Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Pada

dasarnya

berjudul

Pemilu

pembuatan
di

makalah

Indonesia

adalah

kewarganegaraan
untuk

yang

memperdalam

pengetahuan tentang pelaksanaan pemilu dan melengkapi tugas


semester 2. pengetahuan tentang pemilu sangat penting sebab
pemilu merupakan wujud pelaksanaan demokrasi Pancasila di
Indonesia. Jika kita mempunyai pengetahuan tentang pemilu maka
kita telah melestarikan demokrasi Pancasila yaitu demokrasi yang
paling cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia, hal ini telah
dibuktikan oleh sejarah sejak kemerdekaan RI sampai dengan
sekarang.

Sebagai

warga

negara

Indonesia

yang

bermoral

Pancasila mari kita laksanakan pemilu bagi yang memenuhi syarat


sesuai yang telah diamanatkan pasal 28 UUD 1945 : Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul mengeluarkan piliran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya.

B.

RUMUSAN MASALAH

I.

Pengertian Pemilu

II.

Tujuan diadakannya pemilu di Indonesia

III.

Dasar Pemikiran dilaksanakan pemilu di Indonesia

IV.

Dasar hukum dan landasan pemilu di Indonesia

V.

Asas-asas dan prinsip dalam pelaksanaan pemilu di Indonesia

VI.

Sistem pemilu dan pelaksnaan pemilu di Indonesia

VII. Peserta pemilu dan macam-macam hak pilih

VIII. Penyelenggaraan pemilu di Indonesia


IX.

Pemilu orde baru dan era reformasi

X.

a.

b.

UU No. 23 Tahun 2003 tentang pemilu

UU No. 12 Tahun 2004 tentang pemilu

C.

TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

a.

Memperdalam pengetahuan tentang pemilu

b.

Menambah pengetahuan tentang pentingnya pemilu

c.

Menjadikan WNI bermoral pancasila

d.

Mengajarkan berpartisipasi dalam pemilu

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PEMILU
Pemilihan umum adalah salah satu cara untuk memilih wakil-wakil
rakyat

yang

sekaligus

merupakan

perwujudan

dari

negara

demokrasi atau suatu cara untuk menyalurkan aspirasi atau


kehendak rakyat. Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu
anggota DPR, DPP dan DPRD pasal 1 berbunyi Pemilihan umum
yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Dan UU NO. 23 tahun 2003 mengatur
pemilu untuk presiden dan wakil presiden negara RI yang dipilih
langsung oleh rakyat. Pemilu merupakan syarat mutlak bagi negara
demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat karena dengan
banyaknya
jalannya

jumlah penduduk demi seorang dalam menentukan


pemerintahan

oleh

sebab

itu

kedaulatan

rakyat

dilaksanakan dengan cara perwakilan.


B. TUJUAN PEMILU
Pada dasarnya ada beberapa tujuan yang mendasari pelaksanaan
pemilu di Indonesia diantaranya :
a.

Untuk memilih anggotar DPR, DPRD Provinsi dan DPRD

kabupaten / kota
b.
c.

Melaksanakan demokrasi Pancasila


Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia

d.

Untuk mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia
e.

Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia

f.

Menjamin kesinambungan pembangunan

g.

Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara

aman dan tertib


h.

Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam negara

C. PEMILU TAHUN 1995

Pendaftaran pemilih dalam Pemilu 1955 mulai dilaksanakan sejak


bulan Mei 1954 dan baru selesai pada November. Tercatat ada
43.104.464 warga yang memenuhi syarat masuk bilik suara. Dari
jumlah itu, sebanyak 87,65% atau 37.875.299 yang menggunakan
hak pilihnya pada saat itu. Pada Pemilu pertama tahun 1955,
Indonesia menggunakan sistem proporsional yang tidak murni.
Proposionalitas penduduk dengan kuota 1; 300.000. Tidak kurang

dari 80 partai politik, organisasi massa, dan puluhan perorangan


ikut serta mencalonkan diri dalam Pemilu yang pertama ini.
Keseluruhan peserta Pemilu pada saat itu mencapai 172 tanda
gambar. Pada Pemilu ini, anggota TNI-APRI, juga menggunakan hak
pilihnya berdasarkan peraturan yang berlaku ketika itu. Pada
pelaksanaan Pemilu pertama, Indonesia dibagi menjadi 16 daerah
pemilihan yang meliputi 208 daerah kabupaten, 2.139 kecamatan,
dan 43.429 desa. Dengan perbandingan setiap 300.000 penduduk
diwakili seorang wakil. Pemilu pertama ini diikuti oleh banyak partai
politik karena pada saat itu NKRI menganut kabinet multi partai
sehingga DPR hasil Pemilu terbagi ke dalam beberapa fraksi.
Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
a)

Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih anggota DPR.

Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955, dan


diikuti oleh 29 partai politik dan individu.
b)

Tahap

kedua

adalah

Pemilu

untuk

memilih

anggota

Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember


1955.[6]
Selain pemilihan DPR dan Konstituante, juga diadakan pemilihan
DPRD. Pemilu DPRD dilaksanakan dalam dua tahap, Juni 1957
pemilu untuk Indonesia wilayah Barat, dan Juli 1957 untuk pemilu
Indonesia

wilayah

Timur.

Dengan

dipisahnya

waktu

penyelenggaraan pemilu DPR, Konstituante, dan DPRD, pemilu


menjadi fokus.
Meskipun Kabinet Ali Jatuh, pemilu terlaksana sesuai dengan
rencana

semasa

kabinet

Burhanudin

Harahap.

Pemilu

yang

pertama dilaksanakan pada tahun 1955. Sekitar 39 Juta rakyat


Indonesia datang ke bilik suara untuk memberikan suaranya.
Pemilu saat itu berjalan dengan tertib, disiplin serta tanpa politik
uang dan tekanan dari pihak manapun. Oleh karena itu, banyak
5

pakar politik yang menilai bahwa pemilu tahun 1955 sebagai


pemilu paling demokratis yang terlaksana di Indonesia sampai
sekarang.
Menurut George McTurnan Kahin, Pemilu tahun 1955 tersebut
begitu penting sebab dengan itu kekuatan partai-partai politik
terukur lebih cermat dan parlemen yang dihasilkan lebih bermutu
sebagai lembaga perwakilan. Sebelum Pemilu, parlemen selalu
menjadi sasaran kekecewaan, terutama dari kelompok militer yang
merasa kepentingannya selalu dicampuri. Selain itu, masyarakat
luas juga memiliki harapan akan suksesnya Pemilu karena kabinet
berulang-kali jatuh-bangun; wewenang pemerintah yang selalu
mendapat

rintangan

dari

tentara;

korupsi;

nepotisme

dan

pemerintah yang terkesan lumpuh di dalam menghadapi berbagai


persoalan. Karena belum ada lembaga penyelenggara pemilihan
umum yang mapan, pengorganisasianpemungutan suara menjadi
tanggungjawab

pemerintah

dan

wakil-wakil

partai

politik.

Organisasi itu terdapat pada setiap jenjang pemerintahan, mulai


dari pusat sampai ke tingkat desa.

Partai-partai berjuang untuk

merebut simpati rakyat dengan berbagai jalan, salah satunya


mengembangkan cara kampanye simpatik dengan mengunjungi
rumah penduduk satu per satu. Penggalangan massa ini dinilai
efektif untuk meyakinkan calon pemilih yang masih ragu-ragu
untuk menentukan pilihannya.
Penyelenggaraan

Pemilu

tahun

1955

menelan

biaya

Rp

479.891.729. Angka itu dikeluarkan untuk membiayai perlengkapan


teknis pemilihan seperti pembuatan kotak suara dan honorarium
panitia penyelenggara Pemilu. Menurut Herbert Feith dana Pemilu
itu

sebenarnya

terlampau

mahal.

Salah

satu

faktor

yang

mendongkrak kenaikan biaya adalah kelambanan unit-unit kerja


panitia Pemilu yang pada akhirnya menambah beban biaya.

Hasil Pemilihan Umum 1955


Hasil Pemilu Tahap I (29 september 1955)
Pada tanggal 29 September 1955 lebih dari 39 juta rakyat
Indonesia

memberikan

suararanya

dikotak-kotak

suara.

