PBL Endokrin 1
PBL Endokrin 1
AIN FITRAH AN
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pankreas
1.1.
Makroskopis
1.2 Mikroskopis
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Biokimia Insulin
1.2.
Fisiologi Insulin
Makroskopis
Memiliki struktur lunak dan berlobus, berada pada abdomen di region epigastrium.
Terdiri atas 4 bagian :
a
Caput
: cakram, pada bagian cekung duodenum, meluas kekiri dan di
belakang a.v. mesenterica superior dan terdapat processus uncinatus
Collum
Corpus
Cauda
Batas Batas
a
Perdarahan
Arteri Lienalis dan Arteri pancreaticoduodenalis superior dan inferior. Vena Lienalis,
V. Pancreaticoduodenalis superior dan inferior yang bermuara ke vena porta hepatica.
Persarafan
Dipersarafi oleh N.X (Vagus) sifatnya simpatis dan parasimpatis
Saluran Kelenjar Pankreas
1.2 Mikroskopis
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik
hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada
lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian
badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan
bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel
yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1
2
Sintesis Insulin
Proinsulin disintesis oleh ribosom pada retikulum endoplasma yang kasar, dan
pengeluaran enzimatik peptida pemandu (pre) memotong ikatan disulfide serta
pelipatan terjadi di dalam sisterna organel ini. Molekul proinsulin diangkut ke
apparatus Golgi, di sini proteolisis serta pengemasan ke dalam granul sekretorik
dimulai. Granul terus mematangka n diri ketika melintasi sitoplasma menuju
membran plasma. Proinsulin dan insulin keduanya bergabung dengan seng untuk
membentuk heksamer, tetapi karena sekitar 95% dari proinsulin tersebut diubah
menjadi insulin, kristal hormon terakhir inilah yang memberikan keistimewaan
morfologik kepada granul tersebut. Peptida C dengan jumlah ekuimolar terdapat di
dalam granul ini, kendati molekul ini tidak membentuk struktur kristal. Dengan
perangsangan yang tepat, granul yang matur akan menyatu dengan membran plasma
dan melepaskan isinya ke dalam cairan ekstrasel lewat proses eksositosis.
Sekresi Insulin
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh
sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta,
insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh
untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang
baik diatur bersama dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa
kelenjar pankreas.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin
mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun
dalam gelembung-gelembung
(secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim
peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya
sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
Mekanism diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara
normal, karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi
glukosa yang ada dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan
komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi
insulin. Disamping glukosa, beberapa jenis asam amino dan obat-obatan, dapat pula
memiliki efek yang sama dalam rangsangan terhadap sel beta. Mengenai bagaimana
mekanisme sesungguhnya dari sintesis dan sekresi insulin setelah adanya rangsangan
tersebut, merupakan hal yang cukup rumit dan belum sepenuhnya dapat dipahami
secara jelas.
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah adanya
rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa melewati
membrane sel. Untuk dapat melewati membran sel beta dibutuhkan bantuan senyawa
lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino yang terdapat di
dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa. Fungsinya
sebagai kendaraan pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel jaringan tubuh.
Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel beta misalnya, diperlukan
dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati membran, ke dalam sel.
Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa akan mengalami
proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian membebaskan molekul
ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses
mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel. Penutupan ini berakibat
terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap
depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel.
Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan
peningkatan kadar ion Ca intrasel. Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin
melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan.
( Gambar 1 )
Seperti disinggung di atas, terjadinya aktivasi penutupan K channel tidak hanya
disebabkan oleh rangsangan ATP hasil proses fosforilasi glukosa intrasel, tapi juga
dapat oleh pengaruh beberapa faktor lain termasuk obat-obatan. Namun senyawa
obat-obatan tersebut, misalnya obat anti diabetes sulfonil urea, bekerja pada reseptor
tersendiri, tidak pada reseptor yang sama dengan glukosa, yang disebut
sulphonylurea receptor (SUR) pada membran sel beta.
tirosin kinase. Subunit dan mengalami glikosilasi, dengan residu gula meluas ke
dalam cairan interstisium.
Pengikatan insulin mencetuskan aktivitas tirosin kinase subunit , menyebabkan
otofosforilasi subunit pada residu tirosin. Otofosforilasi, yang penting bagi efek
biologik insulin, memicu fosforilasi sebagian protein sitoplasma dan defosforilasi
pada protein lainnya, umumnya pada residu serin dan treonin. Telah ditemukan empat
protein substrat reseptor insulin (IRS) di sel : IRS-1, IRS-2, IRS-3, dan IRS-4.
