Presus Ririn
Presus Ririn
DEMAM DENGUE
ISPA
Disusun oleh :
Yusrina Nur Rahma
1310221029
Moderator :
dr. Rachmanto HSA, Sp.A
Tutor :
Tutor : dr. Yenny Purmana,SpA.MKes
LEMBARPENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Demam Dengue
Disusun oleh :
Jakarta, 2015
Moderator
Tutor
MKes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan presentasi kasus dengan judul Demam Dengue.
Laporan inimerupakan salah satu syarat dalam mengikuti ujian kepaniteraan
klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kesehatan AnakRumah Sakit
PusatAngkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta.
Laporan ini sedikit banyak membahas mengenai penyakit yang
menjadi masalah-masalah di berbagai negara berkembang termasuk
Indonesia. Hanya sebagian masalah kecil yang penulis bahas, namun
diharapkan laporan kasus ini bisa memberikan sedikit pengetahuan kepada
para pembaca mengenai penyakit ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Rachmanto HSA, Sp.A, Mkes selaku
moderator dan dr. Yenny Purmana,SpA. MKesselaku tutor pembimbing dan
dan teman-teman Co-Ass yang telah membantu dalam proses pembuatan
laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak
terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan
semua pihak yang berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran.
Jakarta,
Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
STATUS PASIEN..........................................................................................................................
I. IDENTITAS...........................................................................................................................
II. ANAMNESA........................................................................................................................
III. PEMERIKSAAN FISIK....................................................................................................
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG.......................................................................................
V. RESUME.............................................................................................................................
VIDIAGNOSA BANDING.....................................................................................................
VII. DIAGNOSA KERJA........................................................................................................
VIII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG...............................................................
IX. PENATALAKSANAAN..................................................................................................
X. PROGNOSIS....................................................................................................................
FOLLOW UP HARIAN..........................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................
A. DEMAM DENGUE..............................................................................................................
B. ISPA........................................................................................................................................
ANALISA KASUS......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. F.A
Jenis kelamin
: Laki-laki
: 21 Maret 2003
Umur
: 11 tahun 10 bulan
Alamat
Pendidikan
: SD kelas 6
Nama Ayah
: Tn. N
Pekerjaan
: TNI AD
Nama Ibu
: Ny. W
Pekerjaan
: Anak kandung
Alamat Rumah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
: 222689
: 10 Januari 2015
II. ANAMNESA
Autoanamnesa dan alloanamnesa dengan orangtua pasien pada tanggal 12 Januari
2015 pukul 08.00 WIB.
Keluhan utama
:Demam
Keluhan demam dengan suhu naik terus menerus namun turun setelah
meminum obat penurun panas yang dibeli oleh orangtua pasien. Demam tidak disertai
oleh adanya bintik-bintik berwarna merah di tubuh, mimisan, gusi berdarah, muntah
darah, BAB hitam seperti aspal, BAK berdarah, memar maupun tanda perdarahan
lainnya. Demam juga tidak disertai oleh rasa nyeri/panas saat buang air kecil, rasa
tidak lampias saat buang air kecil maupun peningkatan frekuensi buang air kecil.
Tidak terdapat gangguan pendengaran, telinga yang berdenging dan keluarnya cairan
dari telinga. Demam tidak disertai dengan kejang atau penurunan kesadaran maupun
keluhan sesak napas. Riwayat bepergian ke daerah yang sering terjangkit malaria
disangkal. Rasa mual dan muntah diakui. Mengalami muntah sehari sebelum masuk
rumah sakit, muntah berisi makanan, frekuensi sekali dalam sehari. Pasien mengeluh
sakit kepala dan seluruh tubuhnya terasa ngilu dan nyeri pada sendi dan otot.Nyeri
sendi sampai tidak bisa berjalan disangkal. 2 hari sebelum masuk rumah sakit
orangtua pasien mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu makan dan minum.
Pasien terakhir kali buang air besar 1 hari yang lalu, berwarna kuning
kecoklatan, konsistensi lunak padat dan tidak ada darah. Buang air kecil pasien lancar
dengan frekuensi cukup, berwarna jernih dan tidak nyeri, tidak ada darah. Tidak
terdapat keluhan buang air kecil kecoklatan seperti air teh.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Berdasarkan pernyataan pasien dan orangtuanya, pasien pernah mengalami
demam berdarah ketika berumur 5 tahun dan keluhan batuk lama ketika pasien
berumur 9 tahun. Pemeriksaan mantoux positif dan foto thorak terdapat flek.
Menjalani pengobatan selama 6 bulan. Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang
menderita batuk lama disangkal, dan mengakui bahwa satu orang teman sekelas ada
yang menderita Demam Berdarah. Pasien menyangkal adanya riwayat alergi dan
asma.
Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat penyakit serupa di keluarga disangkal.Riwayat hipertensi, DM, asma,
tumor, penyakit jantung, alergi pada keluarga disangkal.
Riwayat Kehamilan Ibu
Selama kehamilan ibu mengaku dalam kondisi sehat, tidak mengonsumsi obatobatan selain vitamin kehamilan, tidak pernah minum minuman beralkohol, dan
tidak merokok.
Riwayat kelahiran
Penolong
Bidan
Cara persalinan
Spontan
Berat lahir
2.900gram
Panjang lahir
40 cm
Masa gestasi
Cukup bulan
danwarna
kulit
tubuhtampak
kemerahan
Nilai APGAR
Tidak diketahui
Kelainan bawaan
Tidak ada
Riwayat Imunisasi
Jenis
Imunisasi
BCG
2 bulan
DPT
II
III
IV
2 bulan
4 bulan
6 bulan
18 bulan
6 tahun
Polio
1 minggu
2 bulan
4 bulan
6 bulan
18 bulan
Hepatitis B
1 minggu
1 bulan
6 bulan
Campak
9 bulan
VI
6 tahun
Perkembangan Psikomotor
-
Tengkurap
Duduk
Berdiri
Berjalan
Bicara
Membaca dan menulis
:
:
:
:
:
:
3 bulan
6 bulan
8 bulan
9 bulan
11 bulan
5 tahun
Tidak ada
ASI / PASI
Buah / Biskuit
Bubur susu
Nasi tim
ASI
-/-
2-5
ASI
-/-
5-6
ASI
-/-
6-8
ASI + Susu
formula
pisang/biskuit
diencerkan
Bubur susu
8-10
ASI + Susu
formula
pisang/biskuit
diencerkan
Bubur susu
10-12
ASI + Susu
formula
pisang/biskuit
diencerkan
Bubur susu
Nasi Tim
Pola Makan
Jenis makanan
Frekuensi
Nasi
Sayuran
Daging
Ikan
Telur
Tahu
Tempe
1x sehari @1potong/1xmakan
Susu
Usia
9 tahun
-
Penyakit
Morbili
Parotitis
Demam berdarah
Demam tifoid
Cacingan
Alergi
Pertusis
Varicella
Biduran
Kecelakaan
Operasi
Lain-lain
Usia
5 tahun
-
Riwayat keluarga
No
Umur
Jenis
Kelamin
Hidup
Lahir
Mati
Abortu
s
Mati
(sebab)
Keterangan
14 tahun
Laki-laki
Ya
Sehat
11 tahun
Laki-laki
Ya
Sakit (pasien)
Keadaan rumah
pasien.
