Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1

Perancangan Tata Letak Fasilitas


Salah satu tugas seorang industrial enginering adalah menata letak pabrik dan

menangani perpindahan bahan. Kegiatan menata

tata letak pabrik merupakan

kegiatan yang berhubungan dengan industri manufaktur, yang penggambaran hasil


rancangnya dikenal dengan tata letak pabrik dan tata latak yang baik selalu
melibatkan tata cara perpindahan bahan di pabrik, sehingga kemudian disebut tata
letak pabrik.
Tata letak pabrik secara umum dikategorikan kedalam dua jenis lay out yaitu:
1. Lay-Out Berdasarkan Proses (Lay-Out By Proses)
Tata letak By Proses mempunyai ciri khas pengelempokan prosesproses mesin yang sejenis di dalam satu kelompok kerja atau satu departmen,
jenis lay out ini cocok digunakan untuk industri jenis job order atau pada sebuah
pekerjaan proses yang memiliki karakteristik khusus misalnya proses pegecatan,
proses pengeringan proses pendinginan dan lain-lain.
2. Lay-Out Berdasarkan Produk (lay out by product)
Tata letak ini mempunyai ciri khas pengelompokan /mesin berdasarkan produk
yang di buat jenis tata letak ini biasa di gunakan pada industri yang bersifat
massal production, atau continious flow seperti pada industri kimia, industri
elektronik, pabrik semen dan lain- lain.
Tujuan dari kegiatan rancangan fasiltas sendiri adalah untuk menggambarkan
susunan yang ekonomis dari tempat-tempat kerja yang berkaitan, dimana barangbarang dapat diproduksi secara ekonomis dan efisien.
Untuk mencapai hal tersebut maka tujuan utama cara penata tata letak
haruslah sebagai berikut ;
1. Memudahkan proses manufaktur
3. Memelihara keluwesan susunan dan operasi

II-2

4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi


5. Menekan modal tertanam pada peralatan
6. Menghemat ruang bangun
7. Meningkatkan kinerja karyawan
8. Memberi kemudahan, keselamatan bagi pegawai, dan memberikan
kenyamanan dalam melaksanakan pekerjaan (James M Apple hal 5)
Langkah-langkah yang harus di ambil dalam rancangan sebuah tata letak adalah
sebagai berikut :
1. Peroleh data dasar
2. Analisis data dasar
3. Rancangan proses produksi
4. Rencanakan pola aliran bahan
6. Hitung kebutuhan peralatan
7. Rencanakan tempat kerja mandiri
8. Pilih peralatan barang
9. Koordinir kelompok operasi yang berkaitan
10. Rancang keterkaitan kegiatan
11. Tentukan kebutuhan gudang
12. Rencanakan kegiatan pelayanan dan kegiatan lain
13. Tentukan kebutuhan ruang
14. Alokasikan daerah kegiatan keseluruhan ruangan
15. Pertimbangkan jenis bangunan
16. Bangun tata letak induk
17. Evaluasi, sesuaikan dan periksa tata letak dengan pihak yang sesuai
18. Peroleh persetujuan
19. Dirikan tata letak
20. Tindak lanjuti pelaksanaan tata letak ( James M Apple hal 28)

II-3

2.2

Penyajian Benda Benda Tiga Dimensi


Terdapat tiga macam penyajian meliputi;
1. Gambar Proyeksi
2. Gambar Pandangan Tunggal
3. Proyeksi Ortogonal

2.2.1

Gambar Proyeksi

Cara proyeksi, digunakan untuk menyajikan sebuah benda tiga dimensi pada sebuah
bidang tiga dimensi.Gambar proyeksi ini terdiri dari ;
1

Proyeksi perspektif : sebuah benda dilihat dari titik penglihatan


2 Proyeksi sejajar

: titik penglihatannya berada di tak terhingga, sehingga garis

proyeksi atau garis penglihatan menjadi garis-garis sejajar


3

Proyeksi ortogonal : proyeksi tegak lurus pada bidang proyeksi

Proyeksi miring
2.2.2

: garis proyeksi membuat sudut dengan bidang proyeksi

Gambar Pandangan Tunggal


Gambar pandangan tunggal ini tediri dari;

1. Proyeksi aksonometri :

Gambar Aksonometri

Gambar Isonometri

2. Proyeksi Miring
3. Gambar Persepektif
Gambar Aksonometri
Pada gambar aksonometri, bentuk proyeksinya terdiri dari ;
o

Proyeksi Isometri

Proyeksi Dimetri
Gambar aksonomtri merupakan gambar obyek yang bidang-bidang atau tepitepinya dimiringkan terhadap bidang proyeksi, maka tiga muka dari benda itu
akan terlihat serentak, dan gambar demikian memberikan bentuk benda
seperti sebenarnya.

II-4

Tabel 2.1 Derajat penentuan proyeksi


Cara

Sudut

Skala Pendekatan

Proyeksi

Proyeksi

30
30
15
15

Sb X
82
73

SbY
82
73

Sb Z
82
96

35

35

86

86

71

40
20

10
10

53
64

92
83

92
97

20

15

64

86

92

30

20

72

83

89

35

25

77

85

83

40

15

65

92

86

Isometri
Dimetri

Trimetri

2.3

Fungsi Peramalan
Fungsi peramalan tidak hanya termasuk di dalamnya teknik khusus dan

model, tetapi juga termasuk input dan output dari subjek peramalan [Yamit 1999].
Pengembangan fungsi peramalan dibutuhkan untuk mengidentifikasi output, karena
spesifikasi output dapat menyederhanakan pemilihan model peramalan,tetapi fungsi
peramalan tidaklah lengkap tanpa mempertimbangkan input. Data yang dibutuhkan
untuk peramalan dapat diperoleh dari sumber internal dan ekternal. Sumber ekternal
mungkin menyediakan informasi yang beharga atas

