Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN

DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT


Yudo Siswo Utomo, Joserizal Serudji
Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr. M. Djamil Padang

ABSTAK
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia seringkali dihadapkan pada situasi yang membutuhkan adaptasi.
Bila adaptasi ini gagal, maka akan timbul stres dan gangguan psikologi. Kondisi tersebut berlaku juga untuk
wanita hamil, dimana mereka dihadapkan dengan faktor stres seperti perubahan fisik, kekhawatiran terhadap
kondisi janin, dan juga kekhawatiran terhadap persalinan yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap
kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya. Sudah diteliti adanya hubungan antara stres dan kecemasan
ibu dengan peningkatan tekanan darah arteri serta penurunan aliran darah uterus yang meningkatkan resiko
tekanan darah tinggi dalam kehamilan termasuk preeklampsia. Sampai saat masih banyak penelitian lain yang
kontroversi tentang ada atau tidaknya hubungan antara stres psikososial dengan preeklampsia, karena itu perlu
diketahui bagaimana preeklampsia dari segi interaksi biopsikososial tersebut

karena saat ini pencegahan

preeklampsia secara primer hanya berfokus pada masalah biologis saja dan tidak terdapat penekanan untuk
menurunkan stres psikologi. Dengan adanya upaya menurunkan tingkat stres selama kehamilan, diharapkan
dapat menurunkan resiko preeklampsia.
Keywords : Kecemasan ; Preeklampsi ; Preeklampsi Berat (PEB); Stress Psikologis ; hypothalamus pituitary
adrenal (HPA) axis

kecemasan menahun akibat represi dan konflik

PENDAHULUAN
Kecemasan atau dalam bahasa Inggris
anxiety berasal dari bahasa latin angustus yang
berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
(Trismiati, 2004)

Kecemasan adalah perasaan yang tidak

menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah.


Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik,
dialami secara subjektif,dipicu oleh ketidaktahuan
yang

didahului

oleh

pengalaman

baru,

dan

dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

yang tak disadari. Adanya stres pencetus dapat


menyebabkan
mekanisme

dialami namun kecemasan tidak boleh dibiarkan


karena lama kelamaan dapat menjadi neurosa
cemas melalui mekanisme yang diawali dengan
kecemasan

akut,

yangberkembang

menjadi

dayatahan

mengatasinya

dan

sehingga

mengakibatkanneurosa cemas.(Maramis, 2005)


Survei di Amerika (1996) melaporkan
bahwa 15 - 33% pasien yang datang berobat ke
dokter non psikiater merupakan pasien dengan
gangguan mental. Darijumlah tersebut minimal
sepertiganya
(Kaplan, et al., 2007)

(Maria, 2000; Kaplan, et al., 2007)

Walaupun merupakan hal yang normal

penurunan
untuk

menderita

gangguan

kecemasan.

Di Indonesiapenelitian yang dilakukan

di Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat


tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas
jumlah

gangguan

seringmuncul

sebagai

kesehatan
gangguan

jiwa

yang

fisik

adalah

28,73% untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.


(Maramis, 2005)

Istilah

kehamilan

mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan,

digunakan untuk menggambarkan suatu spektrum

dan kepuasan atau kesenangan yang wajar.

dari

peningkatan

Walaupun merupakan hal yang normal dialami

tekanan darah ringan atau berat dengan berbagai

namun kecemasa ntidak boleh dibiarkan karena

disfungsi organ. Sebagai batasan, hipertensi dalam

lama

kehamilan adalah setiap onset kenaikan tekanan

cemasmelalui mekanisme yang diawali dengan

darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg

kecemasan

ibu

hipertensi

hamil

yang

dalam

mengalami

yang terjadi dalam kehamilan.

(Roeshadi, 2004; Cunningham, et al.,

kelamaan
akut,

dapat

menjadi

neurosa

yangberkembang

menjadi

kecemasan menahun akibat represi dan konflik


yangtak disadari. Adanya stres pencetus dapat

2010)

The National High Blood Pressure Education

menyebabkan

penurunan

Program/NHBPEP (2000) telah membagi hipertensi

mekanisme

dalam

mengakibatkanneurosa cemas

kehamilan

menjadi;

(1)

hipertensi

untuk

dayatahan

mengatasinya

dan

sehingga

dan

Survei di Amerika (1996) melaporkan bahwa

yang

15 - 33% pasien yang datang berobat ke dokter non

menyertai hipertensi kronik, dan (4) hipertensi

psikiater merupakan pasien dengan gangguan

gestasional,
eklampsia,
kronik.