mandi,ventilasi
baik,
Keadaan umum
Kesadaran
Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
110/70 mmHg
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
20
kali
per
menit,
regular,tipe
pernapasan
torakoabdominal
:
39,0 oC
Berat badan
29 kg
Tinggi badan
140 cm
Suhu tubuh
Data antropometri
35 kg
143 cm
10
Status Gizi ( menurut grafik NCHS CDCuntuk anak laki-laki usia 2-20 tahun)
:
BB/U
:
:
Wajah
Mata
:
:
Normocephal
Berwarna hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
Tidak tampak adanya edema
Palpebra superior dan inferior kanan dan kiri
tidakedema,tidak
terdapat
perdarahan
pada
Hidung
Tenggorokan
Mulut
:
:
Leher
Bentuk normal, kulit normal, pergerakan bebas kesegala arah, tidak terabakelenjar
getah bening, kelenjar gondok tidak membesar dan tidak ada deviasi trakea.
11
Thoraks
Normochest, tidak ada retraksi, dinding dada simetris saat statisdan dinamis, tidak
ada sikatrik, tidak ada pelebaran vena, tulang-tulang iga intak dan sela iga dalam
batas normal.
Paru
Inspeksi
Palpasi :
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
sinistra
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi
Perkusi
Palpasi :
:
:
:
+/+
+/+
+/+
+/+
:
:
:
-/-/-/-
Refleks Chaddock
-/-
:
:
:
:
:
Refleks Achilles
Refleks Patologis
Refleks Hoffmann-Trommer
Refleks Babinski
Refleks Oppenheim
Hasil
Nilai Rujukan
Jenis
Pemeriksaa
n
13/1/1
5
13/1/1
5
14/1/1
5
14/1/201
5
06:30
18:30
06:30
18:30
12,5
12,1
12,7
13,2
12,4
12 g/dl
33
36
35
36
38
35
36 - 40 %
Eritrosit
4.4
4.6
4.6
4.9
5.0
4.8
Leukosit
10070
4290
6280
3810
5420
8090
4.800-10.800/L
Trombosit
32800
0
18200
0
10800
0
86000
85000
69000
150.000400.000/L
MCV
75
78
75
75
75
74
76-96 fL
MCH
26
27
26
26
26
26
27-32 pq
MCHC
35
35
35
35
35
35
32-36 g/dl
10/1/1
5
12/1/1
5
Hemoglobin
11,5
Hematokrit
V. RESUME
Pasien seorang anaklaki-laki berusia 11 tahun 10 bulan dengan berat badan 29
kg, datang ke RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan demam sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam dengan suhu naik terus menerus. Demam mereda sejenak
dengan pemberian obat penurun panas, namun timbul kembali. Demam tidak disertai
olehmimisan, gusi berdarah, muntah darah,BAB hitam seperti aspal, BAK berdarah,
memar maupun tanda perdarahan lainnya.Sebelum demam, orang tua pasien
mengatakan pasien mengalami batuk dan pilek sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Batuk berdahak warna putih kekuningan. Rasa mual dan muntah diakui.
Mengalami muntah sehari sebelum masuk rumah sakit, muntah berisi makanan,
frekuensi sekali dalam sehari. Pasien mengeluh sakit kepala dan seluruh tubuhnya
terasa ngilu dan nyeri pada sendi dan otot. Dua hari sebelum masuk rumah sakit
orangtua pasien mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu makan dan
minum.Pasien menyangkal adanya bintik-bintik berwarna merah di tubuh. Pasien
mengatakan teman sekelas pasien ada yang terkena penyakit demam berdarah.
Dari hasil pemeriksaan fisik,ditemukanterdapatpeningkatan suhu tubuh pasien
sebesar 39C, mukosa hidung hiperemis, konka hipertrofi dan hiperemis dan terdapat
sekret.Dari hasil laboratorium saat pertama kali masuk rumah sakit,ditemukan pasien
dalam keadaan anemia. Namun, pemeriksaan laboratorium hari ke 4 di RS
menunjukkan adanya leukopenia dan trombositopenia.
14
Pemeriksaan urinalisis
Rontgen thoraks
IX. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa:
Tirah baring
Medikamentosa:
Domperidon syrup 3 x 5 cc PO
Ambroxol 2x5cc PO
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
ad bonam
Quo ad functionam
ad bonam
Quo ad sanationam
ad bonam
15
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal
12/1/15
Follow Up
Terapi
+ KCL 10 meg/Kolf
Foto thorax
Kontrol THT
membesar, lien
tidak
teraba
membesar.
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik,
tidak ada edema dan sianosis.
Kulit :Rumple Leedes testnegatif. Tidak
ada pteckie
Hasil laboratorium :
Hb/Ht/E/L/T : 12,5/36/4.6/4290/182000
10/1/2015 K = 2.6
12/1/2015 K = 4.5
Px. Urin semua dalam batas normal
A : Demam dengue
13/1/15
kekuningan.
Tidak
ada
mual
dan
keras/berair,
tidak
berwarna
perdarahan
subkonjungtiva,
Penebalan
dinding
lateral
sinus
etmoidalis kanan.
A : Demam dengue
14/01/15
ISPA
S : Pasien dan orangtua pasien mengatakan
bahwa
terdapat
bercak
bercak
tidak
berwarna
jam
dan
cek
tanda-tanda
perdarahan
perdarahan
subkonjungtiva,konjungtiva
tidak
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Dengue
Definisi
Penyakit demamberdarah dengueadalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ditandai
dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan
20
Epidemiologi
Istilah hemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di Filipina pada
tahun 1953. Wabah serupa pertama kali terjadi pula di Bangkok pada tahun 1958 yang
kemudian berjangkit dalam bentuk epidemi di beberapa negara lain di Asia Tenggara,
diantaranya Hanoi, Malaysia, Saigon dan Indonesia.1
Di seluruh dunia, diperkirakan sedikitnya terdapat 50 juta dari 2,5 milyar
penduduk yang tinggal di daerah endemik terinfeksi virus dengue setiap tahunnya.
