Menimbang
: a.
b.
pedoman
mengenai
penjualan
kendaraan
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
Menteri
Dalam
Negeri
tentang
Pedoman
: 1.
Undang-Undang
Pemerintahan
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
telah diubah beberapa kali terakhir dengan UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
4.
Barang
Milik
Negara/Daerah
Berupa
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1.
Pemerintah
Pusat
adalah
Presiden
Republik
2.
oleh
Pemerintah
Daerah
dan
Dewan
pembantuan
dengan
prinsip
otonomi
seluas-
Indonesia
sebagaimana
dimaksud
dalam
penyelenggara
memimpin
pelaksanaan
pemerintahan
urusan
daerah
pemerintahan
yang
yang
5.
6.
DPRD
adalah
lembaga
perwakilan
rakyat
8.
Pengelola
bertanggung
jawab
melakukan
koordinasi
10.
11.
Pengguna
barang
adalah
pejabat
pemegang
13.
14.
15.
Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah
yang
17.
18.
Pejabat
Penatausahaan
Pengguna
Barang
adalah
Pengurus
Barang adalah
Fungsional
Umum
Pejabat
yang
dan/atau
diserahi
tugas
mengurus barang.
20.
Pengurus Barang
Pengurus
Fungsional
menyimpan,
Barang
Umum
Pengguna
yang
diserahi
mengeluarkan,
adalah
tugas
Jabatan
menerima,
menatausahakan
barang
22.
Pembantu
Pengurus
pengurus barang
Barang
Pengelola
adalah
Pembantu
Pengurus
Barang
Pengguna
adalah
menerima,
menyimpan,
mengeluarkan,
26.
27.
28.
dan
pemeliharaan,
pemindahtanganan,
pemusnahan,
penatausahaan
pembinaan,
dan
penilaian,
penghapusan,
pengawasan
dan
pengendalian.
29.
Perencanaan
Kebutuhan
adalah
kegiatan
Rencana
selanjutnya
Kebutuhan
disingkat
Barang
RKBMD,
Milik
Daerah,
adalah
yang
dokumen
32.
33.
34.
berakhir
diserahkan
kembali
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
35.
pendapatan
daerah
atau
sumber
pembiayaan lainnya.
36.
sarana
berikut
fasilitasnya,
kemudian
37.
38.
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
39.
Penanggung
selanjutnya
Jawab
disingkat
Lembaga/Kepala
Proyek
PJPK
Daerah,
Kerjasama
adalah
atau
yang
Menteri/Kepala
badan
usaha
milik
infrastruktur
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan.
40.
41.
42.
43.
dari
44.
Penyertaan
Modal
Pemerintah
Daerah
adalah
46.
dari
membebaskan
pejabat
Pengelola
yang
berwenang
untuk
Barang,
Pengguna
Barang
Penatausahaan
meliputi
adalah
pembukuan,
rangkaian
inventarisasi,
kegiatan
dan
yang
pelaporan
Inventarisasi
adalah
kegiatan
untuk
melakukan
50.
Daftar
barang
milik
daerah
adalah
daftar
yang
52.
10
53.
Rumah
Negara
adalah
bangunan
yang
dimiliki
g. penilaian;
h. pemindahtanganan;
i.
pemusnahan;
j.
penghapusan;
k. penatausahaan;
l.
m. pengelolaan
barang
milik
daerah
pada
SKPD
yang
Pasal 3
11
(1)
Pasal 5
Barang milik daerah yang dibeli atau diperoleh atas
beban APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
(2)
(3)
dan
ayat
(2)
bersifat
berwujud
maupun
tidak
berwujud.
Pasal 6
Barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang
sah, meliputi:
a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang
sejenis;
b. barang
yang
diperoleh
sebagai
pelaksanaan
dari
perjanjian/kontrak;
c. barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
12
d. barang
Pasal 7
Barang
Barang
yang
Pasal 8
diperoleh
sebagai
pelaksanaan
dari
BAB III
PEJABAT PENGELOLA BARANG MILIK DAERAH
Bagian Kesatu
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah
(1)
Pasal 9
Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan
13
(2)
kebijakan
pengelolaan
barang
milik
daerah;
b. menetapkan
penggunaan,
pemanfaatan,
atau
kebijakan
pengamanan
dan
Bagian Kedua
Pengelola Barang
Pasal 10
Sekretaris daerah selaku Pengelola Barang, berwenang dan
bertanggung jawab:
a.
14
b.
meneliti
dan
menyetujui
rencana
kebutuhan
d.
mengatur
pelaksanaan
penggunaan,
pemanfaatan,
f.
g.
melakukan
pengawasan
dan
pengendalian
atas
Bagian Ketiga
Pejabat Penatausahaan Barang
(1)
Pasal 11
Kepala SKPD yang mempunyai fungsi pengelolaan barang
(2)
(3)
ayat
(1)
ditetapkan
dengan
Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota.
Pejabat Penatausahaan Barang sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1),
mempunyai
wewenang
dan
tanggungjawab:
a. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan
persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan
barang milik daerah kepada Pengelola Barang;
b. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan
persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan
15
pengajuan
usul
pemindahtanganan
barang
pemanfaatan
milik
daerah
dan
yang
mengatur
pelaksanaan
penggunaan,
membantu
Pengelola
Barang
dalam
pelaksanaan
Barang
yang
tidak
digunakan
untuk
16
j.
Bagian Keempat
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
(1)
(2)
Pasal 12
Kepala SKPD selaku Pengguna Barang.
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan
(3)
dengan
Keputusan
Gubernur/Bupati/
Walikota.
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berwenang dan bertanggung jawab:
a. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran
barang milik daerah bagi SKPD yang dipimpinnya;
b. mengajukan
permohonan
penetapan
status
penggunaan barang yang diperoleh dari beban APBD
dan perolehan lainnya yang sah;
c. melakukan pencatatan dan inventarisasi
barang
penguasaannya
penyelenggaraan
tugas
untuk
dan
kepentingan
fungsi
SKPD
yang
dipimpinnya;
e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah
f.
barang
milik
daerah
dan
berupa
17
pihak
lain,
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
pengawasan,
dan
barang
Pengguna
kewenangan
Barang
dapat
dan
tanggung
melimpahkan
jawab
kepada
sebagian
Kuasa
Pengguna Barang.
(2)
Pelimpahan
sebagian
wewenang
dan
tanggungjawab
Penetapan
kuasa
pengguna
barang
sebagaimana
Pasal 14
(1)
18
(2)
sebagaimana
sebagaimana
sebagaimana
usulan
permohonan
penetapan
status
pengajuan
pemindahtanganan
usulan
barang
pemanfaatan
milik
daerah
dan
berupa
rencana
penyerahan
barang
milik
19
persetujuan
atas
Surat
Permintaan
Barang
(SPPB)
untuk
mengeluarkan
j.
melakukan
verifikasi
sebagai
dasar
memberikan
oleh
Pengurus
Barang
Pengguna
Bagian Keenam
Pengurus Barang Pengelola
Pasal 15
(1)
atas
usul
Pejabat
Gubernur/
Penatausahaan
Barang.
(2)
(1)
adalah
pengelolaan
pejabat
barang
yang
milik
membidangi
daerah
pada
fungsi
Pejabat
Penatausahaan Barang.
(3)
meneliti
dan
persetujuan
menyiapkan
dalam
bahan
penyusunan
20
b. membantu
meneliti
pertimbangan
dan
menyiapkan
persetujuan
dalam
bahan
penyusunan
dan
penghapusan
dari
Pengguna
Barang
dalam
penggunaan,
pengaturan
pemanfaatan,
tanah
diserahkan
dari
dan/atau
bangunan
Pengguna
Barang
yang
telah
yang
tidak
Pengelola Barang;
menyimpan dokumen asli kepemilikan barang milik
daerah;
g. menyimpan
salinan
dokumen
Laporan
Barang
21
kepada
Pengelola
Barang
melalui
Pejabat
Penatausahaan Barang.
(5)
(6)
bertindak
sebagai
pekerjaan/penjualan
penjamin
tersebut
atas
yang
kegiatan/
anggarannya
Bagian Ketujuh
Pengurus Barang Pengguna
Pasal 16
(1)
Pengurus
Barang
Pengguna
ditetapkan
oleh
22
e. menyiapkan
dokumen
pengajuan
usulan
milik
pengajuan
usulan
dan tahunan;
m. memberi label barang milik daerah;
n. mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat
Penatausahaan Pengguna Barang atas perubahan
kondisi
fisik
barang
milik
daerah
berdasarkan
kepemilikan
menyimpan
barang
milik
asli/fotokopi/salinan
daerah
dan
dokumen
penatausahaan;
q. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan
laporan barang Pengguna Barang dan laporan barang
milik daerah; dan
23
r.
kepada
Barang
Pengelola
setelah
Barang
diteliti
oleh
melalui
Pejabat
Pengurus Barang
Pengguna
Barang
dan
secara
fungsional
(4)
Barang
Pengguna
yang
ditetapkan
oleh
Pengguna Barang.
(5)
Pengurus
Barang
kegiatan
Pengguna
perdagangan,
dilarang
pekerjaan
melakukan
pemborongan
dan
pekerjaan/penjualan
tersebut
yang
Bagian Kedelapan
Pengurus Barang Pembantu
Pasal 17
(1)
Gubernur/Bupati/Walikota
Barang
menetapkan
Pengurus
pada
ayat
(1)
dilakukan
berdasarkan
kompetensi
dan/atau
rentang
kendali
dan
24
(3)
Pengurus Barang
dokumen
rencana
kebutuhan
dan
e. menyiapkan
dokumen
pengajuan
usulan
milik
pengajuan
usulan
25
l.
dan tahunan;
m. memberi label barang milik daerah;
n. mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat
Penatausahaan
Pengguna
Pengguna Barang
Barang
melalui
Kuasa
kepemilikan
menyimpan
barang
milik
daerah
asli/fotokopi/salinan
dan
dokumen
penatausahaan;
q. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan
laporan barang Kuasa Pengguna Barang dan laporan
barang milik daerah; dan
r.
Barang
Penatausahaan
setelah
Pengguna
diteliti
Barang
oleh
dan
Pejabat
Pengurus
Barang Pengguna.
(4)
Pengurus Barang
bertindak
sebagai
kegiatan/pekerjaan/penjualan
penjamin
tersebut
BAB IV
PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK DAERAH
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
atas
yang
26
Pasal 18
(1)
(2)
Ketersediaan
barang
milik
daerah
sebagaimana
Perencanaan
barang
milik
daerah
sebagaimana
Perencanaan
kebutuhan
barang
milik
daerah
(2)
salah
satu
dasar
bagi
SKPD
dalam
initiative)
dan
angka
dasar
(baseline)
serta
Pasal 20
(1)
(2)
Perencanaan
kebutuhan
barang
milik
daerah
27
a. standar barang;
b. standar kebutuhan; dan/atau
c. standar harga.
(3)
Standar barang
yang ditetapkan
milik
yang
pengadaan
barang
milik
daerah
dalam
perencanaan kebutuhan.
(6)
Pasal 21
(1)
(2)
Pengguna
Barang
mengusulkan
dan/atau
RKBMD
Kuasa
pengadaan
Pengguna
barang
milik
Barang
daerah
28
Pasal 23
(1)
(2)
Pengguna
Barang
menyampaikan
usulan
RKBMD
(4)
Pengelola
Barang
dalam
melakukan
penelaahan
(6)
ayat
(5)
merupakan
anggota
Tim
Anggaran
Pemerintah Daerah.
(7)
29
Pasal 24
RKBMD
yang
telah
ditetapkan
oleh
Pengelola
Barang
(1)
Pasal 25
RKBMD pemeliharaan barang milik daerah tidak dapat
diusulkan
oleh
Pengguna
Barang
dan/atau
Kuasa
pemanfaatan.
RKBMD pemeliharaan barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b diusulkan oleh Pengguna
Barang yang menggunakan sementara barang milik
(3)
daerah.
RKBMD pemeliharaan barang milik daerah sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
huruf
tidak
termasuk
Bagian Kedua
Lingkup Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Daerah
(1)
Pasal 26
Perencanaan kebutuhan barang milik daerah meliputi:
30
a.
b.
c.
d.
(2)
daerah; dan
e. perencanaan penghapusan barang milik daerah.
Perencanaan
pengadaan
barang
milik
daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dituangkan
(3)
milik
daerah
milik
daerah
(6)
daerah
(1)
Pasal 27
Kuasa Pengguna Barang menyusun usulan RKBMD
Pengadaan barang milik daerah di lingkungan Kuasa
(2)
(1)
Pasal 28
Pengguna Barang melakukan penelaahan atas usulan
31
RKBMD
Pengadaan
yang
disampaikan
oleh
Kuasa
pada
mengikutsertakan
Barang
dan
ayat
(1),
Pejabat
Pengguna
Penatausahaan
Pengurus
Barang
Barang
Pengguna
Pengguna
untuk
RKBMD
Pengadaan
yang
Pengadaan
mempertimbangkan:
a. kesesuaian program
yang
sekurang-kurangnya
perencanaan
dan
standar
Pengguna Barang.
Hasil penelaahan atas usulan RKBMD Pengadaan yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) digunakan oleh Pengguna Barang
dalam
menyusun
RKBMD
Pengadaan
barang
milik
32
(1)
Pasal 29
Hasil penelaahan Pengguna Barang atas usulan RKBMD
Pengadaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna
Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4)
(2)
milik daerah
(1)
Pasal 30
Kuasa Pengguna Barang menyusun usulan RKBMD
Pemeliharaan barang milik daerah di lingkungan Kuasa
(2)
sebagaimana
dimaksud pada
ayat
(1)
(1)
Pasal 31
Pengguna Barang melakukan penelaahan atas usulan
RKBMD Pemeliharaan yang disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
(2)
Barang
mengikutsertakan
Pejabat
33
Pengguna
untuk
kebenaran
(3)
dan
melakukan
kelengkapan
penelitian
terhadap
usulan
RKBMD
pemeliharaan.
Penelaahan atas usulan RKBMD Pemeliharaan yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diutamakan untuk memastikan
kebenaran data masukan (input) penyusunan RKBMD
pemeliharaan yang sekurang-kurangnya mengacu pada
daftar barang Kuasa Pengguna Barang yang memuat
(4)
Pemeliharaan
barang
milik
daerah
tingkat
daerah
yang
disetujui.
(1)
Pasal 32
Hasil penelaahan Pengguna Barang atas usulan RKBMD
Pemeliharaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna
Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (4)
(2)
RKBMD
34
Penyampaian
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
Penyampaian
RKBMD
Pengadaan
dan
RKBMD
pada
Pengguna
Barang
telah
sesuai
dimaksud
pada
ayat
(1)
sekurang-
kurangnya memperhatikan:
a. Kesesuaian
program
perencanaan
dan
standar
35
Penelaahan
RKBMD
Pengadaan
barang
milik
f.
(4)
pertimbangan
kelengkapan
usulan
terhadap
RKBMD
kebenaran
Pengadaan
dan
yang
Pasal 35
(1)
Hasil
Penelaahan
RKBMD
Pengadaan
barang
milik
Pengguna
Barang
menyusun
RKBMD
Pengadaan
36
(3)
Bagian Keenam
Tata Cara Penelaahan RKBMD Pemeliharaan
Barang Milik Daerah Pada Pengelola Barang
Pasal 36
(1)
(2)
(3)
milik
daerah
yang
disetujui.
(4)
37
pertimbangan
usulan
terhadap
RKBMD
kebenaran
Pemeliharaan
dan
yang
Pasal 37
(1)
(2)
Pengguna
Barang
menyusun
RKBMD
Pemeliharaan
Pasal 38
(1)
daerah
dari
Pengguna
Barang
sebagaimana
RKBMD
Pengadaan
dan
RKBMD
Pemeliharaan
Bagian Ketujuh
Penyusunan Perubahan RKBMD
38
Pasal 39
(1)
(2)
(3)
Bagian Kedelapan
Penyusunan RKBMD Untuk Kondisi Darurat
Pasal 40
(1)
kondisi
darurat,
pengusulan
penyediaan
rencana
pemeliharaan
angka
dasar
pengadaan
barang
milik
(baseline)
dan/atau
daerah
dalam
rencana
dilakukan
(3)
RKBMD
tahun berikutnya.
Perubahan
dan/atau
RKBMD
39
(4)
dalam
penelaahan
atas
RKBMD
yang
Pengadaan
barang
milik
daerah
dilaksanakan
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
(1)
Pasal 42
Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan hasil
pengadaan barang milik daerah kepada Gubernur/
Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang milik daerah
(2)
daerah
BAB VI
PENGGUNAAN
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
(1)
Pasal 43
Gubernur/Bupati/Walikota
menetapkan
status
40
(2)
mendelegasikan
Pengelola Barang.
Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
antara lain adalah barang milik daerah yang tidak
(4)
(5)
dimaksud
ayat
(1)
dan
daerah
ayat
(2)
(2)
Pasal 44
Penggunaan barang milik daerah meliputi:
a. Penetapan status penggunaan barang milik daerah;
b. Pengalihan status penggunaan barang milik daerah;
c. Penggunaan sementara barang milik daerah; dan
d. Penetapan status penggunaan barang milik daerah
untuk dioperasikan oleh pihak lain.
Penetapan status penggunaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk:
a. penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD; dan
b. dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan
fungsi SKPD yang bersangkutan.
Pasal 45
41
(1)
Pasal 46
Penetapan status penggunaan barang milik
daerah
barang
milik
Gubernur/Bupati/Walikota
melalui
Pengelola
Barang.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(2),
apabila
tanah
dan/atau
bangunan
Walikota.
Gubernur/Bupati/Walikota
mencabut
status
bangunan
yang
tidak
digunakan
dalam
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota,
(1)
Pasal 47
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan barang milik
daerah yang harus diserahkan oleh Pengguna Barang
karena
tidak
digunakan
untuk
kepentingan
42
dan/atau
(2)
kuasa
Pengguna
Barang
dan
tidak
ayat
(1)
memperhatikan:
a. standar kebutuhan
Gubernur/Bupati/Walikota
barang
milik
daerah
untuk
penggunaan
tanah
dan/atau
bangunan; dan/atau
c. laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari
(3)
sumber lain.
Sumber lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c antara lain termasuk hasil pelaksanaan pengawasan
dan pengendalian yang dilakukan oleh Pengelola Barang
atau
(4)
Gubernur/Bupati/Walikota
dan
laporan
dari
masyarakat.
Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan barang milik
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penetapan status penggunaan;
b. pemanfaatan; atau
c. pemindahtanganan.
Bagian Kedua
Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah
Paragraf Kesatu
Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah
Oleh Gubernur/Bupati/Walikota
(1)
Pasal 48
Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan
status penggunaan barang milik daerah yang diperoleh
dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan setelah diterimanya barang milik
43
tertulis
oleh
Pengguna
Barang
kepada
tahun berkenaan.
Gubernur/Bupati/Walikota
menerbitkan
keputusan
(1)
Pasal 49
Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan
barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2)
(3)
milik
daerah
berupa
tanah
yaitu
fotokopi
sertifikat.
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
barang milik daerah berupa bangunan yang diperoleh
dari APBD yaitu:
a. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan
b. fotokopi dokumen perolehan.
(4)
(5)
(6)
44
(8)
milik
direncanakan
daerah
untuk
yang
dari
dilakukan
awal
pengadaan
pemindahtanganan
milik
(1)
Pasal 50
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 ayat (2) dan ayat (5) huruf a apabila
barang milik daerah berupa tanah belum memiliki
fotokopi sertifikat, maka dokumen dimaksud dapat
diganti dengan:
a. akta jual beli;
b. girik;
c. letter C;
d. surat pernyataan pelepasan hak atas tanah;
e. surat keterangan lurah atau kepala desa, jika ada;
f.
45
(2)
fungsi SKPD.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 ayat (5) apabila barang milik daerah
berupa tanah dan bangunan yang diperoleh dari APBD
belum memiliki sertifikat, IMB, dan dokumen perolehan
dapat diganti dengan surat pernyataan dari Pengguna
Barang
fungsi SKPD.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 ayat (7) apabila barang milik daerah
berupa selain tanah dan bangunan yang diperoleh dari
APBD belum memiliki dokumen kepemilikan, maka
dokumen
dimaksud
dapat
diganti
dengan
surat
yang menyatakan
ada,
maka
pengajuan
usul
permohonan
dengan
cara
penyertaan
modal
46
(6)
tetap
harus
menyelesaikan
pengurusan
(1)
Pasal 51
Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan
penetapan status penggunaan barang milik daerah dari
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
(2)
ayat (1).
Penelitian
dilakukan
(3)
sebagaimana
terhadap
dimaksud
pada
kelengkapan
dan
ayat
(1)
kesesuaian
(4)
dan/atau
b. melakukan pengecekan lapangan.
Kegiatan Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan terhadap barang milik daerah berupa
tanah dan/atau bangunan serta barang milik daerah
selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki dokumen
kepemilikan atau dokumen lain yang sah.
(1)
Pasal 52
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (1), Gubernur/Bupati/Walikota
menetapkan status penggunaan barang milik daerah.
(2)
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak menyetujui
permohonan Pengguna Barang sebagaimana dimaksud
47
Pasal 53
(1)
kewenangan
Gubernur/Bupati/Walikota
yang
didelegasikan
sebagaimana
oleh
dimaksud
oleh Pengelola
Barang
mengajukan
permohonan
48
(4)
Terhadap
pengajuan
permohonan
penetapan
status
ayat
(2)
dilakukan
penelitian
sebagaimana
(6)
Dalam
hal
Pengelola
Barang
tidak
menyetujui
sebagaimana dimaksud
Bagian Ketiga
Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Daerah
Pasal 54
(1)
(2)
(1)
inisiatif
dari
Gubernur/Bupati/Walikota
49
digunakan
oleh
Pengguna
Barang
dan
yang
bersangkutan.
(4)
(1)
Pengguna
Barang
kepada
Gubernur/Bupati/
Walikota.
(2)
(3)
kode barang;
kode register;
nama barang;
jumlah;
jenis;
nilai perolehan;
nilai penyusutan;
nilai buku;
lokasi;
50
j. luas; dan
k. tahun perolehan.
(4)
b.
(1)
(2)
Penelitian
sebagaimana
dilakukan
terhadap
dimaksud
kelengkapan
pada
dan
ayat
(1)
kesesuaian
(1)
(2)
51
(3)
(4)
Kewajiban
Pengguna
Barang
lama
sebagaimana
milik
penghapusan barang.
(5)
Pasal 59
(1)
Berdasarkan
persetujuan
sebagaimana
dimaksud
Gubernur/Bupati/Walikota
dalam
Pasal
58
ayat
(2),
52
(3)
Berdasarkan
Berita
Acara
Serah
Terima
(BAST)
(5)
Penghapusan
barang
milik
daerah
sebagaimana
Pasal 60
(1)
Berita
Acara
Serah
Terima
(BAST)
sebagaimana
dan
keputusan
penghapusan
barang
daerah.
