Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATA KULIAH

VALUE FOR MONEY AUDIT

KELOMPOK 10 :
ARIF MUNANDAR

(F1316020)

RANI RAHARDINA

(F1316082)

YURIKA PRASTIKA S.

(F1316110)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI TRANSFER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016

VALUE FOR MONEY AUDIT


Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga pemerintah
maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan, meliputi
1. Convention audit: financial & compliance audit
2. VFM audit: financial, compliance, & performance audit.
Performance audit: 3E's audit (economy, efficiency, & effectiveness audit)
Audit ekonomi & efisiensi disebut management/operational audit
Audit efektivitas disebut program audit.
Karakteristik Value For Money Audit
Performance audit pada dasarnya merupakan perluasan audit keuangan
Pengertian audit dalam audit keuangan (Malan, 1984): suatu proses yangg sistematis
untuk memperoleh & mengevaluasi bukti secara obyektif tentang asersi atas tindakan &
kejadian ekonomi, kesesuaiannya dengan standar

yang ditetapkan & kemudian

mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak pengguna laporan tersebut.


Fokus performance audit: pemeriksaan pada tindakan & kejadian ekonomi yang
menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit.
Definisi audit kinerja (Malan, 1984) adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh &
mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen
atas ekonomi & efisiensi operasi, efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan, &
kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan & hukum yang berlaku, menentukan kesesuaian
kinerja yang dicapai dengan kriteria yang ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak pengguna laporan tersebut.
Salah satu hal yg membedakan VFM audit dengan conventional audit adalah dalam hal
laporan audit.
1. audit konvensional, hasil audit berupa opini auditor secara independen & obyektif
tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar yang ditetapkan,
tanpa pemberian rekomendasi perbaikan.
2. VFM audit tidak sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang
dilaksanakan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di
masa mendatang.

Audit Ekonomi & Efisiensi


Ekonomi mempunyai arti biaya terendah
Efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input), karena diukur
dalam unit yang berbeda maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan:
1. sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal, atau
2. output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya.
Tujuan audit ekonomi & efisiensi adalah untuk menentukan
1. apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, & menggunakan sumber daya
(spt karyawan, gedung, ruang, & peralatan kantor) secara ekonomis & efisien;
2. penyebab terjadinya praktik yang tak ekonomis atau tak efisien, termasuk
ketidakmampuan

organisasi

dalam

mengelola

sistem

informasi,

prosedur

administrasi, & struktur organisasi.


The General Accounting Office Standards (1994) menegaskan bahwa audit ekonomi &
efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah:
a.

Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat

b.

Melakukan pengadaan SDM, mutu & jumlah sesuai kebutuhan pada biaya terendah

c.

Melindungi & memelihara sumber daya yang ada secara memadai

d.

Menghindari duplikasi kegiatan yang tanpa atau kurang jelas tujuannya

e.

Menghindari pengangguran atau berlebihan sumber daya

f.

Menggunakan prosedur kerja yang efisien;

g.

Menggunakan sumber daya yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan


barang/jasa dengan kuantitas & kualitas yang tepat;

h.

Mematuhi persyaratan peraturan perundangan yang berkaitan dengan perolehan,


pemeliharaan, & penggunaan sumber daya

i.

Melaporkan ukuran sah & dapat dipertanggungjawabkan tentang kehematan &


efisiensi.

Pada audit ekonomi & efisiensi, ukuran output idealnya dispesifikasikan oleh organisasi
yang bersangutan & ukuran tersebut digunakan untuk mengukur kinerja manajer.
Auditor harus mampu menilai apakah output telah dihasilkan dengan biaya yang lebih
rendah atau apakah biaya yang terjadi dapat menghasilkan output yang lebih besar.
Untuk mengetahui apakah organisasi menghasilkan output yang optimal dengan sumber
daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah dicapai pada
periode yang bersangkutan dengan:

1. Standar yang telah ditetapkan sebelumnya,


2. Kinerja tahun-tahun sebelumnya,
3. Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.
Prosedur audit ekonomi & efisienisi meliputi:
1. Perencanaan audit,
2. Mereview sistem akuntansi & pengendalian intern,
3. Menguj sistem akuntansi & pengendalian intern,
4. Melaksanakan audit,
5. Menyampaikan laporan.
Audit Efektivitas
Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit Commission (1986),
efektivitas berarti menyediakan jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang
berwenang untuk mengimplementasikan kebijakan & tujuannya.
Tujuan audit efektivitas (audit program) untuk menentukan:
1. tingkat pencapaian hasil/manfaat yang diinginkan
2. kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya
3. apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang memberikan
hasil yang sama dengan biaya yang terendah.
Tujuan pelaksanaan audit efektivitas/audit program secara rinci adalah
a.