faktor lingkungan. Banyak

model peramalan yang membutuhkan data historis. Jika data historis tidak cukup
memadai dan tidak relevan atau menjadi penghalang, maka terdapat banyak cara
untuk mengatasinya. Semua teknik kuantitatif dalam peramalan bergantung pada
ketersediaan dan ketepatan data historis. Jika permintaan tidak stabil dan sudah lewat
waktu, maka teknik kualitatif mungkin dibutuhkan dan menjadi alternatif pilihan.
Peramalan biasanya meliputi beberapa pertimbangan, berikut ini : [Yamit 1999]
a. Item yang diramalkan
b. Teknik peramalan (kualitatif dan kuantitatif)
c. Satuan (unit, rupiah,dll)
d. Interval waktu (minggu, bulan, tahun, dll)

II-5

e. Komponen peramalan (pola trend, musiman horizon, siklus)


f. Ketepatan peramalan (kesalahan hitung)
g. Perbaikan parameter model peramalan
2.3.1

Metode Metode Peramalan


Secara garis besar metode metode peramalan yang dikembangkan sekarang

dapat diklasifikasikan sebagai berikut; [John E. Biegel, 1992]


1.

Peramalan Kuantitatif, yaitu peramalan yang berdasarkan atas data kuantitatif

pada masa lalu. Penggunaan metode yang berbeda akan menghasilkan peramalan
yang berbeda pula. Yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode metode
tersebut, baik berhasil tidaknya hasilnya suatu ramalannya terhadap data aktual
ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan data
aktualnya. Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi
sebagai berikut:
a.

Adanya informasi tentang keadaan yang lain

b.

Informasi tersebut dapat dikuntifikasikan dalam bentuk data

c.

Dapat diasumsikan bahwa pola yang akan berkelanjutan pada masa yang akan

datang.
2.

Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang lebih banyak berdasarkan pada

estimasi subjectif. Biasanya peramalan jenis ini didasarkan opini para ahli, seperti :
Delphi, S Curva, analogis dan morphological research atau didasakan atas ciri ciri
normative.
2.3.2

Langkah Langkah Peramalan


Pada dasarnya ada tiga langkah peramalan yaitu :
1. Menganalisis data masa lalu
2. Menentukan metoda yang digunakan
3. Memproyeksikan data masa lalu dengan menggunakan metoda yang
digunakan dan memepertimbangkan adanya faktor perubahan.

II-6

2.3.3

Metoda Peramalan Kuantitaif


Metoda peramalan kuntitatif adalah cara memperkirakan secara kuantitatif

apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, berdasarkan berdasarkan data yang
relevan pada masa lalu. Pada dasarnya metoda peramalan kuantitatif ini dibedakan
atas :
1.

Metoda Deret Berkala (time series)


Metoda peramalan ini didasarkan atas analisa pola hubungan antara variable
waktu yang merupakan deret waktu. Langkah langkah penting dalam memilih
suatu metoda time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan pola data
sehingga metoda yang paling tepat dapat diketahui melalui plot data actual
tersebut. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu:

A. Pola Horizon (H) terjadi bilamana data berfluktuasi disekitar nilai rata rata yang
konstan. Deret tersebut stasioner disekitar nilai rata rata yang konstan.

(Sumber : John E. Biegel ., Pengendalian Produksi., Jakarta., 1992)


Gambar 2.1 Gambar Pola Horizontal (H)
B. Pola Musiman (S), terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi faktor musiman seperti
kuartal tahun tertentu, bulanan atau harian pada mingguan tertentu.

II-7

(Sumber : John E. Biegel ., Pengendalian Produksi., Jakarta., 1992)


Gambar 2.2 Gambar Pola Musiman (S)
C. Pola siklus (C) terjadi bila data dipengaruhi fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti
yang berhubungan dengan siklus bisnis.

(Sumber : John E. Biegel ., Pengendalian Produksi., Jakarta., 1992)


Gambar 2.3 Gambar Pola Siklus (C)
D. Pola Trend (T) terjadi bila terjadi kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang.

(Sumber : John E. Biegel ., Pengendalian Produksi., Jakarta., 1992)


Gambar 2.4 Gambar Pola Trend (T)

II-8

2.

Metode Regresi (Model Kausal / Sebab Akibat)


Metode causal dipakai untuk kondisi dimana variable terjadinya item yang

diramalkan diketahui.
2.3.4

Model Model Peramalan


Model Peramalan yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1.

Model Regresi Linier

Metoda ini adalah merupakan prosedur prosedur statistical yang paling banyak
digunakan sebagai metoda peramalan, karena relatif lebih mudah dipahami dan hasil
peramalan dengan metoda ini lebih akurat dalam berbagai situasi. Dalam metoda ini,
pola hubungan antara satu variable yang mengpengaruhinya dapat dinyatakan dengan
suatu garis lurus. Persaman regresi linier dapat dinyatakan sebagai birikut:
F(t) = a + bt

y b x
N

N xy x y
N x2 x2

Dimana :
F(t) = besarnya nilai yang diramal atau variable tidak bebas

2.