(2)
(3)

sindrom
sindrom

(Cunningham, et al., 2010)

preeklampsia
preeklampsia

Pada Preeklampsi tekanan

darah sistolik 140 atau tekanan darah diastolik 90

mental. Darijumlah tersebut minimal sepertiganya


menderita gangguan kecemasan. (Kaplan, et al., 2007)
Di Indonesia penelitian yang dilakukan di

mmHg, disertai atau tidak disertai proteinuria atau


terdapat

keabnormalan

dari hasi

laboratorium

Puskesmas Kecamatan Tambora Jakarta Barat


tahun 1984 menunjukkan bahwa di puskesmas

seperti:
-Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali diketahui telah

jumlah

gangguan

seringmuncul

meningkat sebelumnya

sebagai

kesehatan
gangguan

jiwa

yang

fisik

adalah

28,73% untuk dewasa dan 34,39% untuk anak.

-Trombosit < 100.000/mm3

(Maramis, 2005)

-Hemolisis mikroangiopatik

Ada beberapa teori mengenai penyebab

-Peningkatan ALT/AST
-Nyeri kepala menetap atau gangguan serebrum

kecemasan, namun secara garis besar dapat dibagi


menjadi 2, yaitu teori psikodinamika dan teori

atau penglihatan lainnya


-Nyeri epigastrium menetap

biologis. Teori psikologis terdiri dari 3 bidang utama,

-Pertumbuhan Janin Terhambat

yaitu: teori psikoanalitik, teori perilaku, dan teori

-Edema paru disertai sianosis

eksistensi. Sedangkan teori biologis terdiri dari:

Di Indonesia angka kejadian preeklampsia


berkisar antara 3-10%.

(Roeshadi, 2004)

Penelitian tahun

2002 di RSUP. Dr. M. Djamil Padang, angka


kejadian preeklampsia 5,5% dan eklampsia 0,88%.
Dari 5,5% preeklampsia berat, 65% terjadi pada
kehamilan aterm.

(Madi, et al., 2003)

dalam

dan

kecemasan

sumbernya

sebagian

dan pencitraan otak.(Kaplan, et al., 2007)


Gejala klinis pada gangguan cemas bervariasi,
secara umum, dapat dibagi menjadi gejala somatik
dan psikologis.(Haskett, 2011)
1.

Kecemasan
Penyebab

susunan saraf otonom, neurotransmitter, genetika,

berasal

dari

besar

tidak

diketahui , sedangkan ketakutan merupakan respon


emosional terhadap ancaman atau bahaya yang
sumbernya biasanya dari luar yang dihadapi secara
sadar.Kecemasan dianggap patologis bilamana

Gejala somatik

Keringat berlebih.

Ketegangan pada otot skelet: sakit


kepala,

kontraksi

pada

bagian

belakang leher atau dada, suara

bergetar, nyeri punggung.


Sindrom hiperventilasi: sesak nafas,
pusing, parestesi.

Gangguan
abdomen,

fungsi
tidak

gastrointestinal:

nafsumakan,

mual,

nyeri

konstipasi.
Iritabilitas kardiovaskuler: hipertensi, takikardi.
Disfungsi genitourinaria: sering buang air kecil,
sakit saatberkemih, impoten, sakit pelvis pada
wanita, kehilangan nafsuseksual.
Nama
Generik

Nama
Dagang

Sediaan

Diazepam

Diazepin
Lovium
Stesolid

Tab. 2-5
mg
Tab. 2-5
mg
Tab. 2-5
mg
Amp.
10mg/2cc
Drg. 5-10
mg
Tab. 5 mg
Tab. 0,5-12 mg
Tab. 1 mg
Tab. 10 mg

2
.

Chlordiazepo
xide

Cetabriu
m
Arsitran
Ativan
Renaquil

3
.

Lorazepam

4
.
5
.

Clobazam

Frisium

Alprazolam

Xanax
Alganax

6
.
7
.
8
.

Sulpiride
Buspirone

Dogmati
l
Buspar

Hydroxyzine

Iterax

tidak

akan

menyembuhkan

gangguan kecemasan, tetapi bisa membuat


orang yang mengkonsumsi obat psikoterapi
tersebut

terkontrol.

Obat

untuk

gangguan

digunakan

utama

yang

kecemasan

adalah antidepresan, obat anti-ansietas, dan

Tabel Sediaan Obat Anti-Ansietas dan Dosis Anjuran (Maslim, 2007)


N
o
.
1
.