Bagian Keempat
Penggunaan Sementara Barang Milik Daerah
Pasal 61
milik
53
(1)
Barang
milik
daerah
yang
telah
ditetapkan
status
tertentu
tanpa
harus
mengubah
status
mendapatkan
persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota.
(2)
(3)
Penggunaan
sementara
Pasal 62
(1)
Pengguna
Barang
dengan
Pengguna
Barang
sementara.
(2)
jangka
waktu
penggunaan
sementara
Barang/Kuasa
menggunakan
bersangkutan.
sementara
Pengguna
barang
Barang
milik
yang
daerah
54
Pasal 63
(1)
secara
tertulis
kepada
Gubernur/Bupati/
Walikota.
(2)
yang
akan
menggunakan
penggunaan
yang
(2)
Penelitian
sebagaimana
dilakukan
terhadap
dimaksud
kelengkapan
pada
dan
ayat
(1)
kesesuaian
permohonan
penggunaan
sementara
55
(2)
Persetujuan
dilakukan
sebagaimana
dengan
dimaksud
menerbitkan
pada
surat
ayat
(1)
persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota.
(3)
Barang
yang
menggunakan
mengamankan
barang
milik
daerah
yang
digunakan sementara;
d. jangka waktu penggunaan sementara;
e. pembebanan biaya pemeliharaan; dan
f. kewajiban Pengguna Barang untuk menindaklanjuti
dalam perjanjian.
(4)
Gubernur/Bupati/Walikota
menerbitkan
Pasal 66
surat
56
(1)
Apabila
jangka
barang
milik
waktu
daerah
penggunaan
telah
sementara
berakhir
atas
sebagaimana
pengalihan
status
penggunaan
kepada
Pasal 67
(1)
Pengguna
Barang
permohonan
sementara
Sementara
perpanjangan
atas
barang
dapat
waktu
milik
mengajukan
penggunaan
daerah
sebagaimana
(2)
diajukan
Pengguna
Barang
kepada
Gubernur/
milik
daerah berakhir.
(3)
Mekanisme
pengajuan
permohonan,
penelitian,
Pasal
mekanisme
persetujuan
66
berlaku
pengajuan
dan
mutatis
mutandis
permohonan,
penetapan
oleh
pada
penelitian,
Gubernur/Bupati/
57
Bagian Kelima
Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah
Untuk Dioperasikan Oleh Pihak Lain
Pasal 68
(1)
Barang
milik
daerah
yang
telah
ditetapkan
status
(3)
Penggunaan barang
(5)
melakukan
pengalihan
atas
pengoperasian
memindahtangankan
barang
milik
daerah
bersangkutan.
(6)
58
pihak
lain
dalam
menggunakan
hal
pemerintah
kembali
untuk
daerah
akan
penyelenggaraan
Pasal 69
(1)
Barang
bersangkutan
kepada
Gubernur/
Bupati/Walikota.
(2)
(3)
barang
milik
daerah
kepada
Pengguna Barang.
(4)
59
barang
milik
dan/atau
daerah
selama
barang
Barang,
milik
apabila
daerah
kepada
jangka
waktu
(2)
Penelitian
sebagaimana
dilakukan
terhadap
dimaksud
kelengkapan
pada
dan
ayat
(1)
kesesuaian
Pasal 71
60
(1)
(2)
Penggunaan barang
dengan
Keputusan
Gubernur/Bupati/
Walikota.
(3)
Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana
(5)
dioperasikan
oleh
pihak
milik daerah
lain
dengan
perjanjian; dan
b. melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
Barang
lain.
(6)
sebagaimana dimaksud
61
Pasal 72
(1)
(2)
Perjanjian
penggunaan
barang
milik
daerah
untuk
Penandatanganan
perjanjian
sebagaimana
dimaksud
Pasal 73
Perjanjian
penggunaan
barang
milik
daerah
untuk
g.
h.
pihak
lain
tersebut
untuk
melakukan
Pasal 74
62
(1)
Pengguna
Barang
dapat
melakukan
perpanjangan
(2)
(3)
mutandis
pada
mekanisme
permohonan,
Pasal 75
Pengawasan
dan
pengendalian
terhadap
pelaksanaan
Pasal 76
(1)
untuk
dioperasikan
oleh
pihak
lain,
63
sebagaimana
dituangkan dalam
perjanjian.
(3)
pengoperasian barang
Pasal 77
(1)
yang
mengoperasikan
barang
milik
daerah
dimaksud
pada
ayat
(1)
kepada
BAB VII
PEMANFAATAN
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
64
(1)
Pasal 78
Pemanfaatan barang milik daerah dilaksanakan oleh:
a. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/
Bupati/Walikota, untuk barang milik daerah yang
berada dalam penguasaan Pengelola Barang; dan
b. Pengguna Barang
dengan persetujuan Pengelola
Barang, untuk barang milik daerah berupa sebagian
tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan
oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau
(2)
bangunan.
Pemanfaatan
barang
berdasarkan
milik
daerah
pertimbangan
dilaksanakan
teknis
dengan
umum.
Pemanfaatan
barang
milik
daerah
dapat
dilakukan
tanpa
(1)
Biaya
Pasal 79
pemeliharaan dan pengamanan
barang milik
(3)
penunjukkan
(4)
dengan
merupakan
mitra
Pemanfaatan
penerimaan
daerah
yang
wajib
65
(5)
Daerah.
Pendapatan
daerah dari
Badan
penerimaan
Layanan
daerah
Umum
yang
Daerah
disetorkan
merupakan
seluruhnya
ke
Pasal 80
Barang milik daerah yang menjadi objek pemanfaatan
(2)
Pasal 81
Bentuk Pemanfaatan Barang milik daerah berupa:
a.
Sewa;
b.
Pinjam Pakai;
c.
KSP;
d.
BGS atau BSG; dan
e.
KSPI.
Bagian Kedua
Mitra Pemanfaatan
Pasal 82
Mitra Pemanfaatan meliputi:
a.
b.
bentuk Sewa;
peminjam pakai,
c.
d.
e.
untuk
pemanfaatan
pemanfaatan
barang
barang
milik
milik
66
b.
c.
d.
e.
pelaksanaan; dan
memenuhi kewajiban lainnya yang ditentukan dalam
perjanjian pemanfaatan barang milik daerah.
(1)
(2)
Pasal 84
Objek pemanfaatan barang milik daerah meliputi:
a. tanah dan/atau bangunan; dan
b. selain tanah dan/atau bangunan.
Objek pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, dapat dilakukan untuk sebagian atau
(3)
keseluruhannya.
Dalam hal objek pemanfaatan barang milik daerah
berupa sebagian tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), luas tanah dan/atau bangunan
yang menjadi objek pemanfaatan barang milik daerah
adalah sebesar luas bagian tanah dan/atau bangunan
yang dimanfaatkan.
Bagian Ketiga
Pemilihan Dan Penetapan Mitra Pemanfaatan
Barang Milik Daerah
Pasal 85
Pemilihan mitra didasarkan pada prinsip-prinsip:
a.
67
b.
c.
d.
e.
f.
(1)
Pasal 86
Pelaksana pemilihan mitra pemanfaatan berupa KSP
pada Pengelola Barang atau BGS/BSG terdiri atas:
a. Pengelola Barang; dan
b. panitia pemilihan yang dibentuk oleh Pengelola
(2)
Barang.
Pelaksana pemilihan mitra pemanfaatan berupa KSP
pada Pengguna Barang terdiri atas:
a. Pengguna Barang; dan
b. panitia pemilihan, yang dibentuk oleh Pengguna
Barang.
(1)
(2)
Pasal 87
Pemilihan mitra dilakukan melalui Tender.
Dalam hal objek pemanfaatan dalam
bentuk
KSP
Dalam
Pasal 88
pemilihan mitra Pemanfaatan
KSP
atau
pemilihan
mitra
68
e. menyelesaikan
perselisihan
antara
peserta
calon
perbedaan pendapat;
membatalkan Tender, dalam hal:
1. pelaksanaan pemilihan tidak
sesuai
atau
nepotisme
yang
melibatkan
panitia
pemilihan
mitra
kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
Selain tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dalam hal diperlukan, Pengelola Barang/
Pengguna Barang dapat:
a. menetapkan Tim pendukung; dan/atau
b. melakukan tugas dan kewenangan
lain
dalam
(1)
(2)
Pasal 89
Panitia pemilihan sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. anggota.
Keanggotaan panitia pemilihan sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1)
berjumlah
gasal
ditetapkan
sesuai
dari
Pengelola
Barang
dan
dapat
69
(4)
KSP
barang
milik
daerah
pada
Pengguna Barang.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dilarang ditunjuk
dalam keanggotaan panitia pemilihan.
(1)
Pasal 90
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk ditetapkan
sebagai panitia pemilihan:
a. memiliki integritas, yang dinyatakan dengan pakta
integritas;
b. memiliki tanggung jawab dan pengetahuan teknis
untuk melaksanakan tugas;
c. memiliki pengetahuan yang
memadai
di
bidang
(2)
dan
e. tidak menjabat sebagai pengelola keuangan.
Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
sekurang-kurangnya meliputi:
a. berstatus pegawai negeri sipil pemerintah daerah
dengan golongan paling rendah II/b atau yang setara;
b. tidak sedang menjalani hukuman disiplin; dan
c. memiliki kemampuan kerja secara berkelompok
dalam melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya.
70
(1)
Pasal 91
Tugas dan kewenangan panitia pemilihan meliputi:
a. menyusun rencana jadwal proses pemilihan mitra
dan menyampaikannya kepada Pengelola Barang/
Pengguna Barang untuk mendapatkan penetapan;
b. menetapkan dokumen pemilihan;
c. mengumumkan pelaksanaan pemilihan mitra di
media massa nasional dan di website pemerintah
daerah masing-masing;
d. melakukan penelitian kualifikasi peserta calon mitra;
e. melakukan evaluasi administrasi dan teknis terhadap
penawaran yang masuk;
f. menyatakan tender gagal;
g. melakukan tender dengan peserta calon mitra yang
lulus kualifikasi;
h. melakukan negosiasi dengan calon mitra dalam hal
tender gagal atau pemilihan mitra tidak dilakukan
i.
melalui tender;
mengusulkan
calon
tender/seleksi
mitra
berdasarkan
langsung/penunjukan
hasil
langsung
(2)
materi
perjanjian
kepada
Pengelola
setelah
mendapat
persetujuan
dari
usulan
pemanfaatannya
Gubernur/Bupati/Walikota.
atas
persetujuan
71
(3)
setelah
mendapat
persetujuan
dari
(1)
Pasal 92
Pemilihan mitra yang dilakukan melalui mekanisme
tender,
calon
BGS/BSG
mitra
wajib
sebagai berikut:
a. Persyaratan
Pemanfaatan
memenuhi
KSP
dan/atau
persyaratan
kualifikasi
administratif
sekurang-kurangnya
meliputi:
1. berbentuk badan hukum;
2. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3. membuat surat Pakta Integritas;
4. menyampaikan dokumen penawaran beserta
dokumen pendukungnya; dan
5. memiliki domisili tetap dan alamat yang jelas.
b. Persyaratan teknis sekurang-kurangnya meliputi:
1. cakap menurut hukum;
2. tidak masuk dalam daftar hitam pada pengadaan
barang/jasa Pemerintah;
3. memiliki keahlian, pengalaman, dan kemampuan
teknis dan manajerial; dan
4. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan
dan
(2)
fasilitas
lain
yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Pejabat/pegawai pada pemerintah daerah atau pihak
yang memiliki hubungan keluarga, baik dengan Pengelola
Barang/Pengguna Barang, Tim pemanfaatan, maupun
panitia pemilihan, sampai dengan derajat ketiga dilarang
menjadi calon mitra.
Pasal 93
72
(1)
(2)
mitra
sebagaimana
Pasal 94
Tender dilakukan untuk mengalokasikan hak pemanfaatan
barang milik daerah kepada mitra yang tepat dalam rangka
mewujudkan pemanfaatan barang milik daerah yang efisien,
efektif, dan optimal.
Pasal 95
Tahapan tender meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
pengumuman;
pengambilan dokumen pemilihan;
pemasukan dokumen penawaran;
pembukaan dokumen penawaran;
penelitian kualifikasi;
pemanggilan peserta calon mitra;
pelaksanaan tender; dan
pengusulan calon mitra.
Paragraf Kedua
73
Pengumuman
(1)
Pasal 96
Panitia pemilihan mengumumkan rencana pelaksanaan
tender di media massa nasional sekurang-kurangnya
melalui
surat
kabar
harian
nasional
dan
website
(2)
pemerintah daerah.
Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3)
(1)
Pasal 97
Peserta calon mitra dapat mengambil dokumen pemilihan
secara langsung kepada panitia pemilihan dan/atau
mengunduh dari website sesuai waktu dan tempat yang
(2)
(1)
Pasal 98
Peserta calon mitra dapat mengambil dokumen pemilihan
secara langsung kepada panitia pemilihan dan/atau
mengunduh dari website sesuai waktu dan tempat yang
(2)
74
(1)
Pasal 99
dokumen penawaran
Pembukaan
dilakukan
secara
(1)
Pasal 100
Panitia pemilihan melaksanakan penelitian kualifikasi
terhadap peserta calon mitra yang telah mengajukan
dokumen penawaran secara lengkap, benar, dan tepat
waktu
untuk
memperoleh
mitra
yang
memenuhi
pemanfaatan.
Hasil penelitian kualifikasi dituangkan dalam berita
acara yang ditandatangani oleh panitia pemilihan.
Paragraf Ketujuh
Pemanggilan Peserta Calon Mitra
Pasal 101
dinyatakan
lulus
kualifikasi
untuk
mengikuti
75
Paragraf Kedelapan
Pelaksanaan Tender
(1)
Tender
Pasal 102
dilakukan
untuk
pemanfaatan
barang
mengalokasikan
milik
daerah
hak
berdasarkan
pada
ayat
(1)
(1)
Pengusulan
Pasal 103
pemenang tender
sebagai
calon
mitra
ayat
(1)
76
Paragraf Kesepuluh
Tender Gagal
(1)
Pasal 105
Panitia pemilihan menyatakan tender gagal apabila:
a. tidak terdapat peserta calon mitra yang lulus
kualifikasi;
b. ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidak
sehat;
c. dokumen pemilihan tidak sesuai dengan Peraturan
(2)
(1)
Pasal 106
Panitia pemilihan menyatakan tender ulang apabila:
a. Tender dinyatakan gagal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 105 ayat (1); atau
b. peserta calon mitra yang mengikuti Tender kurang
(2)
tender
ulang,
panitia
pemilihan
segera
(1)
Dalam
hal
Pasal 107
setelah dilakukan
pengumuman
ulang
77
maka
panitia
pemilihan menyatakan
(3)
(4)
Pengelola
Barang/Pengguna Barang.
Proses dalam tahapan seleksi langsung dilakukan seperti
halnya proses tender sebagaimana dimaksud dalam Pasal
95.
Pasal 108
dilakukan terhadap
(1)
Negosiasi
(2)
BGS/BSG,
teknis
negosiasi
juga
pelaksanaan
dilakukan
(4)
KSP
atau
kontribusi
tahunan
untuk
78
(1)
(2)
Barang
untuk
dapat
ditetapkan
sebagai mitra.
(3)
Dalam
hal
setelah
dilakukan
pengumuman
ulang
(satu)
menyatakan
peserta,
tender
maka
ulang
panitia
gagal
dan
pemilihan
selanjutnya
yang
mengikuti
tender
ulang
sebagaimana
Pasal 111
Tahapan penunjukkan langsung dan proses dalam tahapan
penunjukkan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
110 ayat (2) dan ayat (3), berlaku mutatis mutandis terhadap
79
Bagian Kelima
Sewa
Paragraf Kesatu
Prinsip Umum
(1)
Penyewaan
Pasal 112
barang milik daerah
dilakukan
dengan
tujuan:
a. mengoptimalkan pendayagunaan barang milik daerah
yang
belum/tidak
pelaksanaan
tugas
dilakukan
dan
penggunaan
fungsi
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
b. memperoleh fasilitas yang diperlukan dalam rangka
menunjang tugas dan fungsi Pengguna Barang;
dan/atau
c. mencegah penggunaan barang milik daerah oleh
(2)
merugikan
mengganggu
pemerintah
pelaksanaan
daerah
tugas
dan
dan
tidak
fungsi
(1)
Pasal 113
Barang milik daerah yang dapat disewa berupa:
a. Tanah dan/atau bangunan yang sudah diserahkan
oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/
Walikota;
b. sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih
(2)
80
setelah
(3)
mendapat
persetujuan
Gubernur/Bupati/
Walikota.
Sewa barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, dan huruf c dilaksanakan oleh
Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari
(4)
Pengelola Barang.
Pihak lain yang dapat menyewa barang milik daerah,
(5)
meliputi:
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Swasta; dan
d. Badan hukum lainnya.
Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c,
antara lain:
a. perorangan;
b. persekutuan perdata;
c. persekutuan firma;
d. persekutuan komanditer;
e. perseroan terbatas;
f. lembaga/organisasi internasional/asing;
g. yayasan; atau
h. koperasi.
Paragraf Kedua
Jangka Waktu Sewa
(1)
Pasal 114
Jangka waktu sewa barang milik daerah paling lama 5
(lima) tahun sejak ditandatangani perjanjian dan dapat
(2)
diperpanjang.
Jangka waktu sewa barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat lebih dari 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang untuk:
a. kerja sama infrastruktur;
b. kegiatan
dengan
karakteristik
usaha
yang
(3)
atau
c. ditentukan lain dalam Undang-Undang.
Jangka waktu sewa barang milik daerah untuk kegiatan
81
(5)
(1)
Formula
Pasal 116
tarif/besaran sewa
barang
milik
daerah
bangunan
dengan
berpedoman
pada
(3)
yang ditentukan.
Besaran sewa atas barang milik daerah untuk KSPI
82
mempertimbangkan
nilai
keekonomian
pada
ayat
(3)
antara
dari
sebagaimana
lain
dengan
(1)
Pasal 118
Tarif pokok sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
117 huruf a adalah hasil perkalian antara nilai indeks
barang milik daerah
(2)
(3)
daerah
selain
tanah
dan/atau
bangunan.
Tarif pokok sewa barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a, huruf b dan huruf c dapat termasuk formula
(4)
83
(1)
Pasal 119
Tarif pokok sewa untuk barang milik daerah berupa
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat (2)
(2)
(3)
(1)
huruf
besarannya
ditetapkan
oleh
Gubernur/Bupati/Walikota.
Luas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dihitung berdasarkan gambar situasi/peta tanah atau
(4)
sertifikat tanah.
Nilai tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan nilai wajar atas tanah.
(1)
Pasal 120
Luas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119 ayat
(2)
(3)
disewakan.
Dalam hal pemanfaatan bagian tanah yang disewakan
memiliki dampak terhadap bagian tanah yang lainnya,
maka luas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
119 ayat (3) dapat ditambahkan jumlah tertentu yang
(4)
(1)
Pasal 121
Tarif pokok sewa untuk barang milik daerah berupa
bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 ayat
(2)
prasarana
84
bangunan,
maka
tarif
pokok
sewa
bangunan
(1)
Pasal 122
Faktor variabel sewa bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 121 ayat (1) huruf a ditetapkan oleh
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Luas bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 121
ayat (1) huruf b merupakan luas lantai bangunan sesuai
(3)
(1)
Pasal 123
Dalam hal bangunan yang disewakan hanya sebagian
dari
bangunan,
maka
luas
bangunan
sebagaimana
luas
disewakan.
Dalam hal
lantai
dari
pemanfaatan
bagian
bangunan
yang
bagian
bangunan
yang
lainnya,
maka
luas
bangunan
sebagaimana
(1)
Pasal 124
Tarif pokok sewa untuk barang milik daerah berupa
sebagian tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 118 ayat (2) huruf c merupakan hasil
(2)
penjumlahan dari:
a. tarif pokok sewa tanah; dan
b. tarif pokok sewa bangunan.
Penghitungan tarif pokok sewa
tanah
sebagaimana
85
dimaksud pada
(3)
ayat
(1)
huruf
berlaku
mutatis
(1)
Tarif
pokok
sebagaimana
(2)
Pasal 125
sewa
untuk
dimaksud
dalam
prasarana
Pasal
121
bangunan
ayat
(2)
(3)
(4)
bangunan.
Nilai prasarana bangunan dihitung dalam rupiah.
(1)
Pasal 126
Faktor penyesuai sewa sebagaimana dimaksud dalam
(2)
(3)
Pasal 127
Jenis kegiatan usaha penyewa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 126 ayat (1) huruf a dikelompokkan atas:
86
a. kegiatan bisnis;
b. kegiatan non bisnis; dan
c. kegiatan sosial.
(1)
Pasal 128
Kelompok kegiatan bisnis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 127 huruf a diperuntukkan bagi kegiatan yang
(2)
jumlah
tertentu
atau
terdapat
potensi
(3)
pemerintahan; dan
f. kegiatan lainnya yang memenuhi kriteria sosial.
87
Paragraf Kelima
Perjanjian Sewa
(1)
Penyewaan
Pasal 129
barang milik daerah
dituangkan
dalam
jangka
waktu
sewa,
termasuk
periodesitas sewa;
e. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan
f.
(3)
(4)
(1)
Pasal 130
Hasil sewa barang milik daerah merupakan penerimaan
daerah dan seluruhnya wajib disetorkan ke rekening Kas
Umum Daerah.
88
(2)
(3)
paling
lambat
(dua)
hari
kerja
sebelum
(4)
kepada
bendahara
penerimaan
atau
(1)
Pasal 131
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 130 ayat (2), penyetoran uang sewa barang
milik
(2)
untuk
KSPI
dapat
dilakukan
secara
(3)
daerah
ayat
(1) wajib
dilaporkan
kepada
Gubernur/
Bupati/Walikota.
Penyetoran uang sewa secara bertahap sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam perjanjian
(4)
Sewa.
Penyetoran uang sewa barang milik daerah secara
bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dengan memperhitungkan nilai sekarang dari setiap
tahap pembayaran berdasarkan besaran sewa barang
milik
daerah
hasil
perhitungan
sesuai
ketentuan
Pasal 126.
Perhitungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
meminta masukan dari Penilai.
89
(6)
(7)
Paragraf Ketujuh
Perpanjangan Jangka Waktu Sewa
(1)
Jangka
waktu
Pasal 132
sewa barang
milik
daerah
dapat
barang
milik
untuk
barang
milik
Pengguna Barang.