= Nilai trend pada periode dasar

= Tingkat perkembangan nilai yang diramal

= Unit tahun yang dihitung dari periode dasar atau variable bebas

Metoda Double Exponential Smoothing


Dasar pemikiran dari meroda ini adalah serupa dengan rata rata bergerak

linier karena kedua nilai perumusan tunggal dan ganda ketingalan dari data yang
sebenarnya bilamana terdapat unsur trend. Perbedaan antara nilai pemulusan tunggal
dan ganda dapat ditambahkan kepada nilai pemulusan tunggal dan disesuaikan untuk
trend. Persamaan yang dipakai dalam implementasi Double Exponential Smoothing
satu parameter dari Brown ditunjukan dibawah ini:

II-9

S ' t aXt 1 a S 't 1


S ' ' t aS ' t 1 a S ' 't 1
Dimana St adalah nilai pemulusan eksponential tunggal dan St adalah nilai
pemulusan eksponential ganda.

at S 't S ' t S "t 2 S "t S "t


bt

a
S ' t S "t
1 a

Ft m at bt m
Dimana m adalah jumlah periode yang diramalkan agar dapat menggunakan rumus

S 't 1
rumus tersebut, nilai

S 't 1
dan

harus tersedia tetapi pada saat t=1, nilai nilai

tersebut tidak tersedia. Jadi nilai nilai ini harus ditentukan pada awal periode.
3. Metoda Double Moving Average
St '

X 1 X 2 ... Xn
n

St = Perhitungan sama dengan St tetapi dihitungnya dari hasil St


at = St (St- St)

bt =

2
( St ' St" )
k 1

Ft = at + bt (m)
e

= Xt Ft

Keterangan :
St = Peramalan untuk periode ke t+ 1
n = Jangka waktu moving average
Ft = Besarnya nilai yang diramalkan Xn

II-10

Xn = Data pada periode n


2.3.5

Kesalahan dalam Peramalan


Hasil peramalan akan mengandung error atau kesalahan. Kesalahan

tersebut harus terukur kesalahan adalah besarnya penyimpangan antara data actual
X(t) dengan hasil peramalan F(t). rumus menghitung error adalah: [Biegel, 1992]
E(t) = X(t) F(t)
Kesalahan dalam peramalan mempengaruhi keputuan melalui dua cara: [Yamit, 1999]
a. Kesalahan dalam memilh teknik peramalan
b. Kesalahan dalam mengevaluasi penggunaan tenik peramalan
2.3.6

Market Potensial
Market Potensial adalah peluang besar yang tersedia dan potensial untuk

dikuasai sebagai tempat untuk memasarkan produk, dengan rumus seratus persen
dikurangi perbandingan atau jumlah produk pesaing terhadap jumlah permintaan
pasar di kalikan jumlah permintaan pasar dikalikan seratus persen.

MP (%) = 100 % -

jumlah Pr odukPesaing
x
JumlahPer min taanPasar

100 %

atau menggunakan rumus :


MP (unit) = peramalan data permintaan jumlah permintaan pesaing
2.3.7

Market Share
Market share adalah kondisi pasar yang menunjukan seberapa besar pasar

yang mungkin untuk memasarkan produk kita.


jumlah Pr odukKita
x
Jumlah Pr odukKita Jumlah Pr odukPesaing

MS (%) = 100 % -

100 %

atau menggunakan rumus :


MS (unit) = % x market potensial
Setiap teknik yang digunakan dalah menguji data hitoris dan satu kesalahan
kecil yang sering dilakukan adalah ketika menseleksi hasil peramalan, ketidaktepatan
(kesalahan) peramalan dapat diukur dengan deviasi dan bias.

II-11

Deviasi mengindikasi tinglat kesalahan peramalan angka mutlak. Bisa


mengindikasi secara langsung kesalahan peramalan dengan menghitung angka rata
rata kesalahan. Adapun beberapa kesalahan peramalan dapat dilihat dibawah ini:
1. Mean Error / Deviation (ME / MD)
n

ME
i 1

ei
n

2. Mean Absolut Error / Deviation (MAE / MAD)


ei

MAD

i 1

3. Mean Square Error Deviation (MSE / MSD)


n

MSE
i 1

ei 2
n

Standar Deviasi Error (SDE)


n

SDE

ei

i 1

n f

2.4 Perencanaan Produksi


Rencana produksi harus menyediakan jumlah produk yang diinginkan pada
waktu yang tepat dan jumlah biaya yang minimum dengan kualiatas yang memenuhi
syarat. Rencana produksi tersebut akan menjadi dasar bagi pembentukan anggaran
operasi, dan membuat keperluan tenaga kerja baik waktu kerja biasa maupun untuk
waktu kerja lembur. Selanjutnya rencana produksi tersebut digunakan untuk
menetapkan keperluan peralatan yang diharapkan.
Dalam menyiapkan rencana produksi, kita harus memikirkan bahwa jika ada
permintaan yang harus dipenuhi terdapat tiga sumber yang dapat digunakan:[John E.
BIegel, 1992]
1.

Produksi yang ada atau yang sedang digunakan

II-12

2.

Persediaan yang ada atau yang masih ada digudang

3.

Produksi dan persedian yang masih ada.