Masing-masing mungkin merupakan sebagian kecil faktor dalam kaitannya dengan
kerja insulin. Sebagai, contoh, tikus yang gen reseptor insulinnya dirusak
memperlihatkan retardasi pertumbuhan yang parah in-utero, mengalami kelainan SSP
dan kulit, dan mati saat lahir akibat kegagalan pernafasan. Namun tikus yang
mengalami perusakan IRS-1 hanya mengalami retardasi pertumbuhan tingkat sedang
in-utero, dapat bertahan hidup dan resisten insulin tetapi selain itu tetap normal.
Dengan demikian, jalur intrasel yang tidak melibatkan IRS-1 tampak ikut serta dalam
kerja insulin.
Sewaktu berikatan dengan reseptornya, insulin menggumpal dalam bercakbercak
dan dimasukkan ke dalam sel melalui proses endositosis yang diperantarai reseptor.
Akhirnya kompleks insulin-reseptor masuk ke dalam lisosom, tempat reseptor
diperkirakan terurai atau didaur ulang. Waktu paruh reseptor insulin adalah sekitar 7
jam. Jumlah atau afinitas reseptor insulin, atau keduanya, dipengaruhi oleh insulin
dan hormon lain, olahraga, makanan, dan faktor lain. Pajanan ke insulin dalam
jumlah yang meningkat akan menurunkan konsentrasi (down-regulation) reseptor,
dan pajanan ke insulin dalam jumlah menurun akan meningkatkan afinitas reseptor.
Jumlah reseptor per sel meningkat pada kelaparan dan menurun pada obesitas dan
akromegali. Afinitas reseptor meningkat pada insufisiensi adrenal dan menurun oleh
kelebihan glukokortikoid.
Transporter Glukosa
Glukosa masuk ke dalam semua sel melalui difusi terfasilitasi atau di usus dan
ginjal, melalui transport aktif sekunder dengan Na+. Di otot, jaringan lemak, dan
sebagain jaringan lain, insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel dengan
meningkatkan jumlah transporter glukosa ke dalam sel.
Transporter glukosa yang berperan dalam difusi terfasilitasi glukosa melintasi
membran sel adalah sekelompok protein yang berkaitan erat dan 12 kali melintasi
membran sel serta memiliki terminal amino dan karboksil di dalam sel. Proteinprotein ini berbeda, dan tidak memiliki homologi, dengan transporter glukosa
dependen natrium, SGLT, dan SGLT 2, yang berperan dalam transpor aktif sekunder
glukosa keluar usus dan tubulus ginjal walaupun SGLT juga memiliki 12 ranah
transmembran. Asam amino transporter fasilitatif, yang terutama terdapat dalam
segmen heliks transmembran 3,5,7, dan 11 tampaknya mengelilingi saluran tempat
masuk glukosa. Diperkirakan kemudian terjadi konformasi lalu perubahan, dan
glukosa kemudian dilepaskan ke dalam sel.
Telah diketahui tujuh transporter glukosa yang berbeda-beda, yang diberi nama
sesuai urutan penemuan GLUT 1-7. Molekul-molekul ini mengandung 492-524 residu
asam amino, dan afinitasnya terhadap glukosa di jaringan otot dan adiposa yang
dirangsang oleh insulin. Dalam vesikel di sitoplasma sel-sel peka insulin, terdapat
cadangan molekul GLUT 4. Bila reseptor insulin di sel-sel ini diaktifkan, vesikel
tersebut bergerak cepat ke membran sel dan berfusi dengannya, menyelipkan
transporter ke dalam membran sel. Saat kerja insulin terhenti, bercak membran yang
mengandung transporter mengalami endositosis, dan vesikel siap untuk pajanan
insulin berikutnya. Pengaktifan reseptor insulin menyebabkan pergerakan vesikel ke
membran sel dengan mengaktifkan fosfo-inositol 3 kinase. Sebagian besar dari
transporter GLUT lain yang tidak peka insulin tampaknya tetap berada di membran
sel.
Pada jaringan yang jumlah transporter glukosa di membran selnya ditingkatkan
oleh insulin, kecepatan fosforilasi glukosa, setelah masuk ke dalam sel, diatur oleh
hormon lain. Hormon pertumbuhan dan kortisol menghambat fosforilasi di jaringan
tertentu. Proses ini dalam keadaan normal berlangsung sedemikian cepat sehingga
bukanlah merupakan reaksi penentu kecepatan di sel B.
Insulin juga meningkatakan pemasukan glukosa ke dalam sel hati, tetapi bukan
melalui peningkatan jumlah transporter glukosa GLUT-4 di membran sel, melainkan
dengan memicu glukokinase. Hal ini meningkatkan fosforilasi glukosa bebas intrasel
tetap rendah, mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel.