Pengajuan permohonan perpanjangan jangka waktu sewa
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
dilakukan
ketentuan:
a. untuk jangka waktu sewa lebih dari 1 (satu) tahun,
permohonan perpanjangan harus disampaikan paling
lambat 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya jangka
waktu sewa;
b. untuk jangka waktu sewa per tahun, permohonan
harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan
90
harus
disampaikan
sebelum
(5)
(6)
dimaksud
dan
dalam
perpanjangannya
Pasal
114
ayat
(5)
perjanjian
yang
d.
91
(1)
Pasal 134
Penyewa wajib menyerahkan barang milik daerah pada
saat berakhirnya sewa dalam keadaan baik dan layak
digunakan
(2)
secara
optimal
sesuai
fungsi
dan
peruntukannya.
Penyerahan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Serah
(3)
Terima (BAST).
Pengelola Barang/Pengguna Barang
pengecekan
barang
milik
daerah
harus melakukan
yang
disewakan
daerah bersangkutan.
Penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST)
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan setelah
semua kewajiban penyewa dipenuhi.
Paragraf Kesembilan
Tata Cara Pelaksanaan Sewa Oleh Pengelola Barang
(1)
Pasal 135
Calon Penyewa mengajukan surat permohonan disertai
(2)
(3)
termasuk
periodesitas
Sewa; dan
d. peruntukan Sewa.
Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri dari:
a. Pernyataan/persetujuan
perwakilan
dari
pemilik/pengurus,
pemilik/pengurus
dalam
hal
pemilik/pengurus,
atau
calon
kuasa
penyewa
92
(1)
Pasal 136
Data calon penyewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2)
(3)
hanya
dibuktikan
dengan
fotokopi
KTP
(1)
Pengelola Barang
Pasal 137
melakukan penelitian terhadap surat
dalam
Pasal
135
untuk
menguji
atas
(2)
93
milik daerah
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
penyewa
dengan
didasarkan
pada
sewa
barang
Gubernur/Bupati/Walikota
persetujuan.
Pasal 138
mengajukan usulan
milik
untuk
daerah
kepada
mendapat
94
(1)
Gubernur/Bupati/Walikota
memberikan
atas
yang
permohonan
Sewa
persetujuan
diajukan
dengan
Apabila
Gubernur/Bupati/Walikota
permohonan
menerbitkan
tersebut,
surat
tidak
menyetujui
Gubernur/Bupati/Walikota
penolakan
kepada
pihak
yang
Apabila
Gubernur/Bupati/Walikota
permohonan
tersebut,
menyetujui
Gubernur/Bupati/Walikota
Surat
persetujuan
berupa
tanah
penyewaan
dan/atau
barang
milik
bangunan
daerah
sebagaimana
Besaran
sewa
yang
dicantumkan
dalam
surat
perhitungan
besaran
sewa
berdasarkan
yang
formula
dicantumkan
tarif
dalam
sewa,
surat
95
Paragraf Kesepuluh
Tata Cara Pelaksanaan Sewa Oleh Pengguna Barang
Pasal 139
Pengguna Barang dapat membentuk Tim dalam rangka
pemanfaatan sewa untuk mempersiapkan usulan sewa.
Pasal 140
(1)
Pengajuan
permohonan
sewa
oleh
calon
penyewa
mutatis
mutandis
terhadap
pengajuan
permohonan
sewa
oleh
calon
penyewa
selain
tanah
dan/atau
bangunan
yang
akan
disewakan.
(4)
Pemerintah
atau
Penilai
Publik
yang
milik
daerah
berupa
tanah
dan/atau
bangunan.
b. Tim yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota
dan dapat melibatkan penilai yang ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota,
untuk
barang
milik
96
(5)
Berdasarkan
hasil
penelitian
kelayakan
dan
hasil
Pasal 141
(1)
tarif/
besaran sewa;
d. surat pernyataan dari Pengguna Barang; dan
e. surat pernyataan dari calon penyewa.
(2)
Pasal 142
(1)
Surat
pernyataan
Pengguna
Barang
sebagaimana
pelaksanaan
SKPD/unit kerja.
tugas
tidak
dan
akan
fungsi
97
(2)
Pasal 143
(1)
Pengelola Barang
penyewaan
yang
Pengguna
Barang
ayat
(1),
Pengelola
Barang
dapat
meminta
Pengelola
Barang dapat
menugaskan
Penilai
untuk
dimaksud
pada
ayat
(3) diperlakukan
98
(7)
(8)
Pasal 144
(1)
hasil
penelitian
sebagaimana
sewa
kepada
Gubernur/Bupati/
Pasal 145
(1)
99
memberitahukan
kepada
pihak
yang
mengajukan
(3)
(4)
tidak
disertai
data
calon
penyewa,
maka
Besaran
sewa
yang
dicantumkan
dalam
surat
Besaran
sewa
yang
dicantumkan
dalam
surat
100
Pasal 146
(1)
Pengguna
Barang
melaksanakan
sewa
berdasarkan
sebagaimana dimaksud
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dapat
dalam
waktu
yang
menentukan
mempertimbangkan
aspek
bersamaan,
Pengguna
penyewa
dengan
pengamanan
dan
Paragraf Kesebelas
Pemeliharaan Sewa
Pasal 147
(1)
(2)
(3)
101
(5)
kesepakatan
oleh
Pengelola
Barang/
Paragraf Keduabelas
Perubahan Bentuk Barang Milik Daerah
Pasal 148
(1)
Perubahan
bentuk
barang
milik
daerah
dilakukan
dengan persetujuan:
a. Gubernur/Bupati/Walikota,
untuk
barang
milik
(3)
Paragraf Ketigabelas
102
Ganti Rugi
Pasal 149
Dalam hal barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan yang disewakan hilang selama jangka waktu sewa,
penyewa
wajib
melakukan
ganti
rugi
sesuai
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Paragraf Keempatbelas
Denda Sanksi
Pasal 150
Penyewa dikenakan sanksi administratif berupa surat teguran
apabila:
a.
b.
c.
selesai
dilaksanakan
paling lambat
sebelum
(1)
Pasal 151
Dalam hal penyerahan, perbaikan, dan atau penggantian
barang milik daerah belum dilakukan terhitung 1 (satu)
bulan sejak diterbitkannya surat teguran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 150, penyewa dikenakan sanksi
(2)
diterbitkannya
surat
peringatan
sebagaimana
berupa
denda,
sebagaimana
ketentuan
103
peraturan perundang-undangan.
Bagian Keenam
Pinjam Pakai
Paragraf Kesatu
Prinsip Umum
(1)
Pasal 152
Pinjam pakai dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. mengoptimalkan barang milik daerah yang belum
atau
tidak
dilakukan
penggunaan
untuk
pelaksanaan
penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Peminjam pakai dilarang untuk melakukan pemanfaatan
atas objek pinjam pakai.
Paragraf Kedua
Pihak Pelaksana Pinjam Pakai
(1)
Pasal 153
Pinjam pakai barang milik daerah dilaksanakan antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau antar
pemerintah
(2)
daerah
dalam
pemerintahan.
Pelaksanaan pinjam
pakai
rangka
penyelenggaraan
barang
milik
daerah
dilakukan oleh:
a. Pengelola Barang, untuk barang milik daerah yang
berada pada Pengelola Barang; dan
b. Pengguna Barang, untuk barang milik daerah yang
(3)
Pengelola
Barang/
setelah
Gubernur/Bupati/Walikota.
mendapatkan
persetujuan
104
Paragraf Ketiga
Objek Pinjam Pakai
(1)
Pasal 154
Objek pinjam pakai meliputi barang milik daerah berupa
tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau
bangunan yang berada pada Pengelola Barang/ Pengguna
(2)
Barang.
Objek pinjam pakai barang milik daerah berupa tanah
dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),
dapat
dilakukan
untuk
sebagian
atau
keseluruhannya.
Paragraf Keempat
Jangka Waktu Pinjam Pakai
(1)
Pasal 155
Jangka waktu pinjam pakai barang milik daerah paling
(2)
(3)
(4)
105
(1)
Pasal 156
Selama jangka waktu pinjam pakai, peminjam pakai
dapat mengubah bentuk barang milik daerah, sepanjang
tidak
(2)
mengakibatkan
perubahan
fungsi
dan/atau
(3)
daerah
permohonan
perubahan
untuk
bentuk
barang
oleh
milik
(1)
Pasal 157
Pelaksanaan Pinjam Pakai dituangkan dalam perjanjian
serta ditandatangani oleh:
a. Peminjam pakai dan
untuk
barang
milik
Gubernur/Bupati/Walikota,
daerah
yang
berada
pada
106
b. dasar perjanjian;
c. identitas para pihak yang terkait dalam perjanjian;
d. jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan,
dan jangka waktu;
e. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan
(3)
(1)
Pasal 158
Calon peminjam pakai mengajukan permohonan pinjam
(2)
(3)
(4)
atau
tidak
adanya
dasar
pertimbangan
Gubernur/Bupati/
(1)
Pasal 159
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud
dalam pasal 158 ayat (3), Pengelola Barang mengajukan
permohonan
persetujuan
pinjam
pakai
kepada
107
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Permohonan persetujuan pinjam pakai paling sedikit
memuat:
a. pertimbangan yang mendasari permohonan pinjam
pakai;
b. identitas peminjam pakai;
c. tujuan penggunaan objek pinjam pakai;
d. rincian data objek pinjam pakai yang dibutuhkan;
(3)
dan
e. jangka waktu pinjam pakai.
Apabila objek pinjam pakai berupa tanah dan/atau
bangunan atau sebagian tanah dan/atau bangunan,
rincian data objek pinjam pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d, termasuk luas dan lokasi tanah
(4)
dan/atau bangunan.
Apabila objek pinjam
pakai
berupa
selain
tanah
(1)
Pemberian
Pasal 160
persetujuan/penolakan
Bupati/Walikota
atas
oleh
permohonan
Gubernur/
pinjam
pakai
menunjang
pelaksanaan
penyelenggaraan
(2)
Apabila
Gubernur/Bupati/Walikota
menyetujui
108
(4)
memuat:
a. identitas peminjam pakai;
b. data objek pinjam pakai;
c. jangka waktu pinjam pakai; dan
d. kewajiban peminjam pakai.
Apabila Gubernur/Bupati/Walikota
tidak
menyetujui
(1)
Pasal 161
pinjam pakai
Pelaksanaan
dituangkan
dalam
ditandatangani
(2)
oleh
perjanjian
barang
milik
pinjam
daerah
pakai
yang
Gubernur/Bupati/Walikota
Peminjam pakai.
Perjanjian sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
dan
(1)
(1)
Pasal 162
Selama jangka waktu pinjam pakai, peminjam pakai
wajib memelihara dan mengamankan objek pinjam pakai
(2)
(3)
(4)
Pengelola
Barang
menyampaikan
pengajuan
109
(5)
kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
Pengajuan
perpanjangan
permohonan
persetujuan
penyelenggaraan
pemerintah
pinjam
pelaksanaan
tugas
pakai
dan
Barang
tidak
fungsi
pusat/
bahwa
mengganggu
penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
(1)
Pasal 163
Dalam hal peminjam pakai akan mengakhiri pinjam
pakai sebelum masa pinjam pakai berakhir, peminjam
(2)
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Paragraf Kedelapan
Tata Cara Pelaksanaan Pinjam Pakai
Barang Milik Daerah Pada Pengguna Barang
kepada
110
(1)
Pasal 164
Calon peminjam pakai mengajukan permohonan pinjam
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota
melalui
Pengelola
pinjam
pelaksanaan
tugas
pakai
dan
tidak
fungsi
bahwa
mengganggu
penyelenggaraan
(1)
Pengelola
Pasal 165
Barang
melakukan
penelitian
atas
111
(3)
persetujuan/penolakan
pinjam
pakai
oleh
permohonan
Gubernur/Bupati/
Walikota.
(1)
Pasal 166
persetujuan/penolakan
Pemberian
Bupati/Walikota
atas
oleh
permohonan
Gubernur/
pinjam
pakai
menunjang
pelaksanaan
penyelenggaraan
(3)
164
ayat
menerbitkan
surat
(2),
Gubernur/Bupati/Walikota
persetujuan
pinjam
pakai
yang
sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas peminjam pakai;
b. data barang milik daerah objek pinjam pakai;
c. jangka waktu pinjam pakai; dan
d. kewajiban peminjam pakai.
Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak menyetujui
permohonan pinjam pakai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 164 ayat (2), Gubernur/Bupati/Walikota melalui
Pengelola Barang memberitahukan kepada Pengguna
Barang disertai alasannya.
(1)
Pasal 167
Pelaksanaan pinjam pakai barang milik daerah yang
berada
pada
Pengguna
Barang
dituangkan
dalam
112
peminjam pakai.
Perjanjian pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditindaklanjuti dengan penyerahan objek pinjam
pakai dari Pengguna Barang kepada peminjam pakai
yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
(3)
(BAST).
Selama jangka waktu pinjam pakai, peminjam pakai
wajib memelihara dan mengamankan objek pinjam pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan biaya yang
(4)
(5)
(6)
(7)
perpanjangan
pinjam
pakai
kepada
penyelenggaraan
pemerintah
pusat/
c. surat
pernyataan
pelaksanaan
dari
pinjam
Pengguna
pakai
Barang
tidak
bahwa
mengganggu
113
pelaksanaan
tugas
pemerintahan
dan
daerah,
fungsi
dalam
hal
penyelenggaraan
pinjam
pakai
(1)
Pasal 168
Dalam hal peminjam pakai akan mengakhiri pinjam
pakai sebelum masa pinjam pakai berakhir, peminjam
(2)
(3)
kepada
Pasal 169
KSP barang milik daerah dengan pihak lain dilaksanakan
dalam rangka:
a.
b.
daerah; dan/atau
meningkatkan penerimaan pendapatan daerah.
(1)
Pasal 170
KSP atas barang milik daerah dilaksanakan apabila tidak
tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD
untuk
memenuhi
biaya
operasional,
pemeliharaan,
114
(2)
(3)
milik
daerah
yang
bersifat
khusus
dapat
bandara
udara,
pelabuhan
laut,
kilang,
yang
ditetapkan
Gubernur/Bupati/
Walikota.
Penunjukan langsung mitra KSP atas barang milik
daerah yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan oleh Pengelola Barang atau
Pengguna Barang terhadap Badan Usaha Milik Negara/
Daerah yang memiliki bidang dan/atau wilayah kerja
tertentu
(5)
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Mitra KSP harus membayar kontribusi tetap setiap tahun
selama
jangka
waktu
pengoperasian
yang
telah
pemerintah
daerah,
harus
memperhatikan
115
(1)
Pasal 171
Selama jangka waktu pengoperasian, mitra KSP dilarang
menjaminkan atau menggadaikan barang milik daerah
(2)
(3)
(4)
mitra KSP.
Cicilan pokok dan biaya yang timbul atas pinjaman mitra
KSP,
dibebankan
pada
mitra
KSP
dan
tidak
Paragraf Kedua
Pihak Pelaksana KSP
(1)
Pasal 172
Pihak yang dapat melaksanakan KSP adalah:
a. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/
Bupati/Walikota, untuk barang milik daerah yang
berada pada Pengelola Barang; atau
b. Pengguna Barang dengan persetujuan
Pengelola
Pengguna Barang.
Persetujuan Pengelola Barang
sebagaimana dimaksud
116
(3)
Paragraf Ketiga
Objek KSP
(1)
(2)
Pasal 173
Objek KSP meliputi barang milik daerah berupa:
a. tanah dan/atau bangunan; dan
b. selain tanah dan/atau bangunan, yang berada pada
Pengelola Barang /Pengguna Barang.
Objek KSP barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
dapat dilakukan untuk sebagian atau keseluruhannya.
Paragraf Keempat
Hasil KSP
(1)
Pasal 174
Hasil KSP dapat berupa tanah, gedung, bangunan, serta
(2)
(3)
(4)
117
(1)
Pasal 175
Hasil KSP barang milik daerah dalam rangka penyediaan
infrastruktur terdiri atas:
a. penerimaan daerah yang harus disetorkan selama
jangka waktu KSP barang milik daerah; dan
b. infrastruktur beserta fasilitasnya hasil KSP barang
(2)
milik daerah.
Penerimaan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. kontribusi tetap; dan
b. pembagian keuntungan.
(1)
Pasal 176
Dalam pelaksanaan KSP, mitra KSP dapat melakukan
(2)
KSP
(4)
(5)
untuk
barang
milik
memperoleh
persetujuan
Gubernur/Bupati/
118
Paragraf Kelima
Jangka Waktu KSP
(1)
Pasal 177
Jangka waktu KSP paling lama 30 (tiga puluh) tahun
(2)
(1)
Pasal 178
Perpanjangan jangka waktu dilakukan oleh mitra KSP
dengan
cara
mengajukan
permohonan
persetujuan
dengan
pertimbangan:
a. sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan
b.
(1)
Pasal 179
Pelaksanaan KSP dituangkan dalam perjanjian KSP
antara Gubernur/Bupati/Walikota atau Pengelola Barang
dengan
(2)
mitra
KSP
setelah
diterbitkan
keputusan
barang
(1)
milik
119
(3)
(4)
perjanjian;
i. ketentuan mengenai berakhirnya KSP;
j. sanksi; dan
k. penyelesaian perselisihan.
Perjanjian KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
(5)
KSP
menyampaikan
bukti
setor
setelah
pembayaran
Pengguna Barang.
Bukti setor pembayaran
kontribusi
tetap
pertama
(2)
Penyetoran
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
120
KSP
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
yang
dapat
berupa
dibangun
bangunan
dalam
beserta
satu
kesatuan
perencanaan.
(6)
Pasal 181
(1)
(2)
Bangunan
yang
dibangun
dengan
biaya
sebagian
bangunan
dan
sebagian
tanah
dan/atau
121
tanah
dan/atau
bangunan
ditetapkan
dari
hasil
dan/atau
mempertimbangkan
hasil
penilaian.
(1)
Pasal 182
Perhitungan kontribusi tetap merupakan hasil perkalian
dari:
a. besaran persentase kontribusi tetap; dan
b. nilai wajar barang milik daerah yang menjadi objek
(2)
KSP.
Besaran
persentase
dimaksud pada
ayat
kontribusi
tetap
(1) huruf a
sebagaimana
ditentukan oleh
dan/atau
mempertimbangkan
hasil
penilaian.
Nilai wajar barang milik daerah dalam rangka KSP
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
huruf
berdasarkan:
a. hasil penilaian oleh Penilai Pemerintah atau Penilai
Publik
yang
ditetapkan
oleh
Gubernur/Bupati/
Tim
yang
ditetapkan
oleh
bangunan.
Apabila terdapat nilai barang milik daerah yang berbeda
dengan
dimaksud
nilai
pada
wajar
ayat
hasil
(3)
penilaian
huruf
a,
sebagaimana
dalam
rangka
122
(1)
Pasal 183
Besaran persentase kontribusi tetap pelaksanaan KSP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 182 ayat (1) huruf a
meningkat setiap tahun, yang dihitung berdasarkan
kontribusi tetap tahun pertama dengan memperhatikan
(2)
persentase
kontribusi
tetap
(1)
Pasal 184
Perhitungan pembagian keuntungan dilakukan dengan
(2)
mempertimbangkan:
a. nilai investasi pemerintah daerah;
b. nilai investasi mitra KSP; dan
c. risiko yang ditanggung mitra KSP.
Perhitungan
pembagian
keuntungan
dimaksud
pada
ayat
(1)
sebagaimana
ditentukan
oleh
dan/atau
mempertimbangkan
hasil
penilaian.
Besaran nilai investasi pemerintah daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a didasarkan pada nilai
(4)
(1)
Pasal 185
Besaran pembagian keuntungan dapat ditinjau kembali
oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
dalam
hal
realisasi
123
(2)
perjanjian.
Realisasi investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
didasarkan dari hasil audit yang dilakukan oleh auditor
independen.
Pasal 186
(1)
(2)
(3)
persentase
yang
tertentu
diperoleh
dari
mitra
besaran
KSP
terkait
pelaksanaan KSP.
Pasal 187
(1)
berbentuk
kontribusi
Badan
tetap
Usaha
dan
Milik
pembagian
124
(3)
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
Paragraf Kedelapan
Pembayaran Kontribusi Tetap dan Pembagian Keuntungan
(1)
Pasal 188
Pembayaran kontribusi tetap tahun pertama ke rekening
Kas Umum Daerah oleh mitra KSP harus dilakukan
paling
(2)
lambat
(dua)
hari
kerja
tahun
sebelum
berikutnya
(1)
Pasal 189
Pembagian keuntungan hasil pelaksanaan KSP tahun
sebelumnya harus disetor ke rekening Kas Umum Daerah
paling lambat dilakukan sesuai dengan tanggal yang
ditetapkan dalam perjanjian dan dilakukan setiap tahun
(2)
125
(1)
(2)
undangan.
Pengakhiran KSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dapat dilakukan dalam hal mitra KSP:
a. tidak membayar kontribusi tetap selama 3 (tiga)
tahun berturut-turut;
b. tidak membayar pembagian keuntungan selama 3
(tiga) tahun berturut-turut sesuai perjanjian KSP;
atau
c. tidak
memenuhi
kewajiban
selain
sebagaimana
(4)
(1)
Pasal 191
Paling lambat 2 (dua) tahun sebelum jangka waktu KSP
(2)
(3)
KSP.
Auditor
pemerintah
independen/aparat
sebagaimana
pengawasan
dimaksud
pada
intern
ayat
(2)
126
(5)
Barang
menyampaikan
hasil
audit
(1)
Pasal 192
Serah terima objek KSP dilakukan paling lambat pada
(2)
(3)
audit
setelah
dilakukannya
serah
terima
KSP
dan
penyerahan
melaporkan
objek
KSP
(1)
Pengakhiran
Pasal 193
perjanjian KSP
Gubernur/Bupati/Walikota
secara
atau
sepihak
Pengelola
oleh
Barang
dengan
menerbitkan
teguran
melaksanakan
tertulis
teguran
tertulis
pertama,
Gubernur/Bupati/Walikota
127
(3)
kedua.
Apabila mitra KSP tidak melaksanakan teguran kedua
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterbitkan
teguran tertulis kedua, Gubernur/Bupati/Walikota atau
Pengelola Barang menerbitkan teguran tertulis ketiga
(4)
(5)
surat
pengakhiran
KSP
sebagaimana
Paragraf Kesepuluh
Tata Cara Pelaksanaan KSP Barang Milik Daerah
Yang Berada Pada Pengelola Barang
Pasal 194
Tahapan pelaksanaan KSP atas barang milik daerah yang
berada pada Pengelola Barang meliputi:
a.
b.
c.
d.
128
(1)
Pasal 196
Inisiatif Gubernur/Bupati/Walikota terhadap KSP atas
barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
195 huruf a, dituangkan dalam bentuk rekomendasi KSP
(2)
sebagaimana
Pasal 197
Permohonan dari Pihak Lain sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
195
huruf
b,
diusulkan
kepada
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
(3)
sedikit memuat:
a. latar belakang permohonan;
b. rencana peruntukan KSP;
c. jangka waktu KSP; dan
d. usulan besaran penerimaan daerah dari KSP.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
dilengkapi dengan:
a. data barang milik daerah yang direncanakan untuk
(4)
dilakukan KSP;
b. data pemohon KSP;
c. proposal rencana usaha KSP; dan
d. informasi lainnya berkaitan dengan usulan KSP.
Informasi lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf d, antara lain:
a. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dan penataan
kota; dan
b. bukti
kepemilikan
(5)
atau
dokumen
yang
dipersamakan.
Kelengkapan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4)
tidak
diberlakukan
untuk
KSP
dalam
rangka
129
(1)
(2)
Pasal 198
Pengelola Barang melakukan penelitian administrasi atas
dokumen barang milik daerah yang akan dilakukan KSP.
Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. bukti
kepemilikan
atau
dokumen
yang
dipersamakan;
b. dokumen pengelolaan barang milik daerah; dan
c. dokumen penatausahaan barang milik daerah.
Pasal 199
Apabila hasil penelitian administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 198, barang milik daerah dapat dilakukan KSP,
Gubernur/Bupati/Walikota:
a. membentuk Tim KSP; dan
b. menugaskan Penilai melalui Pengelola Barang
untuk
(1)
Pasal 200
Dalam hal barang milik daerah dapat dilakukan KSP
sebagaimana
(2)
dimaksud
dalam
Pasal
199,
yang
akan
ditenderkan
apabila
maka
dan
KSP
dan/atau
mempertimbangkan
hasil
penilaian;
c. menyiapkan perjanjian KSP;
d. menyiapkan Berita Acara Serah Terima (BAST) objek
KSP dari Pengelola Barang kepada mitra KSP; dan
e. melaksanakan kegiatan lain yang ditugaskan oleh
130
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), Tim KSP dapat mengikutsertakan SKPD/Unit
Kerja teknis yang berkompeten.
(1)
Dalam
rangka
Pasal 201
menentukan
kelayakan
bisnis
KSP,
(2)
(1)
Pasal 202
Berdasarkan laporan analisis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 201 ayat (1) dan/atau mempertimbangkan
laporan penilaian nilai wajar barang milik daerah, Tim
KSP
(2)
menghitung
besaran
kontribusi
tetap
dan
pada
ayat
(1)
dilakukan
sesuai
dengan
besaran
kontribusi
tetap
dan
dan
ditetapkan
usulan
persentase
dalam
besaran
pembagian
persetujuan
kontribusi
keuntungan
KSP
tetap
adalah
dan
yang
sebesar
persentase
131
(4)
sebagaimana
nilai
limit
dimaksud
terendah
pada
dalam
ayat
(1)
pelaksanaan
dimaksud
dalam
Pasal
86
berdasarkan
(1)
Pasal 204
Gubernur/Bupati/Walikota
menerbitkan
(2)
pelaksanaan KSP.
Keputusan pelaksanaan KSP sebagaimana dimaksud
keputusan
Pasal 205
Berdasarkan keputusan pelaksanaan KSP sebagaimana
dimaksud Pasal 204, para pihak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 179 ayat (1) menandatangani Perjanjian KSP
dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
(2)
pelaksanaan
KSP
ditetapkan
tidak
dimaksud
132
Pasal 206
harus melaksanakan
(1)
Mitra
(2)
KSP
sebagaimana
dalam
rangka
bangunan
hasil
KSP
beserta
dan
pembagian
keuntungan
sebagaimana
permohonan;
penelitian administrasi;
pembentukan Tim dan penilaian;
perhitungan besaran kontribusi
e.
f.
g.
h.
i.
pembagian keuntungan;
persetujuan;
pemilihan mitra;
penerbitan keputusan;
penandatanganan perjanjian; dan
pelaksanaan.
(1)
dan
persentase
Pasal 208
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207
huruf
diajukan
oleh
Pengguna
Barang
untuk
133
(2)
(3)
sedikit memuat:
a. latar belakang permohonan;
b. rencana peruntukan KSP;
c. jangka waktu KSP; dan
d. usulan besaran penerimaan daerah dari KSP.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
dilengkapi dengan:
a. data calon mitra KSP;
b. proposal rencana usaha KSP;
c. data barang milik daerah yang akan dijadikan objek
(4)
KSP; dan
d. surat pernyataan dari Pengguna Barang.
Surat pernyataan dari Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d menegaskan bahwa:
a. Barang milik daerah yang akan menjadi objek KSP
tidak
sedang
digunakan
dalam
rangka
kepada
meliputi:
nama;
alamat;
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
bentuk kelembagaan, jenis kegiatan usaha, fotokopi
Surat Izin Usaha/Tanda Izin Usaha atau yang sejenis,
untuk calon mitra KSP yang berbentuk badan
hukum/badan usaha.
(1)
Persetujuan
Pasal 209
atas permohonan
KSP
sebagaimana
134
hasil penilaian.
Apabila Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan
KSP tersebut, Pengelola Barang memberitahukan kepada
(3)
(4)
(1)
dilakukan
oleh
Pengelola
Barang
dengan
(5)
(6)
Gubernur/Bupati/Walikota
pada
ayat
(5),
para
pihak
sebagaimana
KSP.
Surat
persetujuan
KSP
dari
Pengelola
Barang
tahun
sejak
ditetapkan
tidak
ditindaklanjuti
135
Paragraf Keduabelas
Perpanjangan Jangka Waktu KSP Yang Berada
Pada Pengelola Barang Dan Pengguna Barang
(1)
Pasal 211
Permohonan perpanjangan jangka waktu KSP
atas
(3)
paling
lambat
(dua)
tahun
sebelum
(4)
berlangsung.
Apabila berdasarkan
dimaksud pada
hasil
penelitian
sebagaimana
besaran
kontribusi
tetap,
dan
persentase
136
(1)
Pasal 212
Dalam rangka menentukan kelayakan perpanjangan
jangka waktu pelaksanaan KSP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 211 ayat (3), Gubernur/Bupati/Walikota
melalui Pengelola Barang dapat menugaskan penilai atau
pihak yang berkompeten untuk melakukan analisis
(2)
perpanjangan
yang
merupakan
hasil
(4)
Gubernur/Bupati/Walikota
melalui
Pengelola
Barang.
Apabila laporan hasil pelaksanaan tugas Tim KSP
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menunjukkan
bahwa permohonan perpanjangan jangka waktu KSP
tidak
dapat
menerbitkan
disetujui,
surat
Gubernur/Bupati/Walikota
penolakan
perpanjangan
jangka
dengan alasan.
Apabila laporan hasil pelaksanaan tugas Tim KSP
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menunjukkan
bahwa permohonan perpanjangan jangka waktu KSP
dapat disetujui, Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan
surat persetujuan perpanjangan jangka waktu KSP yang
137
(6)
(7)
sekaligus
menyiapkan
hal-hal
teknis
yang
diperlukan.
Perpanjangan jangka waktu KSP sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) berlaku pada saat penandatanganan
perjanjian
KSP
antara
Gubernur/Bupati/Walikota
(1)
Pasal 213
Permohonan perpanjangan jangka waktu KSP atas
barang milik daerah yang berada pada Pengguna Barang
(2)
(1)
dilampirkan:
a. proposal perpanjangan KSP;
b. data dan kondisi objek KSP; dan
c. bukti penyetoran kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan dalam 5 (lima) tahun terakhir.
(1)
Pasal 214
Pengguna Barang melakukan penelitian administrasi
atas permohonan perpanjangan jangka waktu KSP yang
disampaikan oleh mitra KSP sebagaimana dimaksud
(2)
(3)
Permohonan
perpanjangan
jangka
waktu
KSP
138
(4)
menyetujui
laporan
dimaksud
pada
pelaksanaan
ayat
tugas
(1)
kepada
Pengelola Barang.
(3) Apabila hasil pelaksanaan tugas Tim KSP sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
menunjukkan
bahwa
perpanjangan
jangka
waktu
KSP
yang
pada
ayat
(2)
menunjukkan
bahwa
Pengelola
Barang
perpanjangan
menerbitkan
jangka
waktu
KSP
surat
yang
139
(1)
Pasal 216
Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 214 ayat (4)
huruf b bertugas melakukan penghitungan nilai barang
milik daerah yang akan dijadikan objek KSP, besaran
kontribusi tetap dan persentase pembagian keuntungan
(2)
KSP.
Penilai
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
(1)
Pasal 217
Dalam rangka menentukan kelayakan perpanjangan
jangka
waktu
pelaksanaan
KSP
atas
permohonan
perjanjian
KSP
antara
Pengelola
(1)
Pasal 218
Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota atau Pengelola
Barang tidak menyetujui permohonan perpanjangan
jangka waktu KSP, objek KSP beserta sarana berikut
fasilitasnya
diserahkan
kepada
Gubernur/Bupati/
KSP.
Penyerahan objek KSP beserta sarana dan prasarananya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan
Berita Acara Serah Terima (BAST) antara mitra KSP
dengan:
140
a. Gubernur/Bupati/Walikota,
untuk
barang
milik
Bagian Kedelapan
BGS dan BSG
Paragraf Kesatu
Prinsip Umum
(1)
Pasal 219
BGS/BSG barang milik daerah dilaksanakan dengan
pertimbangan:
a. Pengguna Barang
memerlukan
bangunan
dan
tersebut.
Bangunan dan fasilitasnya yang menjadi bagian dari
hasil pelaksanaan BGS/BSG harus dilengkapi dengan
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas nama pemerintah
(3)
daerah.
Biaya persiapan BGS/BSG yang dikeluarkan Pengelola
Barang
(4)
atau
Pengguna
Barang
sampai
dengan
(5)
141
(6)
(1)
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota,
dalam
rangka
(1)
Pasal 221
Mitra BGS atau mitra BSG yang telah ditetapkan, selama
jangka waktu pengoperasian:
a. wajib membayar kontribusi ke rekening Kas Umum
Daerah setiap tahun sesuai besaran yang telah
ditetapkan;
b. wajib memelihara objek BGS/BSG; dan
c. dilarang
menjaminkan,
menggadaikan,
atau
memindahtangankan:
1. tanah yang menjadi objek BGS/BSG;
2. hasil BGS yang digunakan langsung
untuk
(2)
Daerah; dan/atau
3. hasil BSG.
Mitra BGS barang milik daerah harus menyerahkan
objek
BGS
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
pada
Paragraf Kedua
Pihak Pelaksana
142
(1)
(2)
(3)
Pasal 222
Pihak yang dapat melakukan BGS/BSG adalah Pengelola
Barang.
Pihak yang dapat menjadi mitra BGS/BSG meliputi:
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Milik Daerah;
c. Swasta kecuali perorangan; dan/atau
d. Badan Hukum lainnya.
Dalam hal mitra BGS/BSG sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) membentuk konsorsium, mitra BGS/BSG harus
membentuk badan hukum Indonesia sebagai pihak yang
bertindak untuk dan atas nama mitra BGS/BSG dalam
perjanjian BGS/BSG.
Paragraf Ketiga
Objek BGS/BSG
(1)
Pasal 223
Objek BGS/BSG meliputi:
a. barang milik daerah berupa tanah yang berada pada
Pengelola Barang; atau
b. barang milik daerah berupa tanah yang berada pada
(2)
Pengguna Barang.
Dalam hal barang milik daerah berupa tanah yang status
penggunaannya
berada
pada
Pengguna
Barang
Gubernur/Bupati/Walikota.
BGS/BSG sebagaimana dimaksud
dilaksanakan
oleh
Pengelola
pada
Barang
ayat
(2)
dengan
fungsinya.
Keikutsertaan Pengguna Barang dalam pelaksanaan
BGS/BSG, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah
143
sampai
dengan
penyerahan
hasil
BGS/BSG.
Paragraf Keempat
Hasil BGS/BSG
(1)
Pasal 224
bangunan, sarana,
Gedung,
diadakan
oleh
mitra
dan
BGS/BSG
fasilitasnya
yang
merupakan
hasil
(2)
BGS/BSG.
Sarana dan
(3)
fasilitas
hasil
BGS/BSG
sebagaimana
(1)
(2)
Pasal 225
Dalam pelaksanaan BGS/BSG, mitra BGS/BSG dapat
melakukan
perubahan dan/atau
BGS/BSG.
Perubahan
dan/atau
penambahan
penambahan
hasil
hasil
BGS/BSG
dengan
penyelenggaraan
tugas
dan
fungsi
undangan.
Perubahan
sesuai
ketentuan
dan/atau
peraturan
penambahan
hasil
perundangBGS/BSG
144
besaran
kontribusi
yang
Pasal 226
BGS/BSG barang milik daerah dilaksanakan dengan bentuk:
a. BGS/BSG barang milik daerah atas tanah yang berada
b.
(1)
(2)
Pasal 227
Pemilihan mitra BGS/BSG dilakukan melalui Tender.
Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan mekanisme sebagaimana dimaksud dalam Pasal
94 sampai dengan 110.
Pasal 228
Paragraf Ketujuh
Jangka Waktu BGS/BSG
145
Pasal 229
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 230
Pelaksanaan BGS/BSG dituangkan dalam perjanjian.
Perjanjian BGS/BSG sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditandatangani antara Gubernur/Bupati/Walikota
(3)
dimaksud
pada
ayat
(1)
sekurang-kurangnya memuat:
a. dasar perjanjian;
b. identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;
c. objek BGS/BSG;
d. hasil BGS/BSG;
e. peruntukan BGS/BSG;
f. jangka waktu BGS/BSG;
g. besaran kontribusi tahunan serta mekanisme
pembayarannya;
h. besaran hasil BGS/BSG yang digunakan langsung
untuk tugas dan fungsi Pengelola Barang/Pengguna
i.
Barang;
hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam
(4)
perjanjian;
j. ketentuan mengenai berakhirnya BGS/BSG;
k. sanksi;
l. penyelesaian perselisihan; dan
m. persyaratan lain yang dianggap perlu.
Perjanjian BGS/BSG sebagaimana dimaksud pada ayat
(5)
dilakukan
146
pembayaran
(6)
kontribusi
tahunan
pertama
kepada
pemerintah daerah.
Bukti setor pembayaran kontribusi tahunan pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan salah
satu dokumen pada lampiran yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari perjanjian BGS/BSG.
Paragraf Kesembilan
Kontribusi Tahunan, Hasil BGS/BSG Yang Digunakan
Langsung Untuk Tugas Dan Fungsi Pemerintah Daerah,
Penghitungan Dan Pembayarannya
(1)
Mitra
wajib
Pasal 231
membayar kontribusi
tahunan
melalui
(1)
Pasal 232
Besaran kontribusi tahunan merupakan hasil perkalian
dari besaran persentase kontribusi tahunan dengan nilai
wajar
(2)
barang
milik
daerah
yang
akan
dilakukan
BGS/BSG.
Besaran persentase kontribusi tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur/
(3)
(4)
147
(1)
Pasal 233
Besaran kontribusi tahunan pelaksanaan BGS/BSG
dapat meningkat setiap tahun dari yang telah ditetapkan
(2)
(1)
dalam
dalam perjanjian.
Dalam hal usulan besaran kontribusi tahunan yang
diajukan oleh calon mitra BGS/BSG lebih besar dari
hasil
perhitungan
yang
dilakukan
oleh
Penilai
(1)
Pasal 234
Pembayaran kontribusi tahunan pertama ke Rekening
Kas
Umum
Daerah
oleh
mitra
BGS/BSG
harus
(3)
(4)
148
Pasal 235
(1)
untuk
berdasarkan
hasil
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
Penetapan
penggunaan
BGS/BSG
yang
barang
digunakan
milik
daerah
langsung
hasil
sebagaimana
Paragraf Kesepuluh
Berakhirnya Jangka Waktu BGS/BSG
Pasal 236
(1)
perundang-
undangan.
(2)
Pengakhiran
BGS/BSG
secara
sepihak
oleh
149
tidak
memenuhi
kewajiban
dalam
perjanjian
dan
sebagaimana
ketentuan
dalam
BGS/BSG
terlambat
membayar
kontribusi
(1)
Pasal 237
Pengakhiran perjanjian BGS/BSG secara sepihak oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana
dimaksud
menerbitkan
teguran
menerbitkan
teguran
tertulis kedua;
c. dalam hal mitra BGS/BSG tidak melaksanakan
teguran kedua dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari
kalender
kedua,
sejak
diterbitkan
teguran
Gubernur/Bupati/Walikota
tertulis
menerbitkan
150
kalender
sejak
diterbitkan
teguran
tertulis
pengakhiran BGS/BSG.
Setelah
menerima
surat
pengakhiran
BGS/BSG
Bupati/Walikota.
Gubernur/Bupati/Walikota meminta aparat pengawasan
intern pemerintah untuk melakukan audit atas objek
(4)
(5)
BGS/BSG; dan
c. laporan pelaksanaan BGS/BSG.
Aparat pengawasan intern pemerintah melaporkan hasil
audit
(6)
kepada
dengan
disampaikan
pemerintah
(7)
Gubernur/Bupati/Walikota
dan
oleh
aparat
melaporkannya
pengawasan
kepada
intern
Gubernur/
Bupati/Walikota.
Serah terima objek BGS/BSG dilakukan paling lambat
pada saat berakhirnya jangka waktu BGS/BSG dan
dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).
151
(8)
(9)
mitra
BGS/BSG
untuk
memenuhi
berupa
langsung
untuk
tugas
dan
fungsi
pemerintahan;
pemilihan mitra;
penerbitan keputusan;
penandatanganan perjanjian; dan
pelaksanaan.
Pasal 239
BGS/BSG atas barang milik daerah yang berada pada
Pengelola Barang dapat dilakukan berdasarkan:
a. inisiatif Gubernur/Bupati/Walikota; atau
b. permohonan dari pihak lain.
(1)
Inisiatif
Pasal 240
Gubernur/Bupati/Walikota
Barang
atas
BGS/BSG
152
Pasal
(2)
239
huruf
a,
dituangkan
dalam
bentuk
(1)
Pasal 241
Permohonan dari pihak lain sebagaimana dimaksud
dalam
(2)
Pasal
239
huruf
b,
diusulkan
kepada
usulan
atau
dan
dokumen
yang
persentase
hasil
dipersamakan.
(1)
Besaran
Pasal 242
kontribusi tahunan,
dan
pemerintahan
dihitung
oleh
Tim
BGS/BSG
(3)
Tim BGS/BSG.
Apabila diperlukan, Gubernur/Bupati/Walikota melalui
153
langsung
untuk
tugas
dan
fungsi
langsung
untuk
tugas
dan
fungsi
Pasal 243
Mitra BGS/BSG harus melaksanakan pembangunan
gedung
(2)
dan
fasilitasnya
sesuai
dengan
yang
telah
sebagaimana
sebagaimana
ditentukan
dalam
perjanjian BSG/BGS;
b. mitra dapat langsung mengoperasionalkan hasil BGS
yang dibangun sesuai dengan perjanjian BGS; dan
c. mitra menyerahkan hasil BSG kepada Gubernur/
(3)
Bupati/Walikota.
Hasil BSG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan barang milik daerah.
Pasal 244
Ketentuan mengenai pelaksanaan KSP barang milik daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 195 sampai dengan Pasal
206 mutatis mutandis berlaku untuk pelaksanaan BGS/BSG
yang berada pada Pengelola Barang.
154
Paragraf Keduabelas
Tata Cara Pelaksanaan BGS/BSG
Atas Barang Milik Daerah Berupa Tanah
Yang Berada Pada Pengguna Barang
(1)
Barang
Pasal 245
milik daerah berupa tanah yang berada pada
Pengguna
(2)
Barang
dapat
dilakukan
BGS/BSG
berdasarkan:
a. inisiatif Pengguna Barang; atau
b. permohonan dari pihak lain.
Inisiatif Pengguna Barang atas pelaksanaan BGS/BSG
barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
huruf
a,
disampaikan
dalam
bentuk
surat
kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
Permohonan dari pihak lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, disampaikan dalam bentuk surat
permohonan pelaksanaan BGS/BSG yang ditujukan
(4)
dimaksud
pada
ayat
(3)
Pasal 246
Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan
BGS/BSG terhadap permohonan pihak lain sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
245
ayat
(3)
kepada
155
a.
b.
c.
d.
e.
(2)
(1)
disertai:
a. data barang milik daerah yang diajukan untuk
dilakukan BGS/BSG;
b. data pemohon BGS/BSG;
c. proposal BGS/BSG;
d. data barang milik daerah yang akan dilakukan
BGS/BSG; dan
e. Informasi
lainnya
(3)
berkaitan
dengan
usulan
BGS/BSG.
Data barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d, menegaskan bahwa:
a. barang milik daerah yang akan dilakukan BGS/BSG
tidak
sedang
digunakan
dalam
rangka
SKPD.
Informasi
lainnya
yang
berkaitan
dengan
usulan
(5)
kota; dan
b. bukti kepemilikan atau dokumen yang dipersamakan.
Apabila permohonan BGS/BSG yang diajukan oleh
Pengguna Barang bukan berdasarkan permohonan dari
pemohon
BGS/BSG,
maka
permohonan
BGS/BSG
156
(6)
Berdasarkan
permohonan
Pengguna
Barang
dimaksud
pada
ayat
(6)
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
(1)
Pasal 247
Berdasarkan hasil penelitian administrasi sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
246
ayat
(7),
Gubernur/
BGS/BSG,
Gubernur/Bupati/Walikota
(4)
BGS/BSG,
menyetujui
Gubernur/Bupati/Walikota
persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota
dan
daerah
yang
akan
dijadikan
sebagai
objek
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(4),
(1)
Pasal 248
Penentuan rincian kebutuhan bangunan dan fasilitas
yang akan dibangun di atas objek BGS/BSG ditentukan
Gubernur/Bupati/Walikota berdasarkan pertimbangan
(2)
157
berlaku
mutatis
mutandis
terhadap
pelaksanaan
KSPI
atas
barang
Pasal 249
milik daerah
dilakukan
dengan
pertimbangan:
a. dalam rangka kepentingan umum dan/atau penyediaan
infrastruktur
guna
mendukung
tugas
dan
fungsi
b.
pemerintahan;
tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam
c.
(1)
Pasal 250
Kewajiban Mitra KSPI selama jangka waktu KSPI adalah:
a.
dilarang menjaminkan, menggadaikan, atau
memindahtangankan
barang
milik
daerah
yang
KSPI; dan
dapat
keuntungan
dibebankan
pembagian
kelebihan
terdapat
kelebihan
sepanjang
(3)
KSPI
kepada
pemerintah
daerah
pada
saat
158
(4)
Pasal 251
Jenis Infrastruktur yang termasuk dalam daftar prioritas
program penyediaan infrastruktur sebagaimana dimaksud
dalam pasal 249 huruf c sesuai dengan ketentuan perundangundangan.
Paragraf Kedua
Pihak Pelaksana KSPI Atas Barang Milik Daerah
(1)
Pasal 252
Pihak yang dapat melaksanakan KSPI adalah:
a.
b.
Pengguna Barang,
KSPI
atas
barang
milik
daerah
dilakukan
antara
(3)
Paragraf Ketiga
PJPK KSPI Atas Barang Milik Daerah
Pasal 253
(1)
dan/atau
ditetapkan
sebagai
PJPK
dalam
159
Paragraf Keempat
Objek KSPI
(1)
Pasal 254
Objek KSPI meliputi:
a. barang milik daerah yang berada pada Pengelola
Barang; atau
b. barang milik daerah yang berada pada Pengguna
(2)
Barang.
Objek KSPI atas barang milik daerah meliputi:
a. tanah dan/atau bangunan;
b. sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih
digunakan; atau
c. selain tanah dan/atau bangunan.
Paragraf Kelima
Jangka Waktu KSPI
Pasal 255
(1)
(2)
Jangka
waktu
KSPI
atas
barang
milik
daerah
sebagaimana
dimaksud pada
ayat
(2)
160
Pasal 256
(1)
(2)
Paragraf Keenam
Hasil KSPI Atas Barang Milik Daerah
Pasal 257
(1)
hasil
KSPI
berupa
infrastruktur
beserta
Pembagian
atas
kelebihan
keuntungan
sebagaimana
(1)
Formulasi
keuntungan
(2)
Pasal 258
dan/atau besaran
(clawback)
pembagian
ditetapkan
oleh
kelebihan
Gubernur/
Bupati/Walikota.
Penetapan besaran pembagian kelebihan keuntungan
(clawback)
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
161
Paragraf Ketujuh
Infrastruktur Hasil Pemanfaatan Barang Milik Daerah
Dalam Rangka Penyediaan Infrastrukur
(1)
Pasal 259
Infrastruktur yang menjadi hasil kegiatan KSPI atas
barang milik daerah berupa:
a. bangunan konstruksi infrastruktur beserta sarana
dan prasarana;
b. pengembangan infrastruktur berupa penambahan
dan/atau peningkatan terhadap kapasitas, kuantitas
dan/atau kualitas infrastruktur; dan/atau
c.
(2)
(3)
berakhirnya perjanjian.
Penyerahan sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
Pasal 260
162
(1)
(2)
Paragraf Kedelapan
Tata Cara Pelaksanaan KSPI Atas Barang Milik Daerah
Pada Pengelola Barang
Pasal 261
Tahapan pelaksanaan KSPI atas barang milik daerah yang
berada pada Pengelola Barang meliputi:
a.
b.
c.
d.
permohonan;
penelitian administrasi;
pembentukan Tim dan penilaian;
perhitungan besaran penerimaan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
daerah
dari
KSPI
Pasal 262
(1)
Barang
dapat
dilakukan
berdasarkan
163
Permohonan
sebagaimana
sekurang-kurangnya
dimaksud
memuat
data
pada
ayat
(1)
dan
informasi
mengenai:
a. identitas
PJPK,
termasuk
dasar
penetapan/
penunjukkannya;
b. latar belakang permohonan;
c. barang milik daerah yang diajukan untuk dilakukan
KSPI, antara lain jenis, nilai, dan kuantitas barang
milik daerah;
d. rencana peruntukan KSPI;
e. jangka waktu KSPI; dan
f. estimasi besaran pembagian kelebihan keuntungan
(clawback).
Pasal 263
(1)
kelayakan
penyediaan
Kementerian/Lembaga
infrastruktur
dan/atau
Dinas
dari
Teknis
untuk
164
Pasal 264
(1)
Gubernur/Bupati/Walikota
melakukan
penelitian
Apabila
berdasarkan
hasil
penelitian
administrasi
Gubernur/Bupati/ Walikota:
a. membentuk Tim KSPI; dan
b. menugaskan Penilai untuk
melakukan
penilaian
(2)
(3)
165
(4)
(1)
Pasal 266
Perhitungan besaran pembagian kelebihan keuntungan
(clawback) dilakukan oleh Tim KSPI sesuai ketentuan
(2)
(3)
persetujuan KSPI.
Besaran bagian pemerintah daerah dalam pembagian
kelebihan
keuntungan
(clawback)
yang
ditetapkan
Pasal 267
Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan Keputusan KSPI
apabila
(2)
permohonan
KSPI
dianggap
layak,
dengan
(3)
infrastruktur;
c. besaran pembagian kelebihan keuntungan (clawback);
d. jangka waktu KSPI atas barang milik daerah; dan
e. penunjukan PJPK KSPI atas barang milik daerah.
Salinan Keputusan KSPI sebagaimana dimaksud pada
(4)
memberitahukan
layak,
kepada
Pasal 268
Gubernur/Bupati/Walikota menyerahkan barang milik
166
berdasarkan
keputusan
sebagaimana
(3)
(1)
Pasal 269
PJPK penyediaan infrastrukturatas barang milik daerah
menetapkan mitra KSPI berdasarkan hasil tender dari
proyek kerjasama sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kerja sama pemerintah
(2)
atas
barang
milik
daerah
kepada
(1)
PJPK
Pasal 270
Penyediaan
Infrastruktur
menandatangani
hasil tender.
Penandatanganan perjanjian KSPI dilakukan paling lama
2
(dua)
tahun
terhitung
sejak
tanggal
berlakunya
Keputusan KSPI.
(1)
Pasal 271
Berdasarkan perjanjian KSPI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 270 ayat (1), PJPK Penyediaan Infrastruktur
167
(3)
(1)
Pasal 272
PJPK Penyediaan Infrastruktur melaporkan pelaksanaan
penandatanganan
perjanjian
KSPI
sebagaimana
dalam
Pasal
271
ayat
(1)
kepada
(BAST).
Dalam hal jangka waktu sudah terlewati dan perjanjian
belum ditandatangani, Keputusan KSPI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 270 ayat (2) dinyatakan tidak
(3)
berlaku.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), sepanjang lewat waktu tidak disebabkan
oleh
hal
yang
dilakukan
oleh
mitra
KSPI,
(1)
Pasal 273
Perjanjian KSPI atas barang milik daerah sekurangkurangnya memuat:
a. dasar perjanjian;
168
(2)
yang
menjadi
objek
pemanfaatan;
d. peruntukan pemanfaatan;
e. hak dan kewajiban;
f. jangka waktu pemanfaatan;
g. besaran penerimaan serta mekanisme pembayaran;
h. ketentuan mengenai berakhirnya pemanfaatan;
i. sanksi; dan
j. penyelesaian perselisihan.
Perjanjian KSPI atas barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk Akta
Notaris.
(1)
Pasal 274
Mitra KSPI atas barang milik daerah wajib melakukan
pengamanan dan pemeliharaan atas:
a. barang milik daerah yang menjadi objek KSPI; dan
b. barang hasil KSPI atas barang milik daerah
(2)
berdasarkan perjanjian.
Pengamanan sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
(4)
berhasil guna.
Perbaikan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) harus sudah selesai dilaksanakan paling
(5)
169
(1)
Mitra
KSPI
dilarang
mendayagunakan
barang
milik
(1)
Pasal 276
Bagian pemerintah daerah atas pembagian kelebihan
keuntungan (clawback) disetorkan oleh mitra KSPI ke
(2)
(3)
perjanjian.
Bagian pemerintah daerah atas pembagian kelebihan
keuntungan (clawback) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
disetorkan
oleh
mitra
KSPI
sepanjang
terdapat
(1)
Pengakhiran
Pasal 278
secara sepihak
oleh
Gubernur/Bupati/
170
dilakukan
berdasarkan
oleh
hasil
Gubernur/Bupati/Walikota
pertimbangan
Pengelola
Barang
(1)
Pengakhiran
Pasal 279
perjanjian KSPI
Gubernur/Bupati/Walikota
secara
sepihak
sebagaimana
oleh
dimaksud
Bupati/Walikota.
Apabila mitra KSPI tidak melaksanakan teguran pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari sejak teguran tertulis pertama
diterbitkan,
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota
menerbitkan
(tiga
puluh)
diterbitkan,
(4)
hari
sejak
teguran
Gubernur/Bupati/Walikota
tertulis
kedua
menerbitkan
(tiga
puluh)
diterbitkan,
hari
sejak
teguran
Gubernur/Bupati/Walikota
tertulis
ketiga
menerbitkan
171
(5)
(6)
dengan
tembusan
PJPK
(1)
Mitra
Pasal 280
KSPI harus melaporkan akan mengakhiri KSPI
(3)
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(2)
(5)
(1)
Pasal 281
Mitra KSPI menyerahkan barang milik daerah yang
menjadi objek KSPI pada saat berakhirnya KSPI kepada
PJPK dalam keadaan baik dan layak digunakan secara
(2)
daerah,
mitra
KSPI
wajib
menyerahkannya
172
berkewajiban
menindaklanjutinya
sampai
dengan
selesai.
(1)
Pasal 283
PJPK melaporkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota:
a. berakhirnya KSPI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 277;
b. hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280
c.
(2)
Paragraf Kesembilan
Penatausahaan
(1)
Pengelola
Pasal 284
Barang melakukan
penatausahaan
atas
173
(2)
Pengguna
Barang
melakukan
penatausahaan
atas
Pasal 285
Mitra KSPI melaporkan secara tertulis hasil penyetoran
pendapatan daerah atas KSPI kepada Gubernur/Bupati/
Walikota
(2)
sesuai
perjanjian
dengan
dilampiri
daerah
bukti
sebagaimana
Paragraf Kesepuluh
Sanksi Dan Denda
(1)
Pasal 286
Dalam hal mitra KSPI terlambat melakukan pembayaran
atau melakukan pembayaran namun tidak sesuai dengan
ketentuan
atas
pembagian
keuntungan
KSPI
(1)
Pasal 287
Dalam hal barang milik daerah yang menjadi objek KSPI
tidak dipelihara dengan baik sesuai ketentuan pada
perjanjian, mitra KSPI memperbaiki sampai pada kondisi
(2)
174
(1)
Pasal 288
Dalam hal barang milik daerah yang menjadi objek KSPI
hilang selama pelaksanaan masa KSPI akibat kesalahan
atau kelalaian mitra KSPI, mitra wajib mengganti objek
dan hasil KSPI dengan barang yang sama atau barang
(2)
(1)
Pasal 289
Dalam hal perbaikan dan/atau penggantian barang milik
daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 287 dan
Pasal 288 tidak dapat dilakukan, mitra KSPI membayar
biaya perbaikan dan/atau penggantian tersebut secara
(2)
tunai.
Penentuan besaran biaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh PJPK.
Pasal 290
Pembayaran biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 289
ayat (1) dilakukan dengan cara menyetorkan ke Rekening Kas
Umum Daerah paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak
adanya penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 289
ayat (2).
Pasal 291
Mitra dikenakan sanksi administratif berupa surat teguran
dalam hal:
a. belum
melakukan
perbaikan
dan/atau
penggantian
175
berakhirnya KSPI.
(1)
Dalam
hal
Pasal 292
perbaikan,
penggantian,
dan/atau
dan/atau
penyerahan
dilakukan
barang
milik
daerah
belum
Paragraf Kesebelas
Tata Cara Pelaksanaan KSPI Atas Barang Milik Daerah
Pada Pengguna Barang
Pasal 294
Tata cara pelaksanaan KSPI pada pengelola dari Pasal 261
sampai dengan Pasal 293 berlaku mutatis mutandis terhadap
tata cara pelaksanaan KSPI pada Pengguna Barang.
Pasal 295
Gubernur/Bupati/Walikota
melakukan
penelitian
176
(2)
Pasal 297
(1)
(2)
Pasal 298
Gubernur/Bupati/Walikota
dapat
menetapkan
kebijakan
177
Paragraf Kedua
Tata Cara Pengamanan Tanah
Pasal 299
(1) Pengamanan fisik tanah dilakukan dengan antara lain:
a. memasang tanda letak tanah dengan membangun
pagar batas;
b. memasang tanda kepemilikan tanah; dan
c. melakukan penjagaan.
(2) Pengamanan fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan pemerintah daerah dan kondisi/letak tanah
(3)
yang bersangkutan
Pengamanan administrasi tanah dilakukan dengan:
a. menghimpun,
mencatat,
menyimpan,
dan
sekali
dalam
(lima)
tahun
Barang
serta
Pengelola/
299
ayat
(1)
huruf
belum
dapat
dilakukan
178
batas tanah.
Pasal 301
Tanda kepemilikan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
299 ayat (1) huruf b, dibuat dengan ketentuan antara lain:
a. berbahan material yang tidak mudah rusak;
b. diberi tulisan tanda kepemilikan;
c. gambar lambang pemerintah daerah; dan
d. informasi lain yang dianggap perlu.
Pasal 302
(1)
Pengamanan
hukum
terhadap
tanah
yang
belum
Kuasa
Pengguna
Barang
segera
dan/atau
Kuasa
Pengguna
Barang
yang
sudah
dengan
cara
Pengelola
Barang/Pengguna
179
Barang
dan/atau
Kuasa
Pengguna
Barang
segera
pagar
pembatas
gedung
dan/atau
bangunan;
b. memasang tanda kepemilikan berupa papan nama;
c.
dapat
memasang
Closed-Circuit
Television (CCTV);
e. menyediakan satuan pengamanan dengan jumlah
sesuai fungsi dan peruntukkan gedung dan/atau
bangunan sesuai kondisi lokasi gedung dan/atau
bangunan tersebut.
(2)
(3)
(4)
antara lain:
a. fungsi penggunaan bangunan;
b. lokasi bangunan; dan
c. unsur nilai strategis bangunan.
Pengamanan administrasi gedung dan/atau bangunan
180
dan/atau bangunan;
daftar Barang Kuasa
Pengguna
berupa
gedung
dan/atau bangunan;
d. daftar Barang Pengguna berupa gedung dan/atau
e.
(5)
bangunan;
daftar Barang Pengelola berupa gedung dan/atau
bangunan;
f. Berita Acara Serah Terima (BAST); dan
g. dokumen terkait lainnya yang diperlukan.
Pengamanan hukum gedung dan/atau bangunan:
a. melakukan pengurusan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), bagi bangunan yang belum memiliki Izin
Mendirikan Bangunan (IMB); dan
b. mengusulkan penetapan status penggunaan
Paragraf Keempat
Tata Cara Pengamanan Kendaraan Dinas
Pasal 304
(1)
perorangan
dinas,
yaitu
kendaraan
181
c.
Kendaraan
dinas
operasional
disediakan
dan
(1)
kendaraan
Pengguna
kendaraan
(2)
Barang
antara
yang
perorangan
Pengguna
melakukan
dinas
Barang/Kuasa
penatausahaan
dengan
Pejabat
yang
Pengguna
Barang
yang
melakukan
dinas
182
(3)
(4)
Dinas
menjadi
yang
Barang;
b. Pengguna Barang dengan Kuasa Pengguna Barang
yang
c.
(2)
menggunakan
kendaraan
jabatan
Kuasa
dengan
dan rincian
183
(4)
dengan sanksi
(2)
operasional.
Surat pernyataan tanggung jawab sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memuat antara lain:
a. nomor polisi, merek, tahun perakitan kendaraan,
kode barang, dan perlengkapan kendaraan tersebut;
b. pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dinas
operasional dengan seluruh risiko yang melekat atas
kendaraan dinas tersebut;
c. pernyataan untuk mengembalikan kendaraan dinas
segera setelah jangka waktu penggunaan berakhir;
d. pengembalian
kendaraan
dinas
operasional
dituangkan dalam berita acara penyerahan kembali;
dan
e. menyimpan kendaraan dinas operasional pada tempat
(3)
yang ditentukan.
Apabila kendaraan dinas yang hilang sebagai akibat dari
kesalahan atau kelalaian atau penyimpangan
ketentuan,
maka
Pejabat/penanggung
jawab
dari
yang
sebagai penanggung
184
dengan
menghimpun,
mencatat,
menyimpan,
dan
(2)
sebagai berikut:
a. bukti pemilik kendaraan bermotor (BPKB);
b. fotokopi surat tanda nomor kendaraan (STNK);
c. Berita Acara Serah Terima (BAST);
d. kartu pemeliharaan;
e. data daftar barang;dan
f. dokumen terkait lainnya yang diperlukan.
Pengamanan hukum Kendaraan Dinas dilakukan, antara
lain:
a. melakukan pengurusan semua dokumen kepemilikan
kendaraan
bermotor,
seperti
BPKB
dan
STNK,
Pengelola
Barang/Pengguna
Barang/Kuasa
Pengguna
(2)
(3)
(1)
185
(2)
(1)
(2)
Pengguna
Barang
yang
yang
rumah
negara
jabatan
yang
Pengguna
Barang;
d. Pengguna Barang dengan Kuasa Pengguna Barang
yang menggunakan rumah negara jabatan Kuasa
Pengguna Barang; dan
e. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang
(3)
penanggung
jawab
rumah
penguasaan
Pengguna
negara
dengan
yang
Barang/Kuasa
dalam
Pengelola
Barang.
Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) memuat antara lain:
a. pernyataan tanggung jawab
atas
rumah
negara
186
b. pernyataan
tanggung
jawab
atas
rumah
negara
berakhirnya
jangka
waktu
Surat
Izin
saat
berakhirnya
masa
jabatan
atau
sarana/prasarana
apabila
rumah
saat
berakhirnya
masa
jabatan
atau
Barang; dan
Penyerahan kembali dituangkan dalam Berita Acara
Serah Terima (BAST).
Pasal 312
(1)
dan
keputusan
pencabutan
Surat
Izin
Penghunian (SIP).
Penghuni rumah negara dilarang untuk:
a. mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah
tanpa izin tertulis dari pejabat yang berwenang pada
187
sebagai
agunan
atau
bagian
dari
(1)
(2)
rumah
negara
ditetapkan
oleh
Gubernur/
Bupati/Walikota.
Hak penghunian rumah negara berlaku sebagaimana
ditetapkan dalam Surat Izin Penghunian (SIP), kecuali
ditentukan lain dalam keputusan pencabutan Surat Izin
(3)
Penghunian (SIP).
Surat Izin Penghunian
rumah
negara
(4)
negara
(SIP)
untuk
Barang.
Surat Izin Penghunian (SIP)
sebagaimana dimaksud
188
atas
kemauan
sendiri
atau
yang
(2)
Surat
Izin
Pasal 315
(1)
Suami/istri/anak/ahli
waris
lainnya
dari
penghuni
189
diterimanya
keputusan
pencabutan
Surat
Izin
(2)
Penghunian (SIP).
Pencabutan Surat Izin Penghunian (SIP) rumah negara
(3)
dilakukan
menatausahakan
oleh
Pengguna
rumah
negara
Barang
bersangkutan
yang
atas
(2)
hasil
penyelesaian
kepada
Gubernur/
Bupati/Walikota.
Dalam pelaksanaan penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan dapat
meminta bantuan SKPD/unit kerja SKPD terkait.
Pasal 317
190
Paragraf Keenam
Tata Cara Pengamanan Barang Milik Daerah
Berupa Barang Persediaan
Pasal 318
(1)
barang
sesuai
dengan
frekuensi
(2)
jika diperlukan;
f. menghitung fisik persediaan secara periodik; dan
g. melakukan pengamanan persediaan.
Pengamanan administrasi barang persediaan dilakukan,
antara lain:
a. buku persediaan;
b. kartu barang;
c. Berita Acara Serah Terima (BAST);
d. berita acara pemeriksaan fisik barang;
e. Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB);
f. laporan
persediaan
Pengguna
Barang/Kuasa
(3)
191
(3)
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Paragraf Kedelapan
Tata Cara Pengamanan Barang Milik Daerah
Berupa Barang Tak Berwujud
Pasal 320
(1)
tertentu
yang
berwenang
terhadap
192
(2)
mencatat,
menatausahakan secara
menyimpan,
tertib dan
teratur
dan
atas
pendukung
terkait
lainnya
yang
diperlukan.
b. mengajukan hak cipta dan lisensi kepada instansi
atau pihak yang memiliki kewenangan.
Bagian Kedua
Pemeliharaan
Paragraf Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 321
(1)
barang
milik
daerah
Pengelola
Barang/Pengguna
dalam
penguasaan
Barang/Kuasa
Pengguna
Barang.
(2)
(3)
adalah untuk
193
(6)
(1)
(2)
Pasal 323
(1)
(2)
kepada
penelitian
Pengguna
secara
berkala
Barang
untuk
dilakukan
setiap
enam
bulan/per
semester.
(3)
sebagaimana
menyusun
daftar
dimaksud
hasil
pada
pemeliharaan
ayat
(2)
barang
dan
yang
194
(4)
Daftar
Hasil
pengguna
Pemeliharaan
barang
Barang
atau
pejabat
yang
yang
disusun
ditunjuk
melakukan
evaluasi
mengenai
efisiensi
kinerja
dan
realisasi
target
kinerja
pemeliharaan.
(6)
Pengguna
Barang
melaporkan/menyampaikan
Daftar
Pasal 324
(1)
daerah
dilakukan
pencatatan
kartu
tanggal pemeliharaan;
f.
biaya pemeliharaan;
g.
195
BAB IX
PENILAIAN
Pasal 325
(1)
(2)
atau pemindahtanganan.
Penilaian barang milik daerah
(3)
sebagaimana dimaksud
pada
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
(SAP).
Biaya yang diperlukan dalam rangka penilaian barang
milik daerah dibebankan pada APBD.
(1)
Pasal 326
Penilaian barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan
dalam
rangka
pemanfaatan
oleh
atau
Gubernur/
Bupati/Walikota.
Penilai Publik, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b adalah Penilai selain Penilai Pemerintah yang
mempunyai izin praktik Penilaian dan menjadi anggota
asosiasi Penilai yang diakui oleh pemerintah.
196
(3)
(4)
undangan.
Nilai wajar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
diperoleh dari hasil penilaian menjadi tanggung jawab
Penilai.
(1)
Pasal 327
Penilaian barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan
dalam
rangka
pemanfaatan
atau
(3)
Kerja terkait.
Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
(4)
mendapatkan nilai
undangan.
Apabila penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilakukan oleh Pengguna Barang tanpa melibatkan
Penilai, maka hasil penilaian barang milik daerah hanya
(6)
pada
milik
ayat
(2)
daerah
sebagaimana
ditetapkan
oleh
Gubernur/Bupati/Walikota.
(1)
Dalam
kondisi
Pasal 328
tertentu, Gubernur/Bupati/Walikota
197
proses
revaluasi
dalam
rangka
pelaporan
(3)
oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
dengan
secara nasional.
Ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional,
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah kebijakan
yang ditetapkan oleh pemerintah untuk seluruh entitas
pemerintah daerah.
BAB X
PEMINDAHTANGANAN
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
(1)
Barang
milik
penyelenggaraan
(2)
Pasal 329
daerah yang
tugas
tidak
diperlukan
pemerintahan
daerah
bagi
dapat
dipindahtangankan.
Bentuk pemindahtanganan barang milik daerah meliputi:
a. penjualan;
b. tukar menukar;
d.
hibah; atau
e.
penyertaan modal pemerintah daerah.
198
(1)
Pasal 330
Dalam rangka pemindahtanganan barang milik daerah
(2)
dilakukan penilaian.
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), untuk pemindahtanganan dalam bentuk
(3)
hibah.
Penilaian
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
Bagian Kedua
Persetujuan Pemindahtanganan
(1)
Pasal 331
Pemindahtanganan barang milik daerah yang dilakukan
setelah mendapat persetujuan DPRD untuk:
a.
tanah dan/atau
b.
atau
selain
tanah
bangunan;
dan/atau
sudah
disediakan
dalam
dokumen
penganggaran;
c.
199
e.
yang
jika
status
kepemilikannya
Pasal 332
(1)
tata
ruang
wilayah
atau
penataan
kota
dilakukan
penyesuaian
yang
berakibat
pada
pengganti
sudah
disediakan
dalam
dokumen
Pasal 334
Tanah dan/atau bangunan diperuntukkan bagi pegawai negeri
sipil pemerintah daerah yang bersangkutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 331 ayat (2) huruf c, adalah:
200
negeri
sipil
pemerintah
daerah
yang
bersangkutan.
Pasal 335
(1)
digunakan
untuk
kegiatan
yang
menyangkut
negara
lain
atau
masyarakat/lembaga
internasional.
(2)
pembuangan air;
waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya,
201
j.
bencana;
k. sarana dan prasarana pos dan telekomunikasi;
l. sarana dan prasarana olahraga untuk umum;
m. stasiun penyiaran radio dan televisi beserta sarana
pendukungnya untuk lembaga penyiaran publik;
n. kantor pemerintah, pemerintah daerah, perwakilan
negara
asing,
Perserikatan
Bangsa-Bangsa,
dan
fungsinya;
rumah susun sederhana;
tempat pembuangan sampah untuk umum;
cagar alam dan cagar budaya;
promosi budaya nasional;
pertamanan untuk umum;
panti sosial;
lembaga pemasyarakatan; dan
pembangkit, turbin, transmisi, dan distribusi tenaga
listrik
termasuk
merupakan
satu
instalasi
pendukungnya
kesatuan
yang
yang
tidak
dapat
berupa
tanah
terpisahkan.
Pemindahtanganan
Pasal 336
barang milik
daerah
setelah mendapat
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.
Pasal 337
(1)
bangunan
yang
bernilai
sampai
dengan
Barang
setelah
Gubernur/Bupati/Walikota.
mendapat
persetujuan
202
(2)
bangunan
yang
bernilai
lebih
dari
(4)
(5)
(6)
Bagian Ketiga
Penjualan
Paragraf Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 338
(1)
203
c.
(2)
milik
daerah
yang
tidak
digunakan
untuk
Pasal 339
(1)
(2)
(3)
(4)
b.
(5)
204
Wakil
Gubernur/mantan
Wakil
digunakan
perencanaan
untuk
awal
pembangunan
f.
(1)
Pasal 340
Dalam rangka penjualan barang milik daerah dilakukan
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota
berdasarkan
205
(3)
perundang-undangan.
Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
(4)
(5)
penyesuaian.
Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
limit/batasan
terendah
yang
Gubernur/Bupati/Walikota,
(6)
(7)
disampaikan
sebagai
dasar
kepada
penetapan
nilai limit.
Nilai limit/batasan terendah sebagaimana
dimaksud
yang akan
dilelang.
Nilai limit
sebagaimana
ditetapkan
oleh
dimaksud
pada
ayat
Gubernur/Bupati/Walikota
(6)
selaku
penjual.
(1)
Pasal 341
Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan
yang tidak laku dijual pada lelang pertama, dilakukan
(2)
(3)
(4)
tanpa
lelang,
tukar
menukar,
hibah,
206
Pasal 342
(1)
(2)
(3)
(4)
untuk
masing-masing
kegiatan bersangkutan.
(5)
(1)
Pasal 343
Hasil penjualan barang milik daerah wajib disetorkan
(2)
milik
sesuai
dengan
Umum
tugas
Daerah
dan
fungsi
merupakan
Badan
penerimaan
207
(1)
Pasal 344
Objek penjualan adalah barang milik daerah yang berada
(2)
secara
fungsi
penyelenggaraan
tugas
pemerintahan
208
c.
daerah;
tanah kavling
pengadaannya
yang
menurut
diperuntukkan
awal
bagi
perencanaan
pembangunan
pemanfaatan.
Penjualan barang milik daerah selain tanah dan/atau
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut:
a. memenuhi persyaratan teknis:
b. memenuhi persyaratan ekonomis, yakni
secara
lebih
milik
daerah
secara
fisik
tidak
dapat
milik
daerah
secara
teknis
tidak
dapat
akibat
penggunaan,
seperti
terkikis,
209
timbangan/ukuran
disebabkan
penggunaan
atau
Pasal 345
Penjualan barang milik daerah berupa tanah kavling yang
menurut awal perencanaan pengadaannya diperuntukkan
bagi pembangunan perumahan pegawai negeri pemerintah
daerah yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 339 ayat (6) huruf b dilakukan dengan persyaratan:
a.
awal
akan
yang
menyatakan
digunakan
untuk
bahwa
tanah
pembangunan
bersangkutan; dan
penjualan dilaksanakan langsung kepada masing-masing
pegawai
negeri
sipil
pemerintah
daerah
yang
(1)
Penjualan
Pasal 346
barang milik daerah
berupa
kendaraan
memenuhi
persyaratan,
yakni
berusia
paling
mulai
tanggal,
bulan,
dan
tahun
dan
tahun
kendaraan
210
(tujuh) tahun.
Penjualan kendaraan
bermotor
dilakukan
sebelum
Paragraf Ketiga
Tata Cara Penjualan Barang Milik Daerah
Pada Pengelola Barang
Pasal 347
Pelaksanaan penjualan barang milik daerah yang berada pada
Pengelola Barang dilakukan berdasarkan:
a.
b.
(1)
Pasal 348
Penjualan barang milik daerah pada Pengelola Barang
diawali dengan membuat perencanaan penjualan yang
meliputi antara lain:
a. data barang milik daerah;
b. pertimbangan penjualan; dan
c. pertimbangan dari aspek teknis, ekonomis, dan
(2)
usulan
penjualan
(1)
Pasal 349
Gubernur/Bupati/Walikota melakukan penelitian atas
usulan penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
348 ayat (2).
(2)
211
(3)
(1)
konstruksi,
luas,
nilai
bangunan; dan
tahun perolehan, jumlah, nilai perolehan, nilai buku,
dan data identitas barang, untuk data barang milik
(2)
(3)
selanjutnya
disampaikan
kepada
Gubernur/
(1)
Berdasarkan
dimaksud
Pasal 351
Berita Acara
dalam
Pasal
350
Penelitian
ayat
(3),
sebagaimana
Gubernur/
212
(1)
Pasal 352
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan
penjualan
(2)
barang
milik
daerah
kepada
Gubernur/
Bupati/Walikota.
Apabila penjualan barang milik daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memerlukan persetujuan DPRD,
Gubernur/Bupati/Walikota terlebih dahulu mengajukan
(3)
(4)
sebagaimana
(5)
ulang.
Apabila hasil penilaian ulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) lebih tinggi, atau sama, atau lebih rendah
dengan hasil penilaian sebelumnya yang diajukan kepada
DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gubernur/
Bupati/Walikota tidak perlu mengajukan permohonan
baru persetujuan penjualan barang milik daerah kepada
(6)
DPRD.
Gubernur/Bupati/Walikota melaporkan hasil penilaian
ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada
DPRD.
(1)
Pasal 353
Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan barang milik
213
dituangkan
dalam
Berita
Acara
Penelitian
(1)
daerah; dan
nilai limit penjualan dari barang milik daerah.
Pasal 354
Apabila keputusan penjualan oleh Gubernur/Bupati/
Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 353 ayat (1)
merupakan
penjualan
barang
milik
daerah
yang
Lelang.
Apabila keputusan penjualan oleh Gubernur/Bupati/
Walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 353 ayat (1)
merupakan
penjualan
barang
milik
daerah
yang
melakukan
calon pembeli.
Penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan serah terima barang
berdasarkan:
a. Risalah lelang, apabila penjualan barang milik daerah
dilakukan secara lelang; dan
b. Akta jual beli, apabila penjualan barang milik daerah
dilakukan tanpa lelang.
Pasal 355
214
(1)
(2)
(BAST).
Berdasarkan
Berita
Acara
Serah
Terima
(BAST)
(1)
dengan
menyiapkan
permohonan
penjualan,
antara lain:
a. data barang milik daerah;
b. pertimbangan penjualan; dan
c. pertimbangan dari aspek teknis, ekonomis, dan
(2)
(3)
(1)
Pasal 357
Serah terima barang penjualan barang milik daerah pada
Pengguna Barang dituangkan dalam Berita Acara Serah
Terima (BAST).
(2)
215
usulan
penghapusan
barang
milik
daerah
kepada
Pengelola Barang.
Paragraf Kelima
Tata Cara Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas
Kepada Pejabat Negara, Mantan Pejabat Negara
Dan Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
(1)
Pasal 358
Syarat kendaraan perorangan dinas yang dapat dijual
tanpa melalui lelang kepada pejabat negara dan mantan
pejabat negara, adalah:
a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun:
1. terhitung
mulai
tanggal,
bulan,
tahun
mulai
tanggal,
bulan,
tahun
(2)
pada angka 1.
b. sudah tidak digunakan lagi untuk pelaksanaan tugas.
Syarat kendaraan perorangan dinas yang dapat dijual
tanpa melalui lelang kepada pegawai ASN adalah telah
berusia paling singkat 5 (lima) tahun:
a. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun perolehannya,
untuk perolehan dalam kondisi baru; atau
b. terhitung mulai tanggal, bulan, tahun pembuatannya,
untuk perolehan selain tersebut pada huruf a.
(1)
Pasal 359
Kendaraan perorangan dinas dapat dijual tanpa melalui
lelang kepada:
a. pejabat negara;
b. mantan pejabat negara; atau
c. pegawai ASN.
(2)
(3)
huruf a, yaitu:
a. Gubernur/Bupati/Walikota;
b. Wakil Gubernur/Wakil Bupati/Wakil Walikota.
Mantan Pejabat Negara sebagaimana dimaksud pada ayat
216
(ASN)
sebagaimana
Tinggi Madya.
Jabatan Pimpinan Tinggi Madya sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) adalah Sekretaris Daerah Provinsi.
(1)
Pasal 360
Syarat Pejabat Negara yang dapat membeli kendaraan
perorangan dinas tanpa melalui lelang adalah:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian
selama 4 (empat) tahun atau lebih secara berturutturut, terhitung mulai tanggal ditetapkan menjadi
Pejabat Negara;
b. tidak sedang atau tidak pernah dituntut tindak
pidana dengan ancaman hukuman pidana penjara
(2)
(1)
Pejabat
Negara
Pasal 361
mengajukan
permohonan
penjualan
Tahun
terakhir
periode
jabatan
Pejabat
Negara
217
orang
Pejabat
Negara,
untuk
tiap
penjualan
yang
dilakukan.
(1)
Pasal 362
Mantan Pejabat Negara yang dapat membeli kendaraan
perorangan
dinas
tanpa
melalui
lelang
memenuhi
persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian
selama 4 (empat) tahun atau lebih secara berturutturut, terhitung mulai tanggal ditetapkan menjadi
Pejabat Negara sampai dengan berakhirnya masa
jabatan;
b. belum pernah membeli kendaraan perorangan dinas
tanpa melalui lelang pada saat yang bersangkutan
c.
hormat
dari
jabatannya.
Secara berturut-turut sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a adalah secara berkelanjutan menjalani masa
jabatan pada instansi yang sama atau pada instansi yang
berbeda.
(1)
Pasal 363
Kendaraan perorangan dinas yang dijual tanpa melalui
lelang kepada mantan Pejabat Negara paling banyak 1
(satu) unit kendaraan bagi 1 (satu) orang mantan Pejabat
(2)
218
(1)
Pasal 364
Pegawai ASN yang dapat membeli kendaraan perorangan
dinas tanpa melalui lelang memenuhi persyaratan:
a. telah memiliki masa kerja atau masa pengabdian
selama 15 (lima belas) tahun atau lebih secara
berturut-turut, terhitung mulai tanggal ditetapkan
sebagai pegawai negeri sipil;
b. telah menduduki, Jabatan Pimpinan Tinggi Madya
c.
(2)
Pengguna
Barang
Pasal 365
menentukan
harga
jual
kendaraan
Pasal 366
Pembayaran atas penjualan barang milik daerah berupa
kendaraan perorangan dinas tanpa lelang dilakukan dengan:
a. pembayaran sekaligus, bagi Pejabat Negara/mantan
b.
Pejabat Negara;
pembayaran secara angsuran paling lama 2 (dua) tahun,
219
Pembayaran
Pasal 367
sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
366
surat
persetujuan
penjualan,
untuk
Barang
dengan
pegawai
ASN,
untuk
pembayaran angsuran.
Pasal 368
Apabila pembayaran atas penjualan kendaraan perorangan
dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 367 belum lunas
dibayar, maka:
a. kendaraan tersebut masih berstatus sebagai barang milik
b.
daerah;
kendaraan tersebut tetap digunakan untuk keperluan
c.
dinas;
biaya perbaikan/pemeliharaan menjadi tanggung jawab
Pejabat Negara/mantan Pejabat Negara atau Pegawai
d.
ASN; dan
kendaraan tersebut dilarang untuk dipindahtangankan,
disewakan, dipinjamkan, atau dijaminkan kepada pihak
lain.
(1)
Pasal 369
Pejabat Negara dan mantan Pejabat yang tidak memenuhi
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 366 huruf a,
Pasal 367 huruf a, dan Pasal 368, dicabut haknya untuk
(2)
ketentuan
220
(3)
membeli
kendaraan
angsuran
yang
perorangan
telah
dinas
dibayarkan
tersebut
tidak
dan
dapat
dikembalikan.
Kendaraan perorangan dinas yang batal dibeli oleh
Pejabat Negara/mantan Pejabat Negara sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1),
dan
oleh
Pegawai
ASN
Pasal 370
Biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah
untuk perbaikan kendaraan perorangan dinas yang akan
dibeli dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sebelum adanya
persetujuan
penjualan,
menjadi
tanggungan
Pejabat
365.
Biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah
untuk perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah biaya selain pemeliharaan rutin atas kendaraan
perorangan dinas.
(1)
Pasal 371
Pejabat Negara atau Pegawai ASN yang pernah membeli
kendaraan perorangan dinas, dapat membeli lagi 1 (satu)
unit kendaraan perorangan dinas tanpa melalui lelang
setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak pembelian
(2)
yang pertama.
Pembelian kembali atas kendaraan perorangan dinas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
sepanjang Pejabat Negara tersebut masih aktif sebagai
Pejabat Negara secara berkelanjutan.
(1)
Pasal 372
Penjualan kendaraan perorangan dinas yang dijual tanpa
221
(2)
bersangkutan;
c. Pegawai ASN.
Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disampaikan oleh:
a. Pejabat Negara kepada Pengguna Barang;
b. Mantan Pejabat Negara kepada Gubernur/Bupati/
(3)
Walikota; dan
c. Pegawai ASN kepada Pengguna Barang.
Surat Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat antara lain:
a. data pribadi, berupa nama, jabatan, alamat, dan
tempat/tanggal lahir; dan
b. alasan permohonan pembelian kendaraan perorangan
dinas.
(1)
Pasal 373
Surat Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(2)
222
f.
(3)
tahun.
Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bagi pegawai ASN, antara lain:
a. fotokopi surat keputusan pengangkatan
Sekretaris Daerah Provinsi;
b. fotokopi surat keputusan
pengangkatan
menjadi
Calon
(1)
Pasal 374
Berdasarkan Surat Permohonan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 372 ayat (3), Pengguna Barang melakukan
persiapan permohonan penjualan, antara lain:
a. data administrasi kendaraan perorangan dinas; dan
b. penjelasan dan pertimbangan penjualan kendaraan
perorangan dinas tanpa melalui lelang.
223
(2)
Dalam
hal
persiapan
permohonan
penjualan
penjualan
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
(4)
Gubernur/Bupati/Walikota membentuk
penelitian
kelayakan
alasan
dan
penelitian
fisik,
dengan
cara
disampaikan
kepada
Gubernur/Bupati/
224
(6)
Gubernur/Bupati/Walikota
melalui
Pengelola
Barang
(1)
Pasal 375
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan
penjualan berdasarkan hasil penelitian dan penilaian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 374 ayat (5) dan ayat
(7)
(2)
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
kewenangannya.
Apabila
persetujuan
sesuai
batas
Gubernur/Bupati/Walikota
hasil
penilaian,
maka
sebelum
dilakukan
ulang.
Gubernur/Bupati/Walikota menyetujui dan menetapkan
kendaraan
perorangan
dinas
yang
akan
dijual
Gubernur/Bupati/Walikota
memberitahukan
225
secara
(5)
tertulis
(3),
Pengelola
kendaraan
melalui
Penggelola
Barang
perorangan
melakukan
dinas
penjualan
kepada
Pejabat
(3),
penjualan
Pengguna
Barang
kendaraan
ditandatangani
(7)
pemohon
Barang.
Berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(6)
kepada
menyiapkan
perorangan
dinas
Gubernur/Bupati/Walikota
pegawai ASN.
Perjanjian sebagaimana
dimaksud
perjanjian
pada
yang
dengan
ayat
(6)
sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas pegawai ASN;
b. data kendaraan perorangan dinas;
c. bentuk pembayaran dan jangka waktu; dan
d. hak dan kewajiban kedua belah pihak.
(1)
Pasal 376
Pejabat Negara melakukan pembayaran ke Kas Umum
Daerah, terdiri dari:
a. pembelian kendaran perorangan dinas sesuai harga
jual
kendaraan
perorangan
dinas
sebagaimana
(3)
kendaraan
perorangan
dinas
sebagaimana
226
(5)
(6)
(4).
Pengelola Barang dan Pengguna Barang
melakukan
(1)
Tukar
menukar
Pasal 377
barang milik
dengan pertimbangan:
a. untuk
memenuhi
(2)
daerah
kebutuhan
dilaksanakan
operasional
penyelenggaraan pemerintahan;
b. untuk optimalisasi barang milik daerah; dan
c. tidak tersedia dana dalam APBD.
Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
227
ditempuh
(3)
apabila
pemerintah
daerah
tidak
dapat
pelaksanaan
rencana
strategis
atau
ketentuan
undangan, apabila
barang
(4)
milik
peraturan
daerah
selain
tanah
dan/atau
bangunan.
Tukar menukar barang milik daerah dapat dilakukan
dengan pihak:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah lainnya;
c. Badan Usaha Milik Negara/Daerah
hukum
(5)
perundang-
milik
pemerintah
lainnya
atau
yang
badan
dimiliki
negara;
d. Pemerintah Desa; atau
e. Swasta;
Swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e
adalah pihak swasta, baik yang berbentuk badan hukum
maupun perorangan.
(1)
Pasal 378
Tukar menukar barang milik daerah dapat berupa:
a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota;
228
b. tanah
(2)
dan/atau
bangunan
yang
berada
pada
(3)
Tukar
menukar
Pasal 379
dilaksanakan setelah
dilakukan
kajian
berdasarkan:
a.
b.
c.
Pasal 380
Berdasarkan kajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 379
terhadap
bangunan,
barang
milik
daerah
berupa
Gubernur/Bupati/Walikota
tanah
dapat
dan/atau
memberikan
(1)
Pasal 381
Barang pengganti tukar menukar dapat berupa:
a. barang sejenis; dan/atau
229
Barang
(3)
(4)
tanggal
penandatanganan
perjanjian
tukar
Pasal 382
Nilai barang pengganti atas tukar menukar paling sedikit
seimbang dengan nilai wajar barang milik daerah yang
(2)
dilepas.
Apabila nilai barang pengganti lebih kecil daripada nilai
wajar barang milik daerah yang dilepas, mitra tukar
menukar wajib menyetorkan ke rekening Kas Umum
Daerah atas sejumlah selisih nilai antara nilai wajar
barang milik daerah yang dilepas dengan nilai barang
(3)
pengganti.
Penyetoran selisih nilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum
(4)
(1)
Apabila
Pasal 383
pelaksanaan tukar menukar mengharuskan
230
pengawas
(2)
dengan
persetujuan
Gubernur/Bupati/
(3)
pengawasan konstruksi.
Biaya konsultan pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi tanggung jawab mitra tukar menukar.
Pasal 384
dengan kewenangannya.
Paragraf Kedua
Tata Cara Pelaksanaan Tukar Menukar Barang Milik Daerah
Pada Pengelola Barang
Pasal 385
Pelaksanaan tukar menukar barang milik daerah yang berada
pada Pengelola Barang dilakukan berdasarkan:
a. kebutuhan dari Pengelola Barang
untuk melakukan
b.
(1)
Pasal 386
Pelaksanaan tukar menukar barang milik daerah yang
didasarkan
pada
kebutuhan
pengelola
barang
pembentukan
untuk
kemungkinan
Tim
melakukan
melaksanakan
oleh
Gubernur/Bupati/
penelitian
tukar
mengenai
menukar
yang
231
(3)
konstruksi
bangunan,
luas,
status
bangunan.
Penelitian fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dilakukan dengan cara mencocokkan fisik barang
milik
daerah
yang
akan
ditukarkan
dengan
data
(5)
(6)
dimaksud
Gubernur/Bupati/Walikota
pada
untuk
ayat
penelitian
(5)
penetapan
kepada
barang
(1)
Pasal 387
Berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 386 ayat (6), Pengelola Barang menyusun rincian
rencana barang pengganti sebagai berikut:
a. tanah meliputi luas dan lokasi yang peruntukannya
232
dan
konstruksi
(3)
pengganti.
Hasil Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan
Pengelola
Barang
kepada
Gubernur/
Bupati/Walikota.
(1)
Berdasarkan
Pasal 388
hasil penilaian
sebagaimana
dimaksud
keputusan
masih
berlaku
pada
tanggal
keputusan
(3)
diterbitkan; dan
d. rincian rencana barang pengganti.
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan
(4)
Gubernur/Bupati/Walikota
terlebih
dahulu
kepada DPRD.