Satu faktor yang sering menjadi pertimbangan dalam perencanaan produksi adalah
kestabilan kemampuan kerja. Para pekerja yang mempunyai keahlian yang lebih
tinggi dapat menjadikan suatu kemampuan yang lebih stabil.
Bila permintaan hampir konstan setiap tahunnya, keperluan untuk suatu kemampuan
yang stabil menimbulkan tidak ada persoalan yang serius. Jika permintaan adalah
secara siklus, seseorang harus memilih salah satu dari variasi ukuran kekuatan kerja
atau menggunakan persediaan untuk memenuhi permintaan tersebut.
2.4.1 Kapasitas Produksi

marketShareTerbesar
jamKerja / bulan

Kapasitas Produksi
Setelah kita melakukan penelitian seberapa besar pasar yang akan kita penuhi,
selanjutnya kita harus merencanakan berapa besarnya kapasitas pabrik yang akan kita
dirikan agar dapat memenuhi kebutuhan pasar, perencanaan ini penting sekali sebab
dengan mengetahui seberapa besar kapasitas produksi yang akan kita sediakan untuk
mencapai target kapasitas tersebut dan berapa jumlah tenaga kerja yang akan kita
pakai.
2.4.2

Peta Proses Operasi


OPC atau Peta Proses Operasi adalah suatu proses yang menggambarkan

langkah-langkah proses mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan dari sejak


awal benda kerja masuk proses sampai dengan selesai dan disimpan di gudang.
Dari OPC kita mendapatkan informasi, yaitu :

Data kebutuhan jenis proses atau mesin yang diperlukan dalam


pelaksanaan operasi kerja dan penganggarannya

Data kebutuhan bahan baku dengan memperhitungkan efisiensi pada


setiap elemen operasi kerja atau pemeriksaan

II-13

Peta tata letak operasi kerja dan pedetdahan

Alternatif-alternatif perbaikan prosedur cara kerja yang sedang dipakai

Kegunaan OPC, yaitu :


1. Mengatur tata letak
2. Kebutuhan akan mesin dan pengerjaanya
3. Memperkirakan kebutuhan bahan baku
4. Memperbaiki metoda kerja
Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan
oleh Gilberth. Dia mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai, kemudian pada
tahun berikutnya, jumlah lambang-lambang tersebut disederhanakan, sehingga hanya
tinggal menjadi 4 buah, yaitu :
1. Lambang Operasi
Suatu kegiatan operasi apabila terjadi benda kerja mengalami perubahan sifat
.

(sumber : Sutalaksana, at all, 1979)


Gambar 2.5 Kegiatan Operasi
2. Lambang Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan
mengalami pemeriksaan.

((sumber : Sutalaksana, at all, 1979)


Gambar 2.6 Kegiatan Pemeriksaan
3. Lambang Tranportasi
Suatu kegiatan tranportasi terjadi apabila benda keja, pekerja atau
perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian
dari suatu operasi.

II-14

(sumber : Sutalaksana, at all, 1979)


Gambar 2.7 Kegiatan Tranportasi
4. Lambang Kegiatan Gabungan
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

(sumber : Sutalaksana, at all, 1979)


Gambar 2.8 Kegiatan Gabungan
5. Lambang Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu
yang cukup lama.

(sumber : Sutalaksana, at all, 1979)


Gambar 2.9 Kegiatan Penyimpanan
2.4.2.1

Kegunaan Peta Proses Operasi


Adanya informasi informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi

dapat memperoleh banyak manfaat diantaranya:

Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggurannya

Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku

Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik

Sebagai alat untuk malakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai

2.4.3

Assembling Chart
Assembling Chart atau Peta Rakitan merupakan metoda yang digunakan

untuk menggambarkan urutan aliran komponen dan perakitan yang terjadi pada

II-15

waktu melakukan proses perakitan suatu produk. Assembling Chart dapat


memberikan informasi yang dibutuhkan pada saat perakitan, diantaranya :
1

Komponen-komponen yang membentuk produk

Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama

Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan bagian

Aliran komponen kedalam sebuah rakitan

Keterkaitan antar komponen dengan rakitan bagian

Gambaran menyeluruh dari proses perakitan

Urutan waktu komponen bergabung bersama

Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan

2.4.4

Routing Sheet
Routing sheet berguna untuk menghitung jumlah mesin yang akan di

butuhkan dan juga menghitung jumlah part yang harus di persiapkan dalam usaha
memperoleh produk jadi yang di dinginkan dan berapa scrap yang di perbolehkan di
samping jumlah efisiensi yang di berlakukan di perusahaan.
2.4.5

Multi Product Process Chart ( MPPC)


Setelah kita memahami permasalahan OPC dan routing sheet maka selanjutya

adalah pengisian tabel MPPC, dimana dalam pengisian tabel ini terlebih dahulu harus
mengetahui OPC dan routing sheetnya.
MPPC adalah suatu diagram yang menunjukan urutan-urutan proses untuk
masing-masing komponen yang akan diproduksi, informasi yang didapat dari MPPC
adalah jumlah mesin aktual yang dibutuhkan. Dengan data dari MPPC tersebut
perusahaan dapat menentukan jumlah tenaga keja yang diperlukan dan berapa biaya
yang harus dikeluarkan.
2.5

Luas Lantai
Dalam melakukan perencanaan tata letak pabrik dan perpindahan bahan,

dibutuhkan beberapa kebutuhan lahan / luas lantai untuk kegiatan produksi pabrik
yang akan didirikan, serta fasilitas pendukung lainnya.
Kategori luas lantai berdasar kegiatan dan pelayanannya adalah sebagai berikut :

