penetapan harga jual Energi Terbarukan.
Pemerintah mengatur pasar Energi Terbarukan, termasuk kuota minimum tenaga listrik,
bahan bakar cair, dan gas yang bersumber dari Energi Baru dan Energi Terbarukan.
Pasal 22 menyoroti penggunaan energi baru terbarukan di daerah terpencil sebagai
berikut.Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan insentif fiskal dan nonfiskal
untuk mendorong program diversifikasi Sumber Energi dan pengembangan Energi
Terbarukan
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
menyediakan
insentif
bagi
| 30
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
| 31
b.
c.
d.
Dewan Energi Nasional terdiri atas pimpinan dan anggota. Pimpinan Dewan Energi
Nasional terdiri atas: Ketua: Presiden,Wakil Ketua: Wakil Presiden,Ketua Harim: Menteri
yang membidangi energi. Anggota Dewan Energi Nasional terdiri atas:
a.
tujuh orang, baik Menteri maupun pejabat pemerintah lainnya yang secara
langsung bertanggung jawab atas penyediaan, transportasi, penyaluran, dan
pemanfaatan energi; dan delapan orang dari pemangku kepentingan.
b.
Delapan
orang
pemangku
kepentingan
sebagai
Anggota
Dewan
Energi
Nasionalterdiri atas:
1)
2)
3)
4)
5)
2.
| 32
Permen ESDM 17/2013 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN dari Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik.
Dengan target kapasitas 140 MW, maka Indonesia layak membuat industri sel surya di
dalam negeri. Bila target ditingkatkan menjadi 500 MW maka layak dibangun industri
wafer silika di dalam negeri selanjutnya jika target menjadi 1 GW maka industri energi
surya dalam negeri mampu menyerap bahan mineral, nikel dan sebagainya untuk bahan
baku panel surya.
Agar tercapainya bauran energi dari PLTS, meningkatkan ketahanan supply energy
nasional dan meningkatkan kemampuan industri dalam negeri, anggota Apamsi
diharapkan dapat :
a) Memenuhi standar standar mutu teknis peralatan yang akan digunakan, dengan
didukung dengan tersedianya infrastruktur pengujian mutu di Indonesia
b) Melakukan ekspansi produksi untuk menyediakan kebutuhan modul surya
c) Bekerjasama dengan investor, pengembang maupun pemerintah daerah dalam
berbagai sektor seperti membangun pabrik di Indonesia, memanfaatkan atap
gedung atau pabrik, memanfaatkan lahan kosong / marginal untuk dipasang PLTS
agar lebih produktif, termasuk bekerjasama investasi dengan para pemilik dana
repatriasi dan Tax Amnesty
Dalam rangka memperkuat struktur industri PLTS dalam negeri dapat dilakukan
beberapa cara di antaranya :
a. TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri ) untuk barang / jasa PLTS masih
memerlukan regulasi pemerintah yang sesuai dengan perkembangan kemampuan
industri dalam negeri.
b. Pemerintah Daerah perlu menggencarkan kampanye penggunaan energi surya
untuk mempercepat target bauran energi dari tenaga surya khususnya pada lahan
lahan marginal dan tanah terlantar.
c. Komitmen PLN untuk penyediaan kuota per wilayah kerja (minimal 5000 MW)
secepatnya dan kemudahan membeli listrik dari PLTS yang mendapat subsidi dari
pemerintah. Mekanisme penetapan pengembang First Come Served dan harga
yang telah ditetapkan pemerintah, diharapkan dapat mempercepat proses untuk
| 33
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi
Geothermal
Hydro
| 34
Bio energy
Nuclear
Solar
Hydrogen
Wind
Others Methane
Bauran Energi-2012
Gas Alam
24%
Batubara
24%
Minyak
Mentah
47%
Batubara
33%
Gas Alam
30%
Minyak
Mentah
20%
| 35
Real
Target
2012
2025
Batubara
23,91
33
Minyak Mentah
46,77
20
Gas Alam
24,29
30
EBT
5,03
17
Sumber : Kementerian ESDM, 2014
Sedangkan proporsi EBT dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 10. Target Proporsi EBT tahun 2025
EBT
Biofuel
Geothermal
Nuclear, Hydro, Solar, Wind, other NRE
Liquified Coal
Sumber : Kementerian ESDM, 2014
Target
2025
5
5
5
2
| 36
| 37
Aturan perundangan yang ada mengenai energi sudah mencantumkan EBT sebagai
prioritas yang perlu dikembangkan
Sudah adanya kelembagaan energi yang cukup mapan (DEN)
Sudah ditetapkannya kebijakan energi secara nasional (KEN)
Sudah ditetapkan target pencapaian pemanfaatan energi berbasis EBT yang
diharapkan akan membuka pasar
Sudah ada insentif FiT dan Ceiling Price untuk harga listrik yang dihasilkan dari
Pembangkit EBT
Kelemahan
-
Peluang
-
Tantangan
-
Pasar EBT di indonesia sangat luas karena banyaknya pulau-pulau dan wilayah
terpencil yang belum terjangkau listrik.
Jumlah industri yang bergerak di bidang EBT, dari sampling yang diperoleh
58,82 % bergerak dibidang solar sel, 13,24 % bayu, 16,18 % mikro hidro, 8,82 %
biomassa dan 2,94 % biofuel.
Permintaan konsumen rata-rata mencapai 563 unit per tahun dan tersebar di
Jawa dan luar Jawa (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua)
| 39
EBT telah diatur dalam UU Energi nomor 30 tahun 2007, dimana juga memuat
antara lain masalah tujuan pengembangan EBT, KEN, DEN, RUEN
Untuk mendorong tumbuhnya pasar EBT, khususnya solar sel sudah dikeluarkan
Permen ESDM nomor 17/2013 tentang : FiT (Fit in Tariff) dan Harga atas (Ceiling
Price)
5.2. Rekomendasi
Alternatif Strategi Pengembangan Pasar EBT
-
6. REFERENSI
-
Technical Document no. 2.1, 2.2, 2.3 Strategi Teknologi tahun 2016
Technocal Report no. 2.1.1 s/d 2.1.3 Strategi Teknologi tahun 2016
Technical Report no. 2.2.1 s/d 2.2.3 Strategi Teknologi tahun 2016
| 40