Hasil

pemilihan Umum I yang diikuti 172 kontestan Pemilu 1955, hanya


28 kontestan (tiga diantaranya perseorangan) yang berhasil
memperoleh kursi. Empat partai besar secara berturut-turut
memenangkan kursi: Partai Nasional Indonesia (57 kursi/22,3%),
Masyumi (57 kursi/20,9%), Nahdlatul Ulama (45 kursi/18,4%), dan
Partai Komunis Indonesia (39 kursi/15,4%).[7]
Berikut merupakan tabel hasil Pemilu tahap pertama tahun 1955 :
No Nama Partai

Julmlah

Prosenta

Jumla

Suara

se

h
Kursi

1.

2.

Partai

Nasional

Indonesia 8.434.65

(PNI)

Masyumi

7.903.88

22,32

57

20,92

57

18,41

45

16,36

39

2,89

2,66

6
3.

Nahdlatul Ulama (NU)

6.955.14
1

4.

Partai

Komunis

Indonesia 6.179.91

(PKI)
5.

Partai

Syarikat

Islam 1.091.16

Indonesia (PSII)
6.

Partai

Kristen

0
Indonesia 1.003.32

(Parkindo)

7.

Partai Katolik

770.740

2,04

8.

Partai

Indonesia 753.191

1,99

Sosialis

(PSI)

9.

Ikatan

Pendukung 541.306

Kemerdekaan

1,43

Tarbiyah 483.014

1,28

Nasional 242.125

0,64

224.167

0,59

Panca 219.985

0,58

Indonesia 206.161

0,55

0,53

Indonesia

(IPKI)
10

Pergerakan

Islamiyah (Perti)

11

Partai

(PRN)

12

Partai Buruh

Rakyat

.
13

Gerakan

Pembela

Sila (GPPS)

14

Partai

(PRI)

15

Persatuan Pegawai Polisi RI 200.419

(P3RI)

16

Murba

199.588

0,53

Baperki

178.887

0,47

18

Persatuan Indonesia Raya 178.481

0,47

(PIR) Wongsonegoro

19

Grinda

154.792

0,41

20

Persatuan Rakyat Marhaen 149.287

0,40

Indonesia (Permai)

21

Persatuan Daya (PD)

146.054

0,39

PIR Hazairin

114.644

0,30

0,22

Rakyat

.
17
.

.
22
.
23

Partai Politik Tarikat Islam 85.131

(PPTI) 85.

24

AKUI

81.454

0,21

Desa 77.919

0,21

Indonesis 72.523

0,19

0,17

.
25

Persatuan

Rakyat

(PRD)

26

Partai

Merdeka (PRIM)

27

Angkatan

(Acoma)

28

R.Soedjono Prawirisoedarso

53.306

0,14

29

Lain-lain

1.022.43

2,71

100,00

257

Republik

Comunis

Muda 64.514

3
37.785.2
99

Keseluruhan kursi yang diperoleh adalah sebesar 257 kursi. Tiga


kursi sisa diberikan pada wakil Irian Barat yang keanggotaannya
diangkat Presiden. Selain itu diangkat juga 6 anggota parlemen
mewakili Tonghoa dan 6 lagi mewakili Eropa. Dengan demikian
keseluruhan anggota DPR hasil Pemilu 1955 adalah 272 orang
Kelebihan dan Kelemahan dari Pelaksanaan Pemilihan Umum 1955
Kelebihan Pelaksanaan Pemilu 1955
Pemilu 1955 sekalipun merupakan yang pertama dalam sejarah
bangsa Indonesia ternyata mempunyai beberapa catatan positif,
antara lain :
a)

Tingkat partisipasi rakyat sangat besar ( + 90 % dari semua

warga punya hak pilih). Lebih dari 39 juta orang memberikan suara,
mewakili 91,5 persen dari para pemilih terdaftar.

b) Prosentase suara yang sah cukup signifikan ( + 80 % dari suara


yang masuk) padahal + 70 % penduduk Indonesia masih buta
huruf.
c) Pelaksanaannya berjalan secara aman, tertib dan disiplin serta
jauh dari unsur kecurangan dan kekerasan.
Kelemahan Pelaksanaan Pemilu 1955
a)

Krisis ketatanegaraan yang mendorong lahirnya Dekrit

Presiden tanggal 5 Juli 1959.


Pemilu 1955 bahkan berujung pada krisis ketatanegaraan yang
mendorong lahirnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 sebagai
akibat dari kegagalan Dewan Konstituante dalam menghasilkan
konstitusi baru.
b) Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak.
Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak,
sehingga

tujuan

Pemilu

yang

semula

dimaksudkan

untuk

menghasilkan parlemen yang representatif, stabilitas pemerintahan


dan mampu menghasilkan konstitusi baru untuk menggantikan
UUDS 1950 tidak berhasil. Selain itu, tidak adanya pemenang
mayoritas juga menimbulkan masalah lain, dimana kekuasaan
terbagi-bagi ke dalam berbagai aliran politik yang akhirnya
mengakibatkan sistem pemerintahan saat itu menjadi tidak stabil.
c)

Kekecewaan diantara Partai Politik

Jumlah partai lebih bertambah banyak dari pada berkurang, dengan


dua puluh delapan partai mendapat kursi, padahal sebelumnya
hanya dua puluh partai yang mendapat kursi. Beberapa pemimpin
Masyumimerasa

bahwa

kemajuan

Islam

menuju

kekuasaan

nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya


dialihkan untuk mengintensifkan Islam ditingkat rakyat jelata.

10

D. PEMILU TAHUN 2004

Pemilihan

Umum

tahun

2004

merupakan

eksperimen

demokrasi Indonesia baru. pemilu 2004 merupakan pemilu kedua


setelah Presiden Suharto lengser, meskipun demikian, pada
pemilu kedua ini memiliki perbedaan yang sangat jauh dalam
banyak hal dengan pemilu 1999. Hal ini karena pemilu 2004
merupakan pemilu pertama setelah amandemen ke-4 UUD 1945.
Melalui

amandemen

struktur

politik

Indonesia

dirubah

sedemikian rupa sehingga mempengaruhi proses rekruitmen elit


politik.
Beberapa

perubahan

penting

dalam

amandemen

yang

berkaitan dengan pemilu adalah dalam hal mekanisme pemilihan


presiden-wakil presiden dan dibentuknya lembaga baru yang
bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Perubahan terjadi

11

juga pada pola rekruitmen kepala daerah yang efektif dilakukan


setelah pemilu nasional 2004.
Menurut konstitusi 1945 hasil amandemen ke-4, pemilihan
pasangan presiden dan wakil presiden tidak lagi dipilih melalui
Majelis

Permusyawaratan

mengamanatkan

Rakyat

pemilihan

presiden

(MPR).
dan

Konstitusi

wakil

presiden

dilakukan oleh rakyat secara langsung melalui mekanisme


pemilu.
Terkait dengan DPD, kehadiran lembaga ini menjadikan
konsep

perwakilan

yang

dianut

Indonesia

bergeser

dari

unicameral menjadi bicameral. Secara prinsip, konsep perwakilan


yang

ada

di

DPD,

sesuai

namanya,

adalah

wujud

dari

representasi ruang/daerah. Ide perwakilan ruang ini terbentuk


untuk mengkompensasi kelemahan dalam perwakilan politik
yang ada di DPR. Di dewan terjadi ketidak seimbangan antara
perwakilan politik yang berasal dari Jawa dan luar Jawa.
Akibatnya, jumlah wakil yang ada di DPR lebih banyak berasal
dari daerah Pulau Jawa dibandingkan wakil dari daerah luar Pulau
Jawa. Dengan hadirnya DPD, ketidak seimbangan itu berusaha
diatasi.
Pemilu 2004 dapat dikatakan sebagai jalan yang sama sekali
baru bagi Indonesia dalam menapaki demokrasi perwakilan.
Kebaruan itu pada suatu sisi adalah akibat dari dampak
perubahan konstitusi seperti yang disebutkan diatas, dan pada
sisi yang lain adalah efek dari kebebasan terhadap metode
berpolitik aktor-aktor politik dan civil society.
E. PEMILU TAHUN 2014

12

Pemilu 2014 dilaksanakan dua kali yaitu Pemilu Legislatif pada


tanggal 9 April 2014 yang akan memilih para anggota dewan
legislatif dan Pemilu Presiden pada tanggal 9 Juli 2014 yang akan
memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Pemilu

2014

akan

memakai

e-voting

dengan

harapan

menerapkan sebuah sistem baru dalam pemilihan umum.