Obat

diare,

Dosis
Anjuran

Tab. 0,250,5 mg
Tab. 0,250,5 mg
Cap. 50 mg
Tab. 10 mg
Caplet 25
mg

10-30
mg/h

beta-blocker untuk mengendalikan beberapa


gejala fisik. Dengan perawatan yang tepat,
banyak orang dengan gangguan kecemasan
dapat hidup secara normal.(Haskett, 2011)
Antidepresan yang baru, venlafaksin XR,
tampaknya

cukup

efektif

aman

pengobatan

2-3 x 1
mg/h

sehari atau 10 mg sebelum tidur untuk jangka

100-200
mg/h
15-30
mg/h
3x25
mg/h

cemas.

untuk

15-30
mg/h

2-3 x 1m
mg/h
0,751,50
mg/h

gangguan

dan

Benzodiazepin

dapat diberikan dengan dosis 5 mg per oral, 3-4 kali


pendek(beberapa minggu hingga beberapa bulan).
Pemberian buspiron dapat dipertimbangkan untuk
pengobatan awal atau untuk pengobatan kronis
(20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu
yang

telah

terbiasa

dengan

akan

merasakan

benzodiazepin
efektivitas

buspiron.

Anti

efek

cepat

kurangnya

depresan

trisiklik,

(Serotonin Selective Reuptake Inhibitor) SSRI, dan


2.

Gejala psikologis
Gangguan mood:

sensitif

sekali,

cepat

marah, mudah sedih.


Kesulitan tidur: insomnia, mimpi buruk,

mimpi yan berulangulang.


Kelelahan, mudah capek.
Kehilangan motivasi dan minat.
Perasaan-perasaan yang tidak nyata.
Sangat sensitif terhadap suara: merasa tak
tahan

terhadap

terhadap

sebelumnya biasa saja.


Berpikiran
kosong,

berkonsentrasi, mudah lupa.


Kikuk, canggung, koordinasi buruk.
Tidak bisa membuat keputusan: tidak bisa

tidak

mampu

pasien-pasien

yang

disertai

dengan

depresi. Sedangkan pasien dengan gejala otonomik


akan membaik dengan -blocker (misal, propanolol
80-160 mg/hari). (Maslim, 2007)

Preeklampsi

suara-suarayang

(Monoamine Oxidase Inhibitor) MAOI bermanfaat

Angka kejadian preeklampsia sangat


bervariasi antara satu negara dengan negara lain.
Insidensinya berkisar antara 5-10% dari seluruh
kehamilan

dan

menyebabkan

3-25

kali

lipat

peningkatan risiko komplikasi obstetrik yang berat.

menentukan pilihanbahkan untuk hal-hal

Preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab

kecil.
Gelisah, resah, tidak bisa diam.
Kehilangan kepercayaan diri.
Kecenderungan untuk melakukan segala

dari 30-40% kematian perinatal di Indonesia.(Roeshadi,

sesuatu berulang-ulang.

Keraguan
dan

theory,

ketakutan

yang

mengganggu.
Terus menerus memeriksa segala
sesuatu yang telah dilakukan.

2004; Cunningham, et al., 2010)

Preeklampsia disebut juga disease of


etiologi

dan

patogenesis

berkembang dari: (Cunningham, et al., 2010)

Terpapar vili khorialis pertama kali,

bisa

Paparan vili khorialis dalam jumlah besar seperti


pada mola hidatidosa dan kehamilan kembar,

Mempunyai

penyakit

kardiovaskuler

dan

penyakit ginjal sebelumnya,

Etiologi preeklampsia masih belum pasti

Secara genetik, mempunyai risiko terjadinya

walaupun

preeklampsia.

telah

banyak

penelitian

dilakukan.

Namun, wanita dengan kondisi khusus, termasuk


Tabel. Faktor Risiko Prekonsepsi Untuk Preeklampsi
(Eruo, et al., 2007)

Etiologi eklampsia bersifat heterogen. Evidence


based terbaru menyebutkan bahwa penyebab yang
mendasari
timbulnya

timbulnya

preeklampsi

disfungsi

endotel

eklampsi
sehingga

bermanifestasi klinik menjadi hipertensi, proteinuria


dan edema. patofisiologi yang mendasari kejadian
preeklampsia diantaranya yakni kegagalan invasi
trofoblas,

disfungsi

plasenta

dan

endotel,

maladaptasi imun pada antigen paternal, dan


respons inflamasi sistemik

yang berlebihan dari

tubuh. Disebutkan juga faktor genetik, nutrisi dan


faktor psikologi berperan penting dalam etiologi
preeklampsia. (Chiong, et al., 2008)

Peran Kecemasan Pada Preeklampsia

nuliparitas,

riwayat

preeklampsia pada

wanita

tersebut maupun keluarganya, peningkatan indeks


massa tubuh (IMT), kehamilan ganda, usia tua,
hipertensi

kronis,

diabetes

melitus,

penyakit

jaringan ikat dan ginjal, stres pekerjaan saat hamil,


gangguan koagulasi, status sosial yang buruk, dan
dislipidemia, merupakan faktor resiko preeklampsia.
(Yu, et al., 2013)

Oleh karena etiologi preeklampsia secara

garis besar belum diketahui, aspek psikologis atau


aspek yang berhubungan dengan sistem saraf juga
harus dipertimbangkan.