Jaringan peka insulin juga mengandung populasi vesikel GLUT 4 yang bergerak ke
dalam membran sel sebagai respons dari berolahraga dan populasi vesikel ini tidak
bergantung pada kerja insulin. Hal ini merupakan penyebab mengapa berolahraga
dapat menurunkan kadar gula darah. Suatu kinase yang diaktifkan oleh 5AMP
mungkin berperan dalam insersi vesikel ini ke membran sel.
Hubungan dengan K+
Insulin menyebabkan K+ masuk ke dalam sel sehingga terjadi penurunan
konsentrasi K+ ekstrasel. Pemberian infus insulin dan glukosa secaara bermakna
menurunkan kadar K+ plasma pada orang normal dan sangat efektif untuk mengatasi
hiperkalemia secara temporer pada pasien gagal ginjal. Hipokalemia sering terjadi
pada pasien asidosis diabetikum yang mendapat insulin. Penyebab migrasi intrasel K+
masih belum diketahui. Namun, insulin meningkatkan aktivitas Na+K+ATPase di
membran sel, sehingga lebih banyak K+dipompa ke dalam sel.
Efek lain
Efeknya pada glikogen sintase meingkatkan penyimpanan glikogen, dan efeknya
pada enzim glikolitik mendorong metabolisme glukosa menjadi dua fragmen karbon,
dengan akibat peningkatan lipogenesis. Perangsangan sintesis protein akibat
masuknya asam amino ke dalam sel dan hambatan pemecahan protein juga
mendorong pertumbuhan.
Efek anabolik insulin dibantu oleh efek hemat protein karena pasokan glukosa
intrasel yang adekuat. Kegagalan pertumbuhan adalah salah satu gejala diabetes pada
anak, dan insulin merangsang pertumbuhan tikus imatur yang mengalami
hipofisektomi sampai ke tingkat yang mendekati hormon pertumbuhan.
factor factor yang menstimulasi dan menghambat sekresi insulin.
Peningkatan kadar glukosa darah, seperti yang terjadi setelah penyerapan makanan,
secara langsung merangsang sintesis dan pengeluaran insulin oleh sel . Sebaliknya
penurunan kadar glukosa darah di bawah normal, seperti yang terjadi saat puasa,
secara langsung menghambat sekresi insulin. Selain konsentrasi glukosa plasma.,
berbagai masukan berikut juga berperan dalam mengatur skeresi insulin:
Peningkatan kadar asam amino plasma, seperti yang terjadi setelah memakan
makanan tinggi protein, secara langsung merangsang sel untuk meningkatkan
sekresi insulin. Melalui mekanisme umpan balik negatif, peningkatan insulin
10
Sistem saraf otonom secara langsung juga mempengaruhi sekresi insulin. Pulau
pulau langerhans dipersarafi oleh banyak serat saraf parasimpatis dan simpatis.
Peningkatan aktivits parasimpatis yang terjadi sebagai respons terhadap makanan
dalam saluran pencernaan merangsang pengeluaran insulin. Sebaliknya, stimulasi
simpatis dan peningkatan pengeluaran epinefrin akan menghambat sekresi insulin.
Penurunan insulin meningkatkan kadar glukosa darah, suatu respons yang sesuai
untuk keadaan keadaan pada saat terjadi aktivitas sistem simpatis yaitu, stres
dan olahraga.
Inhibitor
Somatostatin
2-deoksiglukosa
Manoheptulosa
Stimulator adrenergik-alpha (norepinefrin,
epinefrin)
Penghambat adrenergik-beta (propanolol)
Galanin
Diazoksid
Diuretik tiazid
Deplesi K+
Fenitoin
Aloksan
Inhibitor mikrotubulus
Insulin
faal insulin terutama efeknya terhadap metabolisme karbohidrat,lemak
dan protein
11
12
(Ganong, W.F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.22. Jakarta: EGC)
Efek-efek insulin dalam tubuh
Insulin menurunkan kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak darah serta
meningkatkan anabolisme molekul nutrien kecil ini.
Efek pada karbohidrat
1. Insulin memiliki empat efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dan
meningkatkan penyimpanan karbohidrat sebagai berikut.
2. Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel. Beberapa
jaringan yang tidak bergantung pada insulin untuk menyerap glukosa, yaitu otak, otot
yang aktif, dan hati.
3. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosa, baik di otot
maupun di hati.
4. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambat glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati.