Dengue merupakan penyebab demam kedua tertinggi setelah malaria. Infeksi dengue ini
endemis pada banyak negara Asia Tenggara, Pasifik Barat, Amerika dan hiperendemis di
Thailand. Demam berdarah dengue kebanyakan terjadi pada anak usia kurang dari 15
tahun. Anak golongan usia 10 15 merupakan golongan umur tersering menderita DBD
dibandingkan dengan bayi dan orang dewasa, dan sekitar 50% penderita DBD
merupakan golongan umur tersebut. Anak perempuan lebih beresiko menderita DBD
dibandingkan anak laki laki, namun dalam penelitian di Indonesia didapati laki laki
lebih tinggi terkena DBD dibandingkan perempuan dengan perbandingan 4:1
dikarenakan nyamuk Aedes aegypti yang aktif menggigit pada siang hari dengan dua
puncak aktivitas yaitu pada pukul 08.00 12.00 dan 15.00 17.00, pada jam tersebut
anak-anak biasanya bermain di luar rumah
Di Indonesia demam berdarah dengue pertama kali dicurgai di Surabaya pada
tahun 1968. Dimana kasus pertama yang ditemukan di Jakartadilaporkan pada tahun
1969. Kemudian demam berdarah dengue dilaporkan di Bandung dan di Yogyakarta
pada tahun 1972. Epidemi pertama yang ditemukan di luar pulau Jawa dilaporkan pada
tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara dan Bali.
Pada tahun 1974 epidemi dilaporkan di Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat.
Demam berdarah dengue menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia pada tahun
1993.Bedasarkan jumlah kasus demam berdarah dengue, Indonesia menempati urutan
21
kedua setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata demam berdarah
dengue di Indonesia terus meningkat dari 0,05 hingga 8,14 pada tahun 1973 kemudian
meningkat kembali menjadi 8,65 pada tahun 1983 dan mencapai angka tertinggi pada
tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133
orang.1
Morbiditas dan mortalitas demam berdarah dengue yang dilaporkan berbagai
negara bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia penduduk,
kepadatan vektor, tingkat penyebaran virus dengua, prevalensi serotipe virus dengue dan
kondisi meteorologis. Pada awal terjadinya wabah di sebuah negara, pola distribusi umur
memperlihatkan 86-95% proporsi kasus terbanyak berasal dari golongan anak berusia
kurang dari 15 tahun. Namun pada wabah selanjutnya, jumlah kasus golongan usia
dewasa muda semakin meningkat.1
Etiologi
Agen Infeksius DBD termasuk dalam grup B Antropod Borne Virus (Arboviroses)
kelompok flavivirus dari family flaviviridae. Keempat serotipe virus Dengue (DEN-1,
DEN-2,DEN-3, DEN-4) dapat dibedakan dengan metode serologi. Infeksi pada manusia
oleh salah satu serotipe tersebut akanmenghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap
infeksi ulang oleh serotipeyang sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan
parsial terhadap serotipeyang lain. Seseorang akan kebal seumur hidup terhadap serotip
yang menyerang pertama kali, namun hanya akan kebal dalam waktu 6 bulan - 5 tahun
terhadap serotipe virus Dengue lain. Virus denguemenunjukkan banyak karakteristik
yang sama dengan flavivirus lain, yaitu mempunyai genom RNA rantai tunggal yang
dikelilingi oleh nukleotida ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid. Keempat jenis
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Seseorang yang
tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe
selama hidupnya. Serotipe DEN-3merupakan serotipe yang dominan dan banyak
berhubungan dengan kasus berat.1,2
Patogenesis
Virus merupakan salah satu mikroorganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel
hidup. Oleh karena itu, virus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu terutama
dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
22
daya tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul
antibodi, namun bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat
dan bahkan dapat menimbulkan kematian.1,3
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom syok dengue) masih merupakan masalah
yang kontroversial. Teori yang banyak dianut adalah the secondary heterologous
infection hypothesis atau the sequential infection hypthesisyang menyatakan bahwa
demam berdarah dengue dapat terjadi apabila seseorang setelah terinfeksi virus dengue
pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak
waktu 6 bulan sampai 5 tahun. Hipotesis ini menyatakan secara tidak langsung bahwa
pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang
heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk menderita demam berdarah
dengue berat.3
Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan
menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian
berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leokosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas
melakukan replikasi dalam sel makrofag.Antibodi yang terbentuk pada infeksi dengue
terdiri dari IgG yang berfungsi menghambat peningkatan replikasi virus dalam monosit,
yaitu enhancing-antibody dan neutralizing antibody. Pada saat ini dikenal 2 jenis tipe
antibodi yaitu kelompok monoklonal reaktif yang tidak mempunyai sifat menetralisasi
tetapi memacu replikasi virus dan antibodi yang dapat menetralisasi secara spesifik tanpa
disertai daya memacu replikasi virus. Perbedaan ini bedasarkan adanya virion
determinant specificity. Antibodi non-neutralisasi yang dibentuk pada infeksi primer
akan menyebabkan terbentuknya kompleks imun pada infeksi sekunder dengan akibat
memacu replikasi virus. Teori ini pula yang mendasari pendapat bahwa infeksi sekunder
virus dengue oleh serotipe dengue yang berbeda cenderung menyebabkan manifestasi
berat. Dasar utama hipotesis ini ialah meningkatnya reaksi imunologis yang berlangsung
sebagai berikut:2,3
Sel fagosit mononuklear yaitu monosit, makrofag, histiosit dan sel Kupffer
23
dengue pada permukaan sel fagosit mononuklear. Mekanisme pertama ini disebut
terinfeksi.
Selanjutnya sel monosit yang mengandung kompleks imun akan menyebar ke usus,
hati, limpa dan sumsum tulang. Mekanisme ini disebut mekanisme eferen.
Parameter perbedaan terjadinya demam berdarah dengue dengan dan tanpa renjatan
ialah jumlah sel yang terkena infeksi.
Sel monosit yang telah teraktivasi akan mengadakan interaksi dengan sistem
humoral dan sistem komplemen dengan akibat dilepaskannya mediator yang
mempengaruhi
permeabilitas
kapiler
dan
mengaktivasi
sistem
koagulasi.
24
Gambar 2. Model patogenesis demam dengue (DD), DBD, dan DSS dalam perspektif integrasi.
Garis panah hitam menunjukkan proses yang terjadi pada organ atau endotel. Kotak berwarna
menunjukkan terjadinya kondisi patologi. Sedangkan panah merah menunjukkan pengaruh pada
endotel dan sistem hemostasis.
