Anda di halaman 1dari 82

Program

Penerapan dan Pengembangan Manajemen


Strategi Teknologi Tahun 2016

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


PERKEMBANGAN RISET DAN PENERAPAN TEKNOLOGI
ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

NO. 3A/DOK-STRATEK/KP/STRATEK/IX/2016

29 SEPTEMBER 2016

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


SERPONG

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

ABSTRAK
Penyusunan strategi teknologi dalam mengimplementasikan kebijakan tentunya
menjadi hal yang sangat penting. Dalam perumusan strategi, baik pada level
perusahaan (mikro), industri (meso) maupun pada level daerah dan nasional
(makro) memerlukan dukungan informasi yang dapat mempercepat proses
perumusannya. Hal ini disebabkan karena :
-

Daur hidup teknologi yang semakin cepat usang mengakibatkan strategi harus
dirumuskan dengan memantau perubahan (teknologi) global yang terjadi secara
terus menerus.

Persaingan dalam globalisasi dan pasar yang semakin terbuka dan dinamis
menyebabkan teknologi menjadi faktor penentu persaingan.

Integrasi dalam proses produksi kadang kala harus menggabungkan beberapa


platform teknologi yang berbeda-beda.

Dalam proses perumusan strategi teknologi, selalu didahului dengan memahami


perilaku dengan proses pengumpulan informasi (intelijen teknologi) untuk
mendapatkan gambaran mengenai : perkembangan R&D, teknologi yang telah
dimanfaatkan hingga saat ini, kebijakan dan perundangan yang mendukung serta
yang paling penting adalah aspek bisnis dan pasarnya.
Dalam kegiatan ini akan dirumuskan strategi teknologi melalui proses perumusan
strategi teknologi untuk bidang teknologi tertentu. Selain hasil rekomendasi,
proses perumusan strategi teknologi yang dilakukan dapat menjadi ajang
pembelajaran dalam memahami perilaku teknologi dalam persaingan bisnis dan
regulasi yang melingkupinya.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|2

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang demikian pesat di lingkungan global, membuat


Indoensia perlu memantau perkembangan tersebut. Hal ini terkait dengan
kepentingan Indonesia untuk memanfaatkan teknologi yang sesuai dalam
pembangunannya dan juga untuk mengarahkan sumber dayanya dalam usaha
pengembangan kemampuan teknologi nasional sekaligus untuk mendorong
tumbuhnya inovasi dan daya saing industri di dalam negeri.
Metode untuk

mangikuti perkembangan teknologi pada skala global untuk

keperluan di atas salah satunya adalah intelijen teknologi. Intelijen teknologi


merupakan metode yang cukup andal untuk memantau penerapan teknologi
dan pengembangannya.
Hasil dari intelijen teknologi dapat dianalisa lebih lanjut dengan memperhatikan
kondisi terkini dan tantangan ke depan. Hasil analisa ini dapat dijadikan dasar
dalam penyusunan suatu strategi teknologi. Intelijen teknologi dilakukan dengan
mengacu pada suatu kerangka kerja agar lebih sistematis dan terarah.
Strategi teknologi dibangun berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dari
berbagai isu dan permasalahan teknologi yang telah diamati melalui kegiatan
intelijen teknologi. Perlu dilakukan kegiatan partisipatori seperti Kelompok
Diskusi Terfokus untuk dapat memformulasikan isu strategis yang akan
dipertimbangkan dalam menyusun strategi kedepan. Strategi akan dirumuskan
berdasarkan peluang terbaik dimasa depan, yang kemudian diturunkan melalui
langkah-langkah pencapaiannya secara bertahap (program dan kegiatan).
Urgensi
Perkembangan teknologi dewasa ini mendorong berbagai perubahan dan persaingan
global yang semakin tajam. Perubahan dalam bidang teknologi berupa :

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|3

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Daur hidup teknologi yang semakin cepat

Integrasi dan kolaborasi global

Keterbukaan pasar

Selain itu, BPPT juga dituntut untuk berperan serta dalam mengatasi permasalahan
nasional, khususnya dalam membantu mengatasi permasalahan dibidang energi,
pangan, transportasi dan kemaritiman sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMN
2015 2019.

2. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan dari kegiatan ini adalah :
Melakukan penerapan model sistem intelijen teknologi dan model strategi teknologi
untuk sektor tertentu. Pada tahun 2016 dipilih sektor Energi: Energi Baru dan
Terbarukan (EBT)

Sasaran kegiatan ini adalah :


Tersusunnya hasil intelijen teknologi dan rancangan strategi teknologi untuk sektor
Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

3. URAIAN KEGIATAN
Pendekatan
Pendekatan kegiatan ini dilakukan dengan alur pikir sebagai terlihat pada gambar 1.
Secara umum proses perumusan dilakukan dalam 2 tahapan :
- Tahap kegiatan intelijen teknologi
- Tahap kegiatan perumusan strategi
Kegiatan intelijen teknologi dilakukan untuk melihat posisi industri/perusahaan terkait
kinerja teknologinya, khususnya dalam hal kapasitas (kekuatan), kendala (kelemahan)
serta peluang (pasar) dan ancaman (pesaing)

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|4

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Gambar 1. Kerangka Pikir Perumusan Strategi Teknologi


Dari gambar diatas terlihat proses untuk melihat posisi perusahaan atau industri
dilakukan melalui berbagai kegiatan, baik kedalam (perusahaan, industri di dalam
negeri) maupun keluar (perusahaan/industri global). Dengan keterbatasan waktu dan
biaya maka pada kegiatan kali ini proses intelijen teknologi dilakukan melalui :
- Kajian literatur
- Kunjungan ke Perguruan Tinggi
- Kunjungan ke beberapa industri
Dari kegiatan ini dapat diidentifikasi kapasitas perusahaan/industri lokal serta peluang
dan ancaman yang dihadapi.
Kegiatan analisis dan formulasi strategi dilakukan dengan mengembangkan alternatif
skenario dari isu-isu strategis yang diperoleh hasil kegiatan intelijen teknologi yang
diperkuat dengan kegiatan partisipatori berupa kelompok diskusi terfokus (FGD).

Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan dibatasi pada :
Lingkup teknologi : bidang energi baru dan terbarukan, fokus pada solar sel dan mikro
hidro
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|5

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Lingkup wilayah : terbatas industri dan perguruan tinggi di Bandung
Lingkup Aspek : dibatasi pada aspek Riset dan Pengembangan (Risbang), Penerapan
Teknologi, Pasar dan Regulasi.

Intelijen Teknologi
Intelijen Teknologi merupakan proses untuk menghasilkan informasi yang terkait
dengan teknologi yang sangat bermanfaat selama proses pembuatan keputusan
strategis. Intelijen Teknologi menyediakan :
1. Deskripsi mengenai perubahan teknologi saat ini
2. Para pelopor perubahan teknologi di masa yang akan datang
3. Deskripsi alternative mengenai perubahan masa depan
Intelijen Teknologi memiliki 3 fungsi utama :
1. Memberikan pemahaman mengenai kondisi lingkungan saat ini dan potensi
perubahan dimasa depan
2. Memberikan informasi penting untuk pengambilan keputusan strategis
3. Memberikan fasilitas dan membantu perkembangan proses strategic thinking
dalam organisasi

Keterkaitan antara Kebijakan dan Strategi


Keterkaitan antara strategi dan kebijakan dapat dilihat pada gambar berikut

STRATEGI

TUJUAN

PROGRAM

IKLIM YG MENDUKUNG
KEGIATAN
- xxxx
- xxxx
- xxxx

MENCIPTAKAN IKLIM YANG MENDUKUNG PROSES PENCAPAIAN TUJUAN


KEBIJAKAN

Policy Statements
Policy Instruments
Policy Measures

Gambar 2. Keterkaitan Antara Kebijakan dan Strategi

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|6

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Menurut VK Narayanan. Strategi Teknologi adalah pola-pola dalam pemilihan teknologi


oleh suatu perusahaan. Pilihan-pilihan ini meliputi komitmen terhadap sumber daya
untuk pemberian, pemeliharaan, penyebaran dan ketertinggalan dari kemampuan
teknologi. Dalam kasus teknologi EBT, gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
-

Apa tujuan untuk pengembangan teknologi EBT

Isu apa yang mempengaruhi pilihan teknologi EBT dimasa depan

Bagaimana skenario pengembangan teknologi untuk masing-masing pilihan

Program apa yang harus dikembangkan untuk mendukung pencapaian tujuan

Kegiatan utama apa yang harus dilakukan serta tahapannya

Dalam kegiatan ini strategi teknologi hanya dibatasi pada pilihan-pilihan skenario serta
program utama yang harus dijalankan.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak [1]. Istilah ini
dapat

diterapkan

pada pemerintahan, organisasi dan

kelompok

sektor

swasta,

serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan
pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang
paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan. (Wikipedia)
Dalam kasus teknologi EBT, gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
-

Kebijakan apa (pernyataan) yang dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam
menjalankan strategi yang dikembangkan

Instrumen kebijakan apa yang harus ditambahkan (regulasi, peraturan, insentif,


disinsentif)

Langkah-langkah kebijakan apa yang harus dilakukan

Metodologi
Metodologi pelaksanaan kegiatan mengikuti diagram aliran kerja sebagaimana pada
gambar berikut.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|7

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Hasil Intelijen
Strategis

AKUISISI DATA

Input

DATA BASE
Explorasi Isu-isu
Strategis

DATA PROSES/
ANALISIS

Pengembangan
Skenario
Pilihan Strategis

HASIL

Formulasi Strategi

STRATEGI

Gambar 3. Diagram Aliran Kerja Formulasi Strategi


Intelijen Teknologi
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka, proses ini akan memberikan pemahaman dan
informasi strategis terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi dimasa yang akan
datang sebagai dasar untuk memformulasikan strategi. Langkah yang dilakukan meliputi
proses akuisisi data (pengumpulan data), penyusunan database (jika data cukup
banyak), analisis dan penyajian hasil untuk kegiatan analisis strategi.
Proses akuisisi data dilakukan dengan melakukan survey/wawancara sesuai dengan
aspek yang telah ditetapkan sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 1. Pengumpulan Data
No.

Aspek

Metode

Keterangan

1.

Riset dan Pengembangan

Diskusi dan wawancara

PT di Bandung

Teknologi

dengan Perguruan Tinggi

Penerapan Teknologi

Diskusi dan wawancara

2.

Jakarta, Bandung

dengan industri
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|8

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

No.

Aspek

3.

Metode

Keterangan

Survey kuesioner industri

Jakarta, Bandung (2015)

Pasar dan Bisnis

Diskusi dan wawancara

Jakarta, Bandung

Teknologi

dengan pengguna
teknologi

4.

Regulasi Teknologi

Kajian Literatur

Peraturan terkait EBT

Diskusi dengan

(belum dilaksanakan)

stakeholder
Sumber : Hasil Kajian, 2016

Dari hasil pengumpulan data dilakukan analisis yang terdiri dari pemilahan data,
menggabung dan merekap data untuk dapat menyimpulkan kondisi saat ini dan trend
perubahan dimasa yang akan datang.
Dari hasil analisis intelijen strategi ini akan diperoleh informasi mengenai :
-

Kondisi lingkungan teknologi di dalam dan diluar negeri

Kekuatan dan kelemahan sumberdaya teknologi di dalam negeri

Ancaman dan peluang dalam pengembangan teknologi

Trend perubahan teknologi yang akan terjadi

Strategi Teknologi
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3 diatas, maka analisis kajian strategi dilakukan
dengan mengeksplorasi isu-isu strategis (penting) dari hasil informasi intelijen strategi,
strategi yang selama ini telah diterapkan serta hasil diskusi dengan stakeholder melalui
diskusi kelompok terbatas (FGD).
Dari hasil eksplorasi isu-isu strategi inilah akan diperoleh faktor-faktor utama yang akan
menjadi penggerak perubahan dimasa yang akan datang. Faktor penggerak utama
perubahan (key driving forces) inilah yang akan digunakan untuk membangun alternatif
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

|9

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


skenario dan menjadi pilihan-pilihan strategi yang akan dirumuskan. Hasil formulasi
strategi ini dapat menjadi feedback bagi proses perumusan strategi selanjutnya.
Catatan :
Pada laporan ini hanya membahas aspek :
-

Riset dan Pengembangan Teknologi

Penerapan Teknologi

4. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


Hasil kegiatan pada tahapan ini adalah STRATEGI TEKNOLOGI terkait :
- Riset dan Pengembangan
- Penerapan Teknologi

4.1.Riset dan Pengembangan Teknologi


Ketahanan Energi
Dalam konsep ketahanan nasional, ketahanan energi sangat dipengaruhi oleh
perkembangan lingkungan strategis saat ini. Bila ketahanan nasional baik dan didukung
oleh ketahanan energi yang mumpuni, akan tercipta kondisi perekonomian yang sehat.
Saat ini, energi memiliki posisi sangat strategis di setiap negara karena merupakan input
utama dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan,
sehingga kepastian jaminan pasokan energi menjadi fokus utama dalam kebijakan
energi suatu negara. Pada masa mendatang, timbul kekhawatiran yang dipicu kenyataan
bahwa konsumsi energi dunia semakin meningkat. Sebaliknya, sumber energi yang
hanya terdapat di kawasan tertentu semakin terbatas. Menyikapi kondisi kelangkaan
pasokan, berbagai strategi telah dikembangkan oleh banyak negara untuk
mengamankan pasokan energi dengan pola yang lebih agresif.
Pemenuhan kebutuhan pasokan energi tak hanya dilakukan melalui transaksi di pasar
energi global, tetapi juga bergerak ke arah penguasaan sumber-sumber energi di
negara-negara yang memiliki sumber daya energi. Perilaku ini dalam praktiknya banyak
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 10

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


didominasi oleh aktor di suatu negara. Pergeseran pola ini juga telah meningkatkan tensi
politik dan ketegangan yang berkepanjangan, baik antarnegara maupun kawasan,
terutama dalam memperebutkan

wilayah-wilayah yang diperkirakan kaya sumber

energi. Kondisi ini semakin rawan bilamana kolaborasi dalam memperebutkan sumber
energi tersebut melibatkan pula perusahaan-perusahaan yang memiliki kekuatan modal
yang sangat besar.Banyak negara sekarang ini mulai mewaspadai dan menyadari
kemungkinan timbulnya gesekan dalam persaingan menguasai sumber energi. Salah
satu bentuk pencegahan adalah kerja sama antarnegara dan kawasan dalam rangka
menjaga keamanan bersama terhadap kepastian pasokan energi.
Isu strategis :
-

Ketahanan energi pondasi ketahanan nasional

Kelangkaan pasokan sumberdaya energi, khususnya yang berbasis fosil

Sumberdaya energi diperdagangkan di pasar global

Perebutan penguasaan sumberdaya energi oleh para pemain global

Perlu dilakukan kerjasama antara negara berkembang dan negara maju dalam
pengelolaan sumberdaya energi yang saling menguntungkan.