II-16

1. Bagian produksi adalah bagian yang melayani kebutuhan fasilitas fisik contoh
(luas lantai pabrikasi, luas lantai asembling)
2. Bagian pelayaan produksi yaitu bagian yang melayani kegiatan dilantai
produksi secara langsung (luas lantai gudang)
3. Bagian pelayanan pabrik yaitu bagian yang melayani kegiatan pabrik (tempat
parkir, ruang pekakas, kantor bagian produksi, dll).
4. Bagian pelayanan administrasi dan kepegawaian, contoh perkantoran, musholla,
tolet.
2.5.1 Luas Lantai Produksi dan Pelayanan Produksi
Dengan demikian perlu di hitung berapa luas lahan yang di siapkan, terutama
untuk kegiatan bagian produksi dan pelayanan produksi, perhitungan berdasarkan
pada bahan baku yang akan di siapkan, mesin dan peralatan yang di gunakan, barang
jadi yang di hasilkan. Berdasarkan hal tersebut maka akan di dapat luas lantai gudang
dan luas lantai produksi.
Adapun hal-hal yang akan mempengaruhi terhadap lahan/luas lantai tersebut, yaitu;
b. Alat angkut

d. Cara pengangkutan

d. Cara penyimpanna bahan

e. Aliran bahan

f. Operator

f. Peralatan kerja

Semuanya harus diperhitungkan dengan penambahan allowance. Tujuan


menghitung luas lantai adalah untuk memperkirakan kebutuhan luas lantai bagian
produksi serta pelayanan produksinya yang perlu di hitung berdasar pada kapasitas
pabrik, yang meliputi:
a. Pabrikasi dan assembling

c. Shipping (gudang bahan jadi)

b. Receiving (gudang bahan baku

d. Penerimaan

model tumpukan dan rak)


b.

e. Pengiriman

Kebutuhan perhitungan luas lantai adalah untuk menentukan

kebutuhan areal tanah yang di butuhkan, selain itu digunakan dalam perhitungan
ongkos material hending (OMH) antar department.
c.

II-17

d. a. Fabrikasi dan Assembling


e.

Data yang di perlukan dalam luas lantai ini adalah : nama mesin,

jumlah mesin, dan ukuran peralatanya serta kelonggaran untuk gang dan
kebutuhan lainya.
b. Receiving / gudang bahan baku
f.

Luas Lantai gudang bahan baku ini terdiri dari model tumpukan dan

model rak. Gambaran yang di buat harus memberi penjelasan mengenai :

tinggi memuat beberap tumpuk

lebar memuat beberap tumpuk

panjang memuat beberapa tumpuk

g. c. Shipping
h.

Data yang diperlukan dalam perhitungan luas lantai gudang barang

jadi antara lain, nomer komponen, nama komponen dan tipe barang jadi, atau
ukuranya.
i. d. Penerimaan
j.

Berhubungan dengan kegiatan mendapatkan semua bahan atau barang


dan perlengkapan yang datang di fasilitas dan gudang, data yang dibutuhkan pada
bagian ini meliputi dimensi bahan, alat angkut yang digunakan, besarnya
galangan.
k. e. Pengiriman

l.

Pengriman berhubungan dengan pengaturan persediaan yang terpilih


untuk

memenuhi

pesanan,

pengemasan

barang

atau

pengiriman

dan

perpindahannya kealat angkut untuk penyerahan, data yang dibutuhkan sama


dengan bagian penerimaan.
m.
n. 2.5.2
o.

Luas Lantai Pelayanan Pabrik, Administrasi dan Kepegawaian


Dalam perhitungan luas lantai ini, terlebih dahulu harus diketahui

bagian-bagian dari pelayanan pabrik, pelayanan administrasi dan kepegawaian, yaitu :

II-18

p. a. Bagian umum, merupakan fungsi yang melayani seluruh pabrik, misalnya tool
room (tempat penyimpanan peralatan), tool crib (tempat penyimpanan atau
perbaikan peralatan yang rusak ), ruang rapat, ruang tunggu dsb.
q. b. Bagian produksi, merupakan bagian yang melayani organisasi produksi,
misalnya teknik industri, (standar kerja, metode, material handling, proses),
qualiti control (receiving, in proses, finished good), plan engeneering.
r. c. Bangunan fisik merupakan bagian yang berhubungan dengan fisik bangunan,
peralatan, utilitas dsb, misalnya pembangkit tenaga disel, garasi, pemadam
kebakaran, bengkel perawatan, dsb.
s. d. Bagian personil, merupakan bagian yang melayani kebutuhan orang misalnya
fasilitas kesehatan, kantin, toilet, kamar mandi, daerah rekreasi atau taman, lapang
parkir, telepon umum dll.
t. e. FasilitasAdministrasi/ perkantoaran
u. f. Departemen yang berhubungan ditetaptkan berdekatan satu sama lain.
v. g. Lebar lorong 0.9
w. h. Jenis-jenis pekerjaan yang di lakukan merupakan dasar departemetasi
x. tiap pekerja membutuhkan kira-kira 4.5 s/d 25 m2
y. i. Cahaya yang datang dari kiri/kanan atau dari belakang lebih baik
z.
aa.

Bila pekerja harus duduk saling membelakangi, maka harus dipisahkan

minimal lebar 1 m diantara kursi.


ab. Persyaratan umum perkantoran adalah :
a. Satu kantor yang luas merupakan unit kerja yang lebih efisien dari pada sejumlah
ruangan-ruangan kecil dengan luas yang sama karena memudahkan pengawasan,
komonikasi lebih lancar cahaya dan ventilasi dapat lebih baik.
b. Lebar lorong untuk sirkulasi utama 1.5 s/d 2.5 m jika tidak seberapa penting
cukup 1 s/d 1.5 m saja, jarak meja dengan kursi detimal 4.5 cm.
c. Jarak antar meja dengan meja atau dengan tembok berkisar antara 60 s/d 90 cm.
d. Untuk mengihdari kebisingan, maka peralatan seperti mesin tik dan mesin stensil
diletakan terpisah.

II-19

ac.
kondisi

Dalam pemilihan fasilitas pelayanan harus di sesuaikan dengan


menajemen perusahaan yang direncanakan. Dalam arti bahwa untuk

perusahaan besar jelas memiliki jenis ukuran fasilitas pelayanan yang berbeda dengan
perusahaan kecil.
ad. Sebagai gambaran atau contoh, berikut ini di sajikan jenis fasilitas pelayanan :
ae. a. Ruang rapat / gedung serba guna

c. Balai pengobatan

af. b. Ruang tamu

d.

