Anda di halaman 1dari 2

Suatu pendekatan terhadap komunikasi antarbudaya* (Richard E.Portner & Larry A.

Samovar)
Referensi* Dari Larry A. Samovar&Richard E. portner,ed.Inercultural
Communication:A Reader.Ed.ke-3.Belmont:Wadsworth,1982.
Dalam decade 1960-an dan 1970-an, berbagai peristiwa telah menimbulkan
pengaruh besar di dunia. Pembangunan yang cepat dan luas dalam bidang
transportasi dan komunikasi menyebabkan dunia menjadi susut karena kita
memasuki era dunia. Mobilitas kita telah meningkat sehingga jarak tidak lagi
merupakan masalah. Pesawat-pesawat jet dapat membawa kita kemana saja
dengan waktu yang singkat, orang orang diseluruh dunia bergerak. Para pedagang
international, mahasiswa-mahasiswa asing, diplomat-diplomat dan terutama turisturis masuk dan keluar dari aneka ragam budaya yang sering tampak asing dan
kadang-kadang misterius. Kini kita mempunyai banyak kesempatan untuk
melakukan hubungan-hubungan antarbusaya dalam hidup kita sehari-hari.
Sementara fenomena global ini tengah berlangsung, ada pula sejenis revolusi
budaya dinegara kita sendiri. Kejadian-kejadian dosmetik telah memaksa kita
memperhatikan
budaya-budaya,
subbudaya-subbudya,
dan
subkelompoksubkelompok yang baru. Orang-orang dari suku bangsa lain, orang-orang china,
kaum wanita, kaum homoseks, kaum miskin, para pecandu obat bius, kaum remaja,
dan kelompok-kelompok lain yang tidak terhitung jumlahnya, semakin nyata dan
vocal, dan mereka merisikan banyak orang. Sering, perilaku komunikatif mereka
tampak asing, bahkan aneh, dan gagal memenuhi harapan kita.
Perhatian terhadap kelompok-kelompok minoritas ini telah menyadarkan kita bahwa
kontak antarbudaya tidak saja tak terhindarkan, tapi juga tak berhasil. Pendeknya,
kita telah dapatkan bahwa komunikasi antarbudaya itu sulit. Bahkan bila hambatan
bahasa pun tertanggulangi, kita masih juga gagal memahami dan dipahami.
Kegagalan ini, baik di arena internasional ataupun diarena domestic, memaksa kita
mengawinkan budaya dan komunikasi dan menjadikan komunikasi antarbudaya
sebagai suatu bidang studi. Inheren dalam perpaduan ini adalah gagasan bahwa
komunikasi antarbudaya memerlukan penelitian tentang budaya dan kesulitankesulitan berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berbeda budaya.
Komunikasi antarbudaya terjadi apabila pengirim pesan adalah anggota dari suatu
budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu budaya lain. Oleh
karena itu, kita akan membahas hubungan antara komunikasi, budaya, dan
komunikasi antarbudaya.

Komunikasi

Untuk memahami interaksi antarbudaya, terlebih dahulu kita harus memahami


komunikasi manusia. Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang
terjadi selama komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, akibat-akibat dari apa
yang terjadi, dan akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk mempengaruhi dan
memasimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut.
Memahami dan mendefinisikan komunikasi
Kita mulai dengan suatu asumsi dasar bahwa komunikasi berhubungan dengan
perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan
manusia-manusia lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan social
dengan orang-orang lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan
yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang
tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Pesan-pesan itu mengemuka lewat prilaku
manusia. Ketika kita berbicara, kita sebenarnya sedang berprilaku. Ketika kita
melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukkan kepala, atau
memberikan suatu isyarat kita juga sedang berprilaku. Sering perilaku-prilaku ini
merupakan pesan-pesan
yang digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu
kepada seseorang.
Sebelum prilaku tersebut dapat disebut pesan, prilaku itu harus memnuhi dua
syarat.
Pertama, prilaku harus diobservasi oleh seseorang dan kedua, prilaku harus
mengandung makna. Dengan kata lain, setiap perilaku yang dapat diartikan adalah
suatu pesan.

Anda mungkin juga menyukai