Target Pemanfaatan EBT Nasional


Dalam rangka mewujudkan kemandirian energi nasional, target pemanfaatan Energi
Terbarukan

23 % dari bauran energi nasional pada tahun 2025 sepanjang

keekonomiannya terpenuhi. Mendorong peran serta industri nasional untuk mendukung


hal tersebut.
Pada tahun 2012, pemanfaatan energi nasional masih sekitar 5 %
Isu Strategisnya
-

Hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai target bauran energi 2025 sesuai
roadmap yang telah ditetapkan

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 11

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Gambar 4. Road Map EBTKE

4.1.1. Riset dan Pengembangan Pemanfaatan Tenaga Air


Teknologi PLTA saat ini telah proven dan mature, dan sudah diterapkan secara luas.
Skala penerapannya :
-

PLTA Kapasitas > 5 MW


Minihidro (100 KW 5000 KW atau 5 MW)
Mikrohidro (5 KW 100 KW)
Pikohidro (s/d 5 KW)

Melihat dampaknya yang besar jika mengembangkan PLTA dengan skala besar, saat ini
kecenderungannya adalah mengembangkan PLTA skala kecil seperti Mikro Hidro.
Komponen Mikrohidro
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH),
adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air sebagai tenaga
penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan
sebuah istilah yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air.
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 12

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai sumber
energi), turbin dan generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang
memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan
energi potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar
energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis
(tata letak sungai), tinggi jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran
air sehingga permukaan air menjadi tinggi. Air dialirkan melalui sebuah pipa pesat
kedalam rumah pembangkit yang pada umumnya dibagun di bagian tepi sungai untuk
menggerakkan turbin atau kincir air mikrohidro. Energi mekanik yang berasal dari
putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator.
Mikrohidro bisa memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan
ketinggian air 2.5 meter dapat dihasilkan listrik 400 watt. Relatif kecilnya energi yang
dihasilkan mikrohidro dibandingkan dengan PLTA skala besar, berimplikasi pada relatif
sederhananya peralatan serta kecilnya areal yang diperlukan guna instalasi dan
pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro,
yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perbedaan antara Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) dengan mikrohidro terutama pada besarnya tenaga listrik yang
dihasilkan, PLTA di bawah ukuran 200 KW digolongkan sebagai mikrohidro. Dengan
demikian, sistem pembangkit mikrohidro cocok untuk menjangkau ketersediaan
jaringan energi listrik di daerah-daerah terpencil dan pedesaan. Beberapa keuntungan
yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga listrik mikrohidro adalah sebagai berikut :
1. Dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis yang lain, PLTMH ini cukup murah
karena menggunakan energi alam.
2. Memiliki konstruksi yang sederhana dan dapat dioperasikan di daerah terpencil
dengan tenaga terampil penduduk daerah setempat dengan sedikit latihan.
3. Tidak menimbulkan pencemaran.
4. Dapat dipadukan dengan program lainnya seperti irigasi dan perikanan.
5. Dapat mendorong masyarakat agar dapat menjaga kelestarian hutan sehingga
ketersediaan air terjamin.
PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah air yang jatuh
(debit) perdetik yang ada pada saluran air yang dikondisikan dengan pipa. Air yang
| 13
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


mengalir selanjutnya menggerakkan turbin, kemudian turbin kita hubungkan dengan
generator. Generator inilah yang akan menghasilkan listrik. Hubungan antara turbin
dengan generator dapat menggunakan jenis sambungan sabuk (belt) ataupun sistem
gear box. Jenis sabuk yang biasa digunakan untuk PLTMH skala besar adalah jenis flat
belt sedangkan V-belt digunakan untuk skala di bawah 20 kW. Selanjutnya listrik yang
dihasilkan oleh generator ini akan melalui trafo guna mendapat tegangan yang di
sesuaikan kebutuhan. Kemudian listrik akan melewati jaringan transmisi rendah (JTR)
untuk dialirkan ke rumah-rumah dengan memasang pengaman (sekring). Yang perlu
diperhatikan dalam merancang sebuah PLTMH adalah menyesuaikan antara debit air
yang tersedia dengan besarnya generator yang digunakan. Jangan sampai generator
yang dipakai terlalu besar atau terlalu kecil dari debit air yang ada. Generator yang tidak
sesuai juga akan menyebabkan tingkat efisiensi rendah.

Gambar 5. Skema PLTMH


Potensi daya mikrohidro dapat dihitung dengan persamaan:
Daya (P) = 9,8 x Q x Hn x h ;
dimana: Q = debit aliran ( m3/s ), Hn = Head net/ tinggi jatuhair ( m ); 9,8= konstanta
gravitasi bumi, h = efisiensi keseluruhan.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 14

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Bagian-bagian PLTMH

Gambar 6. Sistem PLTMH


1. Waduk (reservoir)
Waduk adalah danau yang dibuat untuk membendung sungai guna memperoleh air
sebanyak mungkin sehingga mencapai elevasi. Semakin tinggi debit air maka akan
semakin kuat tekanan air saat melewati pipa. Waduk juga berfungsi untuk
mengendapkan lumpur dari air. Sehingga perlu adanya kegiatan pembersihan secara
berkala untuk mengurangi endapan lumpur.
2. Bendungan (dam)
Dam berfungsi menutup aliran sungai sungai sehingga terbentuk waduk. Tipe
bendungan harus memenuhi syarat topografi, geologi dan syarat lain seperti bentuk
serta model bendungan. Bendungan mempunyai dua keluaran saluran air dimana
mengalir pada pipa pesat dan mengalir pada terasering persawahan.
3. Saringan (Sand trap)
Saringan ini dipasang didepan pintu pengambilan air, berguna untuk menyaring
kotoran kotoran atau sampah yang terbawa sehingga air menjadi bersih dan tidak
mengganggu operasi mesin PLTMH.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 15

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Gambar 7. Bendungan dan Saringan


4. Pintu pengambilan air (Intake)
Pintu Pengambilan Air adalah pintu yang dipasang diujung pipa dan hanya digunakan
saat pipa pesat dikosongkan untuk melaksanakn pembersihan pipa atau perbaikan.
Selain itu intake juga berfungsi untuk mengendalikan aliran air ketika debit air kecil.
Intake ditutup untuk mengalirkan air ke persawahan terasering, setelah persawahan
cukup air maka intake kembali dibuka sehingga dapat kembali menggerakkan turbin dan
generator untuk memproduksi listrik.

Gambar 8. Intake
5. Pipa pesat (penstok)
Fungsinya untuk mengalirkan air dari waduk atau dam menuju turbin. Pipa pesat
mempunyai posisi kemiringan yang tajam dengan maksud agar diperoleh kecepatan dan
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 16

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


tekanan air yang tinggi untuk memutar turbin. Konstruksinya harus diperhitungkan agar
dapat menerima tekanan besar yang timbul termasuk tekanan dari pukulan air. Pipa
pesat merupakan bagian yang cukup mahal, untuk itu pemilihan pipa yang tepat sangat
penting.

Gambar 9. Penstok
6. Katub utama (main valve atau inlet valve)
Katub utama dipasang didepan turbin berfungsi untuk membuka aliran air, Menstart
turbin atau menutup aliran (menghentikan turbin). Katup utama ditutup saat perbaikan
turbin atau perbaikan mesin dalam rumah pembangkit. Pengaturan tekanan air pada
katup utama digunakan pompa hidrolik. Katub ini juga berfungsi untuk menghindari
benturan yang keras dari air ketika intake dibuka.
7. Power House
Gedung Sentral merupakan tempat instalasi turbin air,generator, peralatan Bantu, ruang
pemasangan, ruang pemeliharaan dan ruang control.
Beberapa instalasi PLTMH dalam rumah pembangkit adalah :
a. Turbin, merupakan salah satu bagian penting dalam PLTMH yang menerima energi
potensial air dan mengubahnya menjadi putaran (energi mekanis). Putaran turbin

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 17

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


dihubungkan dengan generator untuk menghasilkan listrik. Desain dari turbin harus
mempunyai kemampuan untuk menahan dorongan dari air.

Gambar 10. Turbin


b. Generator, generator yang digunakan adalah generator pembangkit listrik AC. Untuk
memilih kemampuan generator dalam menghasilkan energi listrik disesuaikan
dengan perhitungan daya dari data hasil survei. Kemampuan generator dalam
menghasilkan listrik biasanya dinyatakan dalam VoltAmpere (VA) atau dalam kilo volt
Ampere (kVA).

Gambar 11. Generator


Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 18

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


c. Penghubung turbin dengan generator, penghubung turbin dengan generator atau
sistem transmisi energi mekanik ini dapat digunakan sabuk atau puli, roda gerigi atau
dihubungkan langsung pada porosnya.
1) Sabuk atau puli digunakan jika putaran per menit (rpm) turbin belum memenuhi
putaran rotor pada generator, jadi puli berfungsi untuk menurunkan atau menaikan
rpm motor generator.
2) Roda gerigi mempunyai sifat yang sama dengan puli
3) Penghubung langsung pada poros turbin dan generator, jika putaran turbin sudah
lama dengan putaran rotor pada generator.

Gambar 12. Skema Instalasi Generator dengan Turbin menggunakan Flat Belt

Gambar 13. Instalasi PLTMH

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 19

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Secara umum, komponen PLTA dapat dibedakan atas :
-

Komponen Mekanikal
Komponen Elektrikal
Pekerjaan Sipil

Kemampuan lokal untuk mensuplai komponen PLTA


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Waduk : 100 % kemampuan lokal


Bendungan : 100 % kemampuan lokal
Sandtrap : 100 % kemampuan lokal
Pintu Intake : 100 % kemampuan lokal
Pipa Pesat : 100 % kemampuan lokal
Katub Utama : sebagian diimpor
Power House (Turbin dan Generator) : sebagian komponen masih diimpor
Sistem Kontrol : sebagian komponen masih diimpor

Dari komponen-komponen yang masih memerlukan impor umumnya komponen yang


berputar, dimana perlu material khusus serta presisi yang tinggi.

Hasil SWOT Riset dan Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Tenaga Air


Kekuatan Pengembangan PLTA :
-

Sumberdaya air (sungai) masih berlimpah


Lahan masih cukup luas
Curah hujan cukup tinggi
Hampir seluruh komponen PLTA dapat diproduksi lokal

Kelemahannya :
-

Sebagian DAS mengalami penggundulan hutan sehingga tingkat keandalan


suplai air menjadi terganggu
Lokasi yang tersedia jauh dari demand energi, butuh transmisi yang panjang

Hambatan :
-

Pembagunan PLTA skala besar membutuhkan dana besar,


Pembangunan PLTA skala besar berdampak lingkungan yang besar serta risiko
yang cukup tinggi

Tantangan :
-

Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 20

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Mengembangkan PLTA skala kecil (Mikro dan Piko Hidro)


Peningkatan kapasitas dan kualitas produk : turbin, generator serta komponen
mekanikal dan elektrikal lainnya
Linkage dan klaster dengan industri terkait (alat pengolah hasil pertanian)
Memanfaatkan energi yang berlebih saat bukan jam puncak seperti : melakukan
pemompaan kembali air yang telah mengalir sehingga menjamin storage
(volume) air selalu tersedia (pembangunan pump storage plant)

Alternatif Strategi Riset dan Pengembangan Pemanfaatan Tenaga Air


-

Melakukan riset identifikasi potensi sumberdaya air dan degradasi lingkungan DAS
Melakukan riset identifikasi teknologi PLTA skala kecil yang cocok dengan tipologi
kondisi daerah di Indonesia
Melakukan riset untuk mendorong tumbuhnya klaster industri yang mampu
mendukung penerapan teknologi PLTA

4.1.2. Riset dan Pengembangan Pemanfaatan Tenaga Surya


Teknologi pemanfaatan tenaga surya yang dapat mengubah cahaya matahari menjadi
listrik menggunakan sel surya sudah banyak dimanfaatkan. Beberapa jenis teknologi Sel
Surya antara lain :

Teknologi Solar Cell berdasarkan Bahan


Berdasarkan bahan yang digunakan, teknologi Solar Cell dapat dibedakan atas :

Sillicon Wafer Based

Sillicon on Thin Films

II VI

III V

New Concept

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 21

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Gambar 14. Teknologi Solar Cell berdasar bahan

Material untuk Solar Cell


Material yang digunakan untuk pembuatan Solar Cell secara diagram dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 15. PV Material Chart

Keunggulan masing-masing material adalah sebagai berikut :

Crystalline sillicon merupakan teknologi yang unggul berdasarkan tingginya efisiensi


tetapi biaya produksinya juga tinggi.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 22

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Thin film dapat menjadi solusi dalam hal biaya, tetapi efisiensi masih rendah
dibandingkan dengan crystalline dan juga memiliki beberapa dampak buruk
terhadap lingkungan.

Penggunaan polimer atau organik senagai material solar cell dapat mengurangi
dampak negatifnya terhadap lingkungan.

Status Pengembangan Teknologi Solar Cell


Beberapa produk teknologi solar cell telah diproduksi secara massal sejak akhir tahun
2007 seperti : Si Waver based, amorphous, Tandem a-Si/Si Crystalline, CIS/CIGS, dan
CdTe. Sedangkan yang diproduksi secara massal sejak 2010 adalah : III v dan Dye
Sesitized. Sementara untuk jenis Full Organic dan Hybrid baru diproduksi massal tahun
2015

Gambar 16. Status Pengembangan Teknologi Solar Cell

Karakteristik masing-masing teknologi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Material Crystalline
Beberapa PV Cell yang dibentuk dari material Crystalline adalah sebagai berikut :
Mono Crystalline Cell
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 23

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Memiliki karakteristik sebagai berikut :

Efisiensi yang tinggi hingga lebih dari 20 %, tetapi untuk komersilisasi pabrikan
mengklaim efisiensi sebesar 15 17 %

Sebagian besar dikembangkan menggunakan proses Czochralski dan dilakukan


dalam keadaan atmosfir yang lembam (inert) seperti argon atau pada ruang
yang lembam (inert) seperti quartz.

Gambar 17. Monocrystallyne Cell


Polychrystalline Cell
Memiliki karakteristik sebagai berikut :

Material yang cocok untuk mengurangi biaya pembangunan modul PV tetapi


efisiensi rendah dibandingkan Monocrystalline.

Memiliki cacat yang rendah dalam hal metal contamination dan struktur
kristalnya dibandingkan monocrystalline cell

Diproduksi dengan melelehkan silicon mensolidifikasi menjadi Cristal yang


berorientasi dalam arah yang tetap.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 24

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Gambar 18. Polycrystalline Cell

Gallium arsenide (GaAs)


Memiliki karakteristik sebagai berikut :

Senyawa semikonduktor yang dibentuk oleh galium dan arsenik yang memiliki
struktur seperti silikon

Efisiensi tinggi dan lebih tipis dibandingkan solar sel berbasis silikon tetapi
material dan manufakturnya lebih mahal

Efisiensi dapat ditingkatkan dengan mencampur material tertentu seperti Al, In,
P dan Sb.