Lapangan

umum

parkir

perusahaan
ag. e. Mushola

g. Lapangan parkir pabrik

ah. f. Kantin

h. Pos keamanan

ai.

Kondisi ideal untuk perbandingan tenaga langsung dan tenaga


tidak langsung

berkisar atara 1:6 sampai 1:10. Untuk ukuran luas lantai,

pada level organisasi pertama misalnya 5 x 5 m, level organisasi ke tiga 3 x 3


m. level organisasi ke empat di buat dalam satu ruangan denganluas
perorangan 2 x 2 m.
aj.
ak. 2.6
al.

Manajemen dan Organisasi


Perusahaan adalah lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat atau konsumen, dengan motif untuk
mendapatkan profit. Sebagai lembaga, perusahaan merupakan suatu wadah yang
terorganisir, didirikan dan diterima dalam tatanan kehidupan masyarakat. Karena itu
perusahaan merupakan lembaga sosial yang tidak ubahnya seperti lembaga-lembaga
lainnya.
am.

Dalam menangani masalah rumah tangga organisasi perusahaan

tersebut, diperlukan suatu area yang relevan dan memadai, baik area untuk aktivitas
secara langsung, (dalam artian area untuk fasilitas pelayanan).
an.
ao. 2.7
ap.

Ongkos Material Handling (OMH)


Di dalam merancang tata letak pabrik, maka aktivitas pedetdahan

bahan (Material Handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk di

II-20

perhatikan dalam praktikum PTLF ini lay-out yang digunakan adalah berdasarkan
proses yang dialami oleh produk atau komponen, yaitu dengan mengelompokan
mesin-mesin yang memproses suatu produk dalam area tertentu. Beberapa aktivitas
perpindahan bahan yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut :
o Perpindahan bahan dari gudang bahan baku (receiving) menuju departemen
pabrikasi maupun departemen assembling.
o Perpindahan bahan yang terjadi di proses satu jenis mesin yang lainnya
o Perpindahan bahan dari department komponen produk menuju departemen
assembling
o Perpindahan bahan dari departeman assembling kegudang barang jadi
(shipping )
aq.

Perlu di perhatikan bahwa untuk menentukan ongkos material

handling pada praktikum PTLF ini, pengangkutan /perpindahan bahan menuju


gudang bahan baku dan keluar dari gudang barang jadi tidak diperhitungkan, jadi
dengan kata lain bahwa ongkos material handling yang diperhitungkan adalah yang
terjadi dalam pabrik saja.
ar.

Setelah diketahui aktivitas-aktivitas perpindahan bahan yang terjadi

akibat aktivitas-aktivitas yang ada tersebut beberapa faktor yang mempengaruhi


perhitungan ongkos material handling adalah sebagai berikut:
A. Alat angkut yang di gunakan
as.

Dalam penetuan alat angkut perlu di perhitungkan hal-hal sebagai

berikut ;
o Berat material disesuaikan dengan daya angkut maksimal alat angkut
o Bentuk dan jenis material serta ukuran luasnya di sesuaikan dengan daya
tampung alat angkut
o Sifat material, dimana harus diperhatikan kemungkinan menggunakan alat
angkut khusus
at. Beberapa Alat angkut yang di gunakan adalah:
o Alat angkut dengan mengunakan tenaga manusia ( 0 -15 kg )

II-21

o Alat angkut dengan mengunakan walky pallet ( 16 - 50 )


o Alat angkut dengan mengunakan lift truck (50 - 500)
au.

Setelah ditentukan alat angkut yang akan digunakan, maka selanjutnya

ditentukan ongkos alat angkut berdasarkan jarak tempuh (meter gerak).


av.

Perhitungan OMH yang merupakan revisi dari perhitungan tahap

pertama, pada perhitungan pertama ini jarak antara department yang mengalami
aktvitas pengangkutan di asumsikan berdampingan, selain itu untuk mengoptimalkan
jarak setiap departemen untuk sementara di asumsikan berbentuk bujur sangkar.
aw. Departemen

Departemen

Departemen

ax.
a. A

b. B

c. C

ay.
az.

AB = luas deftA+1/2luas deft B

ba. AC = AB+AC= jarak antar defartemen A dengan defartemen C


bb. Cara pengangkutan
bc.

Berdasarkan hasil perhitungan terlebih dahulu (OPC, Routing Sheet

dan MPPC), maka dapat ditentukan cara pengangkutan yang akan dilakukan. Pada
dasarnya ongkos setelah ditentukan alat angkut serta jarak untuk setiap pengangkutan
maka ongkos material handing dapat segera diketahui dimana;
bd. Total OMH = ongkos alat angkut per meter gerakan x jarak tempuh
pengangkutan
be. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan cara pengangkutan
adalah sebagai berikut :
bf. Telusuri OPC sejak proses yang paling awal, kemudian dapat ditentukan
urutan proses pengangkutan dari . Ke.
bg. Isi kolom dari, maka sebelum mengisi yang berikutnya terlebih dahulu diisi
kolom ke yang merupakan kelompok tujuan, sesuai dengan aliran yang
terjadi. Dalam mengisi kolom ke-

yang merupakan daerah tujuan

pengangkutan sebelum menentukan daerah aktivitas lainnya, maka aktivias


pertama harus sudah mencantumkan semua material yang akan di terima dari

II-22

sumber (kolom dari yang diuraikan pada kolom (3) untuk nama komponen
serta kolom (4) untuk materialnya dari hal-hal tersebut di atas, maka dapat
digambarkan

mengenai

cara

pengangkutan

tersebut

yaitu;

setiap

pengangkutan dilakukan dari sumber yang sama mengangkut beberapa bahan


menuju tujuan yang sama, kemudian dari sumber yang sama menuju tujuan
lainya, demikian seterusnya.
bh.
bi. 2.8
bj.