(Kurki,

et

al.,

2000)

Pekerjaan

maupun lingkungan rumah dengan tingkat stres


tinggi berhubungan dengan meningkatnya resiko
preeklampsia.

Wanita

hamil

dimana

terdapat

perburukan kondisi preeklampsia memiliki tingkat


stres psikologis yang lebih tinggi dibandingkan
dengan preeklampsia ringan. (Yu, et al., 2013)
Depresi dan kecemasan antenatal telah
dihubungkan dengan luaran kehamilan yang buruk,
baik bagi ibu maupun bayinya karenabeberapa
perubahan

psikologis,

sosial,

dan

menyertai kehamilan dan persalinan.


2013)

fisiologis

(Thiagayson, et al.,

Berdasarkan hal tersebut, konsep stres secara

operasional dapat didefinisikan sebagai mediator


proses psikobiologis, dimana tingkat fisiologis,
biokimia,
perubahan

dan

molekulernya

respon

organik

merupakan
individu

suatu

terhadap

rangsangan dari bermacam-macam lingkungan


sosio-kultural yang dianggap sebagai ancaman.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa tingginya
tingkat stres psikologis dan psikososial akan
bermanifestasi pada aspek biokimia.
2012)

(Salvador-Moysen, et al.,

Kecemasan antenatal memiliki manifestasi yang

bermacam-macam,

seperti:

takut

terhadap

ketidakmampuan dalam menjalani kehamilan, takut


terhadap

nyeri

dan

kehilangan

kendali

saat

persalinan, dan juga takut terhadap keselamatan


diri dan juga bayinya. (Thiagayson, et al., 2013)

Beberapa jalur yang berpotensi menjadi


penyebab

dimana kecemasan memicu luaran

semiallogenik dan mekanisme imunologis harus


berperan

untuk

mencegah

adalah

kecemasan

mekanisme genetik dan imunologis yang terlibat

cenderung untuk berperilaku tidak sehat selama

proses ini selama kehamilan. Mereka menyebutkan

kehamilan, seperti: merokok, meminum alkohol,

bahwa varian gen pengatur imun seperti gen HLA-

atau tidak melakukan kunjungan prenatal, baik itu

G,

adalah usaha untuk mengurangi gejala kecemasan

berhubungan

yang

mengalami

maupun respon terhadap gejala kecemasan itu


sendiri.

Perilaku

tidak

sehat

tersebut

yang

telah

fetus.

Beberapa

wanita

penelitian

penolakan

perinatal yang buruk telah diajukan. Salah satunya

mengkode

preeklampsia.

mengidentifikasi

molekul

dengan

imunosupresor,
berkembangnya

(Vianna, et al., 2011)

akan

meningkatkan resiko luaran perinatal yang buruk.

Stres mengaktifkan poros hipotalamus

Kemungkinan lain adalah tingkat kecemasan yang

hipofisis adrenal / hypothalamus pituitary

tinggi dapat meningkatkan kadar hormon-hormon

adrenal (HPA) axis, dimana akan meningkatkan

stres. Perubahan fungsi imunologis sebagai hasil

kadar kortikosteroid dan katekolamin. Stres juga

dari kecemasan juga dapat meningkatkan resiko

mengaktifkan

kerentanan seorang wanita terhadap preeklampsia

mempengaruhi sistem imun. Poros HPA merupakan

yang

sistem stres primer pada manusia dan mengatur

dimodulasi

persalinan

oleh

preterm.

imun

(Littleton,

et

dan
al.,

terjadinya

2007)

Selama

kehamilan, sistem imun maternal berhadapan

pelepasan

sistem

saraf

glukokortikoid

simpatis

seperti

dan

kortisol.

Sedangkan sistem

dengan sebuah dilema dimana harus menjaga

simpatetik adrenal medula (SAM)

keseimbangan antara toleransi terhadap adanya

merupakan pengatur reaktivitas stres sekunder

fetus

pada

dan

rangsang

juga

merespon

terhadap

adanya

antigen

lain.