25
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat
berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan
kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau disebut sindrom syok dengue (SSD). 5
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari yang diikuti fase kritis
selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan tidak adekuat.6
26
WHO pada tahun 2009 membagi gejala klinis demam dengue menjadi 3 fase :
1. Fase Demam
2. Fase Kritis
3. Fase Recovery
Fase I Fase Demam : Demam akut yang berlangsung 2 - 7 hari dan sering
disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh badan, mialgia, atralgia, dan sakit
kepala. Beberapa pasien dapat memiliki gejala sakit tenggorokan, faring hiperemis dan
injeksi konjungtiva. Anorexia, mual, dan muntah sering terjadi dan dapat sulit dibedakan
dengan demam non-dengue pada fase awal. Uji torniquet positif pada fase ini
meningkatkan kepastian dari dengue. Manifestasi perdarahan ringan seperti petekie dan
perdarahan membran mukosa (mis. hidung dan gusi) dapat terlihat. Gejala tidak khas
seperti perdarahan vagina dan perdarahan gastrointestinal dapat terjadi. Hati dapat
membesar dan terasa sakit pada beberapa hari sewaktu demam. Penurunan sel darah
putih dapat memberikan tanda sebagai infeksi dengue. Tanda dan gejala ini kurang dapat
membedakan antara severe dan non severe dengue sehingga perlu monitoring lebih
untuk berhati - hati dalam menilai fase perkembangan ke fase kritis.
27
Fase II Fase Kritis : Pada tahap ini, demam masih berlangsung pada hari ke 3 7
namun temperatur sedikit menurun yaitu 37.5 38C atau lebih rendah dan juga
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dengan level hematokrit yang
meningkat. Periode kebocoran plasma berlangsung selama 24 48 jam. Leukopenia
parah diikuti dengan penurunan hitung trombosit mengindikasikan terjadinya kebocoran
plasma. Pada pasien dengan tidak diikuti peningkatan permeabilitas kapiler akan
membaik namun pasien yang memiliki keadaan tersebut akan bertambah parah dengan
kehilangan volume plasma. Efusi pleura dan ascites dapat terdeteksi tergantung dari
tingkat keparahan kebocoran plasma tersebut. Maka foto thorax dan USG abdomen dapt
digunakan sebagai alat bantu diagnosa. Kadar hematokrit yang melebihi batas normal
dapat digunakan sebagai acuan melihat derajat keparahan kebocoran plasma. Syok dapat
terjadi jika volume plasma berkurang hingga titik kritis dan sering didahului oleh
warning signs. Syok yang berlangsung lama, menyebabkan hipoperfusi organ sehingga
dapat mengakibatkan gangguan organ, metabolik asidosis, dan Disseminated
Intravascular Coagulation (DIC)
kritis akan memasuki fase recovery dimana terjadi reabsorpsi cairan ekstravaskular
dalam 48-72 jam, dimana keadaan umum akan membaik, nafsu makan bertambah, gejala
gastrointestinal berkurang, status hemodinamik stabil, dan diuresis terjadi. Ruam,
pruritis, bradikardia dapat terjadi pada fase ini. Hematokrit dapat kembali stabil atau
menurun akibat efek pengenceran dari absorpsi cairan. Sel darah putih perlahan
mengalami peningkatan setelah suhu tubuh menurun diikuti dengan peningkatan
trombosit. Respiratory distress akibat efusi pleura masif dan ascites dapat terjadi akibat
dari terapi cairan IV yang berlebih sewaktu fase kritis ataupun fase recovery yang dapat
dikaitkan dengan edema paru atau gagal jantung kongestif.7, 8, 9, 10
28
Diagnosis
Infeksi virus dengue dapat asimptomatis atau dapat menimbulkan demam
undifferentiated, demam dengue atau demam berdarah dengue. Dengan rembesan plama
yang dapat menimbulkan syok (sindrom syok dengue).1,3Masa inkubasi dalam tubuh
manusia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas
seperti : nyeri kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah.5
a) Demam dengue (DD)
Demam dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
-
Nyeri kepala
Nyeri retro orbital
Mialgia / artralgia
Ruam Kulit berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2
hari) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah
halus pada hari ke-6 atau ke-7 terutama di daerah kaki, telapak kaki, dan tangan.
- Manifestasi Perdarahan (ptechie atau uji bendung positif)
29
31
Derajat I : Demam disertai dengan gejala konstitusional non-spesifik, satusatunya manifestasi perdarahan adalah tes torniket positif dan muntah memar.
Derajat III : Gagal sirkulasi dimanifestasikan dengan nadi cepat dan lemah serta
penyempitan tekanan nadi atau hipotensi, dengan adanya kulit dingin dan
lembab serta gelisah.
Derajat IV : Syok hebat dengan tekanan darah atau nadi tidak terdeteksi.
muntah
32
pada pasien dengan sindrom syok dengue teratasi adalah singkat dan tidak rumit.
Bahkan pada kasus syok berat, jika tealah teratasi, pasien yang dapat bertahan akan
membaik dalam 2-3 hari, meskipun efusi pleural dan asites masih tampak. Tanda
prognosis yang baik adalah keluaran urine adekuat dan kembali mempunyai nafsu
makan. Temuan umum selama masa penyembuhan demam berdarah dengue adalah
bradikardia sinus atau aritmia dan karakteristik ruam petekial konfluen dengan area
bulat kecil bagian kulit normal. Ruam makulopapular atau tipe rubella kurang umum
pada demam berdarah dengue dibanding demam dengue dan mungkin terlihat baik
pada awal atau tahap lanjut penyakit. Perjalanan demam berdarah dengue kira-kira
7-10 hari.
2.7 Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DD dan DBD, prinsip utama adalah terapi
suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%.5Untuk dapat merawat pasien demam berdarah dengue dengan baik,
diperlukan dokter dan perawat yang terampil, sarana laboratorium yang memadai, cairan
kristaloid dan koloid, serta bank darah yang senantiasa siap bila diperlukan. Diagnosis
dini dan memberikan nasehat untuk segera dirawat apabila terdapat tanda syok,
merupakan hal yang penting untuk mengurangi angka kematian. Di pihak lain,
perjalanan penyakit demam berdarah dengue sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu
masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat memburuk dan tidak
tertolong. Kunci keberhasilan tatalaksana demam berdarah dengue atau sindrom syok
dengue terletak pada keterampilan para dokter untuk dapat mengatasi masa peralihan
dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.6
Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien
dianjurkan:
34
Pada pasien demam dengue, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda
penyembuhan. Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi
yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena
kemungkinan kita sulit membedakan antara demam dengue dan demam berdarah dengue
pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada demam
dengue akan terjadi penyembuhan sedangkan pada demam berdarah dengue terdapat
tanda awal kegagalan sirkulasi (syok). Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada demam
dengue tanpa disertai gejala syok. Oleh karena itu, orang tua atau pasien dinasehati bila
terasa nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat perdarahan kulit serta
mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi, apalagi bila disertai berkeringat dingin, hal
tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus segera dibawa segera ke rumah
sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari, tidak
perlu lagi diobservasi.6
Perbedaan patofisilogik utama antara demam dengue, demam berdarah dengue dan
sindrom syok dengue dengan penyakit lain adalah adanya peningkatan permeabilitas
kapiler yang menyebabkan perembesan plasma dan gangguan hemostasis. Gambaran
klinis demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue sangat khas yaitu demam
tinggi mendadak, diastesis hemoragik, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi. Maka
keberhasilan tatalaksana demam berdarah dengue terletak pada bagian mendeteksi secara
dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the time of defervescence) yang merupakan fase
awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai
pemantauan perembesan plasma dangangguan hemostasis. Prognosis demam berdarah
dengue terletak pada pengenalan awal terjadinya perembesan plasma, yang dapat
diketahui dari peningkatan kadar hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai terjadi
pada hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit sampai <100.000/pl atau kurang dari
1-2 trombosit/ Ipb (rata-rata dihitung pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan
hematokrit dan sebelum terjadi penurunan suhu. Peningkatan hematokrit 20% atau lebih
mencermikan perembesan plasma dan merupakan indikasi untuk pemberian caiaran.