Tahan terhadap panas yang tinggi

Gambar 19. GaAs Solar Cell Layer

2. Thin Film Solar Cell


Beberapa jenis PV Cell dari Thin Film adalah sebagai berikut:

Amorphous Silicon
Memiliki karakteristik :
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 25

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Berbentuk non crystalline sillicon dgn struktur yang tidak beraturan dan
memiliki 40 kali tingkat absorpsi cahaya yang lebih tinggi dibandingkan mono
crystalline

Degradasi penyerapan cahaya oleh singgle junction adalah 45 %, triple junction


22 % dan flexible triple junction adalah 27 %

Struktur acak memberikan rentang band yang tinggi yaitu 1,7 eV (Bouchich M)

Gambar 20. Amorphous vs Crystalline

Cadnium telluride (CdTe) & cadnium sulphide (CdS)


Memiliki karakteristik :

Material dapat menghasilkan efisiensi yang tinggi sebesar 15 % dan dikenal


memberikan band gap yang ideal (1,45eV)

Cds ketika di dopped dengan copper dapat menjadi photoconductive yang tinggi

Juga dikenal karena stabilitasnya dalam jangka panjang

Treatment kimia panas dibutuhkan untuk menghasilkan sel yang lebih baik yang
mengurangi photoconductive yang tinggi

Gambar 21. N-CdS/p-CdTe cross-section

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 26

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Copper indium gallium selenide/copper indium selenide
Memiliki karakteristik :

Efisiensi 13 % untuk modul dan 20 % untuk sel (Repins I, Conteras M)

Performan dari CIS hanya turun 10 % dibandingkan thin film lain setelah
eksposur luar ruangan 130 kWh/m2 (meyer& Van Dyk)

Cacat pada modul dapat menyebabkabn penurunan performance di lokasi


sekarang (Radue et al)

Gambar 22. Copper indium gallium selenide/copper indium selenide

3. Organic and Polimer Sel


Cell dari bahan organic dan polimer memiliki karakteristik :

Efisiensi rendah sekitar 4-5 %

Beberapa polimer memperlihatkan potensi yang tinggi untuk menggantikan


modul silikon PV dikemudian hari dengan mempertimbangkan reduksi harga
dan berat. (Gorter, et al)

Voltase open sirkuit tertinggi untuk sel organik dicapai oleh Molecular Solar Ltd
Company yaitu 4V

Material dengan band absorpsi yang lebar perlu ditemukan dan diproduksi
untuk meningkatkan voltage output (Peumans et al)

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 27

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Gambar 23. Organik Solar Cell Cross Section


4. Hybrid Solar Cell
Hybrid Solar Cell memiliki karakteristik sebagai berikut :

Kombinasi sillicon crystalline dengan sillicon yang non-crystalline

Sanyo telah mengembangkan HIT (Hetero Junction with intrinsic thin layer)
mengaplikasikan coating silikon amorphous pada monocrystalline solar cell

Memiliki rating efisiensi 21 %

Gambar 24. Sanyo HI Solar Cell Structure

5. Dye Sencitized Solar Cell


Memiliki karakteristik sebagai berikut

Mengganti phase kontak ke semi konduktor dengan elektrolit, liquid atau gel
untuk membentuk sel photo-electrochemical

Absorpsi optikal dan proses separasi charge oleh gabungan dari sesitizer sebagai
material absorpsi cahaya

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 28

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Gambar 25. Dye Sencitized Solar Cell


6. Teknologi Baru untuk Produksi Sel PV
Beberapa jenis teknologi baru sel PV antara lain
Carbon Nanotube (CNT)
Karakteristik :

Dibentuk oleh Carbon Lattice Hexagonal

Photodiode Solar Cell dari CNT telah ditemukan dan sukses meningkatkan
efisiensi, current output walaupun efisiensi untuk solar sel masih tetap rendah
(3-4%)

Quantum dots
Karakteristik :

Material dibangun dengan banyak bentuk (formasi) material menjadikan sistem


semikonduktor yang spesial dengan kemampuan untuk mengendalikan energi
band gap

Output voltage dapat ditingkatkan jika energi band gap meningkat, tetapi band
gap yang kecil dapat juga meningkatkan current output

Hot carrier solar cell


Karakteristik :

Membutuhkan kontak energi yang selektif untuk meng convert cahaya menjadi
energi listrik tanpa menghasilkan panas

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 29

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Efisiensi mencapai 66% yaitu 3 kali lebih tinggi dari sel yang ada dengan bahan
silikon

Kekurangan material yang cocok dapat menurunkan carrier cooling rate

Gambar 26. HC schematic

Dari berbagai jenis teknologi yang ada, yang sudah digunakan secara luas khususnya di
Indonesia adalah Solar Cell yang berbasis Silikon dan Thin Film.

Hasil SWOT Riset dan Pengembangan Teknologi Solar Cell


Kekuatan :
-

Wilayah di Indonesia memiliki intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi

Wilayah Indonesia sangat luas, sehingga banyak wilayah terpencil dan


kepulauan yang belum teraliri listrik

Beberapa perguruan tinggi dan Lembaga Penelitian sudah banyak melakukan


riset mengenai material solar cell

Beberapa industri mulai merintis pengembangan solar sel, walaupun masih


sangat terbatas

Perusahaan yang bergerak dibidang distributor solar sel cukup banyak

Perusahaan IPC dan perakitan modul surya sudah mulai berkembang

Kelemahan :
-

Basis industri serumpun dengan industri solarcell masih jarang

Harga produk masih lebih tinggi dan belum masuk skala ekonomi, sehingga
perlu peraturan dan insentif khusus

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 30

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Banyak industri diluar negeri yang tutup dan hanya Cina dan German yang masih
bertahan

Kurangnya pendanaan untuk investasi yang berisiko khususnya dalam


pengembangan teknologi solar cell

Peluang :
-

Energi fosil semakin terbatas dan mahal, diperkirakan beberapa tahun kedepan
produk solar cell akan masuk pada skala ekonomi komersial.

Adanya dukungan dan dorongan dari pemerintah untuk mencapai target bauran
energi dan program pengurangan emisi carbon 26 % tahun 2025.

Riset-riset tentang solar cell dan energi baru terbarukan berkembang pesat di
luar negeri, walau masih terbatas di dalam negeri.

Trend dunia yang menuju pada Sustainable Development Goal, pengembangan


smart and green city, serta program green economy yang akan mendorong
permintaan energi bersih yang cukup tinggi.

Tantangan :
-

Efisiensi saat ini masih rendah, rata-rata sekitar 15 %

Riset terus berkembang untuk meningkatkan efisiensi dengan proses


pembuatan yang lebih murah melalui riset material baru.

Kolaborasi antar industri akan mendorong riset yang didanai oleh banyak negara
sehingga akan mengurangi beban biaya riset yang dibagi secara merata ke
berbagai negara yang memiliki kepentingan bersama.

Alternatif Strategi Riset dan Pengembangan Teknologi Solar Cell


-

Melakukan riset dan pengembangan teknologi material Solar Cell yang mampu
meningkatkan efisiensi dan sesuai dengan kondisi di Indonesia

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 31

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Melakukan riset dan pengembangan teknologi material solar cell yang mampu
menurunkan biaya produksi dan menggunakan material dasar yang banyak
ditemui di Indonesia

Melakukan kerjasama riset dengan industri untuk dapat segera memanfaatkan


hasil riset yang dilakukan.

4.2. Penerapan Teknologi


4.2.1. Penerapan Teknologi Pemanfaatan Tenaga Air
Penerapan teknologi Pemanfaatan Tenaga Air sebagai pembangkit listrik sudah
berkembang dalam jangka waktu yang lama, baik diluar maupun di dalam negeri.
Walaupun demikian semakin rusaknya kondisi DAS yang ada serta semakin sempitnya
lahan yang tersedia mengakibatkan arah penerapan teknologi pemanfaatan tenaga air
sebagai sumber energi lebih ditekankan dalam skala kecil.
Di indonesia sendiri, penyebaran PLTA hampir merata diseluruh wilayah, mulai dari
sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Nusatenggara, Maluku
dan Papua.
Jika dilihat dari industri pendukung PLTA, teknologi kunci yang perlu diperhatikan
adalah:
-

Turbine
Generator
Systems Controler

Industri pembuat komponen seperti turbin, generator dan systems controler masih
mengimpor sebagian komponen. Sedangkan komponen lainnya, seperti pekerjaan Civil
Work sudah dapat dikuasai pembangunannya 100% menggunakan local content.

Hasil SWOT Penerapan Teknologi PLTA


Kekuatan
-

Lahan masih cukup luas diseluruh nusantara


Sumberdaya air yang berlimpah didukung DAS yang cukup luas dan curah hujan
yang cukup tinggi
Sudah memiliki pengalaman yang cukup panjang

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 32

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Industri pendukung sudah cukup banyak, dan didukung oleh bengkel-bengkel


kerja.

Kelemahan
-

Membutuhkan biaya besar, khususnya untuk PLTA skala besar


Risiko tinggi untuk PLTA dengan storage yang besar sehingga perlu dikaji
kondisi-kondisi ekstrim
Banyak DAS yang sudah gundul dan memerlukan reboisasi sehingga
mengakibatkan aliran sungai yang stabil dan kontinu sulit untuk diandalkan.

Peluang
-

Dorongan pemanfaatan energi non fosil


Perubahan iklim yang mendorong untuk diterapkannya pola pertumbuhan
(ekonomi) hijau
Insentif yang diberikan oleh pemerintah

Tantangan
-

Permasalahan lahan/pembebasan lahan


Dukungan teknologi pasca konstruksi, khususnya dalam hal turbin dan generaot
Pemanfaatan energi yang berlebih saat tidak jam puncak, dimana kelebihan
energi dapat dimanfaatkan untuk memompa air dari outlet dikembalikan
kedalam waduk sehingga energi potensial yang ada tetap terjaga dan dapat
mengurangi sedimentasi waduk.

Alternatif Strategi Penerapan Teknologi PLTA


-

Mendorong tumbuhnya bengkel dan industri pendukung PLTA


Mendorong implementasi teknologi PLTA skala kecil (mikrohidro) secara luas
Mendorong tumbuhnya klaster-klaster industri terkait dengan PLTA, Pengolahan
Hasil Pertanian, Pariwisata

4.2.2. Penerapan Teknologi Pemanfaatan Tenaga Surya


Kondisi Industri Panel Surya Nasional
1. Saat ini terdapat 8 pabrik perakitan modul surya di Indonesia, namun baru 5
perusahaan yang menjadi anggota APAMSI yaitu PT. LEN Industri (Persero), PT.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 33

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Surya Utama Putra, PT. Swadaya Prima Utama, PT. Adyawinsa Electrical & Power,
PT. Azet Surya Lestari dan PT. Wijaya Karya Intrade Energi.
2. Pabrikasi panel surya merupakan industri energi surya yang mempunyai resiko
paling kecil dibandingkan industri sel surya, industri wafer dst. Resiko ini terkait
biaya investasi yang dibutuhkan sedangkan permintaan industri di dalam negeri
masih rendah.
3. Produksi rata-rata anggota APAMSI adalah 16% dari total kapasitas produksi karena
masih mengandalkan proyek pemerintah. Akibatnya, pabrik hanya bekerja pada
bulan Agustus Desember tiap tahunnya.
4. Saat ini, kemampuan produksi panel surya terbesar dimiliki oleh PT Len Industri
dengan kapastas 30 MW dengan tingkat kandungan lokal sebesar 41%.
5. Pemerintah sebenarnya membuat pasar yang lebih besar yaitu lelang kuota energi
surya 140 MW di 82 lokasi sebagai bentuk implementasi Permen ESDM 17/2013 ttg
Pembelian Tenaga Listrik oleh PT. PLN dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Fotovoltaik;
6. Dengan target kapasitas 140MW tersebut, maka Indonesia layak membuat industri
sel surya di dalam negeri. Bila target ditingkatkan menjadi 500MW maka layak
dibangun industri wafer silika di dalam negeri selanjutnya jika target menjadi 1 GW
maka industri energi surya dalam negeri mampu menyerap bahan mineral, nikel
dan sebagainya untuk bahan baku panel surya.
7. Mineral nikel Indonesia selama ini diekspor di Cina untuk kemudian diproses lebih
lanjut menjadi silika ingot silikon wafer sel surya yang kemudian
diekspor kembali ke Indonesia untuk dirakit menjadi panel surya;
8. Untuk memaksa produsen membuka pabriknya di dalam negeri dapat meniru
langkah Malaysia yang melarang impor PLTS. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
pelarangan expor mineral sehingga produsen akan bangun smelter di dalam negeri
dan kemudian expor ingot yang dihasilkan. Setelah itu, pemerintah perlu keluarkan
larangan expor ingot untuk paksa produsen produksi wafer di dalam negeri.
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 34

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


9. Terkait lelang kuota PLTS, APAMSI tidak bisa berkompetisi dengan PLTS china yang
mempunyai kapasitas produksi 3,7 GW per tahun. China pun melakukan dumping
harga karena harga impor sel surya $0,697/W sedangkan harga impor panel surya
jadi $0,7/W. Akibatnya adalah :
Tabel 2. Harga Panel Surya
CKD (Komponen panel surya?)

Panel surya

FOB China ($/W)

0.697

0.7

CNF Tj. Priok

0.8

0.8

+BM, PPn, PPj

Sel = 0%
Silin = 20%
ALE =10%
TGU=15%

0%

On truk ($/W)

1,1 1,2

0.8

Sumber: https://docs.google.com/presentation/
10. Panel surya Cina sudah dikenakan sanksi dumping dan hal ini perlu ditiru oleh
Indonesia dengan sanksi sehingga harga panel surya cina menjadi $1,9/W. Hal
ini diperlukan karena biaya produksi APAMSI sebesar $1,3 1,5.
11. Kaca panel surya pun sebenarnyad bisa diproduksi di dalam negeri (contohnya
ASAHI) namun belum bisa melayani permintaan APAMSI yang dinilai terlalu kecil
yaitu volume 1 x produksi kaca setara dengan volume penjualan APAMSI selama
3 tahun.
12. Standarisasi SNI tidak bisa menutup impor PLTS Cina karena selama ini panel
surya Cina sudah memenuhi berbagai standar internasional dalam rangka
memasok kebutuhan Eropa.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 35

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


13. Pemerintah sudah larang PLTS impor untuk proyek APBN namun masih
memperbolehkan untuk proyek kuota dengan syarat TKDN minimal 40%.
14. APAMSI merekomendasikan teknologi kristalin yang padat karya dan bahan
baku yang melimpah walau belum bisa diproduksi di dalam negeri. Teknologi
thin film memang mempunyai biaya produksi yang lebih murah namun
mempunyai efisiensi yang rendah. Selain itu, industri thin film adalah industri
padat modal dengan investasi sekitar $ 55 juta/ mesin untuk kapasitas 50 MW/
tahun. Pada saat ada teknologi thin film dengan efisiensi yang lebih baik, maka
industri harus ganti seluruh peralatan karena sistem produksinya adalah inline.
15. APAMSI membutuhkan teknologi micro inverter dan in-charge untuk PLTS.
Industri pendukungnya seperti panel, trafo dan PCB sudah ada di dalam negeri.
16. TKDN Baterai buatan Nipres juga sudah mencapai 48%.
17. Penjelasan singkat mengenai kuota PLTS (Permen ESDM 17/2003) :
a. Kuota Kapasitas PLTS Fotovoltaik adalah jumlah maksimum kapasitas PLTS
Fotovoltaik yang dapat diinterkoneksikan pada suatu sistem/ subsistem Jarlngan
tenaga listrik milik PLN.
b. Pemerintah menugaskan PLN untuk membeli tenaga listrik dari PLTS Fotovoltaik.
c. PLN wajib membeli seluruh tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTS Fotovoltaik dari
badan usaha (BUMN, BUMD, swasta, dan koperasi) yang ditetapkan sebagai
pemenang lelang Kuota Kapasitas.
d. Pembelian tenaga listrik dari PLTS Fotovoltaik untuk semua kapasitas terpasang
ditetapkan dengan harga patokan tertinggi sebesar US$ 25 sen/kWh.
e. Pembelian tenaga listrik, jika PLTS Fotovoltaik menggunakan modul fotovoltaik
TKDN sekurang-kurangnya 40%, diberikan insentif dan ditetapkan dengan harga
patokan tertinggi sebesar US$ 30 sen/ kWh.
f.