Efek pada lemak
Insulin mempunyai banyak efek untuk menurunkan kadar asam lemak darah dan
medorong pembentukan simpanan trigliserida sebagai berikut :
1. Insulin meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel jaringan adiposa. Glukosa
berfungsi sebagai prekursor untuk pembentukan asam lemak dan gliserol, yaitu bahan
mentah untuk membentuk trigliserida
2. Insulin mengaktifkan enzim enzim yang mengkatalisai pembentukan asam lemak
dari turunan glukosa
3. Insulin meningkatkan masuknya asam asam lemak dari darah ke dalam sel
jaringan adiposa
4. Insulin menghambat lipolisis (penguraian lemak), sehingga terjadi penurunan
pengeluaran asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah.
Efek pada protein
Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein
sebagai berikut :
1. Insulin mendorong transportasi aktif asam asam amino dari darah ke dalam otot
dan jaringan lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan
menghasilkan bahan pembangun untuk sintesis protein di dalam sel.
2. Insulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino ke dalam protein
dengan merangsang perangkat pembuat protein di dalam sel.
3. Insulin menghambat penguraian protein. Akibat efek ini adalah efek anabolik
protein. Karena itu insulin esensial bagi pertumbuhan normal.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
3.1 Definisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.
13
3.2 Etiologi
Patogenesis dari DM tipe 2 patogenesisnya lebih sedikit diketahui meskipun tipe
ini sering di temukan,tidak ada bukti bahwa mekanisme autoimun berperan, ada
diabetes tipe 2 ini faktor genetik jauh lebih berperan penting dibandingkan
diabetes tipe 1.
Diabetes Mellitus tipe 2 terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-kadang
juga terjadi pada remaja. Penyebab dari DM tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin
gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut
resietensi insulin. Disamping resistensi insulin, pada penderita DM tipe 2 dapat
juga timbul gangguan gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik
yang berlebihan. Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel langerhans
secara autoimun sebagaimana terjadi pada DM tipe 1. Dengan demikian
defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak
absolut. Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja
insulin, merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan
sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi
penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada
sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi
pula suatu defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel
terhadap glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan
kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui manuve-manuver teurapetik
yang mengurangi hiperglikemia tersebut (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005)
3.3 Epidemiologi
Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa kulit putih berkisar antara 3%-6% dari
jumlah penduduk dewasanya. Di Singapura, frekuensi diabetes meningkat cepat
dalam 10 tahun terakhir. Di Amerika Serikat, penderita diabetes meningkat dari
6.536.163 jiwa di tahun 1990 menjadi 20.676.427 jiwa di tahun 2010. Di
Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,4%-1,6%, kecuali di beberapa
tempat yaitu di Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%.
3.4 Faktor Resiko
1 Usia diatas 45 tahun
Pada orang-orang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun, hal ini
diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi
berkurang dan sensifisitas sel-sel jaringan menurun sehinga tidak menerima
insulin.
2 Obesitas atau kegemukan
Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga dapat
memicu DM. selain itu, asam-asam lemak pada obesitas dapat menumpuk
abnormal di otot dan mengganggu kerja insulin di otot, asam lemak berlebih
juga dapat memicu apoptosis sel beta pankreas.
3 Pola makan
Pola makan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh sebagian
masyarakat perkotaan. Pola makan yang tidak sesuai kebutuhan tubuh dapat
14
15
Pasien pasien
tidak
plasma puasa
makan.
melebihi
ginjal
yang
dapat
yang
Pada
(konsentrasi
glukosa darah sebesar 160 180 mg/100
ml), akan timbul glikosuria karena tubulus tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat
glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat
yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat
telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein
tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangren.
a. Resistensi insulin
Penurunan kemampuan insulin untuk beraksi pada jaringan target perifer
(terutama otot dan hati) merupakan ciri yang menonjol pada DM tipe II dan
merupakan kombinasi dari kerentanan genetik dan obesitas. Resistensi insulin
mengganggu penggunaan glukosa oleh jaringan yang sensitif insulin dan
meningkatkan keluaran glukosa hepatik, keduanya menyebabkan hiperglikemia.
Pada prinsipnya resistensi insulin dapat terjadi di tingkat reseptor insulin atau di
salah satu jalur sinyal pascareseptor. Pada DM tipe II jarang terjadi defek
kualitatif dan kuantitatif pada reseptor insulin. Oleh karena itu, resistensi insulin
diperkirakan terutama berperan dalam pembentukan sinyal pascareseptor
(ClareSalzler, et al., 2007). Polimorfisme pada IRS-1 mungkin berhubungan
dengan intoleransi glukosa, meningkatkan kemungkinan bahwa polimorfisme
dalam berbagai molekul postreceptor dapat menyebabkan resistensi insulin.