Larutan garam isotonik atau ringer laktat sebagai cairan awal pengganti volume plasma
dapat diberikan sesuai dengan berat ringan penyakit. Perhatian khusus pada asus dengan
peningkatan hematokrit yang terus menerus danpenurunan jumlah trombosit <
50.000/41. Secara umum pasien DBD derajat I dan II dapat dirawat di Puskesmas, rumah
sakit kelas D, C dan pada ruang rawat sehari di rumah sakit kelas B dan A.6,11
35
Kompres hangat diberikan apabila pasien masih tetap demam. Rasa haus dan keadaan
dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Jenis
minuman yang dianjurkan adalah jus buah, susu, teh manis, serta larutan oralit. Pasien
perlu diberikan minum 50 ml/kg BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi
dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-100 ml/kg BB dalam 24 jam berikutnya.
Bayi yang masih minum asi, tetap harus diberikan disamping larutan oralit. Bila terjadi
kejang demam, disamping antipiretik diberikan antikonvulsif selama demam. 5Jika pasien
memperlihatkan tanda dehidrasi dan muntah hebat, berikan cairan sesuai kebutuhan dan
apabila perlu berikan cairan intravena.5
Semua pasien tersangka dengue harus diawasi dengan ketat setiap hari sejak hari sakit
ke-3. Selama fase demam sulit untuk membedakan antara pasien DD dengan DBD.
Ruam makulopapular dan mialgia/artralgia lebih banyak ditemukan pada pasien demam
dengue. Setelah bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik, pasien demam dengue
akan masuk dalam fase penyembuhan, sedangkan pasien DBD memasuki fase kritis.
Sebagian pasien ini sembuh setelah pemberian cairan intravena, sedangkan kasus berat
akan jatuh ke dalam fase syok.5
Pemantauan5
- Pemeriksaan Fisis :
- Tanda vital : waspadai gejala syok
- Perabaan hati : hati yang membesar dan lunak merupakan indikasi
mendekati fase kritis, pasien harus diawasi ketat dan dirawat di RS.
- Pemeriksaan Laboratorium :
Darah tepi
36
pemeriksaan
laboratorium
yang
terbaik
untuk
38
10
100 per kg BB
10-20
>20
39
Misalnya untuk anak berat badan 40 kg, maka cairan rumatan adalah
1500+(50xBB dlm kg (20) - 20) = 2500 ml. Jumlah cairan rumatan diperhitungkan 24
jam. Oleh karena perembesan plasma tidak konstan (perembesam plasma terjadi lebih
cepat pada saat suhu turun), maka volume cairan pengganti harus disesuaikan dengan
kecepatan dankehilangan plasma, yang dapat diketahui dari pemantauan kadar
hematokrit. Penggantian volume yang bedebihan danterus menerus setelah plasma
terhenti perlu mendapat perhatian. Perembesan plasma berhenti ketika memasuki fase
penyembuhan, saat terjadi reabsorbsi cairan ekstravaskular kembali kedalam
intravaskuler. Apabila pada saat itu cairan tidak dikurangi, akan menyebabkan edema
paru dandistres pernafasan. Pasien harus dirawat dansegera diobati bila dijumpai tandatanda syok yaitu gelisah, letargi/lemah, ekstrimitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan
nadi lemah, ekanan nadi menyempit (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, dan
peningkatan mendadak dari kadar hematokrit atau kadar hematokrit meningkat terus
menerus walaupun telah diberi cairan intravena.6
40
Algoritma Penatalaksaan
41
Pada awal perjalanan penyakit demam berdarah dengue tanda/gejalanya tidak spesifik,
oleh karena itu orang tua/anggota keluarga diharapkan untuk waspada jika meiihat tanda/
gejala yang mungkin merupakan gejala awal penyakit demam berdarah dengue.
Tanda/gejala awal penyakit demam berdarah dengue ialah demam tinggi 2-7 hari
mendadak tanpa sebab yang jelas, terus menerus, badan terasa lemah/anak tampak lesu.6
42
Pasien DBD apabila dijumpai demam tinggi mendadak terus menerus selama 7 hari
tanpa sebab yang jelas, disertai tanda perdarahan spontan (tersering perdarahan kulit
danmukosa yaitu petekie atau mimisan) disertai penurunan jumlah trombosit
100.000/pl, dan peningkatan kadar hematokrit.6
Pada saat pasien datang, berikan cairan kristaloid ringer laktat/NaCI 0,9 % atau
dekstrosa 5% dalam ringer laktat/NaCl 0,9 % 6-7 ml/kg BB/jam. Monitor tanda vital
dankadar hematokrit serta trombosit tiap 6 jam. Selanjutnya evaluasi 12-24 jam,
kemudian:
44
1. Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak nampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dankadar Ht cenderung
turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi
menjadi 5 ml/kgBB/jam. Apabila dalam observasi selanjutnya tanda vital tetap
stabil, tetesan dikurangi menjadi 3ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan
setelah 24-48 jam.
2. Perlu diingat bahwa sepertiga kasus akan jatuh ke dalam syok. Maka apabila
keadaan klinis pasien tidak ada perbaikan, anak tampak gelisah, nafas cepat (distres
pernafasan), frekuensi, nadi meningkat, diuresis kurang, tekanan nadi < 20 mmHg
memburuk, disertai peningkatan Ht, maka tetesan dinaikkan menjadi 10
ml/kgBB/jam, setelah 1 jam tidak ada perbaikan tetesan dinaikkan menjadi 15
ml/kgBB/jam. Apabila terjadi distres pernafasan danHt naik maka berikan cairan
koloid 20-30 ml/kgBB/jam; tetapi apabila Ht turun berarti terdapat perdarahan,
berikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB/jam. Bila keadaan klinis membaik, maka
cairan disesuaikan sesuai poin pertama.
Sindrom syok dengue ialah demam berdarah dengue dengan gejala, gelisah, nafas cepat,
nadi teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit (misalnya sistolik 90
dandiastolik 80 mmHg, jadi tekanan nadi 20 mmHg), bibir biru, tangan kaki dingin,
tidak ada produksi urin.11
1. Segera beri infus kristaloid (ringer laktat atau NaCl 0,9%) 10-20m1/kgBB
secepatnya (diberikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2 liter/ menit.
Untuk sindrom syok dengue berat (demam berdarah dengue derajat IV, nadi tidak
teraba dantensi tidak terukur) diberikan ringer laktat 20 ml/kgBB bersama koloid
(lihat butir 2). Observasi tensi dannadi tiap 15 menit hematokrit dantrombosit tiap 46 jam. Periksa elektrolit dan gula darah.
2. Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat tetap
dilanjutkan 15-20 ml/kg BB, ditambah plasma (fresh frozen plasma) atau koloid
(dekstran 40) sebanyak 10-20 ml/kg BB, maksimal 30 ml/kg BB (koloid diberikan
pada lajur infus yang sama dengan kristaloid, diberikan secepatnya). Observasi
keadaan umum, tekanan darah, keadaan nadi tiap 15 menit, danperiksa hematokrit
tiap 4-6 jam. Koreksi asidosis, elektrolit, dan gula darah.
a. Apabila syok telah teratasi disertai penurunan kadar hemoglobin/hematokrit,
tekanan nadi > 20 mmHg, nadi kuat, maka tetesan cairan dikurangi menjadi 10
45
46
Tidak dijumpai tanda-tanda distres pernafasan (dapat disebabkan oleh efusi pleura
atau asidosis)
47
Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada pasien demam berdarah dengue antara
lain:12
1. Gangguan keseimbangan elektrolit meliputi hiponatremia, hipokalsemia, dan
hipokalemia.
2. Overhidrasi
3. Ensefalopati atau ensefalitis
4. Hepatik ensefalopati
5. Gagal hepar
6. Gagal ginjal yang dapat disebabkan karena syok lama, hepatorenal sindrom dan
hemoglobinuria
7. Gangguan metabolisme seperti hipoglikemia
8. Infeksi penyerta antara lain
a. Infeksi gastrointestinal
b. Infeksi saluran napas misalnya pneumonia
c. Infeksi saluran kemih
d. Infeksi kulit dan jaringan lunak
Prognosis
Apabila hanya didapatkan demam berdarah denguetanpa disertai syok, dalam 2436 jam biasanya prognosis akan menjadi baik. Jika lebih dari 36 jsm belum ada tandatanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan prognosis menjadi buruk. Penyebab
kematian pada demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue adalah syok yang
lama, overhidrasi, perdarahan masif, serta demam berdarah dengue atau sindrom syok
dengue dengan manifestasi klinis yang tidak lazim.1
2.10
Pencegahan
Upaya pemberantasan demam berdarah denguedititikberatkan pada pemberantasan
biasa. Pemberantasan demam berdarah dengue yang penting adalah upaya membasmi
jentik nyamuk penular ditempat perundukan dengan melakukan "3M" yaitu:13,14
1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate kedalamnya.
2. Menutup rapat tempat penampungan air.
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan seperti kaleng-kaleng bekas, plastik dan lain-lain.
Strategi program pemberantasan meliputi :
1. Kewaspadaan dinidemam berdarah dengue, guna mencegah dan membatasi
terjangkitnya kejadian luar biasa (KLB)
2. Pemberantasan intensif di daerah endemis, melalui pelaksanaan:
a. Penyemprotan massal sebelum musim penularan disertai abatisasi selektif
b. Penggerakkan masyarakat dalam PSN demam berdarah dengue melalui
penyuluhan dan motivasi dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi
dan informasi yang ada, Kegiatan Pokok Pemberantasan Penyakit Demam
Berdarah Dengue.
Kegiatan pelaksanaan program P2 demam berdarah dengue meliputi :
1. Penemuan dan pengobatan program cepat kasus demam berdarah dengue di seluruh
wilayah.
2. Melaksanakan pemberantasan insentif di kecamatan endemis berdasarkan stratifikasi
endemisitas desa.
Penyuluhan dan penggerakkan masyarakat dalam PSN demam berdarah dengue
dilaksanakan melalui kerja sama lintas sektor dan program, termasuk LSM yang terkait
penyuluhan, bimbingan dan motivasi kepada masyarakat. Hal ini dilakukan dalam
rangka untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dalarn mencegah demam berdarah
dengue melalui PSN, termasuk penyediaan abate yang dapat dibeli bebas, terutama di
wilayah yang penyediaan air bersihnya terbatas, baik secara perorangan maupun
kelompok, misalnya melalui dana sehat.14
Definisi
ISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala
batuk,pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung
sampaidengan 14 hari (Depkes RI, 2000). ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu dan atau lebih bagian dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran
pernapasan atas) hingga alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, ronggatelinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh
masuknya kuman (bakteri, virus atau riketsia) ke dalam organ saluran pernapasan yang
berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari
suatu penyakit,meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA
proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Menurut derajat keparahannya, ISPA
dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA berat.
Pembagian menurut derajat keparahan tersebut didasarkan pada gejala-gejala dan tandatandanya. ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika
keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang mendapat perawatan atau saat
penderita dalam keadaanlemah hingga daya tahan tubuhnya rendah. Gejala ISPA ringan
dapat dengan mudahdiketahui oleh orang awam, sedangkan gejala ISPA sedang dan berat
memerlukanbeberapa pengamatan sederhana.18
III. 2 Klasifikasi
WHO (1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat
keparahannya. Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan
telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya
sebagai berikut :19
Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :
a. ISPA ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
i.
Batuk
ii.
iii.
iv.
Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi anak
diraba dengan penggung tangan terasa panas.
50
b. ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejala
ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
c.
ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-gejala
ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :
i.
ii.
iii.
Kesadaran menurun.
iv.
v.
vi.
Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
vii.
Untuk
anak
dalam
berbagai
golongan
umur
ini
ISPA
Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparuparu menjadi kaku dan mengakibatkan perlunya tenaga untuk
menarik nafas.
Suara rintihan.
Sianosis (pucat).
c) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.
Tidak ada nafas cepat :
b) Bukan pneumonia
Tanda utama :
III. 3 Epidemiologi
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek
padabalita di Indonesia perkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun),
artinyaseorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek sebanyak 3-6
kali setahun.Dari hasil pengamatan epidemiologi dapat diketahui bahwa angka kesakitan
dikotacenderung lebih besar dari pada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh
tingkatkepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi
daripada di desa.15
ISPA merupakan penyakit yang seringkali dilaporkan sebagai 10 penyakit
utamadi
Negara
berkembang.