Harga patokan tertinggi sudah termasuk seluruh biaya interkoneksi dari PLTS
Fotovoltaik ke titik interkoneksi di jaringan tenaga listrik PLN.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 36

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Industri panel surya merupakan industry hilir. Indonesia juga akan mempersiapkan
sektor hulunya dengan membangun pabrik solar cell. PT. Len Industri juga telah berhasil
mengembangkan inverter (perangkat pengubah aliran listrik DC menjadi AC).
Hasil SWOT Penerapan teknologi Solar Cell
Kekuatan
-

Sudah ada industri yang bergerak dibidang solar cell mulai dari distributor,
perakit, EPC dan beberapa sudah mencoba untuk menjadi produsen, walaupun
sebagian komponen masih impor
Pengembangan industri solar cell didukung dengan adanya SDM di perguruan
tinggi dan lembaga riset serta dukungan laboratorium di perguruan tinggi dan
lembaga riset.
Pengembangan klaster industri yang mendukung iklim investasi yang ada

Kelemahan
-

Untuk industri yang berstatus produsen tantangan semakin berat karena


persaingan global yang terjadi. Hal ini terlihat banyaknya industri yang tutup dan
yang masih bertahan sebagian besar perusahaan Cina dan German.
Industri perakit, distributor belum didukung sistem klaborasi yang terklasterisasi sehingga terjadi saling
Di sisi pengguna akhir, dengan harga investasi awal dan harga pembangkitan
listrik yang masih mahal maka pengguna masih lebih menyukai untuk
memperoleh listrik dari PLN.

Peluang
Peluang penerapan teknologi solar cell
-

Penduduk indonesia cukup besar dimana pertumbuhan kebutuhan listrik akan


mengikuti pertumbuhan ekonomi dan penduduk
Dukungan pemerintah untuk mengembangkan energi berbasis non fossil
Sudah ada cikal bakal industri di bdang solar cell
Adanya dukungan perguruan tinggi dan laboratorium di LPNK

Tantangan
Tantangan penerapan teknologi solar cell
-

Harga keekonomisan yang belum tercapai

Efisiensi solar cell yang masih rendah

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 37

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Sistem penyimpanan sementara (batere) cepat rusak

Pengembangan riset dibidang solar cell

Alternatif Strategi Penerapan Teknologi Solar Cell


-

Mendorong industri solar cell yang ada untuk dapat terus berkembang

Melakukan

kolaborasi

antara

pemerintah,

industri

dan

Perguruan

Tinggi/Lembaga Penelitian untuk pengembangan industri solar cell di Indonesia


-

Mendorong tumbuhnya klaster-klaster industr terkait solar cell dan industri


terkait lainnya

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1. Kesimpulan
Riset dan Pengembangan Teknologi EBT
Isu dan Permasalahan riset dan pengembangan EBT, khususnya dalam hal pemanfaatan
tenaga air dan tenaga matahari adalah sebagai berikut :
PLTA
-

Untuk pembangkit tenaga air teknologi sudah banyak diterapkan sehingga


kegiatan riset sudah sangat terbatas.

Kegiatan riset dan pengembangan umumnya hanya dilakuakan dalam hal uji
model laboratorium untuk mengetes model hidraulik dari PLTA yang akan
dibangun

Inovasi baru yang dikembangkan adalah dalam pemanfaatan listrik untuk


memompa air kembali menjadi simpanan energi potensial pada saat bukan jam
puncak. (Storage Pump)

Kekuatan dalam pengembangan riset PLTA didukung oleh SDM Perguruan tinggi
dan laboratorium yang tersedia.

Kelemahan-nya dalam hal riset dan pengembangan PLTA adalah dalam hal riset
komponen-komponen

mekanikal,

elektrikal

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

dan

sistem

control,

serta

| 38

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


terbatasnya kegiatan riset yang ada karena teknologi yang digunakan sudah
proven
-

Peluang riset dan pengembangan terkait dengan pengembangan Teknologi PLTA


adalah dalam hal peluang untuk mengganti energi fosil dengan yang tidak
polutif dalam mendukung sustainable goal dan green economy

Tantangannya dalam riset PLTA adalah terutama untuk pengembangan PLTA


Storage Pump Plat serta pemanfaatan PLTA yang terintegrasi dengan aktivitas
ekonomi lainyya.

Solar Cell
-

Teknologi Solar Cell sudah lama berkembang dan hingga saat ini masih
dikembangkan

Teknologi yang banyak diterapkan secara luas adalah yang berbasis silikon dan
Thin Film

Pengembangan Teknologi baru juga terus dikembangkan terutama untuk


meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak lingkungan dari limbah yang
dihasilkan. Beberapa teknologi baru yang dikembangkan antara lain : CNT,
Quantum Dots dan Hot Carrier.

Kekuatan riset dan pengembangan solar cell karena sudah ada kegiatan riset
yang dilakukan dibeberapa PT dan Lemlit serta tersedia SDM dan Laboratorium.

Kelemahan riset dan pengembangan solar cell karena keterbatasan dana riset
yang ada serta belum berkembangnya industri di dalam negeri sehingga
persoalan-persolalan yang ada sudah dilakukan oleh lembaga-lembaga riset
diluar negeri

Peluang dalam hal riset Solar Cell adalah bahwa riset untuk meningkatkan
efisiensi masih terus dilakukan dengan mencoba beberapa jenis material baru,
termasuk polimer. Selain peluang riset juga diarahkan untuk mendapatkan
material yang lebih ramah lingkungan sehingga tidak menjadi B3 sampah panel
surya yang tidak terpakai lagi.

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 39

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Tantangan dalam riset solar cell di Indonesia adalah dengan mencoba materialmaterial yang tersedia di Indonesia serta untuk mengurangi impor dan
meningkatkan local content.

Penerapan Teknologi EBT


Isu dan permasalahan penerapan teknogi EBT khususnya dalam hal pemanfaatan tenaga
air dan tenaga matahari adalah sebagai berikut
PLTA
-

Pembangkit listrik tenaga air sudah banyak diterapkan di Indonesia baik pada
skala besar (PLTA), skala minihodro maupun mikro hidro.

Penyebaran PLTA hampir merata diseluruh indonesia, dan terutama di Sumatera


dan Jawa.

Untuk daerah terpencil dan pedalaman juga telah diterapkan pembangkit skala
kecil (piko hidro)

Industri pembuatan turbin dan generator listrik untuk pemanfaatan energi air
sudah berkembang di Bandung dan Jakarta.

Kekuatan penerapan PLTA adalah karen demand listrik yang tinggi serta
ketersediaan sumber air dan lahan yang mencukupi.

Kelemahan dalam penerapan teknologi PLTA adalah penggundulan hutan yang


mengakibatkan rusaknya DAS, serta pembangunannya membutuhkan biaya
besar dan pemanfaatan lahan yang besar.

Peluang dalam penerapan PLTA adalah dalam menerapkan PLTA skala kecil baik
mini, mikro maupun piko hidro. Selain tidak membutuhkan dana yang besar,
juga lahan yang dibutukah terbatas, serta tidak membutuhkan bendung dan
storage.

Solar Cell
-

Pemanfaatan PLTS hingga saat ini masih tergolong mahal sehingga perlu
dorongan pemerintah untuk penyebarannya

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 40

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Penerapan PLTS sudah dilakukan dalam berbagai skala, mulai dari skala rumah
tangga sampai terintegrasi.

Pemanfaatan teknologi solar sel yang sudah dilakukan antara lain untuk
pemangkit listrik, penerangan jalan, penerangan rumah tangga, kebutuhan fasos
dan fasum, pengairan, pompa dan industri pengolahan (pengawetan).

Kekuatan penerapan teknologi solar cell karena banyaknya area terpencil dan
terluar yang belum terlayani listrik, serta intensitas sinar matahari di Indonesia
cukup besar. Sudah ada cikal bakal industri dibidang solar cell.

Kelemahannya dalam penerapan teknologi solar cell ini adalah harganya yang
masih tinggi sehingga tidak memenuhi skala ekonomi. Selain itu sistem
penjualan dan pemasangan masih belum sempurna sehingga seringkali PLTS
yang ada tidak berkelanjutan (banyak yang rusak).

Peluang dalam penerapan teknologi solar cell ini adalah untuk memenuhi
permintaan lokal serta menangkap insentif yang telah disediakan pemerintah
sehingga industri yang dikembangkan dapat bertahan hidup dan berkelanjutan

Tantangan dalam penerapan teknologi solar cell adalah dalam hal keterbatasan
kemampuan industri yang ada serta belum banyak penerapan soler sell untuk
diterapkan disektor pengolahan hasil pertanian : pembuatan batu es.

5.2. Rekomendasi
Riset dan Pengembangan Teknologi EBT
Rekomendasi untuk kegiatan riset dan pengembangan :
PLTA
-

Melakukan riset identifikasi potensi sumberdaya air dan degradasi lingkungan DAS
Melakukan riset identifikasi teknologi PLTA skala kecil yang cocok dengan tipologi
kondisi daerah di Indonesia
Melakukan riset untuk mendorong tumbuhnya klaster industri yang mampu
mendukung penerapan teknologi PLTA

Solar Cell
Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 41

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Melakukan riset dan pengembangan teknologi material Solar Cell yang mampu
meningkatkan efisiensi dan sesuai dengan kondisi di Indonesia

Melakukan riset dan pengembangan teknologi material solar cell yang mampu
menurunkan biaya produksi dan menggunakan material dasar yang banyak
ditemui di Indonesia

Melakukan kerjasama riset dengan industri untuk dapat segera memanfaatkan


hasil riset yang dilakukan.

Penerapan Teknologi EBT


Rekomendasi untuk penerapan teknologi PLTA dan PLTS :
PLTA
-

Mendorong tumbuhnya bengkel dan industri pendukung PLTA


Mendorong implementasi teknologi PLTA skala kecil (mikrohidro) secara luas
Mendorong tumbuhnya klaster-klaster industri terkait dengan PLTA, Pengolahan
Hasil Pertanian, Pariwisata

PLTS
-

Mendorong industri solar cell yang ada untuk dapat terus berkembang

Melakukan

kolaborasi

antara

pemerintah,

industri

dan

Perguruan

Tinggi/Lembaga Penelitian untuk pengembangan industri solar cell di Indonesia


-

Mendorong tumbuhnya klaster-klaster industr terkait solar cell dan industri


terkait lainnya

6. REFERENSI
-

Program Manual Kegiatan Strategi Teknologi 2016

Technical Document no. 1.1, 1.2, 1.3 Strategi Teknologi tahun 2016

Technocal Report no. 1.1.1 s/d 1.1.3 Strategi Teknologi tahun 2016

Technical Report no. 1.2.1 s/d 1.2.3 Strategi Teknologi tahun 2016

Perkembangan Riset dan Penerapan Teknologi

| 42

Program

Penerapan dan Pengembangan Manajemen


Strategi Teknologi Tahun 2016

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


PERKEMBANGAN PASAR DAN REGULASI TEKNOLOGI
ENERGI BARU DAN TERBARUKAN

NO. 3B/DOK-STRATEK/KP/STRATEK/IX/2016

29 SEPTEMBER 2016

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


SERPONG

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

ABSTRAK
Penyusunan strategi teknologi dalam mengimplementasikan kebijakan tentunya
menjadi hal yang sangat penting. Dalam perumusan strategi, baik pada level
perusahaan (mikro), industri (meso) maupun pada level daerah dan nasional
(makro) memerlukan dukungan informasi yang dapat mempercepat proses
perumusannya. Hal ini disebabkan karena :
-

Daur hidup teknologi yang semakin cepat usang mengakibatkan strategi harus
dirumuskan dengan memantau perubahan (teknologi) global yang terjadi secara
terus menerus.

Persaingan dalam globalisasi dan pasar yang semakin terbuka dan dinamis
menyebabkan teknologi menjadi faktor penentu persaingan.

Integrasi dalam proses produksi kadang kala harus menggabungkan beberapa


platform teknologi yang berbeda-beda.

Dalam proses perumusan strategi teknologi, selalu didahului dengan memahami


perilaku dengan proses pengumpulan informasi (intelijen teknologi) untuk
mendapatkan gambaran mengenai : perkembangan R&D, teknologi yang telah
dimanfaatkan hingga saat ini, kebijakan dan perundangan yang mendukung serta
yang paling penting adalah aspek bisnis dan pasarnya.
Dalam kegiatan ini akan dirumuskan strategi teknologi melalui proses perumusan
strategi teknologi untuk bidang teknologi tertentu. Selain hasil rekomendasi,
proses perumusan strategi teknologi yang dilakukan dapat menjadi ajang
pembelajaran dalam memahami perilaku teknologi dalam persaingan bisnis dan
regulasi yang melingkupinya.

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|2

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang demikian pesat di lingkungan global, membuat


Indoensia perlu memantau perkembangan tersebut. Hal ini terkait dengan
kepentingan Indonesia untuk memanfaatkan teknologi yang sesuai dalam
pembangunannya dan juga untuk mengarahkan sumber dayanya dalam usaha
pengembangan kemampuan teknologi nasional sekaligus untuk mendorong
tumbuhnya inovasi dan daya saing industri di dalam negeri.
Metode untuk

mangikuti perkembangan teknologi pada skala global untuk

keperluan di atas salah satunya adalah intelijen teknologi. Intelijen teknologi


merupakan metode yang cukup andal untuk memantau penerapan teknologi
dan pengembangannya.
Hasil dari intelijen teknologi dapat dianalisa lebih lanjut dengan memperhatikan
kondisi terkini dan tantangan ke depan. Hasil analisa ini dapat dijadikan dasar
dalam penyusunan suatu strategi teknologi. Intelijen teknologi dilakukan dengan
mengacu pada suatu kerangka kerja agar lebih sistematis dan terarah.
Strategi teknologi dibangun berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dari
berbagai isu dan permasalahan teknologi yang telah diamati melalui kegiatan
intelijen teknologi. Perlu dilakukan kegiatan partisipatori seperti Kelompok
Diskusi Terfokus untuk dapat memformulasikan isu strategis yang akan
dipertimbangkan dalam menyusun strategi kedepan. Strategi akan dirumuskan
berdasarkan peluang terbaik dimasa depan, yang kemudian diturunkan melalui
langkah-langkah pencapaiannya secara bertahap (program dan kegiatan).
Urgensi
Perkembangan teknologi dewasa ini mendorong berbagai perubahan dan persaingan
global yang semakin tajam. Perubahan dalam bidang teknologi berupa :

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|3

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Daur hidup teknologi yang semakin cepat

Integrasi dan kolaborasi global

Keterbukaan pasar

Selain itu, BPPT juga dituntut untuk berperan serta dalam mengatasi permasalahan
nasional, khususnya dalam membantu mengatasi permasalahan dibidang energi,
pangan, transportasi dan kemaritiman sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMN
2015 2019.

2. TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan dari kegiatan ini adalah :
Melakukan penerapan model sistem intelijen teknologi dan model strategi teknologi
untuk sektor tertentu. Pada tahun 2016 dipilih sektor Energi: Energi Baru dan
Terbarukan (EBT)

Sasaran kegiatan ini adalah :


Tersusunnya hasil intelijen teknologi dan rancangan strategi teknologi untuk sektor
Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

3. URAIAN KEGIATAN
Pendekatan
Pendekatan kegiatan ini dilakukan dengan alur pikir sebagai terlihat pada gambar 1.
Secara umum proses perumusan dilakukan dalam 2 tahapan :
- Tahap kegiatan intelijen teknologi
- Tahap kegiatan perumusan strategi
Kegiatan intelijen teknologi dilakukan untuk melihat posisi industri/perusahaan terkait
kinerja teknologinya, khususnya dalam hal kapasitas (kekuatan), kendala (kelemahan)
serta peluang (pasar) dan ancaman (pesaing)

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|4

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Gambar 1. Kerangka Pikir Perumusan Strategi Teknologi


Dari gambar diatas terlihat proses untuk melihat posisi perusahaan atau industri
dilakukan melalui berbagai kegiatan, baik kedalam (perusahaan, industri di dalam
negeri) maupun keluar (perusahaan/industri global). Dengan keterbatasan waktu dan
biaya maka pada kegiatan kali ini proses intelijen teknologi dilakukan melalui :
- Kajian literatur
- Kunjungan ke Perguruan Tinggi
- Kunjungan ke beberapa industri
Dari kegiatan ini dapat diidentifikasi kapasitas perusahaan/industri lokal serta peluang
dan ancaman yang dihadapi.
Kegiatan analisis dan formulasi strategi dilakukan dengan mengembangkan alternatif
skenario dari isu-isu strategis yang diperoleh hasil kegiatan intelijen teknologi yang
diperkuat dengan kegiatan partisipatori berupa kelompok diskusi terfokus (FGD).

Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan dibatasi pada :
Lingkup teknologi : bidang energi baru dan terbarukan, fokus pada solar sel dan mikro
hidro
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|5

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Lingkup wilayah : terbatas industri dan perguruan tinggi di Bandung
Lingkup Aspek : dibatasi pada aspek Riset dan Pengembangan (Risbang), Penerapan
Teknologi, Pasar dan Regulasi.

Intelijen Teknologi
Intelijen Teknologi merupakan proses untuk menghasilkan informasi yang terkait
dengan teknologi yang sangat bermanfaat selama proses pembuatan keputusan
strategis. Intelijen Teknologi menyediakan :
1. Deskripsi mengenai perubahan teknologi saat ini
2. Para pelopor perubahan teknologi di masa yang akan datang
3. Deskripsi alternative mengenai perubahan masa depan
Intelijen Teknologi memiliki 3 fungsi utama :
1. Memberikan pemahaman mengenai kondisi lingkungan saat ini dan potensi
perubahan dimasa depan
2. Memberikan informasi penting untuk pengambilan keputusan strategis
3. Memberikan fasilitas dan membantu perkembangan proses strategic thinking
dalam organisasi

Keterkaitan antara Kebijakan dan Strategi


Keterkaitan antara strategi dan kebijakan dapat dilihat pada gambar berikut

STRATEGI

TUJUAN

PROGRAM

IKLIM YG MENDUKUNG
KEGIATAN
- xxxx
- xxxx
- xxxx

MENCIPTAKAN IKLIM YANG MENDUKUNG PROSES PENCAPAIAN TUJUAN


KEBIJAKAN

Policy Statements
Policy Instruments
Policy Measures

Gambar 2. Keterkaitan Antara Kebijakan dan Strategi

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|6

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Menurut VK Narayanan. Strategi Teknologi adalah pola-pola dalam pemilihan teknologi


oleh suatu perusahaan. Pilihan-pilihan ini meliputi komitmen terhadap sumber daya
untuk pemberian, pemeliharaan, penyebaran dan ketertinggalan dari kemampuan
teknologi. Dalam kasus teknologi EBT, gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
-

Apa tujuan untuk pengembangan teknologi EBT

Isu apa yang mempengaruhi pilihan teknologi EBT dimasa depan

Bagaimana skenario pengembangan teknologi untuk masing-masing pilihan

Program apa yang harus dikembangkan untuk mendukung pencapaian tujuan

Kegiatan utama apa yang harus dilakukan serta tahapannya

Dalam kegiatan ini strategi teknologi hanya dibatasi pada pilihan-pilihan skenario serta
program utama yang harus dijalankan.
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak [1]. Istilah ini
dapat

diterapkan

pada pemerintahan, organisasi dan

kelompok

sektor

swasta,

serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hukum yang mengharuskan
pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi pedoman tindakan yang
paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan. (Wikipedia)
Dalam kasus teknologi EBT, gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
-

Kebijakan apa (pernyataan) yang dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam
menjalankan strategi yang dikembangkan

Instrumen kebijakan apa yang harus ditambahkan (regulasi, peraturan, insentif,


disinsentif)

Langkah-langkah kebijakan apa yang harus dilakukan

Metodologi
Metodologi pelaksanaan kegiatan mengikuti diagram aliran kerja sebagaimana pada
gambar berikut.

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|7

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Hasil Intelijen
Strategis

AKUISISI DATA

Input

DATA BASE
Explorasi Isu-isu
Strategis

DATA PROSES/
ANALISIS

Pengembangan
Skenario
Pilihan Strategis

HASIL

Formulasi Strategi

STRATEGI

Gambar 3. Diagram Aliran Kerja Formulasi Strategi


Intelijen Teknologi
Sebagaimana telah dijelaskan dimuka, proses ini akan memberikan pemahaman dan
informasi strategis terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi dimasa yang akan
datang sebagai dasar untuk memformulasikan strategi. Langkah yang dilakukan meliputi
proses akuisisi data (pengumpulan data), penyusunan database (jika data cukup
banyak), analisis dan penyajian hasil untuk kegiatan analisis strategi.
Proses akuisisi data dilakukan dengan melakukan survey/wawancara sesuai dengan
aspek yang telah ditetapkan sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 1. Pengumpulan Data
No.

Aspek

Metode

Keterangan

1.

Riset dan Pengembangan

Diskusi dan wawancara

PT di Bandung

Teknologi

dengan Perguruan Tinggi

Penerapan Teknologi

Diskusi dan wawancara

2.

Jakarta, Bandung

dengan industri
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|8

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

No.

Aspek

3.

Metode

Keterangan

Survey kuesioner industri

Jakarta, Bandung (2015)

Pasar dan Bisnis

Diskusi dan wawancara

Jakarta, Bandung

Teknologi

dengan pengguna
teknologi

4.

Regulasi Teknologi

Kajian Literatur

Peraturan terkait EBT

Diskusi dengan

(belum dilaksanakan)

stakeholder
Sumber : Hasil Kajian, 2016

Dari hasil pengumpulan data dilakukan analisis yang terdiri dari pemilahan data,
menggabung dan merekap data untuk dapat menyimpulkan kondisi saat ini dan trend
perubahan dimasa yang akan datang.
Dari hasil analisis intelijen strategi ini akan diperoleh informasi mengenai :
-

Kondisi lingkungan teknologi di dalam dan diluar negeri

Kekuatan dan kelemahan sumberdaya teknologi di dalam negeri

Ancaman dan peluang dalam pengembangan teknologi

Trend perubahan teknologi yang akan terjadi

Strategi Teknologi
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar 3 diatas, maka analisis kajian strategi dilakukan
dengan mengeksplorasi isu-isu strategis (penting) dari hasil informasi intelijen strategi,
strategi yang selama ini telah diterapkan serta hasil diskusi dengan stakeholder melalui
diskusi kelompok terbatas (FGD).
Dari hasil eksplorasi isu-isu strategi inilah akan diperoleh faktor-faktor utama yang akan
menjadi penggerak perubahan dimasa yang akan datang. Faktor penggerak utama
perubahan (key driving forces) inilah yang akan digunakan untuk membangun alternatif
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

|9

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


skenario dan menjadi pilihan-pilihan strategi yang akan dirumuskan. Hasil formulasi
strategi ini dapat menjadi feedback bagi proses perumusan strategi selanjutnya.
Catatan :
Pada laporan ini hanya membahas aspek :
-

Perkembangan Pasar Teknologi

Regulasi Teknologi

4. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


Hasil kegiatan pada tahapan ini adalah STRATEGI TEKNOLOGI terkait :
- Perkembangan Pasar
- Regulasi Teknologi

4.1.Perkembangan Pasar Teknologi EBT


Industri yang bergerak di bidang EBT
Perkembangan pasar yang akan ditinjau pada kajian literatur ini adalah terkait dengan
perusahaan yang bergerak di bisnis teknologi energi baru dan terbarukan, apakah
sebagai distributot, EPC maupun developer.
Hasil identifikasi perusahaan yang bergerak dalam bidang Teknologi EBT dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2. Perusahaan yang bergerak di Bidang Usaha EBT di Indonesia
NO NAMA PERUSAHAAN
1 CV.HADCO
2 PT. INDELSTA
BORNEO
3
INTERNATIONAL
PT. BASUH POWER
4
ELECTRIC
PT. CAHAYA INDO
5
TEKNIK
6 TENAGA MATAHARI

STATUS
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR

DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

KOTA
BANDUNG
BANDUNG

ENERGI
SOLAR CELL
SOLAR CELL

BANJARMASIN

SOLAR CELL

BOGOR

SOLAR CELL

BOGOR

SOLAR CELL

BOGOR

SOLAR CELL
| 10

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

NO
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

NAMA PERUSAHAAN
ENDONESIA
CV. DUNIA ENERGY
META
PT. BRALINK INTERTADE
PT. CITRAKATON
DWITAMA
PT. DISTRIBUTOR SOLAR
PANEL
PT. GRAHA MEGAH
ABADI
PT. OPTIMA DAYA
ENERGI
PT. TAKUMPU GROUP
SUMBER ENERGY BARU
TERBARUKAN
WIJAYA POWER SYSTEM
CV. MECHATRON
POWER
CEMARA MAKMUR
ENERGY
PT. SENTRADAYA CITRA
LESTARI
PT. JAVA SURYA TEKNIK
BERKAT ENERGY
SOLLUSINDO
KRISNA MANDIRI
UTAMA
PT. SURYA HARAPAN
TENAGA SURYA
PT. RAJAWALI BINTANG
REKAYASA
CV. GLOBAL ENERGI
SISTEM
CV. DWI JAYA
SEJAHTERA
PT. LEN INDUSTRI
(PERSERO)
PT. SURYA UTAMA
PUTRA
PT. ADYAWINSA
ELECTRICAL AND
POWER
PT. ARRESTER GUNA
ABADI

STATUS

KOTA

ENERGI

DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR

JAKARTA
JAKARTA
JAKARTA

SOLAR CELL
SOLAR CELL
SOLAR CELL

DISTRIBUTOR

JAKARTA

SOLAR CELL

JAKARTA

SOLAR CELL

JAKARTA

SOLAR CELL

JAKARTA

SOLAR CELL

JAKARTA

SOLAR CELL

JAKARTA

SOLAR CELL

JAKARTA

SOLAR CELL

MALANG

SOLAR CELL

SEMARANG

SOLAR CELL

SIDOARJO

SOLAR CELL

SIDOARJO

SOLAR CELL

SURABAYA

SOLAR CELL

SURABAYA

SOLAR CELL

SURABAYA
SURABAYA

SOLAR CELL
SOLAR CELL

TANGERANG

SOLAR CELL

TUBAN

SOLAR CELL

EPC

ACEH

SOLAR CELL

EPC

BANDUNG

SOLAR CELL

EPC

BANDUNG

SOLAR CELL

EPC

BEKASI

SOLAR CELL

EPC

BEKASI

SOLAR CELL

DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 11

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

NO NAMA PERUSAHAAN
32 CV. ANEKA SURYA
PT. SURYA GLOBAL
33
PERSADA
34 ANUGRA JAYA
PT . SELARAS DAYA
35
UTAMA (SEDAYU)
PT . SUMBER
36
KHATULISTIWA
PT. WIJAYA KARYA
37
INTRADE ENERGI
PT. KARYA ENERGI
38
SEJAHTERA
PT. AZHEYS PUTERA
39
MANDIRI
40 T. AZET SURYA LESTARI
41 PT. INDELSTA
PT. CAHAYA INDO
42
TEKNIK
PT. BASUH POWER
43
ELECTRIC
44 PT. WEST STAR
45 PT. TAKUMPU
46 CV. DIARTONA
PT PARMA DAYA
47
TEKNIKA
CEMARA MAKMUR
48
ENERGY
CV. CAHYO
49
ENGINEERING
50 PT. ENTEC INDONESIA
51 PT. INDELSTA
PT. CAHAYA INDO
52
TEKNIK
PT. BASUH POWER
53
ELECTRIC
CV. MECHATRON
54
POWER
55 PT. PROREKAYASA
PT. ENERGY
56 MANAGEMENT
INDONESIA
57 BEN' S LAB
CV. CIHANJUANG INTI
58
TEKNIK

STATUS
EPC

KOTA
GRESIK

ENERGI
SOLAR CELL

EPC

GRESIK

SOLAR CELL

EPC

JAKARTA

SOLAR CELL

EPC

JAKARTA

SOLAR CELL

EPC

JAKARTA

SOLAR CELL

EPC

JAKARTA

SOLAR CELL

EPC

SEMARANG

SOLAR CELL

EPC

SURABAYA

SOLAR CELL

EPC
DISTRIBUTOR

TANGERANG
BANDUNG

SOLAR CELL
BAYU/ANGIN

DISTRIBUTOR

BOGOR

BAYU/ANGIN

DISTRIBUTOR

BOGOR

BAYU/ANGIN

DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR

JAKARTA
JAKARTA
JAKARTA

BAYU/ANGIN
BAYU/ANGIN
BAYU/ANGIN

DISTRIBUTOR

JAKARTA

BAYU/ANGIN

DISTRIBUTOR

SEMARANG

BAYU/ANGIN

EPC

TANGERANG

BAYU/ANGIN

DISTRIBUTOR
DISTRIBUTOR

BANDUNG
BANDUNG

MICROHIDRO
MICROHIDRO

DISTRIBUTOR

BOGOR

MICROHIDRO

DISTRIBUTOR

BOGOR

MICROHIDRO

MALANG
BANDUNG

MICROHIDRO
MICROHIDRO

JAKARTA
BANDUNG

MICROHIDRO
MICROHIDRO

CIMAHI

MICROHIDRO

DISTRIBUTOR
EPC
EPC
PRODUSEN
PRODUSEN

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 12

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

NO

NAMA PERUSAHAAN
STATUS
PT. HEKSA PRAKARSA
59
PRODUSEN
TEKNIK
PT. KRAMATRAYA
60
PRODUSEN
SEJAHTERA (KRS)
61 PT. PGI BANDUNG
PRODUSEN
ADITYA BIOMASS
62
PRODUSEN
TEKNIK, INC
63 PT. BUMI ENERGI HIJAU
PRODUSEN
PT. SAMIDA INDO
64
PRODUSEN
PRAWARA
65 BARA ENERGI
PRODUSEN
PT. BASUH POWER
66
ELECTRIC
DISTRIBUTOR
67 INDOTECH
PRODUSEN
CV. TRISTAR
68
PRODUSEN
MACHINERY
Sumber; hasil pencarian di internet
Hasil pendataan

KOTA

ENERGI

CIMAHI

MICROHIDRO

CIMAHI
BANDUNG

MICROHIDRO
BIOMASS

BANTEN
JAKARTA

BIOMASS
BIOMASS

SURABAYA
TANGERANG

BIOMASS
BIOMASS

BOGOR
YOGYAKARTA

BIOMASS
BIOFUEL

SURABAYA

BIOFUEL

untuk perusahaan yang bergerak di bidang Usaha Energi Baru dan

Terbarukan (EBT) diperoleh data :

sebesar 58,82% atau (40 perusahaan) bergerak di bidang usaha SOLAR CELL,

sebesar 13,24% atau (9 perusahaan) bergerak di bidang usaha Angin/Bayu,

sebesar 16,18% atau (11 perusahaan) bergerak di bidang usaha MIKRO HIDRO,

sebesar 8,82% atau (6 perusahaan) bergerak di bidang usaha BIOMASS dan

sebesar 2,94% atau (2 perusahaan) bergerak di bidang usaha BIOFUEL.