Patogenesis resistensi insulin saat ini berfokus pada defek sinyal PI-3-kinase,
yang menurunkan translokasi GLUT 4 pada membran plasma, diantara kelainan
lainnya. Asam lemak bebas juga memberikan kontribusi pada patogenesis DM
tipe II. Asam lemak bebas menurunkan ambilan glukosa pada adiposit dan otot
16
17
18
Akhir-akhir ini diketahui juga bahwa pada DM tipe 2 ada peran sel
pancreasyang menghasilkan glukagon. Glukagon berperan pada produksi glukosa
di hepar padakeadaan puasa. Pengetahuan mengenai patofisiologi DM tipe 2
masih terus berkembang,masih banyak hal yang belum terungkap. Hal ini
membawa dampak pada pengobatanDM tipe 2 yang mengalami perkembangan
yang sangat pesat, sehingga para ahli masih bersikap hati-hati dalam membuat
panduan pengobatan.
Diabetes gestasional
19
20
Kelainan kulit
Kelaianan kulit berupa gatal gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan
kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
Kelaianan ginekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang
dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secar
optimal.
21
Mata kabur
Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada korpus vitreum.
Manifestasi klinis
Gejala awalnya ditemukan : Poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus),
polifagi(sering makan), berat badan menurun, badan sering terasa lemah dan
mudah capai.
Gejala lanjutannya ditemukan : Luka yang tidak dirasakan, sering kesemutan,
seringmerasakan gatal tanpa sebab, kulit kering, mudah terkena infeksi, dan
gairah sex menurun.
Gejala setelah terjadi komplikasi : Gangguan pembuluh darah otak (stroke),
pembuluhdarah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung
(penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan, tergantung fasilitas yang tersedia:
-
22
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat
ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menentukan diagnosis
DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang
dipakai. Unutk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Untuk memastikan
diabnosis DM, pemeriksaan glukosa darah seyogyanya dilakukan di laboratorium
klinik yang terpercaya (yang melakukan program pemantapan kendali mutu secara
teratur). Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler.
Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang
umumnya sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan
cara pemeriksaan dilakukan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan, teruama
untuk memantau kadar glukosa darah. Secara berkala, hasil pemantauan dengan cara
reagen kering peru dibandingkan dengan cara konvensional.
Pemeriksaan penyaring
Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk umumnya
(mass screening) tidak dianjurkan karena di samping biaya yang mahal, rencana
tindak lanjut bagi mereka yang positif belum ada. Bagi mereka yang mendapat
kesempatan untuk pemeriksaan penyaring bersama penyakit lain (general check-up)
adanya pemeriksaan penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan tersebut
sangat dianjurkan. Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu), dan GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu),
sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Peran aktif para
pengelola kesehatan sangat diperlukan agar deteksi DM dapat ditegakkan sedini
mungkin dan pencegahan sekunder dapat segera diterapkan.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor
risiko untuk DM, yaitu :
-
23
Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl)
B. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis diabetes mellitus
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah
kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae
pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200
mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah puasa >126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis DM. Untuk
kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang baru satu
kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkn diagnosis klinis DM.
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka abnormal, baik
kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl pada
hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1985) :
-
24
Idealnya semua psien DM mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama pada
semua tingkat pengelola kesehatan, baik primer, sekunder, maupun tersier. Namun
mengingat keterbatasan yang ada pada berbagai tingkat pengelola kesehatan macam
dan jumlah pemeriksaan penunjang yang diperiksa disesuaikan dengan fasilitas yang
ada. Demikian pula tingkat pelayanan yang diperiksa disesuaikan dengan kapasitas
dan fasilitas yang ada. Penyuluhan dan pencegahan primer dapat dikerjakan pada
semua tingkat pengelola kesehatan.
Anamnesis :
Keluhan khas diabetes melitus : poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
25
Keluhan tidak khas diabetes melitus : lemah, kesemutan, gatal, penglihatan kabur,
disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae pada wanita
Tinggi badan dan berat badan (tidak sesuai dengan IMT), tekanan darah
(hipertensi), lingkar pinggang (cewek >80, cowok >90)
Tanda neuropati
Mata ( visus, lensa mata dan retina )
Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki ), kulit dan kuku.
Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal 1 kali
saja cukup untuk menegakan diagnosis
Apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan 2 kali pemeriksaan
glukosa darah abnormal
Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum
air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
Diperiksa kadar glukosa darah puasa
Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak),
dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi GlukosaTerganggu) atau GDPT
(Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh
26
- TGT
mg/dl
Pemeriksaan Penunjang
Darah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
Reduksi/glukosa urin
Protein, mikroalbumin
Benda Keton
Sedimen Urin
DARAH
Glukosa darah puasa (GDP): puasa 10-14 jam sebelum pengambilan darah.