Keutamaan dari penggunaan sistem e-voting adalah Kartu Tanda
Penduduk Elektronik (e-KTP) yang sudah mulai dipersiapkan sejak
tahun 2012 secara nasional.
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 2014
(biasa disingkat Pemilu Legislatif 2014) diselenggarakan pada 9
April 2014 untuk memilih 560 anggota Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), 132 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD Provinsi
maupun DPRD Kabupaten/Kota) se-Indonesia periode 2014-2019.
Tempat pemungutan suara untuk pemilih luar negeri di Tainan,
Taiwan
Daftar kandidat anggota DPR daerah pemilihan DKI Jakarta II

13

Pemilihan ini dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014 serentak di


seluruh wilayah Indonesia. Namun untuk warga negara Indonesia
di luar negeri, hari pemilihan ditetapkan oleh panitia pemilihan
setempat di masing-masing negara domisili pemilih sebelum
tanggal 9 April 2014. Pemilihan di luar negeri hanya terbatas
untuk anggota DPR di daerah pemilihan DKI Jakarta II, dan tidak
ada pemilihan anggota perwakilan daerah.
Perubahan peraturan;
Dalam undang-undang pemilihan umum terbaru yaitu UU Nomor
8 Tahun Tahun 2012, ambang batas parlemen untuk DPR
ditetapkan sebesar 3,5%, naik dari Pemilu 2009 yang sebesar
2,5%.
Pada tanggal 7 September 2012, Komisi Pemilihan Umum
mengumumkan daftar 46 partai politik yang telah mendaftarkan
diri untuk mengikuti Pemilu 2014, dimana beberapa partai
diantaranya merupakan partai politik yang baru pertama kali
mengikuti pemilu ataupun baru mengganti namanya. 9 partai
lainnya

merupakan

peserta

Pemilu

2009

yang

berhasil

mendapatkan kursi di DPR periode 2009-2014. Pada tanggal 10


September 2012, KPU meloloskan 34 partai yang memenuhi
syarat pendaftaran minimal 17 buah dokumen. Selanjutnya pada
tanggal 28 Oktober 2012, KPU mengumumkan 16 partai yang
lolos verifikasi administrasi dan akan menjalani verifikasi faktual.
Pada

perkembangannya,

sesuai

dengan

keputusan

Dewan

Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum, verifikasi faktual


juga dilakukan terhadap 18 partai yang tidak lolos verifikasi
administrasi. Hasil dari verifikasi faktual ini ditetapkan pada
tanggal 8 Januari 2013, dimana KPU mengumumkan 10 partai
sebagai peserta Pemilu 2014. Dalam perkembangan berikutnya,
keputusan KPU tersebut digugat oleh beberapa partai politik
yang tidak lolos verifikasi ke Pengadilan Tata Usaha Negara,

14

namun hanya ada dua partai yang dikabulkan gugatannya oleh


PTUN yaitu Partai Bulan Bintang pada tanggal 18 Maret 2013 dan
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia pada tanggal 25 Maret
2013. KPU mengabulkan putusan PTUN tersebut dan menetapkan
kedua partai tersebut menjadi peserta Pemilu Legislatif 2014.
Berikut daftar 12 partai politik nasional peserta Pemilihan Umum
Legislatif 2014 beserta nomor urutnya.
1. Partai NasDem, 2. Partai Kebangkitan Bangsa, 3. Partai
Keadilan Sejahtera, 4. Partai Demokrasi Indonesia, 5. Partai
Golongan Karya, 6. Partai Gerakan Indonesia Raya, 7. Partai
Demokrat, 8. Partai Amanat Nasional, 9. Partai Persatuan
Pembangunan, 10. Partai Hati Nurani Rakyat. 14. Partai Bulan
Bintang, 15. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Sementara berikut ini adalah daftar partai yang mendaftar
sebagai peserta namun gagal dalam verifikasi awal (*), verifikasi
administrasi (**), dan verifikasi faktual (***):
Partai
Partai
Partai
Partai

Aksi Rakyat*
Barisan Nasional*
Bhinneka Indonesia**
Bulan Bintang*** (menjadi peserta setelah gugatannya

dikabulkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara)