Faktor-faktor

manusia

dan

mengatur

pelepasan

yang

katekolamin norepinefrin (NE) dan epinefrin (E).

berpengaruh pada sistem imun dapat mengganggu

Selama kehamilan, kadar katekolamin mengalami

keseimbangan

maladaptasi

peningkatan pada wanita dengan stres pekerjaan.

imunologis berupa kurang adekuatnya toleransi

Pemeriksaan kadar epinefrin dan norepinefrin saat

imun maternal terhadap semiallogenik/fetus yang

hamil tidaklah lazim dilakukan oleh karena harus

mengekspresikan

memicu

diperiksa dalam plasma darah dan waktu paruhnya

perkembangan preeklampsia. Pada kondisi ini,

hanya 2 menit dalam sirkulasi darah. Aktivitas

tersebut.

Diduga

antigen

bawaan,

sistem SAM dapat diperiksa secara tidak langsung


Gambar Adaptasi Fisiologi Basal selama

dengan cara mengukur perubahan tekanan darah

Kehamilan (Christian, 2012)

dan nadi.

(Urech,

et

al.,

corticotrophin-releasing

2010)

Peningkatan kadar

hormone

(CRH)

dan

peningkatan aktivitas simpatis telah diobservasi


pada wanita dengan preeklampsia dan hipertensi
gestasional. (Vollebregt, et al., 2008; Yu, et al., 2013)
Glukokortikoid

yang

diproduksi

dalam

korteks adrenal sebagai respon sinyal dari poros


HPA dapat mempengaruhi beberapa fungsi selular
selama kehamilan. Telah terdapat bukti bahwa
kondisi stres kronis membuat komponen-komponen
imunitas seluler menjadi tumpul, meningkatkan
morbiditas dan mortalitas individu tersebut dalam
kondisi tertentu. Diduga bahwa paparan terhadap
fetus

dapat

dibandingkan

dengan

cangkok

kadar

kortisol

maternal

yang

tinggi

selama

kehidupan

intrauterin

dapat

memberikan

konsekuensi terhadap sistem imun janin.


2011)

Kortisol

disekresikan

oleh

(Vianna, et al.,

kelenjar

berlaku untuk wanita hamil maupun yang tidak


hamil,

walaupun

terjadi

beberapa

perubahan

adrenal

selama kehamilan. Mulai dari usia kehamilan 8 10

sebagai respon terhadap stres yang terdapat pada

minggu, CRH juga diproduksi oleh plasenta.

lingkungan, dan merupakan penanda / marker

Hormon CRH plasenta (pCRH) memiliki aktivitas

(Urizar, et al., 2011)

utama respon stres biologis.

biologis yang sama dengan CRH hipotalamus dan

(a) Kondisi distres psikologi mempengaruhi wanita

disekresikan ke kompartemen maternal maupun

hamil dan menyebabkan aktivasi poros HPA melalui

fetal.

Adrenocorticotropic

yang

menstimulasi sintesis dan sekresi pCRH, yang

menyebabkan peningkatan kadar glukokortikoid

bekerja berlawanan dengan efek inhibisi kortisol

(kortisol) oleh adrenal. (b) Kadar kortisol maternal

pada sel pembentuk CRH di hipothalamus. Pada

yang tinggi dapat menurunkan sensitivitas limfosit

ibu, pCRH diinaktivasi oleh protein pengikat CRH /

terhadap glukokortikoid melalui ikatan dengan

CRH binding protein (CRH-BP) sehingga tetap

reseptor glukokortikoid / glucocorticoids receptors

dalam jumlahnya tidak berlebihan, kecuali pada 2

(GR). (c) Perubahan ini dapat diamati pada in vitro

4 minggu terakhir kehamilan. Pada periode ini,

dimana glukokortikoid mensupresi proliferasi sel-T.

terdapat peningkatan pCRH bebas secara cepat.

Terlebih lagi, resistensi steroid yang didapat ini

Perubahan yang terjadi tersebut merupakan hasil

berhubungan dengan pelepasan sitokinsitokin pro-

dari perubahan regulasi umpan balik negatif dari

inflamasi (TNF-, IL-1, dan IL-6) secara berlebihan.

poros HPA maternal menjadi umpan balik positif

(d) Perubahan ini berpartisipasi pada jalur inflamasi

melalui

yang

perkembangan

kehamilan, konsentrasi CRH, ACTH, dan kortisol

hipertensi, disfungsi endotel, dan konsekuensinya

dalam darah meningkat secara perlahan. Namun

adalah

(e)

beberapa minggu sebelum parturisi, konsentrasi

Preeklampsia, sebaliknya, menginduksi perubahan

hormon-hormon tersebut meningkat pesat. Pada

psikologi, membuat stres dan kecemasan makin

kondisi kehamilan abnormal (preeklampsia, partus

memburuk selama kehamilan.

prematurus iminen, stres maternal), perubahan

diketahui

Hormone

terlibat

(ACTH)

dalam

perkembangan

preeklampsia.