Menilai tujuan program (baru/sedang berjalan) apakah sudah memadai & tepat;

b.

Menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;

c.

Menilai efektivitas program dan/atau unsur program secara terpisah;

d.

Mengidentifikasi faktor penghambat kinerja yang baik & memuaskan;

e.

Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif pelaksanakan


program yang memberi hasil lebih baik & biaya lebih rendah;

f.

Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau


bertentangan dengan program lain yang terkait;

g.

Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih


baik;

h.

Menilai ketaatan terhadap peraturan yang berlaku untuk program tsb;

i.

Menilai apakah SPM sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan, &
memantau tingkat efektivitas program;

j.

Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah & dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.

Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa


Mengukur efektivitas kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang ditetapkan
sebelumnya. Jika belum tersedia, auditor bekerja sama dengan top management & badan
pembuat keputusan untuk menghasilkan kriteria tersebut dengan berpedoman pada tujuan
pelaksanaan program.
Meskipun efektivitas program tak dapat diukur secara langsung, beberapa alternatif untuk
mengevaluasi pelaksanaan program:
1. Proksi untuk mengukur dampak/ pengaruh,
2. Evaluasi oleh konsumen,
3. Evaluasi yang menitikberatkan pada proses bukan pada hasil.
Tingkat komplain & permintaan dari pengguna jasa dapat sebagai proksi pengukuran
standar kinerja. Evaluasi pelaksanaan program mempertimbangkan hal:
1. Apakah program tersebut relevan atau realistis
2. Apakah ada pengaruh dari program tsb,
3. Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, &
4. Apakah ada cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.
Tiga kategori kegiatan VFM audit secara umum:
1. By~product' VFM Work
Pekerjaan VFM audit yang merupakan tujuan sekunder biasanya kurang terstruktur
Tipe pekerjaan: berupaya untuk mencari penghematan dengan jalan melakukan sedikit
perubahan dalam praktik kerja & memiliki manfaat yang substansial.
2. An Arrangement Review
Pekerjaan VFM audit: untuk menjamin bahwa klien melakukan tugas administrasi
yang diperlukan untuk mencapai VFM berdasarkan peraturan formal yang ada .
Dalam Arrangement Review Auditor dapat:
1.

mengecek & menilai keberadaan peraturan formal semacam ini.

2.

memberikan gambaran bagi auditor untuk mereview kinerja

3. Performance Review

Pekerjaan yang dilakukan untuk menilai secara obyektif VFM yang dicapai oleh klien
& membandingkannya dengan kriteria (pembanding) yang valid.
Penilaian terhadap kinerja klien dapat dilakukan dengan membandingkan hasil yang
dicapai dengan kinerja masa Ialu, target yang ditetapkan sebelumnya atau kinerja
organisasi sejenis lainnya.
Prasyarat pelaksanaan proses audit kinerja pada organisasi sektor publik:
1.

Auditor (orang/lembaga yang melakukan audit), auditee (pihak yang diaudit),


recipent (pihak yang menerima hasil audit)

2.

Hubungan akuntanbilitas antara auditee (subordinate) & audit recipent (otoritas yang
lebih tinggi)

3.

Independensi antara auditor & auditee

4.

Pengujian & evaluasi tertentu atas aktivitas yang menjadi tanggung jawab auditee
oleh auditor untuk audit recipent.

Auditor sebagai pihak pertama memegang peran utama dalam audit kinerja karena:
1.

dapat mengakses informasi keuangan & informasi manajemen dari organisasi yang
diaudit,

2.

memiliki kemampuan profesional & bersifat independen.

Auditee sebagai pihak kedua terdiri dari manajemen atau pekerja organisasi yang
bertanggungjawab kepada recipent.
Recipent mrp pihak ke-3 yg menerima laporan yg terdiri dr bbrp kelompok al: tingkatan
yg lebih tinggi dlm organisasi yg sama, dewan komisaris, stockholder, masy, & investor
scr individual/kelompok.
Untuk menjadi profesional auditor sektor publik diperlukan beberapa syarat:
1. Seorang auditor harus telah diakui dapat melakukan pemeriksaan (audit);
a. Mempunyai pemahaman tentang akun yang ada, sesuai dengan peraturan yang
berlaku serta mentaati perundangan.
b. Auditor telah diakui kemampuannya dalam melakukan praktik audit.
c. Auditor harus dapat memahami apakah klien telah memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki secara ekonomis, efisien, & efektif.
2. Seorang auditor harus mematuhi kode etik yang berlaku.
3. Seorang auditor harus dapat melakukan audit dengan bertggungjawab, karena
terdorong oleh kesadaran bahwa audit yang akan dilaksanakannya pada organisasi
sektor publik, terutama untuk memenuhi kepentingan masyrarakat
Dua prosedur utama praktik auditing terhadap kinerja organisasi secara komprehensif:

1. management and technical review


2. special studies.
Management and Technical Review
Telaah fungsi manajer secara umum mengenai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian & metoda/teknik yang digunakan oleh entitas untuk
menentukan apakah:
1.