From To Chart
From to Chart (FTC) merupakan penggambaran tentang beberapa total

OMH dari suatu bagian aktivitas dalam pabrik menuju aktivitas pabrik lainnya.
Sehingga dari peta ini dapat di lihat total ongkos material handling secara
keseluruhan, mulai dari bahan baku menuju (receiving) menuju pabrikasi, assembling
sampai terahir menuju gudang barang jadi (shipping).
bk. Cara pengisian From To Chat (FTC).
bl. 1. Perhatikan total ongkos dari total OMH, kemudian masukan nilai total ongkos
tersebut di sesuaikan dengan pengangkutan bahan dari satu tempat ke tempat
lainya.
bm.

2.

jumlah total ongkos setiap baris dan setiap kolom juga ongkos secara

keseluruhan.
bn.
bo. 2.9
bp.

Out Flow dan In Flow (OF& IF)


Out flow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari

suatu departeman ke departemen lainnya.


bq. In flow digunakan untuk mencari koefesien ongkos yang masuk dari suatu
departemen ke departemen lainnya.
br.

Referensi perhitungan out flow dan in flow adalah OMH dan FTC,

yaitu ongkos yang dibutuhkan untuk material handling dari suatu departemen ke
departemen lainnya dan sebaliknya. Perhitungannya adalah :

II-23

bs.
bt. Gambar 2.1 Ongkos Out Folw- In Flow
bu. Out flow = ongkos di departemen ; ongkos yang keluar dari departemen
bv. In flow
bw.2.10
bx.

= ongkos di departemen ; ongkos yang masuk ke departemen


Tabel Skala Prioritas
Tabel skala perioritas (TSP) adalah suatu tabel yang mengambarkan

urutan perioritas antar departemen dalam suatu lintas / lay out produksi. Reperensi
TSP didapat dari perhitungan out flow dan in flow, dimana prioritas diurutkan
berdasarkan harga koefesien ongkosnya .
by. Tujuan pembuatan TSP adalah :

Untuk meminimumkan ongkos

Untuk memperkecil jarak material handling

Untuk mengoptimalkan lay out


bz.

Selanjutnya setelah TSP dilanjutkan dengan pembuatan ARD yang

telah dibahas sebelumnya khusus bagian produksi saja. Dasar untuk membuat ARD
adalah TSP, jadi yang menempati prioritas pertama pada TSP harus didekatkan
letaknya kemudian diikuti oleh prioritas selanjutnya.
ca.
cb. 2.11
cc.

Activity Relationship Chart (ARC)


Dalam industri manufactur pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan

atau aktivitas yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas
tersebut saling berhubungan antar satu dengan yang lainya, dan yang paling diketahui
adalah

setiap

kegiatan

tersebut

membutuhkan

space

(tempat)

untuk

melaksanakannya. Aktivitas atau kegiatan tersebut diatas dapat berupa aktivitas


produksi, asdetistrasi, assembling,inventory, dll.

II-24

cd.

Teknik yang dipergunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan

antar aktivitas yang ada adalah Aktivity Relationship Chart ( ARC ).


ce. Teknik panganalisaan menggunakan ARC dikemukakan oleh Richard Muthe
adalah sebagai berikut :
cf.

Hubungan antar aktivitas ditunjukan dengan tingkat kepentingan


hubungan antar aktivitas tersebut yang dikonversikan dalam bentuk huruf
sebagai berikut :
cg. Tabel 2.2 Hubungan antar aktivitas
ch.
N
cl.
1

ci. TINGKAT
KEPENTINGAN

cj. K
O
D
E

ck. W
AR
NA
co. ME
RA
H
cs. KU
NI
NG

cm.MUTLAK
PENTING

cn. A

cq. PENTING
TERTENTU

cr. E

ct.
3

cu. PENTING

cv. I

cw. HIJ
AU

cx.
4

cy. BIASA

cz. O

da. BI
RU

cp.
2

db.
5
df.
6

dc. TIDAK PENTING

dd. U

dg. TIDAK
DIINGINKAN

dh. X

de. PU
TI
H
di. CO
KL
AT

dj.
dk.

Adapun alasan untuk menyatakan tingkat kepentingan tersebut adalah

sebagai berikut :
1.
yang sama

Menggunakan

catatan

2.
yang sama

Menggunakan personil

II-25

3.

Menggunakan

ruang

yang sama
4.

Tingkat

hubungan

8.

Menggunakan peralatan

dan fasilitas yang sama


Tingkat

hubungan

kertas kerja
6.

Melakukan aliran kerja

yang sama

personil
5.

7.

9. Ribut, kotor, getaran, debu dan


lain-lain

Urutan aliran kertas

10. Lain-lain
diperlukan

yang

mungkin

2.

Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya, maka hubungan

antar aktivitas dikonversikan kedalam kertas kerja ( work sheet ).


3.
4. 2.12
5.

