PERMAINAN
Belajar Matematika Menyenangkan Melalui
Papan Kartu Permainan
Abstrak
Matematika merupakan pelajaran yang mampu memasuki bidang studi atau materi
lain. Terkadang ia mampu berdiri sendiri, namun dilain waktu ia menjadi pelayan
bagi pelajaran lain. Jika dilihat dari asal-usul konsep, ide-ide dan fakta yang ada,
memang memungkinkan matematika mampu memasuki ruang pelajaran lain.
Konsep, ide dan fakta yang ada di matematika terlahir karena aktivitas manusia
(human activity). Salah satu contoh adalah lahirnya bilangan dikeranakan
aktivitas manusia yang memasukkan domba-domba dalam kandangnya, konsep
luas juga terlahir karena aktivitas manusia pada saat melimpahnya air dari sungai
Nil. Jadi memang benar bahwa matematika sangat penting dan sangat dibutuhkan
oleh manusia. Oleh sebab itu pelajaran matematika harus disenangi oleh siswa.
Key Words: Belajar, Matematika, Menyenangkan
PENDAHULUAN
Mengacu pada tujuan pendidikan nasional, yankni mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi maanusia yang berimtaq kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
danmenjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab, maka
seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran harus berusaha untuk
mengarahkan pembelajaran sesuai dengan tujuan tersebut. Tujuan nasional
inipun harus dijabarkan (break down) ke tujuan pembelajaran bidang studi
masing-masing. Terkait hal itu, maka yang menjadi tujuan setiap guru
2.
3.
4.
Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
dan
kepala
sekolah.
Semua
komponen
yang
terkait
dalam
matematika
itumasih
merupakan
pelajaran
yang
tidak
Atas dasar dari latar belakang inilah timbul gagasan atau ide penulis
untuk membuat makalah ini dengan focus pembahasan Bagaimanakah
menjadikan pelajaran matematika itu menyenangkan?.
Belajar Matematika
Dari
karakteristik
matematika
yang
menyatakan
bahwa
objek
untuk
penilaian
(evaluation)
dari
hasil
pembelajaran
harus
menyentuh ranah ingatan (remember) atau sering dikenal dengan istilah C1.
Jadi penulis berpendapat bahwa menghapal itu perlu dalam pelajaran
matematika, tanpa hapalan yang baik, seorang siswa tidak akan mampu
mengerjakakn soal-soal dengan baik. Namun demikian harus diingat juga jika
belajar matematika hanya dihapalkan saja maka tidak akakn mempunyai arti
dan tidak mempunyai landasan yang kuat. Dan dalam penilaian hasil belajar
siswa, untuk ranah C1 juga harus dilihat persentasenya (%)nya. Persentase
yang banyak untuk C1 mengakibatkan siswa akan lemah dalam ranah-ranah
yang lain seperti ranah analisis, sintaksis, evaluasi dan kreativitas.
Sukahar (dalam Sudarmono,
2006:16)
menyatakan
bahwa
belajar
ada artinya kalau hanya dihapalkan saja, belajar matematika baru bermakna
jika dimengerti.
Matematika mempunyai system dan struktur, oleh sebab itu belajar
matematika haruslah bertahap dan berkelanjutan. Mempelajari sebuah
konsepharuslah dengan mempelajari prasyarat konsep tersebut terlebih
dahulu. Hal ini akan mempermudah untuk memahami konsep itu lebih lanjut.
Hudoyo (1988:3) mengatakan mempelajari konsep B yang mendasar
kepada konsep A, seseorang perlu memahami konsep A lebih dulu. Tanpa
memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B. Ini
berarti, mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan serta
mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu.
Soedjadi (dalam Sudarmono, 2006: 16) menyatakan bahwa untuk
menguasai Matematika diperlukan cara belajar yang berurutan, setapak
demi setapak dan berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan pendapat
Hudoyo (Ibid, 2006: hal.16) yang mengatakan bahwa untuk mempelajari
matematika haruslah secara kontinu dan tidak terputus-putus. Belajar
matematika dengan terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses
belajar.Lebih
lanjut
dikatakan
bahwa
belajar
matematika
hendaknya
kontinu
dan
tidak
terputus-putus
diharapkan
dapat
terjadi
dipelajari
secara
konseptual
maupun
secara
praktis,
dalam
Dari
uraian
di
atas
maka
penulis
menyimpulkan
bahwa
belajar
bertahap,
berurutan
dan
kontinu
serta
mendasarkan
pada
serta
wawancara
dengan
beberapa
peserta
didik,
penulis
2.
3.
mereka
merasa
manfaat
secara
langsung
akan
pelajaran
matematika.