Bidang Usaha EBT


009%

016%

003%

013%
059%
Solar

Angin

Air

Biomas

Gambar 4. Bidang Usaha EBT


Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

Biofuel

| 13

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Untuk status perusahaan sebagian besar berstatus distributor sebesar 58,82%, EPC
(Engineering Procurement and Construction) sebesar 25%%, dan produsen 16,18%.

Status Perusahaan
070%
060%
050%
040%
030%
020%
010%
000%

059%

025%
016%

PRODUSEN

DISTRIBUTOR

EPC

Gambar 5. Status Perusahaan

Kondisi Industri di sekitar Jakarta Bandung (Sampel)


Dari hasil survey yangdilakukan terhadap beberapa industri di Jakarta dan Bandung,
Tabel 3. Empat belas perusahaan yang berhasil dikunjungi (2015)
No
1

Nama Perusahaan
ALPEN STEEL

Energi

ASTRIA JAYA MANDIRI

Solar Cell

17-Nop

3
4
5

CV. CITRA MULIA MANDIRI


PT. GREEN ENERGY
PT. SANKEINDO
PT.
SURYA
ENERGI
INDOTAMA
PT. SWADAYA PRIMA UTAMA
TOKO ONLINE
CV. CIHANJUANG INTI TEKNIK
CV. LUSIKA
CV. LUSIKA
PT.
CIPTA
VISI
SINAR
KENCANA

Solar Cell
Solar Cell
Solar Cell

12-Nop
11-Nop
11-Nop

Narasumber
Hartoyo
Zaenal Arifin
MBA
Kamaluddin
Rio Agustian
Aris Setioro

Solar Cell

11-Nop

Herry Agusman

Solar Cell
Solar Cell
Mikro hidro
Mikro hidro
Bio mass

11-Nop
12-Nop
18-Nop
17-Nop
17-Nop

Bio mass

20-Nop

Edi Sanoesi
Arief
M Sanusi
Adi Suyanto
Adi Suyanto
Hendri
Yuliantoro

6
7
8
9
10
11
12

Solar Cell

Tgl Survey
20-Nop

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 14

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Energi
Nama Perusahaan
Tgl Survey
PT.
BUATAN
GUNA
13
Bio fuel
18-Nop
INDONESIA
PT. TELENETINA
SARANA
14
Bayu
18-Nop
TEKNIK UTAMA
Catatan : CV Lusika ditulis dua kali, karena menyediakan dua teknologi
No

Narasumber
Asep Sugito
Dini Osisca

Hasil survey untuk perusahaan yang bergerak di bidang Usaha Energi Baru dan
Terbarukan (EBT) diperoleh data sebesar 57,14% bergerak di bidang usaha SOLAR CELL,
untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha ANGIN/BAYU dan BIOFUEL
masing-masing sebesar 7,14%, dan yang bergerak dalam bidang usaha MICROHIDRO
dan BIOMAS masing-masing sebesar 14,29%. Untuk perusahaan yang bergerak di bidang
usaha ANGIN/BAYU baru memulai usaha, sehingga tidak diperoleh informasi yang
memadai.

Bidang Usaha EBT


007%
014%
014%

057%
007%
Solar

Angin

Air

Biomas

Biofuel

Gambar 6. Bidang Usaha EBT


Untuk status perusahaan yang

berstatus produsen dan distributor masing-masing

sebesar 35,71% dan EPC (Engineering Procurement and Construction) sebesar 28,57%.

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 15

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Status Perusahaan
040%
035%
030%
025%
020%
015%
010%
005%
000%

036%

036%

029%

PRODUSEN

DISTRIBUTOR

EPC

Gambar 7. Status Perusahaan

Permintaan Konsumen
Jumlah permintaan konsumen dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4. Jumlah permintaan konsumen
No
Persh
11
14
12

Nama Perusahaan

2011 2012 2013 2014 2015

CV. Lusika
PT. TELENETINA
SARANA
TEKNIK UTAMA
PT.
CIPTA
VISI
SINAR
KENCANA

ASTRIA JAYA MANDIRI

Ratarata
N/A
N/A

250

310

300

400

315

100

100

PT. SANKEINDO

30

45

50

50

62

47.4

PT. GREEN ENERGY

30

30

26

28

25

27.8

CV. CIHANJUANG INTI TEKNIK

20

20

20

24

25

21.8

CV. CITRA MULIA MANDIRI

20

15

18

25

TOKO ONLINE (ARIF)

10

CV. Lusika

PT. SURYA ENERGI INDOTAMA

ALPEN STEEL

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

100

19.5
15

15

4.6

4
| 16

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

No
Persh

Nama Perusahaan

2011 2012 2013 2014 2015

PT. SWADAYA PRIMA UTAMA


PT.
BUATAN
GUNA
13
INDONESIA
Sumber : Hasil studi 2015

Ratarata

1
1

2
1

Empat perusahaan memenuhi permintaan di atas 25 konsumen dalam lima tahun


terakhir.

Sedangkan asal daerah konsumen dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 5. Asal daerah konsumen
No
Persh

Nama Konsumen

Pemda Pertambangan
dan Energi

CSR Philip

Alamat Konsumen
Desa
Kecamatan Kabupaten
Propinsi
Pertamba
Kalimantan
ngan
Selatan
Pondok
Kep. Riau
Kopi

Pemda Pertambangan
dan Energi
Kontraktor

Kontraktor

PEMKO

BIMA

BATAM

PEMKO
PEMKO DINAS
PERTAMBANGAN &
ENERGI
PT. PLN
Kementerian
Transmigrasi
Kementerian Perumahan

Distrubutor

Jakarta

Distrubutor

Jakarta

Distrubutor

Jakarta

Pemda

Kalimantan

Kontraktor

Maluku

PT. Banwa Batuman

PT. Sinabang

Aceh

Pt. Protekayasa

Riau

3
4
4

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

Kab. Papua
Sumatera
Sumatera

GORONT
ALO

Salatiga

Jateng

| 17

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

No
Persh

Alamat Konsumen

Nama Konsumen

Desa

Kecamatan Kabupaten

Payakum
buh

Propinsi
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Selatan
Bandung
Sumatera
Barat

Pontianak

Kalbar

10

Bapak Harun

10

CV. Mentari Menara

10

CV. TeknoAsri

11

BLH Payakumbuh

11

PT Borneo Laboratory

11

CV. Pertama

12

PT. Ciputra Residence

12

Bandara Halim, P. K.

12

Peternak Sapi

13

Dinas Koperasi

Aceh

13

Politeknik Hampar

Riau

Jl. Kom.
Yos
Sudarso

Kota
Padang
Tangeran
g

Sumbar
Banten
Jakarta

Pangelen
gan

Bandung

13
STM TI
Sumber : Hasil Studi 2015

Jawa Barat

Banda Aceh

Dari data terlihat bahwa 21 dari 32 konsumen perusahaan tersebut berasal dari luar
Jawa.
Permintaan energy konsumen dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6. Permintaan energi konsumen
No Persh

Nama
Konsumen

Jakarta

PGN Jakarta

Papau Sarmi

2011

2012

2013

2014

2015

2000 KW =
100 Panel
Solar
4000 Kw =
200 Panel
24.000 KW =
200 Panel
5-0
KWH

2
3

Permintaan Energi dalam GWh/MWh/KWh

5-10
KWH

Perumahan

110 watt

PT. PLN

160
Wp

Kementerian

100

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 18

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Permintaan Energi dalam GWh/MWh/KWh

Nama
Konsumen

No Persh

2011

2012

Transmigrasi

Wp

Kementerian
Perumahan

Distributor

5 KWP

Distributor

5 KWP

Distributor

5 KWP

100
Wp
180
WP
200
WP
200
WP

2013

2014

2015

200 WP

5 WP

5 WP

200 WP

5 WP

5 WP

200 WP

200 WP

200 WP

Sesuai Pesanan

5-10 Kwh

ESDM

10

Bapak Harun

10

CV. Mentari
Menara

10

CV. TeknoAsri

11

PT. Borneo Lb

1,2
GW
200
Kw
100
Kw
100
Kw

1,1 GW

80
KWH

13

1,8 GW

2 GW

2,2 GW

200 Kw

4 KWH

5 KWH

50 KWH

25 KWH

5 KWH

Sumber : Hasil olahan data survey


Satu perusahaan telah melayani permintaan kebutuhan pembangkit listrik ESDM sampai
satuan Gigawatt.

Potensi Pasar Daerah Terpencil


Penawaran produk ke daerah terpencil dilakukan selain melalui internet, juga
pendekatan ke Pemda setempat, kontraktor, koperasi, bahkan SMK.
Tabel 7. Usaha penawaran produk ke daerah terpencil
No
No
Persh

Usaha Pemasaran ke daerah terpencil

Produk yang ditawarkan

Tahun

Internet

Solar Cell

2013-2015

Pemda Setempat

Battery

2013-2015

Lamp

2013-2015

1
2

Kontraktor

Solar Cell

2011

Kontraktor

Solar Cell

2012

Pendekatan Instansi terkait

Solar Cell

2012-2014

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 19

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


No
No
Persh

Usaha Pemasaran ke daerah terpencil

Produk yang ditawarkan

Pendekatan terhadap pemda setempat

Solar Streetlight

2013

Pendekatan terhadap masyarakat

Solar LED Light

2013

Kalimantan

Sistem PLTS

2009-2015

Sulawesi

Sistem PLTS

2009-2015

Sumatera

Sistem PLTS

2009-2015

Distributor Mendorong Penjualan

SPU-100P

2014

SPU-180 M

2013

SPU-250P

2012

Tahun

Internet

Solar Cell

2015

Sukabumi/Jabar

PLTMH 1 MW

2014

Kalimantan

PLTMH

2014

12

Kab Tenggarong Kalimantan

Biodigester

2012

12

Kutai Kalimantan

Biodigester

2012

12

Kapuas Hulu Kalimantan Barat

Biodigester

2012

13

Internet

BIOFUELL

2012-2014

Sumber : Hasil Studi 2015


Secara keseluruhan, potensi pasar untuk produk EBT dapat dirangkum pada tabel
berikut :
Tabel 8. Rangkuman Data Konsumen
No

Keterangan

Bidang EBT

Status

Adakah Brosur
Pemasaran

Jumlah Konsumen
Lima Tahun Terakhir

Darimana saja
Konsumen tersebut ?

JUMLAH PERUSAHAAN

TO TAL

Solar

Angin

Air

Biomas

Biofuel

14

57,14%

7,14%

14,29%

14,29%

7,14%

PRODUSEN

DISTRIB

EPC

14

35,71%

35,71%

28,57%

Ada

Tidak Ada

12

14

85,71%

14,29%

2011

2012

2013

2014

2015

206

471

442

450

546

2115

9,74%

22,27%

21,28%

25,82%

Pemerintah

Swasta

20,90%
Tidak
Menjawab

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

0
14

| 20

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

No

JUMLAH PERUSAHAAN

Keterangan

35,71%

50,00%

Jawa

Luar Jawa

14,29%
Tidak
Menjawab

14

21,43%
Sesuai
Permintaan

57,14%
Sudah Jadi
Produk

21,43%

14

14

100,00%

0,00%
Tidak
Terpenuhi

13

14

92,86%

7,14%

Mengetahui

Tidak Tahu

12

14

85,71%

14,29%
Tidak
Mendkng

12

14

85,71%
Kebijakan Yang
Mendukung

14,29%
Kepastian
Kebijakan

12

14

85,71%

14,29%

Mengetahui

Tidak Tahu

13

14

92,86%

7,14%

Ada

Tidak Ada

Tidak
Menjwb

11

14

78,57%
Pemda
Setempat

0,00%

21,43%

Berapa
GWh/MWh/KWh
energi yang dihasilkan
produkyang diminta
Konsumen

Terpenuhi

Apakah seluruh
permintaan
konsumen terpenuhi?

Apakah perusahaan
mengetahui ada
Kebijakan Energi
Nasional dan
sasarannya?

Mendukung

Bagaimana tanggapan
perusahaan terhadap
sasaran tersebut ?

10

11

12

13

Harapan Perusahaan
Terhadap Pemerintah
?

TO TAL

Apakah perusahaan
tahu bahwa ada
daerah-daerah di
Indonesia yang belum
teraliri listrik?
Adakah usaha
perusahaan untuk
memasarkan
produknya ke daerahdaerah tersebut?

Sistem Pemasaran

Kontraktor

Distributor

Tidak
Menjwb

14

42,86%

7,14%

7,14%

42,86%

Sumber : Studi Tahun 2015

Hasil SWOT Pengembangan Pasar Teknologi EBT


Kekuatan
-

Sudah tumbuh industri dan asosiasi dibidang EBT (mikro hidro, solar cell)

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 21

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Potensi pasar (pengguna) teknologi EBT (solar cell dan mikro hidro) cukup besar,
tidak hanya di Jawa tetapi juga diseluruh Indonesia termasuk daerah terpencil
dan pulau terluar

Kelemahan
-

Status industri yang bergerak dibidang EBT sebagian besar sebagai Distributor
dan EPC, masih sedikit yang berperan sebagai produsen
Harga produk EBT (Solar Cell) masih belum masuk nilai keekonomisannya
Produk EBT (Mikro dan Piko Hidro) terbatas untuk wilayah dengan potensi air
(sungai)

Peluang
-

Kenaikan harga energi berbasis fosil mendorong pemanfaatan energi alternatif,


diantaranya solar cell dan mikro hidro
Adanya ketentuan meminimalisir emisi (green growth) serta mengutamakan
energi bersih
Dorongan pemanfaatan energi bersih

Tantangan
-

Dari besarnya potensi pasar pemanfaatan teknologi EBT, masih sedikit yang
menggunakannya
Target pemanfaatan energi EBT sesuai dengan Roadmap EBTKE sebesar 23 %
tahun 2025, saat ini baru mencapai sekitar 5 %.

