Anda di halaman 1dari 2

Sumaher Ompusunggu

21100114140099

Proses Pembentukan dan Potensi Hidrokarbon


pada Cekungan Aktif Sumatera Utara
Sejarah geologi Indonesia yang kompleks telah menghasilkan lebih dari enam
puluh cekungan sedimen. Cekungan-cekungan ini berdasarkan persebaran daerahnya
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bagian barat dan bagian timur. Bagian barat
Indonesia memiliki sekitar 22 cekungan yang telah berproduksi, sedangkan bagian
timur Indonesia memiliki lebih banyak cekungan, yaitu sekitar 38 cekungan sedimen
yang masih berada pada tahap eksplorasi. Sebagian besar cekungan produktif yang
ada di Indonesia berada di bagian barat.Sedangkan, pada Indonesia bagian timur,
sebenarnya memiliki prospek hidrokarbon yang sangat besar berdasarkan data
stratigrafi pada masa mesozoikum dan Paleozoikum namun proses produksi daerah
tersebut masih terkendala oleh besarnya biaya, kurangnya infrastruktur serta area
yang didomonasi oleh perairan laut (Awang H, Satyana, 2005)
Cekungan-cekungan di Indonesia wilayah barat yang terletak pada bagian
Back-arc Basin Lempeng Sunda (Eurasia), meliputi cekungan Sumatera Utara,
cekungan Sumatera Tengah, cekungan Sumatera Selatan, cekungan Sunda-Asri,
Cekungan Utara Jawa, CekunganJawa Timur, Cekungan Barito, Cekungan Kutai,
Cekungan Tarakan, Cekungan Natuna Barat,dan Cekungan Natuna Timur. Cekungancekungan sedimen pada wilayah Barat ini terbentuk pada akhir kala Eosen dimana
pada kala tersebut terjadi proses pelebaran cekungan yang diisi oleh material sedimen
lakustrin dan fluvial. Proses transgresi yang terjadi pada pertengahan kala Oligosen
seampai pertengahan kala miosen yang terisi oleh material fluvial yang kemudian
tertimbun sedimen delta dan karbonat pada kala oligosen akhir sampai miosen awal.
Selanjutnya terbentuk lapisan perangkap pada pertengahan kala miosen, di mana pada
saat itu berlangsung proses transgresi secara maksimum dan di akhir kala miosen
sampai dengan pliosen,akhirnya mulai terbentuk struktur-struktur kompresi, akibat
adanya desakan gaya tektonikdari lempeng Indo-Australia terhadap lempeng sunda
(Eurasia).
Cekungan Sumatera Utara terbentuk pada zaman Tersier (Oligosen Awal), dan
pada lempeng Eurasia atau Paparan Sunda yang merupakan bagian dari Back-arc
Basin lempeng Sunda yang mrupakan jalur yang terbentang dari Medan sampai
Banda Aceh. Sedangkan untuk Stratigrafi regional Cekungan Sumtra Utara dari tua
ke muda yaitu terdiri dari Formasi Parapat, Formasi Bampo, Formasi
Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang, Formasi Seurula Formasi Julu Rayeu,
Vulkanik Toba, dan Alluvial. Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari
berbagai elemen yang berupa tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana
cekungan ini terjadi setelah berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman
Mesozoikum atau sebelum mulai berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam
cekungan sumatera utara. Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan
bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah barat laut tenggara. Proses
sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan trangressi,

Sumaher Ompusunggu
21100114140099

kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier. Pola
struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan
pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat laut tenggara
Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara pada bagian
bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan. Pengendapan Tersier Bawah
ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara sedimen dengan batuan dasar yang
berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangressi, membentuk endapan berbutir kasar
halus, batulempung hitam, napal, batulempung gampingan dan serpih. Transgressi
mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan lingkungan
berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya akan fosil
foraminifora planktonik dari formasi Peutu. Dibagian timur cekungan diendapkan
formasi Belumai yang berkembang menjadi 2 facies yaitu klastik dan karbonat.
Kondisi tenang terus berlangsung sampai Miosen tengah dengan pengendapan serpih
dari formasi Baong. Setelah pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi
proses regresi yang mengendapkan sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan
Julu Rayeuk) secara selaras diendapkan diatas Formasi Baong, kemudian secara tidak
selaras diatasnya diendapkan Tufa Toba dan Alluvial.

Anda mungkin juga menyukai