Berdasarkan
surat
persetujuan
tukar
menukar
menukar
233
menukar melaksanakan:
a. pekerjaan
pembangunan/pengadaan
barang
pengadaan
menukar
termasuk
menyelesaikan
dokumen
administratif
yang
pengurusan
diperlukan,
tukar
(1)
Pasal 389
Gubernur/Bupati/Walikota membentuk
melakukan
monitoring
pembangunan barang
(2)
Tim
pelaksanaan
untuk
pengadaan/
Pengelola
Barang
melakukan
penilaian
tukar
berkewajiban
(4)
tersebut.
Dalam hal
menukar,
mitra
tukar
melengkapi/memperbaiki
kewajiban
mitra
tukar
menukar
ketidaksesuai
menukar
untuk
234
(5)
Gubenur/Bupati/Walikota
membentuk
Tim
untuk
antara
lain
bukti
kepemilikan,
serta
menukar.
(1)
Pasal 390
Berdasarkan perjanjian Tukar Menukar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 388 ayat (5) Pengelola Barang
melakukan serah terima barang, yang dituangkan dalam
(2)
Terima
(BAST)
dilepas
dari
daftar
barang
Gubernur/Bupati/Walikota
mencatat
dan
serta
mengajukan
Pengelola
Pengelola
permohonan
kepada
Barang
penetapan
pengganti sebagai
Pasal 391
(1)
permohonan
secara
tertulis
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
(2)
Permohonan
sebagaimana
dimaksud
rincian peruntukan;
jenis/spesifikasi;
lokasi/data teknis;
perkiraan nilai barang pengganti; dan
hal lain yang diperlukan.
pada
ayat
(1)
235
(3)
pada
kebutuhan
Pengelola
Barang
Paragraf Ketiga
Tata Cara Pelaksanaan Tukar Menukar
Pada Pengguna Barang
Pasal 392
(1)
menukar
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
dimaksud
pada
ayat
(1)
huruf
d,
diantaranya:
a. status penggunaan dan bukti kepemilikan, gambar
situasi termasuk lokasi tanah, luas, kode barang,
kode register, nama barang, dan nilai perolehan,
untuk barang milik daerah berupa tanah;
b. tahun pembuatan, kode barang, kode register, nama
barang,
konstruksi
bangunan,
luas,
status
236
Rincian
rencana
kebutuhan
barang
pengganti
(5)
Berdasarkan
Pengguna
Berita
Barang
Acara
Serah
mengajukan
Terima
usulan
(BAST),
penghapusan
mencatat
penetapan
status
dan
mengajukan
penggunaan
terhadap
permohonan
barang
237
(1)
(2)
(3)
Pasal 393
Tukar menukar dituangkan dalam perjanjian.
Perjanjian sekurang-kurangnya memuat:
a. identitas pihak;
b. jenis dan nilai barang milik daerah;
c. spesifikasi barang pengganti;
d. klausal bahwa dokumen kepemilikan
barang
(1)
Pasal 394
Penyerahan barang milik daerah dan barang pengganti
dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST)
(2)
(3)
tanggal
menukar
digunakan
(4)
untuk
pada
penandatanganan
perjanjian
barang
yang
tanggal
pengganti
perjanjian
tukar
telah
tukar
siap
menukar
ditandatangani.
Penandatanganan Berita Acara sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan paling lama 2 (dua) tahun setelah
tanggal penandatanganan perjanjian tukar menukar
untuk barang
(5)
238
Pasal 395
Gubernur/Bupati/Walikota
berwenang
membatalkan
(1)
Hibah
barang
Pasal 396
milik
daerah
dilakukan
dengan
daerah.
Penyelenggaraan
pemerintahan
pusat/daerah
239
(1)
Barang
milik
daerah
dapat
dihibahkan
apabila
memenuhi persyaratan:
a. bukan merupakan barang rahasia negara;
b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat
hidup orang banyak; atau
c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas
(2)
(1)
Pasal 398
Barang milik daerah yang dihibahkan wajib digunakan
sebagaimana ketentuan yang ditetapkan dalam naskah
(2)
hibah.
Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh Pengelola Barang.
(1)
Pasal 399
Pihak yang dapat menerima hibah adalah:
a. lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga keagamaan,
lembaga kemanusiaan, atau lembaga pendidikan yang
bersifat non komersial berdasarkan akta pendirian,
anggaran
dasar/rumah
tangga,
atau
pernyataan
(MBR)
sesuai
perundang-undangan; atau
ketentuan
peraturan
240
daerah
kabupaten/kota
dikembalikan
(1)
Pasal 400
Hibah dapat berupa:
a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota;
b. tanah dan/atau bangunan yang
(2)
berada
pada
(3)
(DPA).
Barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
yang dari awal pengadaannya untuk dihibahkan; dan
b. barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan
(4)
Paragraf Kedua
Tata Cara Hibah Barang Milik Daerah Pada Pengelola Barang
241
Pasal 401
Pelaksanaan hibah barang milik daerah yang berada pada
Pengelola Barang dilakukan berdasarkan:
a.
b.
(1)
Pasal 402
Pelaksanaan hibah barang milik daerah pada Pengelola
Barang
(3)
a,
diawali
dengan
pembentukan
Tim
oleh
berupa tanah;
tahun
pembuatan,
tahun
perolehan,
(4)
242
(6)
(7)
penelitian.
Tim menyampaikan berita acara hasil penelitian kepada
Gubernur/Bupati/Walikota untuk menetapkan barang
(8)
acara
penelitian
Gubernur/Bupati/Walikota
melalui
(1)
Pasal 403
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan
(2)
DPRD,
oleh
(1)
atau
disetujui
keputusan
oleh
DPRD
sebagaimana
Gubernur/Bupati/Walikota
pelaksanaan
hibah,
yang
sekurang-kurangnya memuat:
a. penerima hibah;
b. objek hibah;
c. nilai perolehan dan nilai buku terhadap barang yang
dapat dilakukan penyusutan, untuk tanah dan/atau
bangunan;
243
(1)
Pasal 404
Berdasarkan keputusan pelaksanaan Hibah sebagaimana
dimaksud
dalam
Bupati/Walikota
(2)
Pasal
403
dan
pihak
ayat
(3),
Gubernur/
penerima
hibah
(3)
(4)
(1)
Pasal 405
Pelaksanaan hibah barang milik daerah pada pengelola
barang yang didasarkan pada permohonan dari pihak
yang dapat menerima hibah sebagaimana dimaksud
Pasal
401
permohonan
huruf
oleh
b,
diawali
pihak
Gubernur/Bupati/Walikota.
dengan
penyampaian
pemohon
kepada
244
(2)
Permohonan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
memuat:
a. data pemohon;
b. alasan permohonan;
c. peruntukan hibah;
d. jenis/spesifikasi/nama barang milik daerah yang
dimohonkan untuk dihibahkan;
e. jumlah/luas/volume barang milik daerah yang di
mohonkan untuk dihibahkan;
f. lokasi/data teknis; dan
g. surat pernyataan kesediaan menerima hibah.
(1)
Pasal 406
Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
(2)
405
ayat
(1),
Gubernur/Bupati/Walikota
Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana
dengan
pelaksanaan
serah
terima
pada
melalui
memberitahukan
pihak
kepada
Pengelola
yang
Barang
mengajukan
(1)
Pasal 407
Pelaksanaan hibah barang milik daerah pada Pengguna
Barang diawali dengan pembentukan Tim Internal pada
245
SKPD
(2)
(3)
oleh
Pengguna
Barang
untuk
melakukan
penelitian.
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penelitian data administratif; dan
b. penelitian fisik.
Penelitian data administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dilakukan untuk meneliti:
a. status dan bukti kepemilikan, gambar
situasi
nama
barang,
nilai
perolehan,
dan
kode
barang,
kode
register,
nama
(4)
barang milik
daerah
berupa
selain
tanah
(5)
(6)
yang
memuat:
a. data calon penerima hibah;
b. alasan untuk menghibahkan;
c. data dan dokumen atas tanah dan/atau bangunan;
246
d.
e.
f.
g.
peruntukan hibah;
tahun perolehan;
status dan bukti kepemilikan;
nilai perolehan;
h. jenis/spesifikasi
(7)
barang
milik
daerah
yang
Tata
Pasal 408
penelitian barang milik
cara
daerah
yang
akan
dalam
Pasal
402
berlaku
mutatis
mutandis
(1)
Pasal 409
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan
(2)
DPRD,
Apabila
permohonan
Hibah
disetujui
oleh
247
penolakan
kepada
Pengguna
Barang
yang
(6)
(7)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Berdasarkan
Berita
Acara
Serah
Terima
(BAST)
Pasal 410
248
Pelaksanaan
hibah
barang
milik
daerah
berupa
tanah
Bagian Keenam
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Paragraf Kesatu
Prinsip Umum
(1)
Pasal 411
Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik
daerah
dilakukan
dalam
rangka
pendirian,
perundang-undangan.
Penyertaan modal pemerintah
daerah
sebagaimana
Usaha
Milik
Negara/Daerah
atau
badan
249
(4)
Peraturan Daerah.
Barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) yang telah disertakan dalam penyertaan modal
pemerintah
daerah
kepada
Badan
Usaha
Milik
Pasal 412
Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik
daerah dapat berupa:
a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan
Gubernur/Bupati/Walikota;
b. tanah dan/atau bangunan pada Pengguna Barang;
(2)
atau
c. selain tanah dan/atau bangunan.
Penyertaan modal pemerintah daerah atas barang milik
daerah
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
setelah mendapat
(1)
Pasal 413
Penetapan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan
yang
akan
disertakan
sebagai
modal
ayat
(1)
huruf
dilakukan
oleh
Gubernur/
250
dalam
(3)
dokumen
penganggaran,
yaitu
Dokumen
berada
pada
Pengguna
Barang
sebagaimana
daerah
dilaksanakan
Pengelola
Pasal 415
Barang melaksanakan
penilaian
dengan
menugaskan:
a. Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 326,
untuk
tanah
dan/atau
bangunan
yang
akan
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Gubernur/Bupati/Walikota
membentuk
Tim
untuk
251
kode
register,
nama
barang,
dan
nilai
(5)
(6)
menerima
penyertaan
modal
pemerintah
penyertaan
modal
dimaksud
pemerintah
pada
ayat
(5)
daerah
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
(1)
Pasal 416
Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan
penyertaan
(2)
modal
Gubernur/Bupati/Walikota.
Dalam hal penyertaan modal
memerlukan
Bupati/Walikota
(3)
pemerintah
persetujuan
terlebih
daerah
pemerintah
DPRD,
dahulu
kepada
daerah
Gubernur/
mengajukan
oleh
252
dimaksud
pada
ayat
(2),
Gubernur/Bupati/Walikota
atas
barang
milik
daerah
disetujui
oleh
atas
barang
milik
daerah
yang
akan
(6)
kepada
pembahasan
bersama
DPRD
dan
untuk
selanjutnya
dilakukan
ditetapkan
Berdasarkan
Pasal 417
Peraturan Daerah
tentang
Penyertaan
melaksanakan
Gubernur/Bupati/Walikota
dan
sebagaimana
keputusan
Berdasarkan
Berita
Pasal 418
Acara Serah
Terima
sebagaimana
253
Paragraf Ketiga
Tata Cara Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Atas Barang Milik Daerah Pada Pengguna Barang
(1)
Pasal 419
Penyertaan modal pemerintah daerah yang dari awal
pengadaannya direncanakan untuk dijadikan sebagai
penyertaan modal pemerintah daerah, maka Pengguna
Barang melalui Pengelola Barang
kepada
mengajukan usul
Gubernur/Bupati/Walikota
disertai
dokumen
perencanaannya;
2. nilai realisasi pelaksanaan anggaran; dan
3. keputusan penetapan status penggunaan.
b. dokumen hasil analisis kelayakan investasi mengenai
penyertaan
(2)
modal
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
Penyertaan modal pemerintah daerah yang diarahkan
untuk optimalisasi barang milik daerah, maka pengajuan
usul oleh Pengguna Barang melalui Pengelola Barang
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
disertai
kode
register,
nama
barang,
dan
nilai
modal
perundang-undangan.
sesuai
ketentuan
peraturan
254
(3)
yang
berada
pada
Pengelola
Barang
sebagaimana
mengajukan
usulan
penghapusan
barang
milik
BAB XI
PEMUSNAHAN
Bagian Kesatu
Prinsip Umum
Pasal 421
Pemusnahan barang milik daerah dilakukan apabila:
a.
tidak
dapat
digunakan,
tidak
dapat
dimanfaatkan,
b.
(1)
Pemusnahan
setelah
dilaksanakan
mendapat
oleh
persetujuan
Pengguna
Barang
Gubernur/Bupati/
255
(3)
Pasal 423
Pemusnahan dilakukan dengan cara:
a.
b.
c.
d.
e.
dibakar;
dihancurkan;
ditimbun;
ditenggelamkan; atau
cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Kedua
Tata Cara Pemusnahan Pada Pengguna Barang
Pasal 424
(1)
kepada Gubernur/
Bupati/Walikota.
(2)
256
(3)
kode barang;
kode register;
nama barang;
tahun perolehan;
spesifikasi barang;
kondisi barang;
jumlah barang;
bukti kepemilikan untuk barang milik daerah yang
i.
j.
(4)
pernyataan
dari
Pengguna
Barang/Kuasa
yang
kepemilikan,
harus
untuk
dilengkapi
barang
dengan
milik
bukti
kepemilikan;
kartu identitas barang, untuk barang milik daerah
yang harus dilengkapi dengan kartu identitas barang;
dan
d. foto
barang
milik
daerah
pemusnahan.
Pasal 425
yang
diusulkan
257
(1)
Pengelola
Barang
melakukan
penelitian
terhadap
kelayakan
pertimbangan
dan
alasan
kode barang;
kode register;
nama barang;
tahun perolehan;
spesifikasi barang;
kondisi barang;
jumlah barang;
bukti kepemilikan untuk barang milik daerah yang
i.
j.
(4)
(5)
Pengelola
Barang
sebagaimana
menyampaikan
dimaksud
pada
hasil
ayat
penelitian
(2)
kepada
Pasal 426
(1)
disetujui,
memberitahukan
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
Pengguna
Barang
melalui
258
(3)
yang
sekurang-kurangnya
untuk
meliputi
(2)
oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana
259
(3)
(1)
Pengajuan
daerah
(2)
Pasal 428
permohonan pemusnahan
dilakukan
oleh
Pengelola
barang
Barang
milik
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
Muatan materi surat permohonan pemusnahan pada
Pengguna
Barang
serta
pendukung sebagaimana
kelengkapan
dokumen
ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) berlaku mutatis mutandis
terhadap muatan materi surat permohonan pemusnahan
dan serta kelengkapan dokumen dukung pada Pengelola
Barang.
(1)
Pasal 429
Gubernur/Bupati/Walikota
melakukan
penelitian
(3)
disetujui,
memberitahukan
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
Pengelola
Barang
disertai
260
(4)
dengan alasan.
Apabila permohonan pemusnahan barang milik daerah
disetujui, Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan surat
(5)
yang
sekurang-kurangnya
meliputi
(1)
Pasal 430
Berdasarkan persetujuan pemusnahan
barang milik
daerah.
Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam berita acara pemusnahan dan
dilaksanakan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
persetujuan pemusnahan barang milik daerah dari
(3)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Berdasarkan berita acara pemusnahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pengelola Barang mengajukan
usulan penghapusan barang milik daerah.
BAB XII
PENGHAPUSAN
Bagian Kesatu
261
Prinsip Umum
Pasal 431
Penghapusan barang milik daerah meliputi:
a.
b.
c.
(1)
(2)
milik
daerah
sudah
tidak
berada
dalam
Penghapusan
sebagaimana
dari
Daftar
dimaksud
Barang
dalam
Pasal
Milik
431
Daerah
huruf
(1)
Barang
milik
penguasaan
Pasal 433
daerah sudah
Pengelola
Barang,
tidak
berada
Pengguna
dalam
Barang
262
(2)
undangan;
f. pemusnahan; atau
g. sebab lain.
Sebab lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g
merupakan
sebab-sebab
yang
secara
normal
hilang
karena
kecurian,
terbakar,
susut,
(1)
Pasal 434
Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 433
ayat (1) untuk barang milik daerah pada Pengguna
Barang
dilakukan
dengan
menerbitkan
keputusan
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.
Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 433
ayat (1) untuk barang milik daerah pada Pengelola
Barang
(3)
dilakukan
dengan
menerbitkan
keputusan
sebagaimana
(4)
Gubernur/Bupati/Walikota
dapat
mendelegasikan
263
Pengguna
dan/atau
Daftar
Barang
Kuasa
Pengguna.
Pelaksanaan atas penghapusan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4)
dilaporkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Daerah
(1)
Pasal 435
Penghapusan karena penyerahan barang milik daerah
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana
(3)
setelah
Pengelola
Barang
menerbitkan
(4)
tanggal
Berita
Acara
Serah
Terima
(BAST)
barang
Gubernur/Bupati/Walikota,
dengan
melampirkan:
a. keputusan penghapusan; dan
b. Berita Acara Serah Terima (BAST) penyerahan kepada
(5)
Gubernur/Bupati/Walikota.
Berdasarkan keputusan penghapusan
sebagaimana
264
(1)
(2)
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
harus
(1)
Penghapusan
Pasal 437
karena pengalihan
status
penggunaan
Barang.
Penghapusan
dilakukan
(3)
oleh
Pengguna
sebagaimana
setelah
Barang/Kuasa
dimaksud
Pengelola
Barang
pada
Pengguna
ayat
(1)
menerbitkan
daerah
(5)
sebagaimana
265
penggunaan
barang
milik
daerah
harus
(1)
(2)
Penghapusan
dilakukan
sebagaimana
setelah
dimaksud
Pengelola
pada
Barang
ayat
(1)
menerbitkan
(4)
atas
barang
milik
daerah
hal
pemindahtanganan
dilakukan
dalam
266
b. Berita
Acara
Serah
pemindahtanganan
penjualan
tanpa
Terima
(BAST),
dilakukan
lelang,
dalam
dalam
tukar
hal
bentuk
menukar,
dan
pemindahtanganan
dilakukan
dalam
bentuk
hibah.
(5)
dimaksud
pada
ayat
(4)
kepada
Berdasarkan
keputusan
penghapusan
sebagaimana
Kuasa
penghapusan
Pengguna
karena
sebagai
akibat
pemindahtanganan
dari
harus
Kuasa
Pengguna
semesteran
dan
tahunan
penghapusan
karena
pemindahtanganan
harus
(1)
Pasal 441
Penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah
tidak ada upaya hukum lainnya sebagaimana dimaksud
267
(3)
perolehan.
Permohonan
penghapusan
sebagaimana
dimaksud
pada
(4)
barang
ayat
milik
(2)
pengadilan
daerah
sekurang-
yang
telah
(5)
milik
daerah
sebagai
objek
putusan
(6)
milik
daerah
yang
menjadi
objek
putusan
268
(1)
Pasal 442
Apabila permohonan penghapusan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 441 ayat (2) tidak
disetujui, Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola
Barang memberitahukan pada Pengguna Barang disertai
dengan alasan.
(2)
(3)
untuk
melaporkan
Berdasarkan
Pasal 443
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
422
ayat
(2),
barang.
Keputusan penghapusan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
menjadi
dasar
Pengguna
Barang/Kuasa
269
(3)
barang
milik
daerah
sejak tanggal
Pengguna
Barang
melaporkan
Gubernur/Bupati/Walikota
(5)
penghapusan
dengan
kepada
melampirkan
(1)
Pasal 445
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar
Barang
Pengguna Barang.
Perubahan Daftar Barang Milik Daerah sebagai akibat
dari
putusan
kekuatan
pengadilan
hukum
tetap
yang
harus
telah
memperoleh
dicantumkan
dalam
Pasal 446
Penghapusan karena melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
270
Barang
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
yang
sekurang-kurangnya
meliputi
penelitian
terhadap
Pengelola
Barang
mengajukan
permohonan
(1)
Apabila
Pasal 447
Gubernur/Bupati/Walikota
menyetujui
persetujuan penghapusan.
Surat persetujuan penghapusan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. data barang milik daerah yang disetujui untuk
dihapuskan,
yang
sekurang-kurangnya
meliputi
penghapusan
Bupati/Walikota.
Berdasarkan persetujuan
kepada
Gubernur/
Gubernur/Bupati/Walikota
271
Barang
dan/atau
Daftar
Barang
Kuasa
Pengelola Barang.
Keputusan
penghapusan
barang
milik
daerah
(1)
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota.
Pasal 448
Pengguna Barang melaporkan penghapusan barang
milik daerah kepada Gubernur/Bupati/Walikota, dengan
melampirkan keputusan penghapusan yang dikeluarkan
oleh Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam
(2)
penghapusan
sebagaimana
(1)
Pasal 449
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar
Barang
Kuasa
melaksanakan
Pengguna
ketentuan
sebagai
peraturan
akibat
dari
perundang-
Pengguna Barang.
Perubahan Daftar Barang Milik Daerah sebagai akibat
dari melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan harus dicantumkan dalam laporan semesteran
dan laporan tahunan.
(1)
Pasal 450
Penghapusan barang milik daerah karena pemusnahan
pada Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 433 ayat (1) huruf
272
(2)
sebagaimana
milik daerah.
Keputusan
penghapusan
barang
milik
daerah
keputusan
penghapusan
sebagaimana
sebagaimana
(1)
Pasal 452
Penghapusan karena sebab lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 433 ayat (1) huruf g dilakukan oleh
(2)
273
Bupati/Walikota
melalui
Pengelola
Barang
yang
sedikitnya memuat:
a. pertimbangan dan alasan penghapusan; dan
b. data barang milik daerah yang dimohonkan untuk
dihapuskan, diantaranya meliputi tahun perolehan,
kode barang, kode register, nama barang, jenis,
identitas, kondisi, lokasi, nilai buku, dan/atau nilai
(3)
perolehan.
Permohonan
penghapusan
barang
milik
daerah
(1)
Pasal 453
Permohonan penghapusan barang milik daerah dengan
alasan hilang karena kecurian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 452 ayat (3) huruf a harus dilengkapi:
a. surat keterangan dari Kepolisian; dan
b. surat keterangan dari Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang yang sekurang-kurangnya memuat:
1. identitas Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang;
2. pernyataan
mengenai
atas
kebenaran
karena
kecurian
serta
tidak
dapat
diketemukan; dan
3. pernyataan apabila di kemudian hari ditemukan
bukti bahwa penghapusan barang milik daerah
dimaksud diakibatkan adanya unsur kelalaian
dan/atau
kesengajaan
dari
Pejabat
yang
milik
kemungkinan
kepada
yang
274
bersangkutan
(2)
akan
dikenakan
sanksi
sesuai
untuk
hewan/ikan/tanaman
sebagaimana
mengenai
kebenaran
permohonan
yang
diajukan.
c. pernyataan dari Pengguna Barang/Kuasa Pengguna
Barang bahwa barang milik daerah telah terbakar,
susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati untuk
hewan/ikan/tanaman; dan
d. surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf
(3)
keadaan
kahar
(force
majeure)
sebagaimana
kahar
(force
majeure)
dari
Pengguna
penelitian
terhadap
Pengelola
Pasal 454
Barang melakukan
275
a. penelitian
kelayakan
pertimbangan
dan
alasan
permohonan penghapusan;
b. penelitian data administratif sedikitnya terhadap kode
barang, kode register, nama barang, tahun perolehan,
spesifikasi/identitas barang milik daerah, penetapan
status penggunaan, bukti kepemilikan untuk barang
milik daerah yang harus dilengkapi dengan bukti
kepemilikan, nilai buku, dan/atau nilai perolehan;
dan
c. penelitian fisik untuk permohonan penghapusan
karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
(3)
(1)
Apabila
Pasal 455
permohonan
penghapusan
sebagaimana
memberitahukan
kepada
dengan alasan.
Apabila
permohonan
dimaksud
dalam
Pasal
Gubernur/Bupati/Walikota
(3)
penghapusan
452
ayat
sebagaimana
(3)
menerbitkan
disetujui,
surat
276
f.
g.
h.
i.
kondisi barang ;
jumlah;
nilai perolehan;
nilai buku untuk barang milik daerah yang dapat
j.
untuk
melaporkan
Walikota.
Berdasarkan
persetujuan
Gubernur/Bupati/Walikota
Kuasa
Pengguna
berdasarkan
Keputusan
(1)
Pasal 456
Pengguna Barang menyampaikan laporan penghapusan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota dengan melampirkan
keputusan
(2)
penghapusan
barang
milik
daerah
(3)
Milik Daerah.
Perubahan Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar
Barang Kuasa Pengguna sebagai akibat dari sebab lain
harus dicantumkan dalam laporan semesteran dan
laporan tahunan Pengguna Barang dan/atau Kuasa
(4)
Pengguna Barang.
Perubahan Daftar Barang Milik Daerah sebagai akibat
dari sebab lain harus dicantumkan dalam laporan
semesteran dan laporan tahunan.
Bagian Ketiga
277
Pasal 457
Penghapusan karena penyerahan barang milik daerah
kepada Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 433 ayat (1) huruf a dilakukan oleh Pengelola
Barang.
(2)
(3)
setelah
Gubernur/Bupati/Walikota
menerbitkan
keputusan
penghapusan
daerah.
Keputusan
penghapusan
barang
barang
milik
milik
daerah
(5)
penyerahan
kepada
Pengguna
Barang
sebagaimana
daerah
pada
(1)
Pasal 458
Perubahan Daftar Barang Pengelola sebagai akibat dari
penyerahan
Barang
(2)
barang
milik
daerah
kepada
Pengguna
278
Barang
(1)
Pasal 459
Penghapusan karena pemindahtanganan atas barang
milik daerah kepada Pihak Lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 433 ayat (1) huruf c dilakukan oleh
Pengelola Barang.
(2)
(3)
setelah
Gubernur/Bupati/Walikota
menerbitkan
keputusan
penghapusan
daerah.
Keputusan
penghapusan
barang
barang
milik
milik
daerah
tanpa
Terima
dilakukan
lelang,
(BAST),
apabila
dalam
bentuk
tukar
menukar
dan
hibah.
Berdasarkan
keputusan
penghapusan
sebagaimana
279
(1)
Pasal 460
Perubahan Daftar Barang Pengelola sebagai akibat dari
pemindahtanganan
barang
milik
daerah
harus
dalam
laporan
barang
milik
daerah
Pasal 461
(1)
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota
yang
sekurang-
kurangnya memuat:
a. pertimbangan dan alasan penghapusan; dan
b. data barang milik daerah yang dimohonkan untuk
dihapuskan,
sekurang-kurangnya
meliputi
tahun
Permohonan
penghapusan
sebagaimana
dimaksud
barang
pada
ayat
milik
(2)
daerah
sekurang-
putusan
pengadilan
yang
telah
Gubernur/Bupati/Walikota
melakukan
penelitian
280
milik
daerah
sebagai
objek
putusan
yang menjadi
objek
putusan pengadilan
Dalam
daerah
disetujui,
Gubernur/Bupati/Walikota
disertai
dengan alasan.
(7)
disetujui,
milik
Gubernur/Bupati/Walikota
dimaksud
pada
ayat
(7)
sekurang-
kurangnya memuat:
a. data barang milik daerah yang disetujui untuk
dihapuskan,
sekurang-kurangnya
meliputi
kode
281
(1)
Berdasarkan
Pasal 462
persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana
dimaksud
dalam
Gubernur/Bupati/Walikota
(2)
Pasal
461
menerbitkan
penghapusan barang.
Berdasarkan
keputusan
ayat
(7),
keputusan
penghapusan
barang
Barang Pengelola.
Keputusan penghapusan barang milik daerah diterbitkan
oleh Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
(4)
persetujuan.
Pengelola Barang menyampaikan laporan penghapusan
kepada Gubernur/Bupati/Walikota dengan melampirkan
(5)
462
hanya
dilakukan
karena
adanya
putusan
(1)
Pasal 464
Perubahan daftar barang Pengelola sebagai akibat dari
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum
(2)
tetap
harus
dicantumkan
dalam
laporan
putusan
kekuatan
pengadilan
hukum
tetap
yang
harus
telah
memperoleh
dicantumkan
dalam
282
(1)
Pasal 465
Penghapusan barang milik daerah karena melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 433 ayat (1) huruf e diawali
dengan mengajukan permohonan penghapusan barang
milik
(2)
daerah
dari
Pengelola
Barang
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota.
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
a. pertimbangan dan alasan penghapusan; dan
b. data barang milik daerah yang dimohonkan untuk
dihapuskan,
yang
sekurang-kurangnya
meliputi
melakukan
penelitian
(1).
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. penelitian data dan dokumen barang milik daerah;
b. penelitian terhadap peraturan perundang-undangan
terkait barang milik daerah; dan
c. penelitian lapangan (on site visit), jika diperlukan,
guna memastikan kesesuaian antara barang milik
daerah yang menjadi objek peraturan perundangundangan dengan barang milik daerah yang menjadi
objek permohonan penghapusan.
(1)
Apabila
Pasal 466
Gubernur/Bupati/Walikota
menyetujui
hasil
menerbitkan
surat
283
(2)
kode
register,
nama
barang,
penghapusan
Bupati/Walikota.
Berdasarkan persetujuan
kepada
melaporkan
Gubernur/
Gubernur/Bupati/Walikota
Keputusan
penghapusan
barang
milik
daerah
(1)
Pengelola Barang
Pasal 467
menyampaikan laporan penghapusan
keputusan penghapusan.
Berdasarkan keputusan
penghapusan
sebagaimana
(1)
Pasal 468
Perubahan Daftar Barang Pengelola sebagai akibat dari
melaksanakan
ketentuan
peraturan
perundang-
284
(1)
Pasal 469
Penghapusan barang milik daerah karena pemusnahan
pada Pengelola Barang sebagaimana dimaksud dalam
(2)
oleh
Pengelola
Gubernur/Bupati/Walikota
(3)
Barang
menerbitkan
setelah
keputusan
milik
daerah
(5)
penghapusan
sebagaimana
(1)
Pasal 470
Perubahan Daftar Barang Pengelola sebagai akibat dari
Pemusnahan
(2)
harus
dicantumkan
dalam
laporan
pemusnahan
barang
milik
daerah
harus
285
Pasal 471
(1)
(2)
spesifikasi,
identitas,
kondisi
barang,
Permohonan
penghapusan
barang
milik
daerah
Surat
Keterangan
dari
Pengelola
Barang
yang
sekurang-kurangnya memuat:
1. identitas Pengelola Barang;
2. pernyataan mengenai atas kebenaran permohonan
dan barang milik daerah tersebut hilang karena
kecurian serta
tidak dapat diketemukan; dan
3. pernyataan apabila di kemudian hari ditemukan
bukti bahwa penghapusan barang milik daerah
286
kesengajaan
dari
Pejabat
yang
dikenakan
sanksi
sesuai
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(5)
untuk
hewan/ikan/tanaman
sebagaimana
dari
Pengelola
Barang
mengenai
bahwa
barang
milik
daerah
telah,
keadaan
kahar
(force
majeure)
sebagaimana
terjadinya
keadaan
kahar
(force
majeure); atau
2. mengenai kondisi barang terkini karena keadaan
kahar (force majeure); dan
b. pernyataan bahwa barang milik daerah telah terkena
keadaan kahar (force majeure).
(7)
Gubernur/Bupati/Walikota
melakukan
penelitian
287
kelayakan
pertimbangan
dan
alasan
permohonan penghapusan;
b. penelitian
data
administratif
sedikitnya
terhadap
milik
daerah,
bukti
penetapan
status
penggunaan,
Apabila
permohonan
penghapusan
sebagaimana
memberitahukan
kepada
Apabila
dimaksud
permohonan
dalam
penghapusan
Pasal
Gubernur/Bupati/Walikota
471
ayat
sebagaimana
(3)
menerbitkan
disetujui,
surat
288
e. spesifikasi/identitas teknis;
f.
kondisi barang;
g. jumlah;
h. nilai perolehan;
i.
j.
kewajiban
Pengelola
pelaksanaan
Barang
penghapusan
untuk
melaporkan
kepada
Gubernur/
Bupati/Walikota.
(4)
Berdasarkan
persetujuan
sebagaimana
dimaksud
Gubernur/Bupati/Walikota
pada
ayat
(2),
Gubernur/
dari
Daftar
Barang
Pengelola
berdasarkan
Pengelola Barang
Berdasarkan
keputusan
penghapusan
sebagaimana
289
Bagian Kesatu
Pembukuan
Pasal 474
(1)
Pengelola Barang
ke
dalam
Daftar
Barang
Pengelola
harus
yang
status
penggunaannya
berada
pada
Barang
Pengguna/Daftar
Barang
Kuasa
(1)
Pengelola
Pasal 475
Barang
menghimpun
daftar
barang
(3)
(1)
dan
daftar
barang
Pengelola
menurut
sebagaimana
Pasal 476
Pengguna Barang melakukan inventarisasi barang milik
(2)
290
inventarisasi
dilakukan
oleh
Pengguna
laporan
hasil
Pasal 477
Pengelola Barang melakukan inventarisasi barang milik
daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam
penguasaannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
Bagian Ketiga
Pelaporan
(1)
Kuasa
Pengguna
Pasal 478
Barang harus
menyusun
laporan
Pengguna Barang.
Pengguna Barang menghimpun laporan barang Kuasa
Pengguna
Semesteran
dan
Tahunan
sebagaimana
(1)
Pengelola
Pasal 479
Barang harus menyusun
laporan
barang
291
(2)
(3)
milik daerah.
Laporan barang milik daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) digunakan sebagai bahan untuk menyusun
neraca pemerintah daerah.
BAB XIV
PEMBINAAN, PENGENDALIAN, DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 480
Menteri melakukan pembinaan pengelolaan barang milik
daerah dan menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik
daerah.
Bagian Kedua
Pengawasan dan Pengendalian
Pasal 481
Pegawasan dan pengendalian pengelolaan barang milik daerah
dilakukan oleh:
a.
b.
Pasal 482
(1)
Pengguna
penertiban
Barang
terhadap
melakukan
pemantauan
penggunaan,
dan
pemanfaatan,
292
pada
ayat
(1)
untuk
Unit
Kerja
SKPD
dapat
Pengguna Barang
Pengguna
Barang
dan
Kuasa
Pengguna
Barang
Pasal 483
(1)
pelaksanaan
penggunaan,
pemanfaatan,
dan
penggunaan,
pemanfaatan,
dan
dan
pemindahtanganan
barang
milik
daerah.
(3)
Hasil
audit
disampaikan
sebagaimana
kepada
dimaksud
Pengelola
pada
Barang
ayat
(2)
untuk
293
ditindaklanjuti
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
BAB XV
PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH PADA SKPD
YANG MENGGUNAKAN POLA PENGELOLAAN
KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
Pasal 484
(1)
Barang
milik
daerah
yang
digunakan
oleh
Badan
ayat
(1)
mempedomani
perundang-undangan
mengenai
ketentuan
pengelolaan
dimanfaatkan
peraturan
Barang
yang dikelola
sepenuhnya
untuk
ketentuan
peraturan
perundang-
294
Rumah
negara
Pasal 485
merupakan barang
milik
daerah
yang
pembinaan
serta
menunjang
pelaksanaan
tugas
Pasal 486
Gubernur/Bupati/Walikota
(2)
(3)
menetapkan
status
(1)
Pasal 487
Rumah negara golongan I sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 486 ayat (2) huruf a, adalah rumah negara
dipergunakan
bagi
pemegang
jabatan
tertentu
dan
tersebut
serta
hak
penghuniannya
terbatas
(3)
negeri
sipil
pemerintah
daerah
yang
bersangkutan.
Termasuk dalam rumah negara golongan II adalah rumah
negara yang berada dalam satu kawasan dengan SKPD
atau
Unit
Kerja,
rumah
susun
dan
mess/asrama
295
(4)
pemerintah daerah.
Rumah negara golongan III sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 486 ayat (2) huruf c, adalah rumah negara
yang tidak termasuk golongan I dan golongan II yang
dapat dijual kepada penghuninya.
(1)
Pasal 488
Barang milik daerah berupa rumah negara hanya dapat
digunakan sebagai tempat tinggal pejabat atau pegawai
negeri sipil pemerintah daerah yang bersangkutan yang
(2)
(3)
rumah
negara
golongan
II
dalam
menunjang
(1)
Pasal 489
Surat Ijin Penghunian (SIP) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 488 ayat (1) untuk rumah negara golongan I
(2)
(1)
Pasal 490
Suami dan istri yang masing-masing berstatus pegawai
negeri sipil pemerintah daerah yang bersangkutan, hanya
(2)
296
Bagian Kedua
Penggunaan
Pasal 491
daerah berupa
(1)
Barang
milik
rumah
(2)
negara
dapat
rumah
negara
yang
telah
dikembalikan
status
ayat
mendapatkan
(4)
III
(2)
dilakukan
persetujuan
setelah
dari
terlebih
dahulu
Gubernur/Bupati/
Walikota.
Alih status penggunaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, hanya dapat dilakukan apabila barang
milik daerah berupa rumah negara telah berusia paling
singkat
10
(sepuluh)
tahun
sejak
dimiliki
oleh
297
gambar situasi.
Pengguna Barang
bertanggung
jawab
penuh
atas
status penggunaan.
Proses pengajuan dan pemberian persetujuan alih status
penggunaan mengikuti ketentuan mengenai alih status
penggunaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
sampai dengan Pasal 60.
(1)
Pasal 492
Dalam hal diperlukan Gubernur/Bupati/Walikota dapat
melakukan alih fungsi barang milik daerah berupa
rumah negara golongan I dan rumah negara golongan II,
(2)
Bagian Ketiga
Tata Cara Pengalihan Hak Rumah Negara
(1)
Pasal 493
Pemindahtanganan dalam bentuk
penjualan
rumah
(3)
298
(1)
Pasal 494
Penjualan rumah negara golongan III dilakukan oleh
Pengelola Barang setelah terlebih dahulu mendapatkan
(2)
III
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
golongan III.
Dalam hal usulan penjualan barang milik daerah berupa
rumah
negara
golongan
III
Gubernur/Bupati/Walikota
disetujui,
menerbitkan
maka
surat
berupa
negara
golongan
III
tidak
disetujui,
maka
(1)
Pasal 495
Pengajuan usul penjualan barang milik daerah berupa
rumah negara golongan III dilakukan oleh Pengguna
Barang
rumah
negara
Gubernur/Bupati/Walikota,
golongan
yang
III
kepada
sekurang-kurangnya
rumah
299
keadaan sengketa;
b. keputusan penetapan status rumah negara golongan
III;
c. persetujuan
pengalihan
dan
penetapan
status
rumah
(2)
(1)
Pasal 496
Rumah negara yang dapat dialihkan haknya adalah
rumah negara golongan III yang telah berumur 10
(sepuluh) tahun atau lebih dan tidak dalam keadaan
(2)
sengketa.
Umur rumah negara sebagaimana dimaksud pada pada
ayat (1), diperhitungkan berdasarkan penetapan status
(3)
(4)
300
bersangkutan.
Dalam hal suami dan istri masing-masing mendapat
Surat Izin Penghunian (SIP) untuk menghuni rumah
negara golongan III, maka pengalihan hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan kepada
salah satu dari suami dan istri yang bersangkutan dan
belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas rumah
dan/atau tanah dari pemerintah berdasarkan ketentuan
(6)
perundang-undangan.
Pegawai negeri sipil pemerintah daerah yang telah
memperoleh rumah dan/atau tanah dari pemerintah,
tidak dapat lagi mengajukan permohonan pengalihan hak
(7)
ditetapkan
oleh
Gubernur/Bupati/
Walikota.
(1)
Penghuni
Pasal 497
rumah negara golongan
mengajukan
permohonan
III
pengalihan
yang
hak
dapat
kepada
negeri
sipil
pemerintah
daerah
yang
bersangkutan:
1. mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) tahun;
2. memiliki Surat Izin Penghunian (SIP) yang sah;
dan
3. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
rumah
dan/atau
berdasarkan
tanah
peraturan
dari
pemerintah
perundang-undangan
yang berlaku.
b. Pensiunan pegawai negeri sipil pemerintah daerah
yang bersangkutan;
301
dan/atau
berdasarkan
tanah
peraturan
dari
pemerintah,
perundang-undangan
yang berlaku.
c. Janda/duda pegawai negeri sipil pemerintah daerah
yang bersangkutan:
1. masih berhak menerima tunjangan pensiun dari
Negara, yang:
a) almarhum
kurangnya
suaminya/isterinya
sekurang-
mempunyai
kerja
masa
10
suaminya/isterinya
dan/atau
tanah
dari
pemerintah
302
dan
3. belum pernah membeli atau memperoleh fasilitas
rumah
dan/atau
berdasarkan
(2)
tanah
peraturan
yang berlaku.
Apabila
penghuni
rumah
dari
pemerintah
perundang-undangan
negara
golongan
III
pengajuan
permohonan
pengalihan
hak
atas
yang
bersangkutan
ke pemerintah daerah.
Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pengguna Barang mengajukan usulan penjualan rumah
(5)
penghuni
atas
rumah
permohonan
negara
yang
golongan
III
(1)
Pasal 498
Gubernur/Bupati/Walikota melalui
Pengelola
Barang
(3)
dimaksud
dalam
Pasal
497
ayat
(5),
dan
Walikota
disampaikan
sebagai
bahan
kepada
Gubenur/Bupati/
pertimbangan
persetujuan
303
(4)
(5)
ayat (3).
Persetujuan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(4)
dilaporkan
kepada
Gubernur/Bupati/Walikota
kepada
golongan
III
Pengguna
disertai
Barang
rumah
alasannya
untuk
(1)
Pasal 499
Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal
498
ayat
(5)
Gubernur/Bupati/Walikota
hasil penilaian.
Harga rumah negara golongan III sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan sebesar 50 % (lima puluh
persen) dari nilai wajar.
(1)
Pasal 500
Pengalihan rumah negara golongan III dilakukan dengan
cara sewa beli.
304
(2)
Gubernur/Bupati/Walikota
menandatangani
surat
(3)
(4)
Daerah.
Apabila rumah yang dialihkan haknya terkena rencana
tata
(5)
ruang
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
(1)
Pasal 501
Penghuni yang telah membayar lunas harga rumah
(2)
(3)
(4)
Walikota.
Gubernur/Bupati/Walikota
menyerahkan
surat
305
(5)
telah
memperoleh
surat
keputusan
sebagaimana
mengajukan
dimaksud
permohonan
pada
hak
ayat
untuk
(4)
wajib
memperoleh
undangan.
Surat keputusan penyerahan hak milik rumah dan
pelepasan hak atas tanah untuk ditindaklanjuti dengan
penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah.
Bagian Keempat
Tata Cara Penghapusan Rumah Negara
(1)
Pasal 502
Penghapusan barang milik daerah berupa rumah negara
dilakukan berdasarkan keputusan penghapusan yang
diterbitkan oleh:
a. Pengelola Barang untuk penghapusan dari Daftar
Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Barang; dan
b. Gubernur/Bupati/Walikota untuk penghapusan dari
(2)
golongan
Pengguna/Kuasa
Bupati/Walikota
III
dari
Pengguna
atau
daftar
kepada
Pengguna
barang
Gubernur/
Barang/Kuasa
306
atau
c. penghapusan barang milik daerah berupa rumah
(3)
lain
yang
secara
normal
dapat
dapat
Daerah
dapat
307
b.
Pengguna;
Pengelola Barang rumah negara golongan III, untuk
penghapusan dari Daftar Barang
c.
Pengguna/Kuasa
(1)
Pengelola Barang
Pasal 504
menyampaikan laporan pelaksanaan
Pengguna
sebagaimana
dimaksud
kepada
melampirkan:
a. keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota
penghapusan
dari
daftar
dengan
barang
penyerahan
hak
milik
rumah
dan
308
b.
(1)
Pasal 506
Penatausahaan barang milik daerah berupa rumah
negara meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan
(2)
pelaporan.
Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang dan Pengelola
Barang melakukan penatausahaan barang milik daerah
(3)
(1)
Pasal 507
Inventarisasi dalam rangka penatausahaan barang milik
daerah berupa
(2)
rumah negara
dilakukan
sekurang-
(1)
dilakukan
untuk
mengumpulkan
data
(3)
309
Gubernur/
Bupati/Walikota.
(1)
Pasal 508
Pelaporan dalam rangka penatausahaan barang milik
daerah
(2)
berupa
rumah
negara
dilaksanakan
setiap
(3)
terhadap
kegiatan
pembukuan
(2)
dan
Setiap
kerugian
daerah
akibat
kelalaian,
undangan.
Setiap pihak
yang
mengakibatkan
kerugian
daerah
310
BAB XVIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
(1)
Pasal 511
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan barang
milik daerah diatur dengan Peraturan Daerah yang
(2)
(3)
(4)
desa
diatur
(2)
diundangkan.
Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah yang
telah
ada
masih
tetap
berlaku
sepanjang
belum
dan Kodefikasi.
Pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik
daerah yang telah ada masih tetap berlaku sepanjang
belum
ditetapkannya
Peraturan
Menteri
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
tentang
311
Pasal 513
Ketentuan mengenai:
a. Struktur pejabat pengelola barang milik daerah;
b. Format perencanaan kebutuhan barang milik daerah;
c. Format penggunaan barang milik daerah;
d. Format laporan hasil penelitian pemeliharaan barang milik
daerah;
e. Format penghapusan barang milik daerah;dan
f. Format surat persetujuan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 514
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 515
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
Ditetapkan di Jakarta
312
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 April 2016.
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 547