Proposal Fix Print
Proposal Fix Print
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai
negara berkembang termasuk Indonesia. Indisen pneumonia pada anak <5
tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara
berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari
5 juta kematian pertahun pada anak balita di negara yang berkembang (IDAI,
2009)
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu
saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami
sakit ringan (MENKES RI, 2013)
Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan
status imunisasi yang belum lengkap. Anak yang belum mendapatkan
imunisasi lebih rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang berhubungan
dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT,
campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus (Monita, 2015). Pada
penelitian terdahulu (Anonim, 2009) mengemukakan bahwa dengan
imunisasi campak yang efektif sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat
dicegah dan dengan imunisasi pertusis (DPT) 6% kematian pneumonia dapat
dicegah (Sukmawati, 2010)
Pneumonia membunuh anak lebih banyak daripada penyakit apapun,
mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh lebih dari 2 juta
anak-balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang.
(Buletin Jendela Epidemiologi, 2010). Pneumonia membunuh kira-kira
935.000 anak di bawah usia lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15%
dari seluruh kematian anak di bawah usia lima tahun (WHO, 2014)
Kejadian pneumonia di Indonesia pada tahun 2014 tercatat sebanyak
657.490 kasus. Sulawesi Tengah menduduki peringkat ke-14 dari seluruh
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak
terhadap kejadian pneumonia pada usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas
Sangurara kota Palu tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui tingkat kejadian pneumonia pada usia 10 bulan-5
tahun di puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
seperti :
1. Aspek Pendidikan (keilmuan)
Penelitian ini diharapkan
dapat
menjadi
sarana
guna
E. Keaslian Penelitian
Keaslian dari penelitian yang penulis lakukan ini dapat diketahui dari
beberapa penelitian yang serupa dengan yang penulis lakukan yaitu :
1. Ida Hariyanti (2010) meneliti tentang Hubungan imunisasi campak
dengan kejadian pneumonia pada balita di rumah sakit Pondok Kopi
Jakarta tahun 2010. Penelitian ini menggunakan desain case control
study. Kasus adalah balita usia 12-59 bulan yang menderita pneumonia.
kontrol adalah balita usia 12-59 bulan yang tidak menderita pneumonia.
Dalam penelitian ini sampel sebanyak 220 (kasus 110 dan control 110).
Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat, dan multivariate dengan
uji regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara imunisasi campak dengan pneumonia pada balita. Anak yang tidak
diimunisasi campak berisiko 2,06 kali untuk menderita pneumonia
dibandingkan anak yang mendapatkan imunisasi saat bayi. Setelah
dikontrol pendidikan dan ASI exclusive. Pada pengukuran dampak
dihasilkan bahwa anak yang diimunisasi campak dapat mencegah
pneumonia sebesar 51,456%. Selanjutnya upaya untuk melindungi anak
dari penyakit pneumonia adalah dengan memberikan imunisasi campak
saat usia 9 bulan dan anak diberikan ASI exclusive.
2. Siska Tambunan (2013) meneliti tentang Faktor-faktor risiko kajadian
pneumonia pada balita di wilayah kerja puskesmas Kedungmundu kota
Semarang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
desain case control study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat
status gizi balita (p value = 0,008; OR = 10, 846), riwayat pemberian ASI
(p value = 0,002; OR = 3,769), riwayat pemberian Vitamin A (p value =
0,002; OR = 8,543) dan riwayat status imunisasi (p value = 0,009; OR =
3,839) berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita, sedangkan
umur balita (p value = 0,414), jenis kelamin balita (p value = 0,533) dan
riwayat berat badan lahir balita (p value = 0,061) tidak berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita.
3. Susi Hartati (2011) meneliti tentang Analisis faktor resiko yang
berhubungan dengan kajadian pneumonia pada balita di RSUD Pasar Rebo
Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross
sectional. Hasil penelitian didapatkan bahwa balita yang mendapat
imunisasi campak lebih banyak yaitu 82 balita (59,4%) sedangkan balita
yang tidak mendapatkan imunisasi campak sebanyak 56 balita (40,6%).
Balita yamg tidak mendapatkan imunisasi campak mempunyai peluang
mengalami pneumonia sebanyak 32,1 kali dibanding dengan balita yang
mendapat imunisasi campak dah hasil uji statistik menunjukkan ada
hubungan antara riwayat pemberian imunisasi campak pada balita dengan
kejadian pneumonia (p value=0,002 ; -0,05) dan balita yang mendapat
imunisasi DPT lengkap sebanyak 102 (73,9%) lebih banyak yang tidak
mendapat imunisasi DPT lengkap yaitu sebanyak 36 (26,1%). Balita yang
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pneumonia
a. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan interstitial (IDAI, 2009). Pneumonia adalah
peradangan yang mengenai parenkim paru, yang disebabkan oleh
mikroorganisme,
aspirasi
dari
cairan
lambung,
benda
asing,
b. Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia
lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian
anak di bawah usia lima tahun (WHO, 2014). 70 % kasus pneumonia
terjadi di sub - Sahara Afrika dan Asia Tenggara (WHO,2008). Menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, di Indonesia terjadi
kecenderungan yang meningkat untuk periode prevalence pneumonia
semua umur dari 2,1 persen pada tahun 2007 menjadi 2,7 persen pada
tahun 2013. Lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi
pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur,
Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan
(Riskesdas, 2010)
c. Etiologi Pneumonia
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan sangat
penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama
pada spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan.
Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil
berbeda dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonian pada
neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri
Gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp. Pada
bayi yang lebih besar dan anak balita, pneomonia sering disebabkan
oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe
B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar
dan remaja, selai bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi
Mycoplasma pneumoniae (Rahajoe, 2013)
Di negara maju, pneumonia pada anak terutama disebabkan
karena infeksi virus, disamping bakteri, atau campuran bakteri dan
virus. Pada penelitian ditemukan etiologi virus sebanyak 32%,
campuran bakteri dan virus 30%, dan bakteri saja 22%. Virus terbanyak
ditemukan adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan
virus Parainfluenza. Bakteri terbanyak ditemukan ialah Streptococcus
pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B, dan Mycoplasma
6
d. Klasifikasi Pneumonia
Tabel 2.1. Klasifikasi Klinis Pneumonia pada balita menurut
kelompok umur.
Kelompo
k Umur
Kriteria Pneumonia
Pneumonia
Gejala Klinis
1.Tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah ke
dalam
2.Tidak ada napas cepat :
- Kurang dari 50 x/menit
pada anak umur 2 - <12
bulan
- Kurang dari 40 x/menit
pada anak umur 12 bln
-<5thn
1.Tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah ke
dalam (TDDK).
2.Adanya napas cepat:
- 50 x/menit atau lebih
pada anak umur 2 - <12
bulan
- 40 x/menit atau lebih
pada umur 12 bulan - <5
tahun
Pneumonia Berat
<2 bulan
Batuk Bukan
Pneumonia
Departemen
Kesehatan
RI
(Ditjen
e. Patogenesis Pneumonia
Pada umumnya mikroorganisme penyebab pneumonia terhisap
ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi
edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitar. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit,
cairan edema, dan ditemukan kuman di alveoli. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin
bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan gterjadi
fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut hepatisasi kelabu.
Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang.
8
leukositosis
yang
Leukopenia
berkisar
(<5.000/mm3)
antara
15.000-
menunjukkan
2013)
Uji serologis
Uji serologis untuk mendeteksi antigen dan antibodi
pada infeksi bakteri tipik mempunyai sensitivitas dan spesifitas
III.
V.
toksis,
distres
pernapasan,
tidak
mau
10
merupakan
komponen
strategis
11
calmette
guerin)
merupakan
terjadinya
penyakit
poliomyelitis
yang
dapat
Imunisasi
DPT
dan
Campak
terhadap
Kejadian
Pneumonia
14
15
B. Kerangka Teori
Imunisasi
Campak
DPT
Polio
BCG
Hepatitis B
Pneumonia
Faktor Resiko
1. Berat badan lahir rendah (BBLR)
2. Tidak mendapat ASI yang adekuat
3. Malnutrisi
16
Variabel bebas
Variabel terikat
Pneumonia
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis
17
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian
menggunakan
Cross
sectional
yang
analitik
dengan
dilakukan
dengan
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien balita yang
berkunjung ke puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.
Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yang
didasarkan atas pertimbangan tertentu
18
Kriteria Inklusi :
a) Anak usia 10 bulan-5 tahun
b) Pernah berkunjung ke puskesmas Sangurara
c) Terdiagnosis pneumonia
Kriteria Eksklusi :
a) Pasien dengan data rekam medis tidak lengkap
b) Anak dengan riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
D. Sampel Minimal
Dalam menentukan besar sampel digunakan rumus Slovin yaitu sebagai
berikut :
d
1+ N
N
n=
0.1
1+4.855
4.855
n=
n=
4.855
49,55
n= 98
Jumlah sampel minimal yang diambil sebanyak responden. Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kesalahan/ketepatan yang digunakan 0.10 (10%)
E. Identifikasi variabel
A. Variabel bebas
B. Variabel terikat
19
No
Variabel
Pemberian Pasien
imusisasi
telah
DPT
Cara ukur
Operasional
yang
dan memperoleh
campak
imunisasi
DPT
dan campak
2
Penyakit
Pasien
usia
Hasil ukur
Skala
1. Memperoleh Nominal
imunisasi
DPT dan
campak
2. Tidak
memperoleh
munisasi DPT
dan campak
Nominal
dokter
menderitaPneum
onia
(napas
cepat,
sulit
bernapas,
demam,
dan
batuk)
yang
datang
ke
puskesmas
Sangurara
kota
Palu
20
G. Alur Penelitian
Anak usia 10 bulan-5 tahun yang pernah berkunjung atau berobat ke
puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015
Pengumpulan data
Imunisasi
DPT dan
campak
tidak
lengkap,
sakit
pneumonia
Imunisasi
DPT dan
campak
tidak
lengkap,
tidak sakit
pneumonia
Imunisasi
DPT dan
campak
lengkap,
sakit
pneumonia
Imunisasi
DPT dan
campak
lengkap,
tidak sakit
pneumonia
21
2) Penandaan (Coding)
Masing masing data akan diberikan kode sesuai dengan yang telah
ditetapkan sebelumnya agar memudahkan pengolahannya.