Terlebih

efek

lagi,

dari

diketahui

produksi

bahwa

pCRH.

kortisol

Selama

tersebut terjadi pada usia kehamilan yang lebih


CRH

diproduksi

dan

disekresi

oleh

hipothalamus. Hormon ini memiliki peran sentral

Gambar Interaksi Psikoneuroimun Kecemasan


dalam Kehamilan (Vianna, et al., 2011)
muda, mulai dari usia kehamilan 18 20 minggu.
(Mulder, et al., 2002)

Kortisol memberikan efeknya pada sistem


imun melalui ikatan pada reseptor glukokortikoid
intraseluler.
diinduksi

Peningkatan

adanya

stres

kadar

kortisol

yang

dapat

menyebabkan

bermacam-macam perubahan imunologis. Pada


kehamilan
peningkatan

dengan
kadar

preeklampsia,
kortisol

plasenta

terdapat
yang

dalam poros HPA dan terlibat dalam respon

disebabkan oleh berkurangnya aktivitas enzim 11-

fisiologis

terhadap

beta-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 2 (11-beta-

produksi

dan

stres.

sekresi

CRH

hipofisis.

HSD2) yang mengubah kortisol menjadi kortison.

Selanjutnya, ACTH merangsang produksi dan

Tingginya aktivitas glukokortikoid yang ditandai oleh

sekresi kortisol oleh korteks adrenal. Regulasi

peningkatan kadar kortisol dalam sirkulasi dapat

hormon-hormon

melalui

menyebabkan resistensi insulin yang berhubungan

mekanisme umpan balik negatif. Poros tersebut

erat dengan hipertensi dan disfungsi endotel,

tersebut

ACTH

menstimulasi
oleh

didapatkan

abnormalitas yang khas pada preeklampsia.

(Vianna, et

al., 2011)

et al., 2013)

pada
Faktor psikiatrik juga berhubungan dengan

hipertensi,

oleh

sebab

itu

beberapa

Sejalan dengan Schobel dkk, penelitian

hewan

percobaan

mendukung

hipotesis

bahwa stimulasi yang berlebihan pada sistem saraf

peneliti

dapat berkontribusi pada gangguan hipertensi

berpendapat mungkin terdapat pula hubungannya

dalam kehamilan. Hal ini terlihat pada tikus hamil

(Kharaghani,

dengan preeklampsia.

et

al.,

2012)

Aktivitas

yang terpapar stres selama 2 minggu memiliki

sistem saraf simpatis pada wanita preeklampsia

gejala-gejala yang mirip dengan preeklampsia.

dibandingkan

(Christian, 2012)

mengalami

dengan
peningkatan

wanita

normotensi

melalui

peningkatan

aktivitas vasokonstriktor simpatis. Wanita dengan


tingkat stres tinggi selama kehamilan mengalami

Kesimpulan
-Kecemasan

adalah

perasaan

khawatir

dan

menyenangkan,

dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak

gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang

mengalami stres. Hal ini berpotensi secara klinis,

spesifik, dialami secara subjektif, dipicu oleh

dimana

dan

ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman

antiinflamasi

baru, dan dikomunikasikan dalam hubungan

penurunan

sitokin

jumlah

pro-inflamasi

sitokin

berhubungan dengan kejadian preeklampsia.(Yu, et al.,

enak,

tidak

peningkatan sitokin pro-inflamasi dalam sirkulasi

peningkatan

tidak

yang

interpersonal.
-Penyebab kecemasan secara garis besar dapat

2013)

Gambar Efek Stres Maternal pada Sirkulasi Darah


Uteroplasenta dan Regulasi Hormonal
pada Ibu, Plasenta, dan Janin selama

dibagi menjadi 2, yaitu psikodinamika dan


biologis.
-Kecemasan mengaktifkan poros hipotalamus
hipofisis adrenal / hypothalamus pituitary

Kehamilan (Mulder, et al., 2002)

adrenal (HPA) axis, dimana akan meningkatkan


kadar kortikosteroid dan memodifikasi sistem
imun

yang

dapat

memicu

terjadinya

preeklampsia.
-Kecemasan mengaktifkan sistem saraf simpatis
yang berkontribusi pada peningkatan tekanan
darah dan peningkatan resistensi arteri uterina
selama

kehamilan,

merupakan

dimana

abnormalitas

yang

hal

tersebut

khas

pada

preeklampsia.