Rencana yang matang dikembangkan untuk mencapai hasil yang diinginkan,

2.

Terdapat struktur yang memadai tentang wewenang & tanggung jawab,

3.

Manajer telah secara jelas mengkomunikasikan ekspektasinya kepada pihak yang


bertanggungjawab atas operasi,

4.

Pelaksanaan diawasi & dievaluasi secara reguler dengan kriteria memadai sehingga
varian dapat dideteksi & dikoreksi tepat pada waktunya.

Special Studies
Telaah yang diarahkan untuk mencapai kesesuaian terhadap spesifikasi tertentu sesuai
dengan permintaan.
Contoh special studies mungkin dilaksanakan untuk:
1. Penelitian tentang dugaan terjadinya kesalahan/kecurangan,
2. Menilai kecukupan pengendalian internal dalam SIM atau SIA yang diterapkan,
3. Konsultasi menjadi berkaitan dengan masalah keuangan khusus atau kinerja,
4. Mengevaluasi penggunaan dana untuk kegiatan investasi yang mungkin berpengaruh
terhadap operasi organisasi di masa yang akan datang.
Standar Audit Pemerintahan (SAP) Tahun 1995
Pedoman audit kinerja terhadap lembaga pemerintahan di Indonesia adalah SAP yang
dikeluarkan BPK tahun 1995.
SAP merupakan standar melakukan audit atas kegiatan pemerintah meliputi pelaksanaan
APBN/APBD, pelaksanaan anggaran tahunan BUMN/BUMD, serta kegiatan yayasan
yang didirikan oleh pemerintah, BUMN/BUMD atau badan hukum lain yang di
dalamnya terdapat kepentingan keuangan negara atau yang menerima bantuan
pemerintah.
Standar audit kinerja terhadap lembaga pemerintah menurut SAP adalah:
1. Standar Umum
a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan.

b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/lembaga


audit & auditor, baik pemerintah maupun akuntan publik, harus independen
(secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari gangguan independensi
yang bersifat pribadi & yang di luar pribadinya (ekstern), yg dapat mernpengaruhi
independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap & penampilan yang
independen.
c. Dlm pelaksanaan audit & penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat & seksama.
d. Setiap organisasi/lembaga audit yang melaksanakan audit yang berdasarkan SAP
harus memiliki SPI yang memadai, & sistem pengendalian mutu tersebut harus di-review
oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).
2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja, terdiri atas lima hal, yaitu:
a. Perencanaan
b. Supervisi
c. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundangan
d. Pengendalian Manajemen
e. Bukti
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja berisi lima hal, yaitu:
1.

Bentuk. laporan audit secara tertulis untuk mengkomunikasikan hasil audit.

2.

Ketepatan Waktu. menerbitkan laporan yang dapat digunakan secara tepat waktu
oleh manajemen & pihak lain yang berkepentingan.

3.

Isi Laporan. Isi laporan audit meliputi:


a. Tujuan, Lingkup, & Metodologi Audit
b. Hasil Audit. melaporkan temuan audit yang signifikan & kesimpulan
c. Rekomendasi.
d. Pernyataan Standar Audit. berdasarkan SAP
e. Kepatuhan terhadap peraturan perundangan
f. Ketidakpatuhan

terhadap

peraturan

perundangan

&

penyalahgunaan

wewenang
g. Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar/melawan
hukum
h. Pengendalian manajemen
i. Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab
j. Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai

k. Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut


l. Informasi istimewa & rahasia
4.

Penyajian Laporan, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas & ringkas
sepanjang hal ini dimungkinkan.

5.

Distribusi Laporan oleh organisasi/lembaga audit kepada:


a. pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit,
b. pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit,
termasuk organisasi luar yang memberikan dana, kecuali jika peraturan
melarangnya,
c. pejabat lain yang mempunyai tanggung jawab atas pengawasan secara hukum
atau pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut
berdasarkan temuan & rekomendasi audit, &
d. pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima
laporan tsb.

Audit Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Konteks Otonomi Daerah


Tiga aspek utama terciptanya good governance:
1. Pengawasan mengacu pada tindakan/kegiatan pihak di luar eksekutif (masyarakat &
DPR/DPRD) untuk turut mengawasi kinerja pemerintahan.
2. Pengendalian adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin
dilaksanakannya sistem & kebijakan menjadi sehingga tujuan organisasi tercapai.
3. Pemeriksaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
independensi & memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil
kinerja pemerintah sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.
Perbedaan pada tataran teknis aplikatif

pengawasan DPR/DPRD dilakukan pada tahap awal.