Partai Buruh**
Partai Damai Sejahtera**
Partai Demokrasi Kebangsaan**
Partai Demokrasi Pembaruan***
Partai Indonesia Sejahtera*
Partai Islam*
Partai Pemuda Indonesia*
Partai Karya Peduli Bangsa**
Partai Karya Republik**
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia*** (menjadi peserta
setelah gugatannya dikabulkan oleh Pengadilan Tata Usaha
Negara)
Partai Kebangkitan Nasional Ulama**
Partai Kedaulatan**

15

Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai
Partai

Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru***


Kesatuan Demokrasi Indonesia**
Kongres**
Matahari Bangsa*
Merdeka*
Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia**
Nasional Indonesia Marhaenisme**
Nasional Republik**
Patriot*
Peduli Rakyat Nasional***
Pelopor*
Pemersatu Bangsa*
Pengusaha dan Pekerja Indonesia**
Persatuan Nahdlatul Ummah*
Persatuan Nasional***
Republik Indonesia*
Republika Nusantara**
Penegak Demokrasi Indonesia**
Republik**
Serikat Rakyat Independen**

Pada tanggal 10 Maret 2013, sepuluh partai politik yang gagal


dalam verifikasi administrasi menyatakan bergabung dengan
salah satu partai yang lolos menjadi peserta yaitu Partai Hati
Nurani Rakyat:[10]
1. Partai Kedaulatan
2. Partai Republika Nusantara (RepublikaN)
3. Partai Nasional Republik (Nasrep)
4. Partai Indonesia Sejahtera (PIS)
5. Partai Pemuda Indonesia (PPI)
6. Partai Kongres
7. Partai Damai Sejahtera (PDS)
8. Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN)
9. Partai Demokrasi Pembaruan (PDP)
10. Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI)
Perubahan peraturan;
Dalam UU Nomor 8 Tahun Tahun 2012, pada awalnya ditetapkan
bahwa ambang batas parlemen sebesar 3,5% juga berlaku untuk
DPRD. Akan tetapi, setelah digugat oleh 14 partai politik,
Mahkamah Konstitusi kemudian menetapkan ambang batas 3,5%
tersebut hanya berlaku untuk DPR dan ditiadakan untuk DPRD.

16

Peserta;
Peserta pemilihan umum anggota DPRD adalah partai politik
yang sama dengan peserta pemilihan umum anggota DPR,
kecuali khusus untuk Provinsi Aceh ditambah dengan partai
politik lokal sesuai dengan Undang-Undang Pemerintahan Aceh
dan Nota Kesepahaman Helsinki 2005. Berikut adalah daftar 3
partai politik lokal yang ditetapkan oleh Komite Independen
Pemilihan Aceh sebagai peserta pemilihan umum anggota DPRD
di Aceh beserta nomor urutnya.
No Urut 11. Partai damai Aceh, 12. Partai Nasional Aceh, 13.
Partai Aceh
Daerah pemilihan Pemilihan Umum Anggota DPR adalah provinsi
atau gabungan kabupaten/kota dalam 1 provinsi, dengan total 77
daerah pemilihan. Jumlah kursi untuk setiap daerah pemilihan
berkisar antara 3-10 kursi. Penentuan besarnya daerah pemilihan
disesuaikan dengan jumlah penduduk di daerah tersebut.

BAB III
PENUTUP

17

A. KESIMPULAN
Pada dasarnya jika suatu negara ingin menyatakan diri sebagai
negara demokrasi Pancasila melaksanakan pemilihan umum
untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam negara. Tetapi WNI
yang belum memenuhi syarat untuk dipilih / memilih dalam
pemilu harus memperdalam pengetahuan tentang pemilu dan
bermoral

Pancasila.

Sebab

dengan

hal

itu

berarti

telah

berpartisipasi secara tidak langsung dalam pelaksanaan menuju


negara demokrasi.
B. SARAN
Sebagai WNI yang bermoral Pancasila hendaknya kita ikut andil
dalam pelaksanaan pemilu sesuai yang telah diamanatkan pasal
28 UUD 1945. jika kita telah memenuhi syarat maka gunakanlah
hak itu dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA
-

Abubakar, H Suardi, drs, dkk. 2004. Kewarganegaraan

Menuju Masyarakat Madani. Jakarta : Yudhistira


Purwanto, Drs. 2006. GLADI

PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN. Klaten : Gading Kencana.


Turmudi, Spd. 2004. TELADAN PPKN. Mojokerto : CV. SIN

18

Anda mungkin juga menyukai