Alternatif Strategi Pengembangan Pasar EBT


-

Memberikan insentif bagi industri yang bergerak dibidang teknologi EBT


Mendorong tumbuhnya industri EBT dengan pengadaan dari program
pemerintah
Insentif bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam memanfaatkan energi dari
EBT seperti pengurangan pajak.
Mendorong partisipasi masyarakat dalm berinvestasi untuk menghasilkan energi
berbasis EBT (misal solar cell dan mikro hidro)
Memberikan jaminan pembelian energi yang dihasilkan pihak swasta serta
memberikan fasilitasi jaringan ke PLN.

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 22

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


4.2. Regulasi Teknologi
Kondisi Energi di Indonesia (2012)
1. Bauran Energy Nasional 2012 : 1237 Juta BOE
2. Pertumbuhan rata-rata konumsi energi = 7 % per tahun
3. Ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil (94,97 %) tetapi cadangan
terbatas
4. Pemanfaatan energi terbarukan dan implementasi konservasi energi belum optimal
5. Akses masyarakat terhadap energi masih terbatas :
- Rasio Elektrifikasi 76,47 % (2012), berarti 23,53 % rumahtangga belum
terlistriki
- Sangat sedikit pembangunan infrastruktur energi khususnya di daerah
pedesaan, terpencil dan pulau terluar
6. Keterkaitan dengan isu-isu lingkungan
- Mitigasi perubahan iklim
- Komitmen nasional untuk mengurangi emisi hingga 26 % pada tahun 2020
7. Pendanaan untuk pengembangan energi sangat terbatas

Tataran Regulasi Energi Nasional


Tararan regulasi energi nasional berdasarkan hierarki dapat dilihat pada gamber berikut
TATARAN
(Domain)

Negara
(MPR)

KONSTITUSI-LEGISLASI-REGULASI

PROGRAM

KEBIJAKAN

KONSTITUSI
UUD 1945

Usulan Amandemen
PLATFORM POLITIK
PRESIDEN (SBY)

DPR dan
Pemerintah

Pemerintah

PROGRAM KABINET
GOTONG ROYONG
(Pelaksanaan Platform)

LEGISLASI ENERGI

UU BIDANG ENERGI

RUU

PROGRAM
SEKTOR ENERGI

REGULASI ENERGI
PERATURAN PEMERINTAH
PERPRES
PERMEN

PUBLIK

KEBIJAKAN ENERGI
NASIONAL
(KEN)

Melaksanakan KEN

RPP

Menyiapkan Legislasi
Menyiapkan Regulasi
Energi
Melaksanakan
Regulasi Energi

Gambar 8. Tataran Regulasi Energi Nasional


Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 23

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Pengertian Energi Baru Terbarukan (EBT)
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 mendefinisikan energi sebagai kemampuan
untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan
elektromagnetika. Sumber energi adalah sesuatu yang dapat menghasilkan energi, baik
secara langsung maupun melalui proses konversi atau transformasi. Sumber daya energi
adalah sumber daya. alam yang dapat dimanfaatkan, baik sebagai sumber energi
maupun sebagai energi. Sumber energi baru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan
oleh teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun sumber
energi tak terbarukan, antara lain :

1.

nuklir,

2.

hidrogen,

3.

gas metana batu bara (coal bed methane),

4.

batu bara tercairkan (liquified coal),

5.

dan batu bara tergaskan (gasified coal).

Masih menurut UU 30/2007 tersebut, energi baru adalah energi yang berasal dari
sumber energi baru. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan
dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, atau bahasa
sederhananya adalah sumber energi ramah lingkungan yang tidak mencemari
lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan
global seperti pada sumber-sumber tradisional lain, seperti:

1.

panas bumi,

2.

angin,

3.

bioenergi,

4.

sinar matahari,

5.

aliran dan terjunan air,

6.

serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 24

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan
(berkelanjutan/dapat diperoleh ulang). Energi terbarukan sering dianggap sebagai cara
terbaik untuk mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim. Energi terbarukan akan
mengurangi penggunakan bahan bakar fosil yang terus kita bakar, mengurangi
pembakaran bahan bakar fosil berarti juga mengurangi emisi karbon dioksida dan
memberikan dampak perubahan iklim yang lebih rendah.

Tujuan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan (EBT)


Pasal 3 UU 30/2007, menyebutkan tujuan pengelolaan energi adalah:
a.

tercapainya kemandirian pengelolaan energi;

b.

terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari sumber di dalam negeri
maupun di luar negeri;

c.

tersedianya sumber energi dari dalam negeri dan/atau luar negeri sebagaimana
dimaksud pada huruf b untuk:

d.

1)

pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri;

2)

pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri; dan

3)

peningkatan devisa negara;

terjaminnya pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan


berkelanjutan;

e.

termanfaatkannya energi secara efisien di semua sektor;

f.

tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak mampu dan/atau yang


tinggal di daerah terpencil terhadap energi untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata dengan cara:
1)

menyediakan bantuan untuk meningkatkan ketersediaan energi kepada


masyarakat tidak mampu;

2)

membangun infrastruktur energi untuk daerah belum berkembang sehingga


dapat mengurangi disparitas antardaerah;

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 25

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


g.

tercapainya pengembangan kemampuan industri energi dan jasa energi dalam


negeri agar mandiri dan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia;

h.

terciptanya lapangan kerja; dan

i.

terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Kegiatan survey ini diusahakan dapat mendukung tujuan point d.terjaminnya


pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan.

Kebijakan Energi Nasional


Pasal 11 UU No 30/2007 menyebutkan kebijakan energi nasional meliputi, antara lain:

a.

ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional;

b. prioritas pengembangan energi;


c.

pemanfaatan sumber daya energi nasional; dan

d. cadangan penyangga energi nasional.


Kebijakan Energi Nasional diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014.
Dikenalkan istilah energi primer dan energi final .Energi Primer adalah energi yang
diberikan oleh alam dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Energi Final
adalah energi yang dikonsumsi oleh pengguna akhir. Dalam Pasal 8 disebutkan sasaran
penyediaan dan pemanfaatan energi primer dan energi final sebagai berikut:

a.

terpenuhinya penyediaan Energi Primer pada tahun 2025 sekitar 400 MTOE (empat
ratus million tonnes of oil equiualent) dan pada tahun 2050 sekitar 1.000 MTOE
(seribu million tonnes of oil equiualent);

b. tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita pada tahun 2025 sekitar 1,4 TOE
(satu koma empat tonnes of oil equiualent) dan pada tahun 2050 sekitar 3,2TOE
(tiga koma dua fonnes of oit equiualent);

c.

terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025 sekitar 115
GW (seratus lima belas giga watt) dan pada tahun 2050 sekitar 430 GW (empat
ratus tiga puluh giga watt); dan

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 26

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


d. tercapainya pemanfaatan listrik per kapita pada tahun 2025 sekitar 2.500 KWh (dua
ribu lima ratus kilo watt hours) dan pada tahun 2050 sekitar 7.000 KWh (tujuh ribu
kilo watt hours).
Pasal 9 PP No 79/2014 menyebutkan untuk pemenuhan Penyediaan Energi dan
Pemanfaatan Energi, diperlukan pencapaian sasaran kebijakan energi nasional sebagai
berikut:

a.

terwujudnya

paradigma

baru

bahwa

Sumber

Energi

merupakan

modal

pembangunan nasional;

b. tercapainya Elastisitas Energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025 yang
diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi;

c.

tercapainya penurunan Intensitas Energi Final sebesar 170 (satu) persen per tahun
sampai dengan tahun 2025;

d. tercapainya Rasio Elektrifikasi sebesar 85% (delapan puluh lima persen) pada tahun
2015 dan mendekati sebesar 100% (seratus persen) pada tahun 2020;

e.

tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga pada tahun 2015 sebesar 857o
(delapan puluh lima persen); dan

f.

tercapainya bauran Energi Primer yang optimal:


1)

pada tahun 2025 peran Energi Baru dan Energi Terbarukan paling sedikit 23%
(dua puluh tiga persen) dan pada tahun 2050 paling sedikit 31% (tiga puluh
satu persen) sepanjang keekonomiannya terpenuhi;

2)

pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25% (dua puluh lima persen)
dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen);

3)

pada tahun 2025 peran batubara minimal 30% (tiga puluh persen), dan pada
tahun 2050 minimal 25% (dua puluh lima persen); dan

4)

pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22% (dua puluh dua persen) dan
pada tahun 2050 mtnimal 24% (dua puluh empat persen).

Apa strategi yang diperlukan agar poin f.1 dapat terpenuhi, adalah kajian utama dari
kegiatan ini.
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 27

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Pasal 11 ayat 2 PP ini menyatakan: Untuk mewujudkan keseimbangan keekonomian
Energi, prioritas pengembangan Energi nasional didasarkan pada prinsip:
a.

memaksimalkan penggunaan Energi Terbarukan dengan memperhatikan tingkat


keekonomian;

b.

meminimalkan penggunaan minyak bumi;

c.

mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan Energi Baru; dan

d.

menggunakan batubara sebagai andalan pasokan Energi nasional.

Pasal 12 PP ini menyebutkan Pemanfaatan Sumber Daya Energi nasional dilaksanakan


oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mengacu pada strategi sebagai berikut:
a.

pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis Energi aliran dan terjunan air,
Energi panas bumi, Energi gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut, dan Energi
angin diarahkan untuk ketenagalistrikan;

b.

pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis Energi sinar matahari diarahkan
untuk ketenagalistrikan, dan Energi nonlistrik untuk industri, rumah tangga, dan
transportasi;

c.

pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis bahan bakar nabati diarahkan
untuk menggantikan bahan bakar minyak terutama untuk transportasi dan industri;

d.

pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan dari jenis bahan bakar nabati dilakukan
dengan tetap menjaga ketahanan pangan;

e.

pemanfaatan Energi Terbarukan dari jenis biomassa dan sampah diarahkan untuk
ketenagalistrikan dan transportasi;

f.

pemanfaatan minyak bumi hanya untuk transportasi dan komersial yang belum bisa
digantikan dengan Energi atau Sumber Energi lainnya;

g.

pemanfaatan Sumber Energi gas bumi untuk industri, ketenagalistrikan, rumah


tangga, dan transportasi, diutamakan untuk pemanfaatan yang memiliki nilai
tambah paling tinggi;

h.

pemanfaatan Sumber Energi batubara untuk ketenagalistrikan dan industri;

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 28

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


i.

pemanfaatan Sumber Energi Baru berbentuk cair yaitu batubara tercairkan


(liquified coal) dan hidrogen untuk transportasi;

j.

pemanfaatan

Sumber

Energi

Baru

berbentuk

padat

dan

gas

untuk

ketenagalistrikan;
k.

pemanfaatan Sumber Energi berbentuk cair di luar liquified petroleum gas


diarahkan untuk sektor transportasi;

l.

pemanfaatan Sumber Energi gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut didorong
dengan membangun percontohan sebagai langkah awal yang tersambung dengan
jaringan listrik;

m. peningkatan pemanfaatan Sumber Energi sinar matahari melalui penggunaan sel


surya pada transportasi, industri, gedung komersial, dan rumah tangga; dan
n.

pemaksimalan dan kewajiban pemanfaatan Sumber Energi sinar matahari dilakukan


dengan syarat seluruh komponen dan sistem pembangkit Energi sinar matahari dari
hulu sampai hilir diproduksi di dalam negeri secara bertahap.

Bagaimana pelaksanaan strategi tersebut di lapangan perlu dilakukan survey.


Dalam Pasal 18 disebutkan Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya wajib melaksanakan Diversifikasi Energi untuk meningkatkan
Konservasi Sumber Daya Energi dan Ketahanan Energi Nasional dan/atau daerah.
Diversifikasi Energi dilaksanakan paling sedikit melalui:
a.

percepatan penyediaan dan pemanfaatan berbagai jenis Sumber Energi Baru dan
Sumber Energi Terbarukan;

b.

percepatan pelaksanaan substitusi bahan bakar minyak dengan gas di sektor rumah
tangga dan transportasi;

c.

percepatan pemanfaatan tenaga listrik untuk penggerak kendaraan bermotor;

d.

peningkatan pemanfaatan batubara kualitas rendah untuk pembangkit listrik


tenaga uap mulut tambang, batubara tergaskan (gasified coal) dan batubara
tercairkan (liquified coal); dan

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 29

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


e.

peningkatan pemanfaatan batubara kualilas menengah dan tinggi untuk


pembangkit listrik dalam negeri.

Seberapa percepatan penyediaan dan pemanfaatan berbagai sumber energi baru dan
sumber energi terbarukan perlu disurvey.
Pasal 20 PP ini mengatur tentang Harga Energi. Harga Energi ditetapkan berdasarkan
nilai Keekonomian Berkeadilan. Harga Energi Terbarukan diatur berdasarkan pada:
a.

perhitungan harga Energi Terbarukan dengan asumsi untuk bersaing dengan harga
Energi dari Sumber Energi minyak bumi yang berlaku di suatu wilayah dalam kurun
waktu tertentu, yang dihitung dengan tidak memasukkan subsidi bahan bakar
minyak; atau

b.

perhitungan harga Energi yang rasional untuk penyediaan Energi Terbarukan dari
sumber setempat, dalam rangka pengamanan pasokan Energi di wilayah tertentu
yang lokasinya terpencil, sarana dan prasarana belum berkembang, rentan
terhadap gangguan cuaca atau berada dekat garis perbatasan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Penerapan mekanisme feed in tariff dalam penetapan harga jual Energi Terbarukan.
Pemerintah mengatur pasar Energi Terbarukan, termasuk kuota minimum tenaga listrik,
bahan bakar cair, dan gas yang bersumber dari Energi Baru dan Energi Terbarukan.
Pasal 22 menyoroti penggunaan energi baru terbarukan di daerah terpencil sebagai
berikut.Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan insentif fiskal dan nonfiskal
untuk mendorong program diversifikasi Sumber Energi dan pengembangan Energi
Terbarukan

Pemerintah

dan

Pemerintah

Daerah

menyediakan

insentif

bagi

pengembangan, pengusahaan, dan pemanfaatan Energi Terbarukan terutama untuk


skala kecil dan berlokasi di daerah terpencil sampai nilai keekonomiannya kompetitif
dengan Energi konvensional. Pemerintah memberikan insentif kepada produsen dan
konsumen Energi yang melaksanakan kewajiban Konservasi Energi dan elisiensi Energi
serta memberikan disinsentif kepada yang tidak melaksanakan kewajiban Konservasi
Energi dan efisiensi Energi. Pemerintah memberikan insentif bagi lembaga swasta atau
perorangan yang mengembangkan teknologi inti pada bidang Energi Baru dan Energi

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 30

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Terbarukan. Pemberian insentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pasal 23 PP ini menyebutkan ...melakukan percepatan penyediaan infrastruktur
pendukung Energi Baru dan Energi Terbarukan...
Pasal 24 PP ini menyebutkan Pemerintah mendorong dan memperkuat berkembangnya
Industri Energi dalam rangka mempercepat tercapainya sasaran Penyediaan Energi dan
Pemanfaalan Energi, penguatan perekonomian nasional dan penyerapan lapangan kerja.
Penguatan perkembangan Industri Energi meliputi:
a.

peningkatan kemampuan Industri Energi dan jasa Energi dalam negeri

b.

peningkatan pengembangan industri peralatan produksi dan pemanfaat Energi


Terbarukan dalam negeri;

c.

peningkatan kemampuan dalam negeri untuk mendukung kegiatan eksplorasi


panas bumi dan industri pendukung ketenagalistrikan;

d.

mendorong industri sistem dan komponen peralatan instalasi pembangkit listrik


tenaga sinar matahari dan pembangkit listrik tenaga gerakan dan perbedaan suhu
lapisan laut;

e.

peningkatan tingkat kandungan dalam negeri dalam lndustri Energi nasional;

f.

pengembangan industri komponen / peralatan instalasi pembangkit listrik tenaga


angin melalui usaha kecil dan menengah dan/atau industri nasional;

g.

pemberian kesempatan lebih besar kepada perusahaan nasional dalam pengelolaan


minyak, gas bumi, dan batubara; dan

h.

pembangunan Industri Energi dalam negeri melalui pembelian lisensi pabrik.

i.