Pengendalian terutama pada tahap menengah (operasionalisasi anggaran), yaitu level


management control & task control,

Pemeriksaan dilakukan pada tahap akhir.

Objek yang diperiksa berupa kinerja anggaran (anggaran policy),

Laporan pertanggungjawaban keuangan yang terdiri atas:


1. Laporan & nota perhitungan APBN/APBD,
2. Neraca, &
3. Laporan aliran kas.
Agar tak terjadi penyimpangan/penyelewengan yang disebabkan abuse of power, maka
pemberian wewenang diikuti dengan pengawasan & pengendalian yang kuat.
Penguatan fungsi pengawasan dilakukan mll:
1. optimalisasi peran DPR/DPRD sebagai balance of power bagi eksekutif, &
2. partisipasi masyarakat secara langsung / tak langsung sebagai social control.
Penguatan fungsi pengendalian dilakukan melalui pembuatan SPI yang memadai &
pemberdayaan auditor internal pemerintah.
Pengawasan oleh DPR/DPRD atau masyarakat harus dilakukan sejak tahap perencanaan,
pelaksanaan & pelaporan.
Untuk fungsi pemeriksaan diserahkan kepada lembaga pemeriksa yang memiliki otoritas
& keahlian professional (BPK, BPKP, atau akuntan publik yg independen).
Permasalahan Audit Kinerja Lembaga Pemerintah Di Indonesia
Pemberian otonomi & desentralisasi yg luas, nyata, & bertanggungjawab kepada daerah
kabupaten/kota membawa konsekuensi perubahan pada pola & sistem pengawasan &
pemeriksaan.
Perubahan tersebut memberikan dampak pada unit kerja pemda, seperti tuntutan untuk
lebih terbuka, transparan, & bertanggungjawab atas keputusan yang dibuat.
Kepercayaan kepada auditor dengan memberi peran yang besar untuk memeriksa
lembaga pemerintahan, menjadi bagian proses terciptanya akuntabilitas publik.
Auditor dituntut untuk menjaga & meningkatkan profesionalisme, kompetensi, &
independensinya.
Peraturan yg terkait
1. Ketetapan No X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan dalam
Rangka Penyelamatan & Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara,

2. Ketetapan No. XI/MPR/1 998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih & Bebas
KKN, maka peran & fungsi pengawasan & pemeriksaan menjadi sangat strategis.
Tap MPR tersebut menggariskan bahwa perlu untuk "memberdayakan pengawasan oleh
lembaga negara, politik & kemasyarakatan & meningkatkan keterbukaan pemerintah
dalam pengelolaan keuangan negara untuk menghilangkan KKN"
Untuk meningkatkan pengawasan & pemeriksaan dalam rangka memberantas praktik
KKN, pemerintah bersama DPR kemudian mengesahkan UU 28/1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.
Reposisi Lembaga Pemeriksa
Keleluasaan pemda dalam pengelolaan keuangan daerah memungkinkan terjadi
perpindahan penyelewengan & KKN dari pusat ke daerah, sehingga perlu optimalisasi
fungsi pengawasan oleh DPRD.
Kelemahan audit pemerintahan di Indonesia:
1. Kelemahan yang bersifat inherent, yaitu
a. tak tersedianya performance indicator yang memadai untuk mengukur kinerja
pemda karena output berupa pelayanan publik yang tak mudah diukur
b. belum adanya Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah yang baku
2. Kelemahan bersifat structural, yaitu terkait dengan masalah struktur lembaga
pemeriksa pemerintah pusat & daerah di Indonesia.

Permasalahan: banyaknya

lembaga pemeriksa fungsional yang overlapping sehingga menyebabkan pelaksanaan


pengauditan tidak efisien & tidak efektif
Agar lembaga audit efisien & efektif, diperlukan reposisi beberapa pemisahan tugas &
fungsi yang jelas dari lembaga pemeriksa pemerintah tersebut (auditor internal atau
eksternal)
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian
dari organisasi yang diawasi.

Dalmm pemerintah adalah Inspektorat Jenderal

Departemen, SPI di lingkungan lembaga negara & BUMN/BUMD, Itwilprop,


Itwilkab/ltwilko, & BPKP.
Audit eksternal adalah audit yg dilakukan oleh unit pemeriksa (yang independen) yang
berada di luar organisasi yang diperiksa. Dalam pemerintah adalah BPK merupakan
lembaga yang independen & merupakan supreme auditor.
Reposisi tersebut diharapkan dapat diikuti dengan dihasilkan SAKSP & SAP lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai