Anda di halaman 1dari 6

CHIKUNGUNYA DI DEPOK

Depok,

Desember

2012

Chikungunya terjadi pada 3 Kelurahan di Kota Depok. Di Kelurahan Tanah Baru


Chikungunya terjadi sejak November 2011 sampai dengan minggu pertama Tahun 2012.
Penderita sebagian besar perempuan (56,5%) dan diderita paling banyak pada kelompok
umur di atas 31-40 tahun (42 kasus); kelompok umur 10-20 tahun (37 kasus) dan 21-30 tahun
(37 kasus). Kondisi lingkungan rumah dan di dalam rumah berpotensi menjadi penular
chikungunya, dimana angka bebas jentik (ABJ) hanya sekitar 50%.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama mengenai perkembangan
Chikungunya
di
Kota
Depok.
Berdasar tim DitJen P2PL Kemenkes yang turun ke lapangan bersama DinKes Kota Depok
(7/1), telah dilakukan upaya penanggulangan diantaranya Membuka Posko pengobatan 24
Jam di lokasi terdekat dengan lokasi KLB; Petugas Puskesmas menjaga Posko secara
bergiliran untuk memberikan pengobatan simtomatis kepada masyarakat yang datang
berobat; Melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar mencegah gigitan nyamuk penular
chikungunya dengan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M-plus dan segera berobat ke
Posko apabila menderita gejala demam, nyeri persendian, sakit kepala dll; Telah melakukan
PE untuk pendataan jumlah kasus di 3 kelurahan; Mengadakan gerakan PSN massal pada
hari Jumat; Akan mengadakan penyemprotan di 3 kelurahan lokasi KLB; serta akan
melakukan
tes
untuk
penegakan
diagnosa
dengan
RDT
Chikungunya.
Menurut Prof dr Tjandra upaya pengendalian Chikungunya pada dasarnya sama dengan
pengendalian DBD, yaitu mengobati penderita dengan memberi obat penurun panas dan
obat nyeri sendi; Istirahat; penyemprotan wilayah untuk membunuh nyamuk yang terinfeksi;
membersihkan lingkungan dari jentik dan genangan air melalui PSN secara teratur seminggu
sekali
dan
lebih
sering
ketika
setelah
hujan
turun.
Masyarakat perlu mewaspadai gejala-gejala Chikungunya seperti demam mendadak, nyeri
sendi di kaki, lutut, pinggul, pinggang sampai terasa seperti lumpuh hingga tidak dapat
berjalan dan sakit bila bergerak. Nyeri sendi juga terasa di tangan, jari, lengan, bahu dll.
Selain itu timbul bintik-bintik kemerahan hampir mirip DBD. Sakit sendi akan dirasakan
selama seminggu. Lama masa inkubasi 7 10 hari, terang Prof. Dr. Tjandra Yoga.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 02152907416-9, faks: 52921669, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau e-mail
info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id.

Kasus Kesehatan Gratis Berpotensi Ditutup


SIDRAP Kasus dugaan penggelembungan dana pengadaan obat gratis di RS Nene
Mallomo (Nemal) Sidrap, kemungkinan besar akan ditutup oleh Kejaksaaan Negeri (Kejari)
Sidrap.
Pasalnya, penyidik tidak menemukan potensi kerugian negera oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kajari Sidrap, HM Arifin Hamid di kantornya, Selasa,
20 Desember, mengatakan, dirinya sudah menerima laporan hasil audit perhitungan BPKP
terkait kasus dugaan penggelembungan dana harga obat yang telah menyeret dua petinggi RS
Nemal berinisial Sal dan Nov sebagai tersangka tersebut. Hasilnya, kata Arifin nihil alias
tidak ada kerugian negara. Kami menghormati dan menerima kenyataan ini. Karena BPKP
menyatakan tidak ada unsur kerugian negara dibalik dugaan tindak pidana korupsi ini, maka
secara objektif kami juga harus mengatakan bahwa kasus ini tidak layak untuk dilanjutkan
lagi, ujar mantan Koordinator Pengawas Jaksa Kejati Sulselbar ini. Terkait hasil audit BPKP
itu, Arifin mengaku sudah mempelajarinya secara saksama dan diakui telah terjadi salah
penafsiran terutama dalam menghitung selisih harga obat. Arifin lalu mencontohkan semisal
suntikan yang tidak semestinya ikut lantaran sudah masuk dalam item program kesehatan
gratis. Yang pastinya ada kesalahan dan itu sangat jelas tertera pada lembaran hasil audit
BPKP, ungkap Arifin. Sekadar diketahui, kasus ini mulai bergulir sekira Oktober 2010 atau
semasa era kepemimpinan Ali Hanafiah sebagai Kajari Sidrap. Memasuki Januari 2011 lalu,
penyidik kejaksaan lalu menemukan adanya potensi kerugian negara mencapai ratusan juta
rupiah hingga menetapkan dua petinggi RS Nemal Sidrap masing-masing Sal dan Nov
sebagai tersangka. (edy/din)

CHIKUNGUNYA DI DEPOK
Chikungunya terjadi pada 3 Kelurahan di Kota Depok. Di Kelurahan Tanah Baru
Chikungunya terjadi sejak November 2011 sampai dengan minggu pertama Tahun 2012.
Penderita sebagian besar perempuan (56,5%) dan diderita paling banyak pada kelompok
umur di atas 31-40 tahun (42 kasus); kelompok umur 10-20 tahun (37 kasus) dan 21-30 tahun
(37 kasus). Kondisi lingkungan rumah dan di dalam rumah berpotensi menjadi penular,
dimana angka bebas jentik (ABJ) hanya sekitar 50%.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Kemenkes, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama mengenai perkembangan Chikungunya di
kota Depok.
Berdasar tim DitJen P2PL Kemenkes yang turun ke lapangan bersama DinKes Kota Depok
(7/1), telah dilakukan upaya penanggulangan diantaranya Membuka Posko pengobatan 24
Jam di lokasi terdekat dengan lokasi KLB; Petugas Puskesmas menjaga Posko secara
bergiliran untuk memberikan pengobatan simtomatis kepada masyarakat yang datang
berobat; Melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar mencegah gigitan nyamuk penular
chikungunya dengan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M-plus dan segera berobat ke
Posko apabila menderita gejala demam, nyeri persendian, sakit kepala dll; Telah melakukan
PE untuk pendataan jumlah kasus di 3 kelurahan; Mengadakan gerakan PSN massal pada hari
Jumat; Akan mengadakan penyemprotan di 3 kelurahan lokasi KLB; serta akan melakukan
tes untuk penegakan diagnosa dengan RDT chikungunya.
Menurut Prof dr Tjandra upaya pengendalian Chikungunya pada dasarnya sama dengan
pengendalian DBD, yaitu mengobati penderita dengan memberi obat penurun panas dan obat
nyeri sendi; Istirahat; penyemprotan wilayah untuk membunuh nyamuk yang terinfeksi;
membersihkan lingkungan dari jentik dan genangan air melalui PSN secara teratur seminggu
sekali
dan
lebih
sering
ketika
setelah
hujan
turun.
Masyarakat perlu mewaspadai gejala-gejala Chikungunya seperti demam mendadak, nyeri
sendi di kaki, lutut, pinggul, pinggang sampai terasa seperti lumpuh hingga tidak dapat
berjalan dan sakit bila bergerak. Nyeri sendi juga terasa di tangan, jari, lengan, bahu dll.
Selain itu timbul bintik-bintik kemerahan hampir mirip DBD. Sakit sendi akan dirasakan
selama seminggu. Lama masa inkubasi 7 10 hari, terang Prof. Dr. Tjandra Yoga.

Dari proses analisa,berita tentang Chikungunya di Depok mengandung 5 unsur unsur yang
dibutuhkan dalam sebuah komunikasi.Yang mana uraiannya adalah sebagai berikut :
1.Unsur yang pertama yaitu Who (Siapa/sumber)
Sumber dari berita tersebut adalah dari Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes, Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama.
2.Unsur yang kedua yaitu Say What ( pesan )
Berita di atas menyampaikan tentang penyakit Chikungunya yang terjadi di kota
Depok,tanda dan gejalanya serta pencegahan dan penanggulangannya,
3.Unsur yang ketiga yaitu In Which Channel
Berita di atas disampaikan menggunakan media elktronik dan media cetak
4.Unsur yang keempat yaitu To Whom ( untuk siapa / penerima)
Berita di atas ditujukan untuk masyarakat umum,kelompok atau organisasi
5.Unsur yang kelima yaitu With What Effect ( dampak / efek )
Dampak /efek dari berita diatas yaitu dapat menambah pengetahuan masyarakat
sehingga dapat merubah sikap dan perilaku dalam peningkatan kesehatan.

TUGAS KOMUNIKASI

D
I
S
U
S
U
N

010.61.299

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai