1. Limbah infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) atau limbah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruangan perawatan atau isolasi penyakit menular (Depkes
RI, 2002:73).
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam
mikroorganisme patogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia
melalui beberapa jalur antara lain: (A. Puss, dkk, 2005:21).
a. Akibat tusukan, lecet atau luka di kulit
b. Melalui membran mukosa
c. Melalui pernafasan
d. Melalui ingesti
2. Limbah jaringan tubuh(patologis)
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, placenta,
darah, cairan tubuh, janin manusia dan bangkai hewan(A. Puss, dkk,
2005:4)
Jaringan tubuh yang tampak nyata seperti anggota badan dan placenta
yang tidak memerlukan pengesahan penguburan hendaknya dikemas
secara khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator di bawah
pengawasan petugas berwenang. Cairan tubuh, terutama darah dan cairan
yang terkontaminasi berat oleh darah harus diperlakukan dengan hatihati(Depkses,2002:73)
3. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah. Limbah benda tajam mempunyai
potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cidera
karena mengandung bahan kimia beracun atau radioaktif. Potensi untuk
menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam tadi digunakan
untuk pengobatan infeksi atau penyakit infeksi (Depkes RI, 20002:72)
4. Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari :
a. Obat-obatan yang kadaluwarsa
b. Obat-obatan yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi
atau kemasan yang terkontaminasi.
yang
5. Limbah citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat citotoksik selama percikan, pengangkutan,
atau tindakan terapi citotoksik. Untuk menghapus tumpahan yang tidak
sengaja, perlu disediakan absorbe yang tepat. Bahan pembersih hendaknya
selalu tersedia dalam ruangan percikan terapi citotoksik.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia
dalam tindakan medis, veterinary, laboratorium, proses strerilisasi dan riset
(Depkes RI, 2002:75). Limah kimia mengandung zat kimia yang
berbentuk padat, cair maupun gas yang berasal dari aktifitas diagnosa dan
eksperimen. Limbah kimia yang tidak berbahaya antara lain gula, asam
amino dan garam-garam organik dan non organik. Sedangkan bahan kimia
berbahaya yang sering digunakan di rumah sakit dan berpotensi
menghasilkan limbah antara lain: (A.Prus, dkk, 2005:6).
a. Formaldehid
Formaldehid merupakan salah satu sumber penting limbah kimia
di rumah sakit. Zat ini digunakan membersihkan berbagai peralatan
(misalnya : peralatan bedah atau hemodialisa), untuk mengawetkan
spesimen, dan membersihkan limbah cair yang infeksius di bagian
patologis, otopsi, dialis, pembalseman mayat dan dibagian
keperawatan.
b. Zat kimia fotografis
Larutan pencucian foto (fixer dan developer) digunakan di bagian
rontgen. Larutan fixer biasanya mengandung 5-10% hidroquinon, 15% kalium hidroksida, 19 dan maksimal 1% perak. Larutan developer
mengandung sekitar 45% glutaraldehid. Asam asetat juga digunakan
baik dalam larutan pada bak maupun dalam larutan fixer.
c. Solven
Limbah yang mengandung solven (zat pelarut) dapat berasal dari
berbagai bagian di rumah sakit, termasuk bagian patologi dan
histology serta laboratorium dan bagain mesin. Solven yang
Dari sekian banyak jenis limbah medis padat dan non medis padat
maka yang membutuhkan perhatian khusus adalah limbah medis padat
yang dapat menyebabkan penyakit menular. Limbah ini biasanya hanya
10-15% dari selurauh limbah kegiatan pelayanan kesehatan.
Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit
1. Pemisahan dan pengurangan
Limbah harus di identifikasi dan dipilah-pilah. Pengurangan jumlah
limbah hendaknya merupakan proses yang berkelanjutan. Pemilahan dan
reduksi jumlah limbah klinis dan sejenisnya merupakan persyaratan
keamanan penting untuk petugas pembuang limbah, petugas darurat dan
masyarakat.
Pemilahan
danpengurangan
limbah
hendaknya
mempertimbangkan kelancaran pengelolaan dan penampungan limbah
serta pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus.
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil
limbah adalah cara pembuangan yang baik. Limbah dimasukkan ke dalam
kantong atau kontainer penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan
guna mengurangi kemungkinan kesalahan petugas dalam pengelolaan
limbah (Depkes RI,2002:78).
A. Karakteristik Bahan Berbahaya dan Beracun
Menurut peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2001 karakteristik bahan
berbahaya dan beracun pasal 5 ayat 1 adalah sebagai berikut :
a. Mudah meledak (explosive)
Bahan mudah meledak (explosive) adalah bahan yang pada suhu dan
tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi
kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan
tinggi yang dengan cepat merusak lingkungan di sekitar.
b. Pengoksidasi (oxidizing)
Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3
pengoksidasi dapat dilakukan dengan metode uji pembakaran
menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa standar. Sedangkan
untuk bahan berupa cair senyawa standar yang digunakan adalah larutan
asam nitrat.
m. Karsinogenik (carsinogenic)
Karsinogenik (carsinogenic) adalah bahan penyebab sel kanker, yaitu sel
liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
n. Teratogenik (Teratogenic)
Teratogenik (Teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat mempengarui
pertumbuhan dan perkembangan embrio.
o. Mutagenik (Mutagenic)
Mutagenik (Mutagenic) adalah sifat bahan yang dapat menyebabkan
perubahan kromosom yang dapat merusak genetika.
B. Identifikasi Limbah B3
a. Tujuan identifikasi limbah berbahaya dan beracun (B3) antara lain
(Imam Hendro A. Ismoyo, 2009:2)
1) Mengklasifikasi atau menggolongkan limbah tersebut apakah
termasuk limbah B3 atau limbah non B3.
2) Mengetahui sifat limbah B3 tersebut untuk mementukan metode
terbaik dalam penanganan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan, pemanfaatan dan atau
penimbunannya.
3) Mementukan sifat limbah B3 termasuk untuk menilai kecocokan
dengan limbah B3 lainnya dalam melakukan penyimpanan dan
pengumpulan limbah B3 tersebut.
4) Menilai dan menganalisis potensi bahaya limbah B3 tersebut
terhadap lingkungan dan atau dampak terhadap kesehatan
manusia dan mahluk hidup lainnya.
5) Dalam rangka delisting suatu limbah B3.
C. Identifikasi limbah B3 dapat dilakukan dengan cara: (Imam Hendro
A. Ismoyo, 2009:5)
a. Mencocockan limbah B3 dengan daftar jenis limbah B3. Apabila
cocok dengan daftar jenis limbah B3 maka limbah tersebut
limbah B3.
b. Apabila limbah tidak cocok dengan daftar jenis maka diperiksa
apakah limbah tersebut memiliki karakteristik: mudah meledak
atau mudah terbakar dan atau beracun dan atau bersifat reaktif
dan atau bersifat korosif.
f.
g.
h.
i.
j.