Anda di halaman 1dari 14

Clinical Science Session

Perawatan Luka Pasca Bedah Caesar

Disusun oleh:
Gama Agusto Lonanda
Riri Agsari

1110312049
1110313057

Pembimbing :
dr. Dovy Djanas, Sp.OG, KFM

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M DJAMIL
PADANG
2016

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN. .......................................................................................................1


1.1

Latar Belakang. ..............................................................................................1

1.2.

Batasan Masalah. ............................................................................................1

1.3.

Tujuan penulisan. ...........................................................................................1

1.4.

Metoda penulisan. ............................................................................................1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. .............................................................................................2


2.1

Defenisi Operasi Caesar. ........................................................................................2

2.2

Defenisi Luka. .................................................................................................2

2.3

Klasifikasi Luka. .............................................................................................3

2.4

Proses Penyembuhan Luka. ......................................................................................4

2.5

Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka. .................................................6

2.6

Komplikasi Dari Luka. ........................................................................................8


Perawatan Luka Post Operasi Seksio Sesarea. ........................................................9
2.7.1 Perawatan Luka di Rumah........................................................................................10
2.7

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.2

Latar Belakang
Salah satu cara menurunkan angka kematian ataupun angka kesakitan ibu adalah

dengan mengurangi atau mencegah terjadinya komplikasi pasca persalinan, lebih spesifik lagi
adalah mengurangi komplikasi pasca persalinan Bedah Caesar.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan teknik operasi, antibiotika, anestesia, angka
kelahiran bedah caesar semakin meningkat. Hal ini menimbulkan permasalahanpermasalahan pada saat bedah caesar maupun pasca bedah caesar seperti infeksi luka operasi.
Diharapkan dengan dilakukannya perawatan luka bekas operasi yang baik dapat menekan
terjadinya salah satu komplikasi berupa infeksi luka operasi (ILO) pasca bedah caesar,
dimana akan mengurangi kemungkinan keadaan berlanjut menjadi sepsis sampai kematian.
Berdasatkan keadaan diatas penulis ingin membahas lebih lanjut bagaimana
perawatan luka bekas operasi caesar yang baik sehingga komplikasi pasca bedah caesar dapat
dihindari dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu.
1.2.

Batasan Masalah
Clinical science session ini membahas mengenai definisi, klasifikasi, fisiologi,

faktor resiko, komplikasi dan perawatan luka bekas operasi seksio sesarea
1.3.

Tujuan penulisan
Penulisan clinical science session ini bertujuan menambah pengetahuan paradokter

muda mengenai perawatan luka bekas operasi seksio sesarea


1.4.

Metoda penulisan
Penulisan clinical science session ini disusun berdasarkan tinjauankepustakaan yang

merujuk kepada berbagai literatur.


1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Operasi Caesar


Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500gram.1
Jenisjenis seksio sesarea :
1. Seksio sesarea klasik (korporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira kira sepanjang 10 cm.
2. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.
2.2 Defenisi Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang.2
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

2.8

Klasifikasi Luka2,3

A. Menurut tingkat Kontaminasi terhadap luka :


2

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),

merupakan

luka

pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam


kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
B. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka, dibagi menjadi :
a. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan

epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
C. Menurut waktu penyembuhan luka dibagi menjadi :
a. Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.

2.9

Proses Penyembuhan Luka1,3


Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan proses peradangan,

yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak (swelling), kemerahan (redness),
panas (heat), Nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function).
Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase :
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan
yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan
perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk
mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh
darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet akan
menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriksi
yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan
endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah
itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local sensory nerve
4

endding), local reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin
dan sitokin). Histamin juga menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan
plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi
oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis.
Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat pada kulit, oedema
dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase Proliferatif
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada
proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur
protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat
jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka,
fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan
berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic
acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam membangun (rekontruksi) jaringan
baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru
(connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan
pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit
dapat memasuki kawasan luka.Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam
jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk,
terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh
makrofag dan platelet.
3. Fase Maturasi
5

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih
12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru
menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan
jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai
regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah
perlukaan.
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen
yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan
jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan
kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan
parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal. Meskipun proses
penyembuhanluka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat
tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita
muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, diserta
penyakit sistemik (diabetes mielitus).

2.10

Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka3


a. Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan.

b. Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah
ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. Hipovolemia
6

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya


ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
c. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah.Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar
hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat
proses penyembuhan luka dan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
d.

Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan
sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang
disebut dengan nanah (Pus).

e. Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan
pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi
pada pembuluh darah itu sendiri.
f. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.
g. Pengobatan
-

Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera

Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab


kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

2.11

Komplikasi Dari Luka1,4


a. Infeksi Luka Operasi (ILO)
Merupakan infeksi luka dimana insisi luka operasi terkontaminasi. Adanya rongga
pada jahitan, hematoma dan sisa benang operasi dapat menjadi predisposisi infeksi.
Persiapan prabedah yang tidak adekuat seperti antibiotik profilak, dan strelititas
selama operasi sangat berpengaruh. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36-48
jam, denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih
meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.
b. Dehiscence dan Eviserasi
Dehiscene : Terbukanya jahitan luka partial ataupun total.
Eviserasi : keluarnya isi dari dalam luka.
Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko pasien
mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi
sebelum kolagen meluas di daerah luka.
c. Keloid dan jaringan parut hipertrofik
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang
berlebihan dalam proses penyembuhan luka.

2.12

Perawatan Luka Post Operasi Seksio Sesarea3


2.12.1 Prinsip Perawatan Luka
Tujuan perawatan luka adalah untuk mencegah infeksi, menilai kerusakan yang terjadi
pada struktur yang terkena dan untuk menyembuhkan luka.
1. Pembalutan dan perawatan luka
Penutup/pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung terhadap
infeksi selama proses penyembuhan yang dikenal sebagai reepitelisasi.

Pertahankan penutupan luka ini selama hari pertama setelah pembedahan untuk
mencegah infeksi selama proses reepitelisasi berlangsung.
Jika pada pembalut luka terdapat perdarahan sedikit atau keluar cairan tidak
terlalu banyak, janagn mengganti pembalut, tapi:
- Perkuat pembalutnya
- Pantau keluar cairan dan darah
- Jika perdarahan tetap bertambah banyak atau sudah membasahis etengahnya
atau lebih, buka pembalut, inspeksi luka, atasi penyebabnya dan ganti dengan
-

pembalut baru.
Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tapi diplester untuk

mengencangkan. Ganti pembalut dengan cara yang steril.


Luka harus dijaga tetap kering dan bersih, tidak boleh terdapat bukti infeksi

atau seroma sampai ibu diperbolehkan pulang dari rumah sakit.


2. Infeksi Luka
a. Tanda klinis: Nyeri, bengkak, kemerahan, panas dan bisa bernanah.
b. Tatalaksana
- Buka luka jika dicurigai terdapat nanah.
- Bersihkan luka dengan cairan desinfektan.
- Tutup ringan luka dengan kasa lembab. Ganti balutan setiap hari, lebih sering
bila perlu.
- Berikan antibiotik sampai sampai 48 jam bebas demam.
3. Memulangkan pasien
- Perawatan 3-4 hari cukup untuk pasien. Diedukasi pasien untuk perawatan luka
(mengganti kasa).
- Pasien diminta kontrol setelah 7 hari pasien pulang.
- Pasien perlu segera datang kembali jika terdapat perdarahan, demam, nyeri
perut berlebihan.
4. Pelepasan jahitan
- Jahitan fasia merupakan hal uatama pada bedah abdomen
- Pelepasan jahitan kulit 5 hari seletah penjahitan.
2.12.2 Perawatan Luka di Rumah
Waktu penyembuhan pasca operasi caaesar sangat lama dibanding persalinan normal.
Waktu normal penyembuhan luka operasi caesar lebih kurang 3 sampai 4 minggu,
atau lebih lama. Penting mengetahui perawatan luka caesar, karena infeksi akan
memperlama masa penyembuhan.

Cara merawat luka operasi dirumah:


- Menjaga kebersihan luka
Menjaga luka bekas operasi sangat penting. Seperti ketika selesai mandi
bersihkan luka bekas operasi dengan cairan antiseptik dengan cotton bud atau
-

kapas. Pastikan kedua tangan bersih. Hindari menutup terlalu ketat.


Penggunaan pakaian
Gunakan pakaian longgar dan juga nyaman. Diharuskan menutup luka dengan

perban yang tidak terlalu ketat agar tidak iritasi.


Olahraga
Lakukan olahraga ringan, seperti jalan santai akan membantu proses
penyembuhan,sirlulasi darah tubuh meningkat, sistem imun meningkat. Jalan

santai dianjurkan kurang lebih 15 menit.