Di
Negara
berkembang,
penyakit
pneumonia
merupakan25% penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi berusia kurang
dari 2bulan. Dari Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui
bahwamorbiditas pada bayi akibat pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita
40,6%,sedangkan angka mortalitas 36%.
Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per anak, sekitar 4060% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat jalan danrawat
inap di rumah sakit juga disebabkan oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992menunjukkan
bahwa angka mortalitas pada bayi akibat penyakit ISPA mendudukiurutan pertama
(36%), dan angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua(13%). Di Jawa Tengah
pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1pada 10 besar penyakit
pasien rawat jalan di puskesmas.
III. 4 Etiologi Dan Faktor Resiko
Etiologi ISPA terdiri dari:
Bakteri
:Diplococcus pneumonia,Pneumococcus,Streptococcus
pyogenes,
53
Jamur
lain.
Aspirasi
Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang
mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktor yaitu:
III. 5 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
54
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang
mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri
ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu
laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang
lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar
ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang
sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada
umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang
tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa
IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas
bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam
mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
a. Tahap
prepatogenesis,
penyebab
telah
ada
tetapi
penderita
belum
55
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang
sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul gejala
demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat
pneumonia.
III. 6 Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:
a) Batuk
terjadi
karena
produksi
mukus
meningkat,
sehingga
nervus, untuk
menstimulasi
ditegakkan
dengan
Pemeriksaan
yang
pemeriksaan
dilakukan
laboratorium terhadap
adalah
biakan virus,
jasadrenik
serologis,
itu
diagnostik
sendiri.
virus
Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,
hypercapnia dan
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari
57
:dekongestan
antara
lain
pseudoefedrin,
fenil
untuk
batuk
berdahak.
Contoh
ambroksol,
bromheksin, gliserilgualakolat.
v. Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh :
dekstrometorfan.
2. Suportif :
58
Antibiotik.Antibiotik
tidak
disarankan
untuk
ISPA
yang
Antibiotik
diberikan
jika
gejalamemburuk,
terjadi
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat
pada lampiran.
Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
59
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu
lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi
yang menyusu tetap diteruskan.
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan
akan menambah parah sakit yang diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi
yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau
petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain
tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan
benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas
kesehatan untuk pemeriksaan ulang.20,21
III. 10 Komplikasi
Asma
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh
suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi
wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini
hari.
Kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa serangan kejang
klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata terbalik keatas
dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang
tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal.
60
Tuli
Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri
pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga
telinga.
Syok
Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan f'ungsi
dari system tubuh yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : faktor
obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang mengakibatkan
seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang tersebut kekurang suplay
oksigen ke otak dan mengakibatkan syok.
Sinusitis
Meningitis
Abses Peritonsiler
Abses Retrofaring
III. 11 Prognosis
Pada dasarnya, prognosis ISPA adalah baik apabila tidak terjadi komplikasi
yangberat. Hal ini juga didukung oleh sifat penyakit ini sendiri, yaituself limiting
diseasesehingga tidak memerlukan tindakan pengobatan yang rumit.Penyakit yang tanpa
komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh karenainfeksi bakteri
sekunder.
Bila
panas
menetap
lebih
dari
hari
dan
leukosit
>
61
2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah
raga teratur.
3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada
anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi
lainnya.
4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah
ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib,
dan imunisasi PCV.
5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu.
Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah
kontak dengan penderita ISPA.
7. Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.
8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi
mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
62
BAB III
ANALISA KASUS
A. Demam Dengue
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis demam dengue berdasarkan:
1.
Terdapat keluhan demam yang diderita sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
2.
3.
pada seluruh tubuh pasien.Di dukung juga oleh riwayat sekitarlingkungan, yaitu warga
sekampungkerabat pasien masuk RS karena demam berdarah. Ditemukan hasil
pemeriksaan serologis antidengue IgM (-) dan IgG (+), yang berarti tersangka infeksi
sekunder pada pasien.
Pada pasien juga tidak dijumpai tanda-tanda kebocoran plasma yang dibuktikan
dengan tidak adanya hemokonsentrasi, pleural efusi maupun asites, sehingga
memperkuat diagnosa ke arah demam dengue, bukan demam berdarah dengue.
Untuk menegakkan suatu diagnosis penyakit, perlu dilakukan pendekatan
diagnosis melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Demam
dengue merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi berikut :
-
Nyeri kepala
Nyeri retro orbital
Mialgia / artralgia
Ruam kulit berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2
hari) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah
halus pada hari ke-6 atau ke-7 terutama di daerah kaki, telapak kaki, dan tangan.
- Manifestasi perdarahan (ptechie atau uji bendung positif)
- Leukopenia
63
Dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DD/DBD yang
sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Pada pasien ditemukan 4 manifestasi klinis yaitu demam selama 6 hari, adanya
mialgia/artralgia, leukopenia, trombositopenia, dan lingkungan kerabat pasien menderita
keluhan yang sama. Pada pasien tidak di dapatkan tanda-tanda kebocoran plasma
(peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis
kelamin, penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya, tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura,
asites, hipoproteinemia, atau hiponatremia), sehingga pasien diagnosa Demam Dengue,
bukan Demam Berdarah Dengue.
Pola leukopenia pada pasien ini adalah ditemukan leukopenia pada hari ke-4
demam hingga puncaknya paling rendah adalah jumlah leukosit 3.810 kemudian leukosit
berangsur naik. Trombositopenia pada pasien terjadi pada hari ke 5,6,7 demam. Oleh
karena itu, sesuai dengan teori mengenai perjalanan penyakit demam dengue dimana hari
ke 4-6 merupakan fase kritis yang ditandai oleh trombositopenia dan peningkatan
hematokrit. Namun pada pasien ini tidak terdapat peningkatan hematokrit menunjukkan
tidak terjadinya hemokonsentrasi.
Jika Pemeriksaan IgM anti dengue umumnya terdeteksi mulai hari ke 3-5,
meningkat hingga minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari. Dilakukan pemeriksaan
imunoserologi IgM anti dengue dan IgG antidengue, didapatkan hasil IgM anti dengue
negatif dan IgG anti dengue positif, menunjukkan bahwa pasien tersangka infeksi
sekunder atau sedang terkena infeksi dengan tipe serotype yang sama.
Pada awal perjalanan penyakit pasien, tanda dan gejalanya tidak spesifik oleh
karena itu pertama-tama ditentukan terlebih dahulu adakah tanda kedaruratan yaitu
tanda-tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dankaki dingin, kulit lembab),
muntah terus menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah dan berak darah.
