Anda di halaman 1dari 3

Urgensi Penataan Program Studi

Pembenahan pendidikan tinggi di Indonesia penting dilakukan. Tujuannya, agar penumpukan


lulusan dari program studi tertentu dapat diatasi dan potensi pengangguran tenaga kerja
terdidik dapat ditangani lebih awal.
Penyerapan lembaga pendidikan tinggi terhadap lulusan siswa sekolah menengah atas dan
institusi pendidikan yang sederajat terus meningkat. Hal itu bersama sejumlah faktor lain
turut mendorong maraknya pertumbuhan program studi atau prodi di sejumlah perguruan
tinggi, mulai dari akademi, politeknik, sekolah tinggi, lembaga pendidikan tenaga
kependidikan, institut, hingga universitas.
Tak seperti jumlah perguruan tinggi negeri yang kuota mahasiswanya terbatas, jumlah
perguruan tinggi swasta di Indonesia bisa mencapai puluhan kali lipat. Perbandingan jumlah
institusi tersebut paling mencolok terjadi pada pendidikan vokasi dan pendidikan yang
berbasis pada satu bidang program studi tertentu, yakni akademi dan sekolah tinggi. Jumlah
akademi yang dikelola swasta mencapai 1.003 institusi, jumlah ini 29 kali lipat dari program
vokasi sejenis yang diampu perguruan tinggi negeri. Sementara itu, jumlah sekolah tinggi
swasta mencapai 2.249 institusi, mencapai 30 kali lipat dari sekolah tinggi negeri.
Pertumbuhan perguruan tinggi swasta merupakan jawaban atas kebutuhan yang muncul dari
masyarakat. Realitas ini menggembirakan karena dapat menjadi indikasi bahwa kesadaran
rakyat untuk meraih pendidikan tinggi semakin baik. Pendidikan vokasi yang umumnya
berjenjang pendidikan diploma menjadi salah satu pilihan yang paling diminati di samping
sekolah tinggi.
Prodi yang terwadahi dalam pendidikan vokasi mendidik mahasiswa untuk memiliki keahlian
terapan tertentu dan berorientasi pada kecakapan kerja. Tak heran, bidang prodi yang
langsung berhubungan dimensi kehidupan sosial masyarakat, seperti kesehatan dan
pendidikan, berkembang pesat. Jalur pendidikan ini dianggap lebih membuka peluang bagi
lulusannya untuk terserap pasar kerja secara langsung.
Prodi favorit
Hampir semua bidang prodi terakomodasi di setiap jenjang pendidikan diploma, sarjana, dan
pascasarjana, kecuali untuk bidang agama dan pendidikan. Prodi di kedua bidang tersebut
hanya tersedia untuk minimal jenjang sarjana. Lembaga pendidikan tenaga kependidikan
(LPTK) yang mencetak guru pun kini mensyaratkan gelar minimal kesarjanaan.
Merujuk pada data termutakhir yang dilansir Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang kini
bernaung di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, jumlah bidang
prodi bervariasi mengacu pada jenjang pendidikan yang ditempuh. Sejumlah bidang
mendominasi jenjang sarjana, yaitu pendidikan, teknik, sosial, dan ekonomi. Keempat bidang
tersebut, ditilik dari jumlah prodi yang tersebar di semua perguruan tinggi negeri dan swasta

di Indonesia, menjadi favorit peserta didik. Jumlah prodi di bidang pendidikan terdata paling
banyak, yakni 3.585 unit di seluruh negeri ini.
Di sisi lain, bidang prodi yang paling banyak berkembang pada jenjang diploma adalah
kesehatan dan teknik. Jumlah prodi kesehatan di seluruh Indonesia, termasuk di dalamnya
antara lain kebidanan, keperawatan, akupuntur, fisioterapi, dan analis kesehatan, mencapai
1.410 unit berbentuk akademi atau politeknik. Jumlah tersebut jauh di atas bidang prodi lain
yang relatif tidak bersinggungan langsung secara aplikatif dengan dimensi kehidupan, seperti
bidang seni dan humaniora.
Kehadiran ribuan prodi favorit terkait erat dengan peminat pada prodi yang bersangkutan.
Jumlah peserta didik yang mendaftar pada prodi tertentu biasanya menjadi patokan bagi
perguruan tinggi, khususnya swasta, untuk mengembangkan prodi tersebut. Tak pelak,
kehadiran prodi lebih banyak ditentukan oleh pasar (peminat) yang umumnya terbentuk oleh
ketersediaan lapangan kerja ketimbang berorientasi pada pencetakan peserta didik yang
mumpuni dalam bidangnya.
Titik jenuh
Seiring berlakunya hukum ekonomi, pada satu periode tertentu, tak terhindari, pasar kerja di
bidang tertentu akan mencapai titik jenuh. Padahal, prodi yang terbentuk di bidang tersebut
telanjur mencapai ratusan hingga ribuan jumlahnya. Sementara jumlah peminat prodi terkait
akan cenderung menurun.
Kondisi tersebut mulai dirasakan sejumlah perguruan tinggi di bidang prodi tertentu. Di
bidang kesehatan, misalnya prodi pendidikan kebidanan, terindikasi mengalami penurunan
peserta didik. Perlahan tetapi pasti, peminat prodi tersebut menurun meski prodi pendidikan
kebidanan merupakan salah satu yang terbanyak di Indonesia, khususnya untuk jenjang
diploma. Hal itu antara lain disebabkan tingginya persaingan dan terbatasnya lapangan kerja
(Kompas, 26/1/2015).
Bidang lain yang terindikasi mengalami titik jenuh adalah prodi pendidikan. Jumlah prodi ini
terdata paling banyak di seantero negeri. Penggabungan jenjang sarjana dan pascasarjana
untuk prodi pendidikan mencapai 4.187 unit atau 35 persen dari semua jumlah prodi di
Indonesia.
Jumlah calon guru berlebihan dibandingkan dengan kebutuhan guru secara nasional. Kondisi
itu diakibatkan lemahnya pembatasan pertumbuhan LPTK (Kompas, 27/1).
Indikasi bidang prodi yang mengalami kejenuhan juga dapat dilihat dari jumlah mahasiswa
aktif pada bidang bersangkutan. Perbandingan atau rasio antara jumlah prodi di bidang
tertentu dan jumlah mahasiswa aktif merupakan salah satu indikasi dari efektivitas prodi
tersebut. Untuk bidang agama yang memiliki 677 prodi, misalnya, di setiap prodi hanya
tercatat 19 peserta didik yang aktif. Jumlah mahasiswa aktif paling banyak terdata di bidang
prodi ekonomi. Dari 2.803 prodi yang ada, di setiap prodi tercatat 341 mahasiswa aktif
menimba ilmu.

Merespons realitas prodi yang mulai tak efektif, sebenarnya pemerintah melalui Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi telah melakukan penangguhan atau moratorium
terhadap pembentukan beberapa prodi di bidang kesehatan. Langkah itu memberi angin segar
bagi dunia pendidikan tinggi dan menumbuhkan harapan bahwa pemerintah beritikad
membenahi tata kelola pendidikan tinggi, dimulai dari penataan prodi. Semoga upaya
tersebut tak terhenti di situ. (Litbang Kompas)

Anda mungkin juga menyukai