Pola makan
Konsumsi makanan sehat mengandung banyak zat gizi serta nutrisi seimbang.
Konsumsilah makanan mengandung vitamin A, vitamin C, protein yang
cukup, dan zink.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
10

Tujuan perawatan luka adalah untuk mencegah infeksi, menilai kerusakan yang terjadi
pada struktur yang terkena dan untuk menyembuhkan luka. Waktu normal penyembuhan luka
operasi caesar lebih kurang 3 sampai 4 minggu, atau lebih lama. Penting mengetahui
perawatan luka caesar, karena infeksi akan memperlama masa penyembuhan.
Prinsip pada perawatan luka bekas operasi Caesar adalah menjaga luka tetap bersih
dan kering dan mencegah infeksi untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka
dan mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat infeksi bekas luka pasca operasi. Pada luka
yang dibalut diperlukan evaluasi luka agar tidak bernanah, dijaga agar tetap kering, dan saat
pasien pulang ke rumah perlu diberikan edukasi cara merawat luka bekas operasi agar tidak
terjadi infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

11

1. Adrriaansz G., Saiffudin AB, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Pengantar Dalam : Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi Pertama. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta 2000
2. Wibowo B, Parathon H, Antibiotika profilaksis untuk pembedahan. Materi pelatihan
antibiotika profilaksis, Bagian SMF Kebidanan dan penyakit kandungan FK
UNDIP/RS. Dr. Kariadi Semarang, Desember 2003.
3. Lorenz HP, Longaker MT. Wounds: Biology, pathology, and management. In: Surgery
basic science and clinical evidence. Editor: Norton JA, Spinger-Verlag, New York, vol
1 2011:221-37
4. Mangram AJ, Horan TC, Pearson ML. Guideline for prevention of surgical site
infection. In: Infection control and hospital epidemiologi. Vol 20 no. 4 March 2003
pp.250-278.

12

Anda mungkin juga menyukai

  • Tinea
    Tinea
    Dokumen34 halaman
    Tinea
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Poin Diagnosis
    Poin Diagnosis
    Dokumen3 halaman
    Poin Diagnosis
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Mastitis
    Mastitis
    Dokumen17 halaman
    Mastitis
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Cade Neuro Bukit
    Cade Neuro Bukit
    Dokumen5 halaman
    Cade Neuro Bukit
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • DIARE
    DIARE
    Dokumen21 halaman
    DIARE
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Tinea
    Tinea
    Dokumen15 halaman
    Tinea
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Refrat Kista Bartholini
    Refrat Kista Bartholini
    Dokumen14 halaman
    Refrat Kista Bartholini
    rezaagungs
    Belum ada peringkat
  • Inversio Uteri
    Inversio Uteri
    Dokumen20 halaman
    Inversio Uteri
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Inversio Uteri
    Inversio Uteri
    Dokumen17 halaman
    Inversio Uteri
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Jurnal
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Cade Neuro Bukit
    Cade Neuro Bukit
    Dokumen5 halaman
    Cade Neuro Bukit
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen20 halaman
    Presentation 1
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Mastitis
    Mastitis
    Dokumen17 halaman
    Mastitis
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • PKPR
    PKPR
    Dokumen51 halaman
    PKPR
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Epistaksis
    Epistaksis
    Dokumen27 halaman
    Epistaksis
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Bed Site Teaching: Akne Vulgaris
    Bed Site Teaching: Akne Vulgaris
    Dokumen1 halaman
    Bed Site Teaching: Akne Vulgaris
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Koledokolitiasis
    Koledokolitiasis
    Dokumen4 halaman
    Koledokolitiasis
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • PKPR
    PKPR
    Dokumen51 halaman
    PKPR
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Mte THT
    Mte THT
    Dokumen35 halaman
    Mte THT
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Referat Bells Palsy
    Referat Bells Palsy
    Dokumen15 halaman
    Referat Bells Palsy
    Anonymous aGW5Ba9
    Belum ada peringkat
  • Mapri UKS
    Mapri UKS
    Dokumen24 halaman
    Mapri UKS
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • LIMFADENITIS
    LIMFADENITIS
    Dokumen11 halaman
    LIMFADENITIS
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • PKPR
    PKPR
    Dokumen18 halaman
    PKPR
    Riri Agsari
    0% (1)
  • Projustitia Visum Et Repertum
    Projustitia Visum Et Repertum
    Dokumen2 halaman
    Projustitia Visum Et Repertum
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Keracunan Co
    Keracunan Co
    Dokumen14 halaman
    Keracunan Co
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen8 halaman
    Case
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Pembuatan Visum
    Pembuatan Visum
    Dokumen2 halaman
    Pembuatan Visum
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Contoh Ver
    Contoh Ver
    Dokumen2 halaman
    Contoh Ver
    Riri Agsari
    Belum ada peringkat
  • Traksi
    Traksi
    Dokumen14 halaman
    Traksi
    ney_nie
    Belum ada peringkat