Keadaan umum pasien masih dinilai baik, tidak ada tanda-tanda syok.
Pada pasien ditemukan trombosit <100.000/L, sehingga harus dilakukan
observasi dengan algoritma tatalaksana kasus demam berdarah dengue. Pasienharus
rawat inapkarena disertai dengan pertimbangan penurunan nafsu makan dan mual
muntah yang dialami pasien. Observasi lebih lanjut apabila terdapat tanda-tanda syok,
terdapat peningkatan hematokrit atau penurunan trombosit.
64
B. ISPA
Sebelum demam, orang tua pasien mengatakan pasien mengalami batuk dan pilek
sejak 2 minggu yang lalu. Batuk berdahak warna putih kekuningan. Gejala yang diderita
pasien mengarah pada gejala infeksi saluran pernafasan akut. Dikatakan akut melalui
onset gejala selama 2 minggu atau lebih.
Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium terhadap jasadrenik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
biakan virus, serologis, diagnostik virus secaralangsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh
karena bakteri dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan
pleura.
Pengobatan antara lain
Simptomatik :
- Demam Analgesik-antipiretik (parasetamol danaspirin).
- Pilek
dan
fludekongestan
antara
lain
pseudoefedrin,
fenil
untuk
meringankan
gejala
batuk
kering.
Contoh :
dekstrometorfan.
C. Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit antara lain:
Domperidon syrup 3 x 5 cc PO
Ambroxol 2x5cc PO
Tirah baring
65
sampai hari ke 4 perawatan. Kemudian diganti dengan cairan ringer laktat pada hari
ke-5 perawatan.
Pemberian antipiretik
Pasien diberikan antipiretik diberikan bila suhu > 37.5C. Diberikan Injeksi
Paracetamol 4 x 350 mg pada awal perawatan dikarenakan pasien masih demam
tinggi dan mengalami muntah, dan pada hari ke 5 perawatan diberikan paracetamol
secara oral. Paracetamol merupakan obat golongan analgetik-antipiretik yang
bekerja untuk menghilangkan nyeri serta menurunkan panas tubuh.Obat ini sesuai
untuk diberikan pada pasien yang saat ini mengeluhkan adanya demam.
Monitor tanda-tanda vital dan pemeriksaan darah rutin sampai fase konvalesen.
Disamping itu perlu dilakukan pemeriksaaan hemoglobin, hematokrit, leukosit dan
trombosit
setiap
12
jam
dengan
tujuan
pemantauan
apabila
terjadinya
hemokonsentrasi.
Apabila selama observasi keadaan umum membaik yaitu anak tampak tenang,
tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil, diuresis cukup, dankadar hematokrit cenderung
turun minimal dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, maka tetesan dikurangi menjadi
5 ml/kgBB/jam. Apabila dalam observasi selanjutnya tanda vital tetap stabil, tetesan
dikurangi menjadi 3ml/kgBB/jam dan akhirnya cairan dihentikan setelah 24-48 jam.
Pada pasien ini keadaan umum membaik sehingga pemberian tetesan cairan dikurangi.
Pemberian makanan pada pasien ini adalah makanan biasa dengan penghitungan kalori
sebagai berikut:
RDA kalori
50 kkal x 29 kg
66
2.650 kalori
Pemberian kalori tersebut terdiri dari 55% karbohidrat (1457 kalori), 35% lemak
(927 kalori) dan 10% protein (265 kalori). Pada pasien ini diberikan makanan yanglunak
pada hari 1 dan 2 dirawat, kenudian hari ke 3 dengan makanan biasa. Pemberian
makanan lunak bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran
cerna dan agar mempermudah pencernaan. Saat perawatan hari ke-3, pemberian
makanan dapat diberikan dengan bentuk makanan biasa.
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit pada pasien
saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis quo ad functionam adalah bonam, karena
organ-organ vital pada pasien masih berfungsi dengan baik dan tidak terdapat adanya
kebocoran plasma atau hemokonsentrasi. Prognosis quo ad sanactionam adalah bonam
karena kekambuhan pada demam dengue hanya dapat terjadi jika terdapat reinfeksi
(infeksi sekunder) oleh virus dengue. Dengan edukasi yang tepat, maka dapat dilakukan
tindakan pencegahan terjadinya infeksi virus dengue.
Kriteria memulangkan pasien adalah:
Tidak dijumpai tanda-tanda distres pernafasan (dapat disebabkan oleh efusi pleura
atau asidosis)
Pada pasien, kriteria tersebut terpenuhi sehingga pasien diperbolehkan pulang pada hari
ke 7 perawatan.
67
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, Herry Garna, et al. 2010.Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
2. Rampengan, T.H. 2007. Penyakit Infeksi Tropis pada Anak. Edisi 2. Jakarta:
EGC.
3. Soegeng, S. 2003. Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga University
Press.
4. Martina BEE, Koraka P, Osterhaus A. Dengue virus pathogenesis: An integrated
view. Clinical Microbiology Reviews. 2009;22:564-81.
5. DEPKES RI. 2005. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : DEPKES RI.
6. Sumarmo. 2005. Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta : UI Press.
7. World health Organization. Dengue hemorrhagic fever: diagnosis, treatment,
Prevention and control. 2nd ed. Geneva: WHO, 1997
8. World Health Organization, Regional Office for South-East Asia. Comprehensive
guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever.
Revised and expanded edition. New Delhi: WHO-SEARO, 2011. SEARO
Technical Publication Series No. 60
9. Member of The Technical Working Group On The 2012 PPS. Revised Guidelines
on Fluid Management of DF/DHF
10. Srikiatkhachorn A. Plasma leakage in dengue haemorrhagic fever. Thromb
Haemost. 2009; 102: 1042-1049
11. World Health Organisation. 1999. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis,
Pengobatan,Pencegahan, dan Pengendalian. Alih Bahasa oleh Monica Ester.
Edisi 2. Jakarta : EGC.
12. World Health Organisation. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
13. Departemen Kesehatan RI. 1995. Petunjuk Teknis Pemberantasan Penyakit
Demam Berdarah. Direktorat Jenderal. PPM & PLP, Buku Paket B. Jakarta.
14. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan
Pemberantasannya. Edisi 2. Jakarta: Erlangga.
68
15. Nono.
Infeksi
Saluran
Pernafasan
Atas.
Diunduh
dari
http://ml.scribd.com/doc/64229562/Infeksi-Saluran-Pernapasan-Atas
16. Ari O. ISPA. Diunduh dari: http://ml.scribd.com/doc/52427957/Is-Pa
17. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak Balita,
OrangDewasa, Usia Lanjut, Pneuminia Atypik dan Pneumonia Atypik
Mikobakterium. Pustaka Populer Obor. Jakarta
18. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
19. Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa
oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
20. Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu
Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
21. Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
69