3) Pemindahan data ke computer (entry)
Data yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam program
dan akan diolah menggunakan computer.
4) Tabulating
Menyusun seluruh data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel. Dimana
data yang memiliki kriteria yang sama dikelompokkan dengan teliti dan
teratur sebelum dimasukkan ke dalam tabel.
I. Analisis Data
Data diolah dengan alat bantu perangkat komputer softwareStatistical
Package for the Social Science (SPSS) for windows. Untuk analisis data
digunakan analisis data univariat dan analisis data bivariat.
1 Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk memberikan gambaran umum terhadap
data hasil penelitian dalam bentuk tabel frekuensi dan pesentase dari tiap
2
digunakan
adalah
fh
uji
Kai
Kuadrat
(Chi
Square),
yaitu
fh
Keterangan :
2
Kai Kuadrat
22
fO
Frekuensi hasil observasi dari sampel penelitian
fh
Frekuensi yang diharapkan pada populasi penelitian
J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi dengan mengajukan :
1. Permohonan izin penelitian dan pengambilan data dengan surat pengantar
dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
kepada instansi tempat penelitian dilaksanakan. Setelah mendapat
persetujuan tersebut, barulah dilakukannya penelitian dimulai dengan
pengambilan data - data yang diperlukan.
2. Pengambilan sampel dilakukan dengan meminta persetujuan kepala
puskesmas Sangurara kota Palu.
23
DAFTAR PUSTAKA
Dari
(http://www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/AGUSSALIM-dou-1-
agussalim.pdf)
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta
DepKes. 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi, Edisi ke-7. Jakarta
Dinkes Sulteng. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sulteng. Dinas Kesehatan
Daerah UPT Surveilans. Data dan Informasi Provinsi Sulawesi Tengah
Dinkes Kota Palu. 2015. Profil Kesehatan Kota Palu. Dinas Kesehatan Kota Palu.
Palu
Ditjen P2PL.Depkes RI. 2012.Modul Tatalaksana Standar Pneumonia. Diakses
pada
19
Mei
2015.
Dari
(http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/FINAL%20DESIGN
%20MODUL%20TATALAKSANA%20STANDAR%20PNEUMONIA
%20(STEMPEL%20BARU)%20rev.pdf)
Hidayat, A, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Salemba
Medika. Surabaya
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2014. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 18
Tahun dan Informasi Vaksin untuk Orang Tua. Satgas Imunisasi IDAI.
24
Diakses
pada
20
Mei
2015.
Dari
(http://idai.or.id/public-
Diakses
pada
14
Mei
2015.
Dari
(http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/92_PMK%20No.%2042%20ttg
%20Penyelenggaraan%20Imunisasi.pdf)
Monita, Osharinanda, dkk. 2015. Profil Pasien Pneumonia Komunitas di Bagian
Anak RSUP DR. M. Djamil Padang Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan
Andalas. Vol. 04, No. 01. pp 220. Diakses pada 20 Agustus 2015. Dari
(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=299944&val=7288&title=Profil%20Pasien%20Pneumonia
%20Komunitas%20di%20Bagian%20Anak%20RSUP%20DR.%20M.
%20Djamil%20Padang%20Sumatera%20Barat)
Notoadmojo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Nursalam. 2003.
25
Rahajoe, Nastiti N, dkk. 2013. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi Pertama. Badan
Penerbit IDAI. Jakarta
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasa. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Sukmawati, dkk. 2010. Hubungan Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL),
Imunisasi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tunikamaseang Kabupaten Maros.
Media Gizi Pangan. Vol. 10, Edisi 2. pp 20. Diakses pada 20 Agustus
2015. Dari (https://jurnalmediagizipangan.files.com/2012/04/3-hubunganstatus-gizi-berat-badan-lahir-bbl-imunisasi-dengan-kejadian-infeksisaluran-pernapasan-akut-ispa-pada-balita-di-wilayah-kerja-puskesmastunikamaseang-kabupaten-maros.pdf)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran. Diakses pada 1 April 2015. Dari (http://www.dinkeskotasemarang.go.id/dokumen/uu_praktik_kedokteran.pdf)
WHO. 2008. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Diakses pada
28
April
2015.
Dari
(http://www.who.int/bulletin/volumes/86/5/07-
048769-ab/en/)
WHO.
2014.
Pneumonia.
Diakses
pada
28
April
2015,
Dari
(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/)
26