DAFTAR PUSTAKA
Keterangan : Garis lurus menandakan pengaruhnya
berupa aktivasi; Garis putus-putus menandakan
pengaruhnya berupa inhibisi, termasuk umpan balik
negatif.
Vasokonstriksi

pada

preeklampsia

berkembang pada awal kehamilan. Oleh karena itu,


peningkatan

resistensi

arteri

uterina

pada

kecemasan maternal dapat menjadi penyebab


preeklampsia.

(Kurki, et al., 2000; Shamsi, et al., 2010; Monk, et al., 2012; Yu,

Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas. Yogyakarta :


Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia, 2007.
Anniverno, Roberta, et al. 2013. Anxiety Disorders
in Pregnancy and the Postpartum Period.
New Insights into Anxiety Disorders. s.l. :
InTech, 2013, 11, hal. 259-285.
Atkinson, R. L. 1993. Pengantar Psikologi. Jakarta :
Airlangga, 1993, hal. 43-52.
Chiong, Jun R., et al. 2008. Secondary
hypertension: Current diagnosis and
treatment.
International
Journal
of
Cardiology. Loma Linda : Elsevier, Ltd.,
2008, Vol. 124, hal. 6-21.

Christian, Lisa M. 2012. Physiological Reactivity to


Psychological Stress in Human Pregnancy:
Current Knowledge and Future Directions.
Progress in Neurobiology. Colombus :
National Center for Research Resources
or the National Institutes of Health, 2012,
hal. 3-45.
Cunningham, F G, et al. 2010. Pregnancy
Hypertension. Williams Obstetrics. 23rd
Edition. New York : The McGraw-Hill
Companies, 2010, Section VII, Chapter 34.
Eldido. 2008. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan
Penanganannya. Jakarta : EGC, 2008.
Eruo, FU dan Sibai, BM. 2007. Hipertensive
Diseases in Pregnancy. [pengar. buku]
Hobbins JC Reece EA. Clinical Obstetrics
The Fetus and Mother 3rd Edition.
Massachusetts, USA : Blackwell Publising
Ltd, 2007, hal. 683-699.
Gail, Stuart W. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC, 2002, hal. 144.
Graham, John R. 1990. MMPI-2 Assessing
Personality And Psychopatology. New
York : Oxford University Press, 1990, hal.
23-25.
Hamad, Rangeen. 2010. Cardiovascular Function
and
Biomarkers
in
Women
with
Preeclampsia. 2010.
Haskett, Roger F. 2011. Psychiatric Illness. [pengar.
buku] David K. James, et al. High risk
pregnancy: Management options. 4th.
Nottingham : Saunders, 2011, 55, hal. 9971009.
Kaplan, H. I. dan Saddock, B. J. 2007. Synopsis of
Psychiatry. 10th. s.l. : Lippincott Williams &
Wilkins, 2007, hal. 777-817.
Kaufmann, P, Black, S dan Huppertz, B. 2003.
Endovascular
Trophoblast
Invasion:
Implications for the Pathogenesis of
Intrauterine Growth Retardation and
Preeclampsia. Biology of Reproduction.
2003, Vol. 69, hal. 17.
Kharaghani, Roghleh, Geranmaye, Mehrnaz dan
Janani, Leila. 2012. Preeclampsia and
depression: a casecontrol study in
Tehran. Arch Gynecol Obstet. Shahroud :
Springer-Verlag, 2012.
Kurki, Tapio, Hiilesmaa, Vilho dan Raitasalo, Raimo.
2000. Depression and Anxiety in Early
Pregnancy and Risk for Preeclampsia. The
American College of Obstetricians and
Gynecologists. Helsinki : Elsevier, Inc.,
2000, hal. 487-490.
Lam, C, Lim, KH dan Karumanchi, SA. 2005.
Circulating Angiogenic Factors in the
Pathogenesis
and
Prediction
of
Preeclampsia. 2005, Vol. 46, hal. 1077-85.
Littleton, Heather L., Breitkopf, Carmen Radecki
dan Berenson, Abbey B. 2007. Correlates
of anxiety symptoms during pregnancy and
association with perinatal outcomes: a
meta-analysis. American Journal of
Obstetrics & Gynecology. Huntsville :
Mosby, Inc., 2007, hal. 424-431.
Madi, Jon dan Sulin, Djusar. 2003. Angka Kematian
Pasien Preeklampsia dan Eklampsia di

RS. Dr. M. Djamil Padang tahun 19982002. 2003.