Activity Relationship Diagram (ARD)


Activity Relation Diagram adalah diagram hubungan antar aktivitas

berdasarkan tingkat prioritas kedekatan, sehingga diharapkan terjadinya aliran


aktivitas yang baik serta ongkos handling detimum. Dasar untuk membuat ARD
adalah work sheet dari ARC, untuk ARD gabungan dari TSP, untuk ARD pabrikasi
harus di dekatkan letaknya lalu di ikuti prioritas berikutnya pada ARD, setiap
fasilitas yang di butuhkan di buat berukuran sama misalnya 6 cm x 6 cm dengan
mencantumkan nama fasilitas dan tingkat fasilitas.
6.
7. A-2
E-3
8.
X
9.
Dire
ktur
10. 1
0-4
15.AE-2,1
16.
X
17.
Kabag
Adm
18. 1-4
o-

11. A-1
E-3
12.
X
13. Sekret
aris
14. 1-4
o19. aE-3
20.
X
21. Ruang
rapat
22. 1-2,3
O-1

23.
24.
25. 2.13
26.

Area Allocation Diagram (AAD)


Merupakan kelanjutan dari (ARC) dan (ARD), dimana dalam ARD

gabungan telah di ketahui tata letak yang harus di buat berdasarkan ARC yang telah
di ketahui kesimpulannya tingkat kepentingan antar aktivitas, dengan demikian
berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan
ada juga sebaliknya, atau dapat di katakan bahwa hubungan antar aktivitas

mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut. Dasar


pertimbangan dalam prosedur pengalokasian area ini adalah ;
1

produktion flow (aliran produksi), material peralatan

ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan pisical

tempat yang dibutuhkan

Activity Relationship Diagram


27.

AAD merupakan template secara global, informasi yang dapat di lihat

hanya pemanfaatan area dan informasi global lainnya seperti pola umum aliran bahan
sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat di lihat pada template yang
merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak fasilitas dan
pedetdahan bahan.
28.
29. 2.14
30.

Template
Template merupakan suatu gambaran yang lebih jelas dari tata letak

pabrik yang akan di buat dan merupakan gmabaran detail dari area allocation diagram
(AAD) yang telah di buat.
31. Informasi yang dapat dilihat dari template adalah:
32. a. Tata letak kantor dan peralatan
33. b. Tata letak peralatan (service) yang ada dipabrik, misalnya: Jalan, kantin,
dan sebagainya
34. c.

Tata letak bagian produksi, misalnya ; receiving, fabrikasi, assembling,

shipping
35. d.

Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping

adapun pola aliran materialnya dapat di lihat pada gambar berikut:

36.
37.
38. Gambar di atas merupakan pola aliran horizontal, yaitu;
39.

1. aliran lurus atau aliran I

40.

2. aliran L

41. 3. aliran U
42. 4. aliran O
43. 5. aliran serpantine atau S
44.
45. Gambar pola aliran vertikal adalah sebagai berikut :

46.
2.15

Analisa Aspek Pasar Dan Pemasaran (SWOT)


47.

Faktor internal dan eksternal perusahaan di deskripsikan dalam

sebuah metode Analisa Strength, Weakness, Oppurtunity and Threath (SWOT).


A. Faktor Internal
48.

Faktor internal merupakan lingkungan internal yang terdiri dari

kekuatan dan kelemahan yang ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Lingkungan internal terdiri

dari

keuangan

dan

Akuntansi,

SDM,

Pemasaran,

Operasi,

dan

Penelitian/Pengembangan.
B. Faktor Eksternal
49.

Faktor lingkungan eksternal merupakan pemahaman yang integrative,

yaitu untuk mengerti akan apa yang telah terjadi sekarang dan prediksi masa yang
akan datang, sehingga lingkungan eksternal dapat dibagi dalam tiga wilayah utama
yaitu lingkungan umum, lingkungan industri dan lingkungan pesaing. Enam segmen
lingkungan umum adalah: demografis, ekonomi, politik/hukum, sosiokultural,
teknologi dan globalisasi. Lingkungan industri adalah serangkaian faktor-faktor
ancaman dan pelaku bisnis baru, supplier pembeli, produk pengganti dan intensitas
persaingan diantara para pesaing yang secara langsung mempengaruhi perusahaan
dan tidakan dari tanggapan kompetitifnya. Lingkungan pesaing adalah lingkungan
dimana perusahaan menafsirkan informasi teantang para pesaing, sehingga perlu
dilakukan analisis pesaing
1) Analisa Strength
50. Kekuatan yang saya miliki adalah:
Berada pada desain dari meja yang akan dibuat, karena pada
pembuatan meja lipat ini akan dibuat dengan beberapa ukiran batik
dan warna atau gambar batik yang unik yang membuat meja lipat ini

menjadi terlihat ellegant namun menarik dan menambah nilai jual.


Tempat atau pabrik yang akan dibangun terbilang strategis, yaitu di

daerah Kp. Cisaar (malambong).


Tenaga kerja yang akan dipakai adalah sebagian besar dari daerah
sekitar itu sendiri, serta beberapa orang ahli yang berkompeten
dalam bidang perindustrian, hususnya yang mengerti tentang

produksi meja lipat.


Lokasi pabrik yang strategis dan dekat dengan bahan baku.
2) Analisa Weakness
51. Kelemahannya adalah:
Tidak mempunyai modal yang besar.
Pemasaran jangka panjang belum diketahui.
52.
3) Analisa Opportunity

53. Peluangnya adalah:


Banyaknya jumlah permintaan terhadap meja lipat yang belum
terpenuhi (MP ada dan belum terpenuhi).
Belum ada jenis meja lipat yang kami akan produksi.
4) Analisa Threath
54. Ancamannya adalah:
Ditakutkan nantinya muncul banyak pesaing yang meniru model
meja lipat yang saya buat, baik dari segi bentuk, desain dan

55.
56.

sebagainya.
Tidak stabilnya harga bahan baku.

Anda mungkin juga menyukai