Glukosa darah sewaktu (GDS): pengambilan darah tanpa melihat kapan terakhir
makan.
Glukosa darah 2 jam post prandial : pengambilan darah 2 jam setelah makan atau
setelah konsumsi 75 gr glukosa. Selama menunggu 2, pasien duduk istirahat,
tidak makan/minum lagi dan tidak merokok.
Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Untuk diagnostik pada pasien dengan kadar glukosa yang meragukan (belum
pasti DM). Tidak dilakukan pada pasien dengan gejala klinik khas DM.
27
Tiga hari sebelum tes pasien diet cukup karbohidrat (>150 gr/hari) dan melakukan
aktifitas fisik seperti yang biasa dilakukan. Puasa paling sedikit 8 jam malam hari
sebelum pemeriksaan.
28
BAHAN PEMERIKSAAN
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah digunakan serum/ plasma vena, kapiler
(whole blood = darah utuh). Kandungan glukosa darah kapiler lebih tinggi 710% dari glukosa dalam vena (keadaan puasa 2-3 mg/dL, sehabis makan 20-30
mg/dL).
METODE PEMERIKSAAN
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah saat ini banyak dipakai metode
enzimatik metode glocose oxidase atau Hexokinase karena hasil pemeriksaan
mempunyai spesifitas tinggi. Untuk diagnostik DM, dianjurkan pemeriksaan
glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan plasma vena.
Urin
Mikroalbuminuria
Penting untuk deteksi dini komplikasi ginjal. Terdeteksinya albumin dalam
jumlah kecil (< 30 mg/dL) dalam urin menunjukan adanya komplikasi ginjal.
BAHAN PEMERIKSAAN
Untuk pemeriksaan urin rutin, protein, glukosa, keton dan sedimen urin dipakai
urin porsi tengah, segar. Spesimen untuk tes mikroalbuminuria dipakai urin 24
jam.
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan penyaring
dapat dilihat pada tabel 3.
Buk
an
DM
Bel
um
past
Pa
sti
D
29
i
DM
Kada
r
gluko
sa
Plas
ma
vena
<
100
100
199
>2
00
Dara
h
sewa
ktu
Dar
ah
kapi
ler
<
90
90199
>2
00
Kada
r
gluko
sa
Plas
ma
vena
<
100
100
125
>1
26
Dara
h
puasa
Dar
ah
kapi
ler
<
90
9099
>1
00
Catatan :
Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan
ulangan tiap tahun. Bagi mereka yang berusia >45 tahun tanpa faktor risiko
lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
(BUKU
KONSENSUS)
30
Diagnosis Banding :
a. Cystic fibrosis
b. Diabetes mellitus type l
c. Diabetic ketoacidosis
d. Drug-induced glucose intolerance
e. Gestational diabetes
f. Glucose intolerance
g. Pancreatitis
31
Aktivitas fisik pada rumus Harris Benedict Equation ini digolongkan menjadi 4
yaitu :
Bed rest
: 1,2
Sedang
: 1,4-1,5
Ringan
: 1,3
Berat
: 1,75
Stress metabolic
: +10-30%
: 30 kal/kg bb/hari
: 25 kal/kg bb/hari
Faktor aktivitas ada rumus brocca ini juga digolongkan menjadi 4 yaitu
Sangat ringan
: 10% x AMB
Sedang
: 30% x AMB
Ringan
: 20% x AMB
Berat
: 40% x AMB
Karbohidrat
32
= 60% x 1900
= 1140 kalori : 4 = 285 gram
Protein
= 15% x jumlah kalori total
= 15% x 1900
= 285 kalori : 4 = 71,25 gram
Lemak
= 25% x jumlah kalori total
= 25% x 1900
= 475 kalori : 9 = 52,78 gram
Karbohidrat = 1 gram-4
kalori
Protein
= 1 gram4 kalori
Lemak
= 1 gram-
Protein : 60 gram
Bahan makanan sumber protein hewani (satu satuan penukar mengandung 95
kalori, 10 gr
protein, dan 6 gr lemak)
33
Lemak : 45 gram
Rendah lemak (satu satuan penukar mengandung 7 gr protein, 2 gr lemak 50
kalori)
34
Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup danperilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat. Untuk mencapai keberhasilan
perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,
tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada
pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukansecara mandiri, setelah
mendapat pelatihan khusus.
Perencanaan makanan
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologis yang sangat
direkomendasikan bagi pasien ddiabetes, Terapi gizi medis ini pada pronsipnya
adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada stasus gizi medis
diabetesi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.
Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara lain:
Menurunkan berat badan, Menurunkan tekanan sistolik dan diastolik,
Menurunkan kadar glukosa darah, Memperbaiki profil lipid, Meningkatkan
sensitivitas reseptor insulin, Memperbaiki sistem koagulsi darah.
Tujuan terapi gizi medis ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan:
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
35
o Karbohidrat 60 70%
o Protein 10 15%
o Lemak 20 25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan.
Pengaturan makanan dalam pasien DM tidak berbeda dengan orang normal,
kecuali jumlah kalori dan waktu makanan yang terjadwal.
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), makan
siang (25%), serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara makan besar. Usahakan
untuk merubah pola makan ini secara bertahap sesuai kondisi dan kebiasaan
penderita.
Jenis Bahan Makanan
KARBOHIDRAT
Sebagai sumber energi, KH yang diberikan diabetisi tidak boleh lebih dar
55-65% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika
dikombinasikan dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal
(MUFA: monounsaturated fatty acids). Pada setiap gram karbohidrat terdapat
kandungan energi sebesar 4kilokalori.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Rekomendasi karbohidrat :
Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung KH, lebih ditentukan
oleh jumlahnya dibandungkan dengan jenis KH itu sendiri.
Dari total kebutuhan kalori perhari, 60-70% diantaranya berasal dari sumber KH.
Jika ditambah MUFA sebagai sumber energi, maka jumlah KH maksimal 70%
dari total kebutuhan kalori perhari.
Julah serat 25-50 gram per hari.
Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perlu dibatasi, namun jangan sampai
lebih dari total kebutuhan kalori perhari.
Sebagai pemanis dapat digunakan pmanis non kalori seperti sakarin, aspartame,
acesulfame, dan sukralosa.
Penggunaan alkohol harus dibatasi tidak boleh lebih dar10 gram/hari.
Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram/hari.
Makanan yang mengandung sukrosa tidak perlu dibatasi.
36
PROTEIN
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari total
kalori perhari. Pada penderita kelainan ginjal dimana diperlukan pembatasan
asupan protein sampai 40 gram perhari, maka perlu ditambahkan suplementasi
asam amino esensial. Protein mengandung energi sebesar 2 kilokalori/gram.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
37
o Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan kalori
perhari.
Penghitungan Jumlah Kalori
Perhitungan julah kalori ditentukan oleh stasus gizi, umur, ada tidaknya stress
akut, dan kegiatan jasmani. Penetuan stasu s gizi dapat dipakai indeks massa
tubuh (IMT) atau rumus Brocca.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
: -5%
: +10%
: +20%
: +30%
: -20%
: -10%
: +10%
3. Stress metabolik
: +10-30%
4. Kehamilan trimester I dan II : +300 kalori
5. Kehamilan trimester II dan menyusui : +500 kalori
38
1.
2.
3.
4.
5.
6.
JENIS LATIHAN
1. Aerobik
membuat jantung dan tulang kuat
menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke dengan menjaga kadar gula,
kolesterol dan tekanan darah.
latihan aerobik selama 30 menit minimal 5 kali seminggu, 5- 10 menit sehari lalu
tingkatkan secara bertahap setiap minggu.
Untuk mencegah atau menghambat dan memperbaiki neuropati perifer pada
umumnya dan pada orang tua yang sudah menderita osteoartrosis dan neuropati,
maka latihan kaki harus lebih intensif. Tujuan latihan kaki adalah untuk
memperbaiki sirkulasi darah tungkai bawah pergelangan kaki, telapak kaki dan
jari-jari.
Contoh : berjalan, jogging, senam atau mengikuti kelas aerobik, berenang,
bersepeda atau mendayung dsb.
2. Kekuatan (weight lifting)
meningkatkan kekuatan tulang dan otot sambil membakar lemak, serta menjaga
kepadatan tulang.
latihan beban 2-3 kali seminggu sebagai tambahan latihan aerobik.
Contoh : it up, push up, mengangkat barbel dsb.
3. Fleksibilitas (stretching)
mencegah kram otot, kekakuan dan cedera otot.
mengurangi stress
latihan peregangan 5 10 menit sebelum berolah raga (pemanasan) dan lakukan
lagi setelah berolah raga (pendinginan).
Contoh : yoga, tai chi dsb.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Penderita dengan masalah kaki disarankan menghindari lari
39
Memakai pakaian olahraga, kaos kaki yang nyaman dan biasanya dari katun
cukup baik
Gunakan sepatu yang baik/nyaman
sebaiknya pasien diperiksa gula darah sebelum, selama, dan sesudah latihan,
terutama pasien DM tipe I dan DM tipe II yang mendapat insulin. hindari
olahraga saat kadar gula darah dibawah 100mg atau >250 mg
Tidak menyuntikkan insulin pada otot yang akan digunakan
Hindari dehidrasi (Minum harus cukup pada saat dan sesudah olahraga)
Jika perlu, masukkan karbohidrat bisa ditambah.