Maramis, W. F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa.
Surabaya : Airlangga University Press,
2005, hal. 38, 107, 252-254.
Maria, Josetta. 2000. Cemas; Normal atau Tidak
Normal. Medan : Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, 2000.
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa.
Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Kedokteran Unika Atmajaya, 2001, hal. 7275.
. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya,
2007, hal. 12-15.
May, Rollo. 2002. Existential Psychology. Theories
of Personality. 5th. s.l. : McGraw-Hill
Companies, 2002, Vol. 5, 18.
Monk, Catherine, et al. 2012. Uterine Blood Flow in
a Psychiatric Population: Impact of
Maternal
Depression,
Anxiety,
and
Psychotropic
Medication.
Biological
Psychiatry. New York : Society of Biological
Psychiatry, 2012, Vol. 72, hal. 483-490.
Mudjaddid, E. 2006. Pemahaman dan Penanganan
Psikosomatik Gangguan Ansietas dan
Depresi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
2nd.
Jakarta :
Pusat
Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2006,
hal. 913.
Mulder, E. J. H., et al. 2002. Prenatal maternal
stress: effects on pregnancy and the
(unborn) child. Early Human Development.
Utrecht : Elsevier, Ltd., 2002, Vol. 70, hal.
3-14.
Roeshadi, R. Haryono. 2004. Hipertensi Dalam
Kehamilan. [pengar. buku] R. Hariadi. Ilmu
Kedokteran
Fetomaternal.
Surabaya :
Himpunan
Kedokteran
Fetomaternal
Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia, 2004, hal. 494-500.
Sadler, TW. 2005. Second Week of Development:
Bilaminar Germ Disc. Langman's Medical
Embriology. 8th Edition. 2005, Chapter 3.
Salvador-Moysen, Jaime, et al. 2012. Salivary
cortisol levels as a predictor of
preeclampsia in adolescents. Colombia
Mdica. Durango : Universidad del Valle,
Facultad de Salud, 2012, Vol. 43.
Shamsi, Uzma, et al. 2010. A multicentre matched
case control study of risk factors for
preeclampsia in healthy women in
Pakistan. BMC Women's Health. Karachi :
BioMed Central Ltd., 2010, Vol. 10, 14, hal.
1-7.
Sibai, Baha M. 2011. Evaluation and management
of severe preeclampsia before 34 weeks
gestation. American Journal of Obstetrics
& Gynecology. Wahington, DC : Mosby,
Inc., 2011, hal. 191-198.
Thiagayson, Pavaani, et al. 2013. Depression and
anxiety
in
Singaporean
high-risk
pregnancies prevalence and screening.

General Hospital Psychiatry. Singapore :


Elsevier, Inc., 2013, Vol. 35, hal. 112-116.
Tomb, D. A. 2000.Buku Saku Psikiatri. 6th. Jakarta :
EGC, 2000. hal. 96-110.
Trismiati. 2004. Perbedaan tingkat kecemasan
antara
pria
dan
wanita
akseptor
kontrasepsi mantap di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. [Online] 2004. [Dikutip: 18
November
2013.]
http://www.psikologi.binadarma.ac.id/jurnal
/jurnal_trismiati.pdf.
Urech, Corinne, et al. 2010. Effects of relaxation on
psychobiological
wellbeing
during
pregnancy: A randomized controlled trial.
Psychoneuroendocrinology.
Basel :
Elsevier, Inc., 2010, Vol. 35, hal. 13481355.
Urizar, Guido G. dan Munoz, Ricardo F. 2011.
Impact of a prenatal cognitive-behavioral
stress management intervention on
salivary cortisol levels in low-income
mothers
and
their
infants.
Psychoneuroendocrinology. Long Beach :
Elsevier, Ltd., 2011, Vol. 36, hal. 14801494.
Vianna, Priscila, Bauer, Moises E. dan Dornfeld,
Dinara. 2011. Distress conditions during

pregnancy may lead to pre-eclampsia by


increasing cortisol levels and altering
lymphocyte sensitivity to glucocorticoids.
Medical Hypotheses. Porto Alegre :
Elsevier, Ltd., 2011, hal. 1-4.
Vollebregt, KC, et al. 2008. Is psychosocial stress in
first ongoing pregnancies associated with
pre-eclampsia
and
gestational
hypertension?
BJOG.
Amsterdam :
Blackwell Publishing, 2008, Vol. 115, hal.
607-615.
Wikstrom, Anna K. 2007. Biochemical and
Epidemiologial Studies of Early-Onset dan
Late-Onset Pre Eclampsia. 2007.
Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. E-Medicine.
[Online] 2008. [Dikutip: 17 November
2013.] www.emedicine.com.
Yu, Yunxian, et al. 2013. The combined association
of psychosocial stress and chronic
hypertension with preeclampsia. American
Journal of Obstetrics & Gynecology.
Hangzhou : Mosby, Inc., 2013, Vol. 209,
438, hal. 1-12.

Anda mungkin juga menyukai