Ada salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk hal-hal di atas. Cara
tersebut adalah kita mendatangkan tokoh, para ahli, atau orang-orang yang
bekerja pada bidang-bidang kerja di masyarakat yang selalu bergelut dan
menggunakan matematika dalam kehidupannya. Contohnya kita memanggil
seorang akuntan perusahaan,seorang yang bekerja dengan menggunakan
statistik (ahli statistik), pedagang lontong, kue, miso di warung sekolah, kasir
toko, peneliti dan lain-lain.
itu,
ada
suasana
dan gaya
yang berbeda
dalam
siswa
dianggap seperti gelas kosong yang harus diisi. Sementara itu kita tidak
sadar bahwa untuk belajar atau memperoleh ilmu atau konsep tidak harus di
sekolah. Ilmu atau konsep tersebut bisa saja sudah didapatkan siswa melalui
orangtua, guru les privat, saudara atau siswa belajar sendiri melalui buku,
televsi (TV), alam dan lingkungannya atau melalui intemet.
Hal-hal seperti ini, guru harus memahami dan membuka mata bahwa
zaman sudah mulai beranjak dan bergerak, begitupun cara pembelajaran
juga ikut berkembang. Pembelajaran harus mengacu ke multi karakter siswa
dan
multi
konteks.
Namun
demikian
tidaklah
semua
pembelajaran
umum",
(construction)
siswalah
konsep
baru
yang
menemukan
dengan
sendiri,
menggunakan
ide,
membangun
fakta
dan
dilakukan
oleh
guru
jika
ingin
melakukan
metode
penemuan
2.
3.
4.
B.
Pembelajaran
ini
menggunakan
masalah-masalahyang
kontekstual
(2001:
2)
mengemukakan
bahwa
pembelajaran
matematika
peserta
didik
untuk
memperlancar
proses
pembelajaran
yang
dimulai
dari
dunia
nyata
yang
disebut
proses
hal
ini
berupa
pertanyaan-pertanyaan
yang
3.
secara
individu
(negosiasi,
membandingkan,dan
masing-masing
jawabannya.Kemudian
mengarahkan
siswa
guru
ide
penyelesaian
sebagai
berdiskusi,
fasilitator
membimbing
dan
alasan
dari
dan
moderator
siswa
mengambil
4.
Menyimpulkan
Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu Rumusan konsep/prinsip dari topik yang dipelajari.
C.
Siswa membaca topik ahli dan menetapkan anggota ahli untuk topik
tertentu.
2)
Diskusi grup ahli, Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk
mendiskusikannya dalam kelompok ahli.
3)
Laporan kelompok, Siswa ahli kembali ke kelompoknya masingmasing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya kepada anggota
kelompoknya.
4)
5)
Penghargaan kelompok.
D.
yang
bermakna
(meaningful).
Pembelajaran
bermakna
struktur
pengertian
yang
sudah
dimilikinya.
Dengan
belajar
skema yang sudah ada atau dapat mengubahnya sehingga dalam belajar
siswa mengkonstruk siapa yang sedang dipelajari.
Selain pembelajaran yang bermakna,cara menyampaikan materi, urutan
materi
juga
mempengaruhi
kemampuan
daya
serap
siswa.
Karena
Enaktif
Pada tahap ini siswa dalam belajar menggunakan atau memanipulasi
objek-objek secara langsung.
2.
Ikonik
Pada tahap ini kegiatan siswa mulai menyangkut mental yang
merupakan gambaran dari objek-objek.
3.
Simbolik
Pada tahap ini siswa telah dapat memanipulasi simbol-simbol secara
langsung dan tidak berkaitan lagi dengan objek-objek.
Terkait dengan dua teori yang penulis sampaikan, maka penulis membuat
sebuah alat peraga yang menarik dan membuat pembelajaran lebih
menyenangkan. Alat peraga yang penulis buat ini penulis beri nama dengan
papan kartu.
Alat peraga ini untuk menimbulkan minat, semangat dan kertarikan siswa
untuk belajar matematika, karena alat ini juga digunakan sambil bermain.
Ada keuntungan alat peraga yang penulis buat, yaitu dapat digunakan pada
materi matematika dari level TK, SD, SMP dan SMA bahkan alat ini juga
dapat digunakan oleh guru bidang studi lain.
Dalam pembuatan alat peraga ini, penulis merujuk ke pendapat E.T
Rusefendi (1988) mengenai beberapa persyaratan alat peraga yaitu:
1.
Tahan Lama
2.
3.
4.
Ukurannya sesuai
5.
6.
7.
8.
9.
10. Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak)
Alat peraga ini dalam membuatnya hanya menggunakan karton, lem,
kertas berwarna, gunting dan spidol. Bagiannya terdiri dari:
1.
Kartu Jawaban
2.
Kartu nilai
3.
4.
Papan kartu
Lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini:
2.
3.
pada
siswa
(studentcenter)
bukan
berpusat
pada
guru
(teachercenter).
Daftar Pustaka
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. DIKTI. Jakarta.
Depdiknas.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mata Pelajaran Matematika
SMP dan MadrasahTsanawiyah.Jakarta.Depdiknas.
Gravemeijer, Kueno. 1994. Developing Realistic Mathematics Education.
Utrecht. The Nederlands.Frudenthal Institute.
Hudoyo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta. DEPDIKBUB
P2LPTK
http://risecahyono.blogspot.com/2010/01/belajar-matematika-menyenangkanmelalui.html