Bagaimana hal-hal tersebut diimplementasikan, perlu disurvey lebih jauh.

Dewan Energi Nasional


Pasal 12 dan 13 UU No 30/2007 menyebutkan tentang Dewan Energi Nasional, sebagai
berikut: Presiden membentuk Dewan Energi Nasional. Dewan Energi Nasional bertugas:
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 31

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


a.

merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional untuk ditetapkan oleh


Pemerintah dengan persetujuan DPR;

b.

menetapkan rencana umum energi nasional;

c.

menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi;


serta

d.

mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral.

Dewan Energi Nasional terdiri atas pimpinan dan anggota. Pimpinan Dewan Energi
Nasional terdiri atas: Ketua: Presiden,Wakil Ketua: Wakil Presiden,Ketua Harim: Menteri
yang membidangi energi. Anggota Dewan Energi Nasional terdiri atas:
a.

tujuh orang, baik Menteri maupun pejabat pemerintah lainnya yang secara
langsung bertanggung jawab atas penyediaan, transportasi, penyaluran, dan
pemanfaatan energi; dan delapan orang dari pemangku kepentingan.

b.

Delapan

orang

pemangku

kepentingan

sebagai

Anggota

Dewan

Energi

Nasionalterdiri atas:
1)

2 (dua) orang dari kalangan akademisi;

2)

2 (dua) orang dari kalangan industri;

3)

1 (satu) orang dari kalangan teknologi;

4)

1 (satu) orang dari kalangan lingkungan hidup; dan

5)

2 (dua) orang dari kalangan konsumen.

Rencana Umum Energi Nasional


Pasal 17 UU No 30/2007 mengatur tentang Rencana Umum Energi Nasional sebagai
berikut:
1.

Pemerintah menyusun rancangan rencana umum energi nasional berdasarkan


kebijakan energi nasional.

2.

Dalam menyusun rencana umum energi nasional pemerintah mengikut-sertakan


pemerintah daerah serta memperhatikan pendapat dan masukan dari masyarakat.

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 32

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI

Permen ESDM 17/2013 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT PLN dari Pembangkit
Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik.
Dengan target kapasitas 140 MW, maka Indonesia layak membuat industri sel surya di
dalam negeri. Bila target ditingkatkan menjadi 500 MW maka layak dibangun industri
wafer silika di dalam negeri selanjutnya jika target menjadi 1 GW maka industri energi
surya dalam negeri mampu menyerap bahan mineral, nikel dan sebagainya untuk bahan
baku panel surya.
Agar tercapainya bauran energi dari PLTS, meningkatkan ketahanan supply energy
nasional dan meningkatkan kemampuan industri dalam negeri, anggota Apamsi
diharapkan dapat :
a) Memenuhi standar standar mutu teknis peralatan yang akan digunakan, dengan
didukung dengan tersedianya infrastruktur pengujian mutu di Indonesia
b) Melakukan ekspansi produksi untuk menyediakan kebutuhan modul surya
c) Bekerjasama dengan investor, pengembang maupun pemerintah daerah dalam
berbagai sektor seperti membangun pabrik di Indonesia, memanfaatkan atap
gedung atau pabrik, memanfaatkan lahan kosong / marginal untuk dipasang PLTS
agar lebih produktif, termasuk bekerjasama investasi dengan para pemilik dana
repatriasi dan Tax Amnesty
Dalam rangka memperkuat struktur industri PLTS dalam negeri dapat dilakukan
beberapa cara di antaranya :
a. TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri ) untuk barang / jasa PLTS masih
memerlukan regulasi pemerintah yang sesuai dengan perkembangan kemampuan
industri dalam negeri.
b. Pemerintah Daerah perlu menggencarkan kampanye penggunaan energi surya
untuk mempercepat target bauran energi dari tenaga surya khususnya pada lahan
lahan marginal dan tanah terlantar.
c. Komitmen PLN untuk penyediaan kuota per wilayah kerja (minimal 5000 MW)
secepatnya dan kemudahan membeli listrik dari PLTS yang mendapat subsidi dari
pemerintah. Mekanisme penetapan pengembang First Come Served dan harga
yang telah ditetapkan pemerintah, diharapkan dapat mempercepat proses untuk
| 33
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


terwujudnya peluang usaha dan pengembangan industri PLTS di Indonesia. Jaminan
offtaker dari PLN kepada sektor perbankan sangat penting karena dapat
memberikan kemudahan dan penyerdehanaan akses untuk memperoleh fasmtas
kredit dengan tingkat suku bunga yang sesuai.
d. Untuk menekan biaya investasi dan akselerasi pengembangan energi baru
diharapkan Kementrian Keuangan untuk dapat memberikan fasilitas fiskal kepada
pelaku usaha dalam negeri terkait.

Gambar 9. Ratio Elektrifikasi 2013


Kebijakan Energi
1. Konservasi Energi : meningkatkan efisiensi energi pada sisi supply dan demand :
sektor industri, transportasi, rumah tangga dan komersial
2. Diversifikasi Energi : meningkatkan share (peranan) penggunaan energi baru dan
terbarukan dalam bauran energi primer yaitu :
Energi Baru
Energi Terbarukan
Liqufied Coal

Geothermal

Coal Bed Methane

Hydro

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 34

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Gasified Coal

Bio energy

Nuclear

Solar

Hydrogen

Wind

Others Methane

Ocean Wave and Current

Target Bauran Energi Primer Nasional


Target bauran energi untuk EBT tahun 2025 adalah 17 % sementara pada tahun 2012
baru mencapai 5 %.
EBT
5%

Bauran Energi-2012

Gas Alam
24%

Batubara
24%
Minyak
Mentah
47%

Target Bauran Energi-2025


EBT
17%

Batubara
33%

Gas Alam
30%
Minyak
Mentah
20%

Gambar 10. Target Bauran Energi


Secara tabelaris, target bauran energinya adalah sebagai berikut :
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 35

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Tabel 9. Target Bauran Energi
Bauran Energi

Real
Target
2012
2025
Batubara
23,91
33
Minyak Mentah
46,77
20
Gas Alam
24,29
30
EBT
5,03
17
Sumber : Kementerian ESDM, 2014
Sedangkan proporsi EBT dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 10. Target Proporsi EBT tahun 2025
EBT
Biofuel
Geothermal
Nuclear, Hydro, Solar, Wind, other NRE
Liquified Coal
Sumber : Kementerian ESDM, 2014

Target
2025
5
5
5
2

Kebijakan Sel Tenaga Matahari (Solar PV)


1. Meningkatkan share dari penggunaan Energi Terbarukan
2. Penerapan Tarif Atas listrik (ceiling price) untuk harga beli listrik dari Solar PV
yang dibeli oleh PLN
3. Menyediakan insentif untuk produksi Solar PV lokal
4. Kewajiban untuk menggunakan produksi lokal untuk pengembangan Solar PV
yang menggunakan dana pemerintah
5. Mendorong untuk pembangunan industri lokal Solar PV
6. Pembangunan solar PV diprioritaskan untuk daerah dan kawasan terpencil

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (Solar Power Plant)


1. Kondisi saat ini
- Kapasitas Solar PV Power Plant : 42,77 MW
- Yang didanai pemerintahtahun 2012 : 123 unit pembangkit solar PV(4,8
MWp) dan tahun 2013 : 121 unit pembangkit solar PV (5,27 MWp)
2. Program Pengembangan
- Yg didanai pemerintah di tahun 2014 : 154 unit pembangkit solar PV
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 36

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Untuk IPP : pemerintah telah mengeluarkan Permen tentang Solar PV PP


Tariff (Permen 17/2013)

Status saat ini Tarif Listrik Solar PV


1. Sebagai insentif untuk mendorong pembangunan Solar PV, pemerintah telah
mengeluarkan Permen 17/2013 tentang Pembelian Listrik dari Solar PV PP
2. Level tarif didasarkan pada ceiling price sebesar 25 sen/kWh (yang
menggunakan modul dengan local content <40% yaitu mempertimbangkan
sebagai modul impor) dan sebesar 30 sen/kWh (yang menggunakan modul
dengan local content >= 40 %)
3. Penerapan ceiling price akan dilakukan melalui proses tender menggunakan
sistem online berdasarkan kuota yang telah ditetapkan per tahun
4. Kuota telah ditetapkan oleh Ditjen EBTKE
5. Total kuota 2013-2014 adalah 140 MW di 80 lokasi
6. Saat ini 5 lokasi (12 MWp) telah ditutetapkan investor melalui proses lelang dan
6 lokasi masih dalam proses lelang
7. Website : www.lelang.ebtke.esdm.go.id

Gambar 11. Kuota dan Lokasi PV tahun 2013

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 37

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


Hasil SWOT Regulasi Teknologi EBT
Kekuatan
-

Aturan perundangan yang ada mengenai energi sudah mencantumkan EBT sebagai
prioritas yang perlu dikembangkan
Sudah adanya kelembagaan energi yang cukup mapan (DEN)
Sudah ditetapkannya kebijakan energi secara nasional (KEN)
Sudah ditetapkan target pencapaian pemanfaatan energi berbasis EBT yang
diharapkan akan membuka pasar
Sudah ada insentif FiT dan Ceiling Price untuk harga listrik yang dihasilkan dari
Pembangkit EBT

Kelemahan
-

Penerapan regulasi masih terkendala nilai keekonomisan


Keterbatasan anggaran pemerintah dalam mendorong penerapan regulasi yang
ditetapkan
Sosialisasi program pengembangan EBT yang belum merata keseluruh wilayah
Lemahnya partisipasi masyakat dalam mendukung regulasi yang ditetapkan
pemerintah

Peluang
-

Mencapai target pemanfaatan energi EBT


Memperluas partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan energi EBT, investasi untuk
menghasilkan energi berbasis EBT atau mengembangkan industri yang mendukung
penyebaran pembangkit listrik berbasis EBT
Meningkatkan kualitas industri penghasil teknologi EBT

Tantangan
-

Pemanfaatan energi EBT saat ini masih rendah


Industri yang bergerak dibidang Teknologi EBT masih terbatas dan kemampuannya
masih rendah untuk menjangkau pasar yang cukup luas
Penyedia energi berbasis EBT masih membutuhkan insentif, karena masalah biaya
yang belum mencapi nilai keekonomisannya

Alternatif Strategi Pengembangan Regulasi Teknologi EBT


-

Mendorong regulasi turunan di sektor lain (pertanian, industri) serta peraturan


daerah yang memperkuat regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat
| 38
Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

Memperluas insentif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat


Meningkatkan sosialisasi regulasi yang ada baik kepada sektor lain, pemerintah
daerah maupun kalangan bisnis

5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1. Kesimpulan
Alternatif Skenario Perkembangan Pasar Teknologi
Kondisi perkembangan pasar teknologi EBT, adalah sebagai berikut :
-

Pasar EBT di indonesia sangat luas karena banyaknya pulau-pulau dan wilayah
terpencil yang belum terjangkau listrik.

Dari hasil survey yang dilakukan tahun 2015, diperoleh data


o

Jumlah industri yang bergerak di bidang EBT, dari sampling yang diperoleh
58,82 % bergerak dibidang solar sel, 13,24 % bayu, 16,18 % mikro hidro, 8,82 %
biomassa dan 2,94 % biofuel.

Status perusahaan adalah sekitar 16 persen produsen, 59 % produsen dan 25


% EPC

Permintaan konsumen rata-rata mencapai 563 unit per tahun dan tersebar di
Jawa dan luar Jawa (Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
dan Papua)

Permasalahan perluasan pasar diwilayah yang terjangkau listrik adalah harganya


yang masih diatas TDL

Permasalahan diluar Jawa, daerah kepulaua dan terpencil adalah kontinuitas


layanan, serta jaminan keberlanjutan, karena komponen sulit diperoleh jika terjadi
kerusakan, selain SDM masih kurang.

Alternatif Skenario Regulasi Teknologi EBT


Kondisi regulasi teknogi EBT yang telah diterapkan di Indonesia dapat disimpulkan
sebagai berikut:

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 39

DOKUMEN STRATEGI TEKNOLOGI


-

EBT telah diatur dalam UU Energi nomor 30 tahun 2007, dimana juga memuat
antara lain masalah tujuan pengembangan EBT, KEN, DEN, RUEN

Untuk mendorong tumbuhnya pasar EBT, khususnya solar sel sudah dikeluarkan
Permen ESDM nomor 17/2013 tentang : FiT (Fit in Tariff) dan Harga atas (Ceiling
Price)

5.2. Rekomendasi
Alternatif Strategi Pengembangan Pasar EBT
-

Memberikan insentif bagi industri yang bergerak dibidang teknologi EBT


Mendorong tumbuhnya industri EBT dengan pengadaan dari program
pemerintah
Insentif bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam memanfaatkan energi dari
EBT seperti pengurangan pajak.
Mendorong partisipasi masyarakat dalm berinvestasi untuk menghasilkan energi
berbasis EBT (misal solar cell dan mikro hidro)
Memberikan jaminan pembelian energi yang dihasilkan pihak swasta serta
memberikan fasilitasi jaringan ke PLN.

Alternatif Strategi Pengembangan Regulasi Teknologi EBT


-

Mendorong regulasi turunan di sektor lain (pertanian, industri) serta peraturan


daerah yang memperkuat regulasi yang dikeluarkan pemerintah pusat
Memperluas insentif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
Meningkatkan sosialisasi regulasi yang ada baik kepada sektor lain, pemerintah
daerah maupun kalangan bisnis

6. REFERENSI
-

Program Manual Kegiatan Strategi Teknologi 2016

Technical Document no. 2.1, 2.2, 2.3 Strategi Teknologi tahun 2016

Technocal Report no. 2.1.1 s/d 2.1.3 Strategi Teknologi tahun 2016

Technical Report no. 2.2.1 s/d 2.2.3 Strategi Teknologi tahun 2016

Perkembangan Pasar dan Regulasi Teknologi

| 40

Anda mungkin juga menyukai