Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PEN DAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh banyak faktor tidak hanya
ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana
kesehatan, namun juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan
sosial, keturunan dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini berpengaruh pada kejadian
morbiditas dan mortalitas di masyarakat. Angka morbiditas dan mortalitas dapat
menggambarkan keadaan dan situasi derajat kesehatan masyarakat. Angka ini juga
dapat digunakan untuk perencanaan bidang kesehatan (Depkes RI, 2008).
Menurut laporan WHO pada tahun 2012 angka kematian bayi (AKB) di
dunia sebesar 35 kematian per 1000 kelahiran hidup (Susilani, 2015). Pekumpulan
Negara- Negara anggota association south east asia nations (asean) dan south east
region, Indonesia menempati posisi ke 10 dengan angka kematian bayi sebesar 27
per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Provinsi Bengkulu angka kematian
bayi tahun 2012 terjadi sebanyak 29 per 1000 kelahiran hidup. Terdapat 9 provinsi
yang angka kematian bayi masih tinggi yaitu Aceh, Jateng, Yogyakarta, Kalteng,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua Barat Dan Papua (Depkes
RI, 2012).
Kematian bayi dapat disebabkan oleh masalah gangguan perinatal sebagai
akibat dari kehamilan resiko tinggi seperti prematuritas, berat badan lahir rendah
(BBLR), asfiksia lahir, infeksi, dan pneumonia. Derajat kesehatan pada masa
neonatal sangat terkait dengan kesehatan ibu semasa kehamilan, pertolongan
persalinan dan perawatan bayi baru lahir, untuk itu berbagai upaya yang dinilai

mempunyai dampak cukup besar terhadap penurunan angka kematian pada bayi
telah dilaksanakan antara lain melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar di tingkat masyarakat (Depkes RI,
2008).
BBLR secara umum disebabkan oleh banyak faktor, sehingga kadang
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan pencegahan. Penyebab terbanyak
terjadinya BBLR adalah kelahiran premature, secara teori menyebutkan penyebab
terjadinya BBLR antara lain faktor ibu (usia, paritas, jarak kehamilan, riwayat
penyakit, sosial ekonomi, kebiasaan), faktor janin, faktor plasenta dan faktor
lingkngan (Mitayani, 2013).
Permasalahan yang begitu banyak dalam sistem tubuh yang timbul akibat
BBLR. Kasus BBLR dapat menyebabkan kematian dan memerlukan perawatan
khusus. Bayi BBLR banyak sekali resiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh
karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Masalah yang akan timbul berupa masalah
jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek pada bayi BBLR adalah
kematian, dan efek jangka panjang pada bayi dengan berat badan lahir rendah
diantaranya masalah psikis seperti gangguan bicara, gangguan perkembangan dan
pertumbuhan, gangguan belajar dan masalah fisik seperti penyakit paru kronis dan
kelainan bawaan ( Tazkiah, Wahyuni, & Martini, 2013).
Prevalensi bayi berat lahir rendah diperkirakan 15% dari seluruh dunia
dengan batasan 3,3-3,8%. BBLR lebih sering terjadi di Negara berkembang dan
sosial ekonomi rendah secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR lebih
tinggi terjadi di Negara berkembang (Kusparlina, 2016). Hasil riskesdas tahun
2013 menyatakan bahwa persentase kejadian BBLR sebesar 10.2%, persentase

tertinggi terjadi pada provinsi Sulawesi tengah (16,8%) dan terendah di provinsi
sumatera utara (7,2%).
Pelayanan kesehatan perinatal ditingkat dasar diutamakan pada upaya
pencegahan dan deteksi dini resiko tinggi perinatal. Perhatian ini juga ditujukan
pada resiko bayi dengan berat badan lahir rendah. Pelayanan kesehatan BBLR
melibatkan pelayanan kesehatan pada ibu dengan bayi BBLR tersebut. Pelayanan
ini meliputi asuahan sebelum dan selama kehamilan, asuhan persalinan dan paska
persalinan baik saat difasilitasi pelayanan kesehatan maupun setelah kembali
kerumah. Berkenaan dengan tingginya kejadiaan BBLR di Indonesia berbagai
upaya pencegahan dan pengelolaan BBLR dilakukan oleh pemerintah untuk
menurunkan angka tersebut. Penanganan yang lebih baik dan pengetahuan yang
memadai tentang BBLR diharapkan angka kematian dan kesakitan dapat ditekan.
Perawat sebagai tenaga kesehatan dilini terdepan dengan serta merta ikut andil
dalam upaya-upaya pemerintah. Peran serta seorang perawat antara lain dalam
pencegahan dan pengelolaan BBLR. Pencegahan BBLR yaitu dengan melakukan
pemantauan ante natal care sejak dini ini bertujuan mendeteksi keadaan
kesejahteraan ibu dan janin. Pengelolaan BBLR dilakukan dengan menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
analisa data, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, samapai dengan mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan (Muryunani, 2013)
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat
kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Bayi. A dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) Di di RSUD Dr.Soebirin Kabupaten Musi Rawas Tahun


2016.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang WHO pada tahun 2012 angka kematian bayi
(AKB) di dunia sebesar 35 kematian per 1000 kelahiran hidup. Indonesia
menempati posisi ke 10 dengan angka kematian bayi sebesar 27 per 1000
kelahiran hidup ( depkes, 2011). Diperkirakan 15% dari seluruh dunia dengan
batasan 3,3-3,8% kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (kusparlina,
2016). BBLR lebih sering terjadi di Negara berkembang seperti di Indonesia..
Angka kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Dr.Soebirin masih
tinggi maka penelitian ini merumuskan masalah bagaimana penerapan asuhan
keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD
Dr.Soebirin tahun 2016.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR) di ruangan Melati RSUD Dr.Soebirin dengan
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada bayi dengan BBLR di ruangan
Melati RSUD Dr.Soebirin.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi dengan BBLR di
ruangan Melati RSUD Dr.Soebirin.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada bayi dengan BBLR di
ruangan Melati RSUD Dr.Soebirin.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada bayi dengan BBLR di
ruangan Melati RSUD Dr.Soebirin.

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada bayi dengan


BBLR di ruangan Melati RSUD Dr.Soebirin.
f. Mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan penerapan asuhan
keperawatan pada bayi dengan BBLR di ruangan Melati RSUD
Dr.Soebirin.
D. MANFAAT
1. Bagi Klien
Memberikan edukasi dan meningkatkan pengetahuan pada masyarakat
terutama pada keluarga dalam meningkatkan perawatan pada bayi BBLR
di rumah secara mandiri, meliputi cara personal hygine, pemberian makan,
mengetahui adanya perubahan-perubahan kegawatan yang terjadi pada
bayi.
2. Bagi Perawat
a. Menambah wawasan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
b. Meningkatkan keterampilan dalam asuhan keperawatan pada bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
3. Bagi Lembaga
a. Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan khususnya dalam penerapan asuhan
keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Rumah Sakit/Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Anda mungkin juga menyukai