Bawalah coklat yang dapat segera digunakan, seandainya terjadi hipoglikemi
untuk menanggulanginya
PORSI LATIHAN
a. Intensitas latihan
Target nadi/ Area latihan
Intensitas olahraga dihitung dengan 60-70% denyut nadi maksimum (DNM) per
menit. DNM di hitung dari 220 dikurangi umur.
Contoh bila seorang berumur 50 tahun, internsitas olahraga:
60% x (220 - 50) = 102 kali/menit
70% x (220 - 50 ) = 119 kali/menit
Berarti target denyut nadi nya selama berolahraga adalah antara 102 sampai 119
kali/menit.
Kadar gula darah
Sesudah latihan jasmani kadar gula darah 140 180 mg% pada usia lanjut
dianggap cukup baik, sedang usia muda sampai 140 mg%.
Tekanan darah sebelum dan sesudah latihan
Sebelum latihan tekanan tidak melebihi 140 mmHg dan setelah latihan maksimal
tidak lebih dari 180 mmHg
b. Lama latihan
Untuk mencapai efek metabolik, maka latihan inti berkisar antara 30-40 menit
dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing 5 - 10 menit. Bila kurang,
maka efek metabolik sangat rendah, sebaliknya bila berlebihan menimbulkan efek
buruk terhadap sistem muskuloskeletal dan kardiovaskuler serta sistem respirasi.
c. Frekuensi
paling baik adalah 5 kali seminggu. Tiga kali seminngu sudah cukup baik, dengan
catatan lama latihan harus diperpanjang 5 sampai 10 menit lagi. Jangan sampai 7
kali seminggu, karena tidak ada hari untuk istirahat, lagipula kurang baik untuk
metabolisme tubuh.
Farmakologis
1
A
1
o
o
40
o
o
o
41
D Golongan Incretin
Dua hormon incretin yang dikeluarkan saluran cerna adalah
a GIP : oleh sel K duodenum
b GLP-1 : oleh sel L mukosa usus dan sel alfa pankreas berfungsi menekan sel alfa
pankreas dalam mensekresikan glukagon.
Kedua hormon ini meningkatkan sekresi insulin.
E Penghambat Dipeptidyl Peptidase IV (Penghambat DPP-IV)
Diharapkan dapat memperpanjang masa kerja GLP-1
a. GLP-1 Mimetik dan Analog: Berbentuk injeksi subkutan.
Alogaritme Penatalaksaaan DM tanpa dekompensasi
42
2
a
c
d
e
Terapi Insulin
Sediaan :Termasuk obat utama DM 1 dan beberapa tipe 2. Suntikan insulin
dulakukan dengan IV, IM, SK (jangka panjang). Pada SK insulin akan berdifusi
ke sirkulasi perifer yang seharusnya langsung masuk ke sirkulasi portal, karena
efek langsung hormone ini pada hepar menjadi kurang.
Indikasi dan tujuan : Insulin SK diberikan pada DM 1, DM 2 yang tidak dapat
diatasi dengan diet/ antidiabetik oral, dll. Tujuan pemberian insulin adalah selain
untuk menormalkan kadar insulin juga untuk memperbaiki semua aspek
metabolism.
Dosis : Kebutuhan insulin pada DM antara 5-150 U sehari tergantung dari
keadaan pasien.
Dosis awal DM muda 0,7-1,5 U/kgBB
Untuk DM dewasa kurus 8-10 U insulin kerja sedang diberikan 20-30mnt sblm
makan pagi, dan 4-5 U sebelum makan malam.
DM dewasa gemuk 20 U pagi hari dan 10 U sebelum makan malam.
ES : Hipoglikemi, alergi dan resisten, lipoatrofi dan lipohipertrofi, edem,
kembung,dll.
Interaksi : antagonis (adrenalin, glukokortikoid, kortikotropin, progestin, GH,
Tiroid, estrogen, glucagon,dll)
Insulin diperlukan pada keadaan:
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
43
Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial. Terapi
insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang fisiologis.
Defisiensi insulin mungkin berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau
keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada
keadaan puasa, sedangkan defisiensi insulin prandial akan menimbulkan
hiperglikemia setelah makan.
Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap
defisiensi yang terjadi.
Sasaran pertama terapi hiperglikemia adalah mengendalikan glukosa darah basal
(puasa, sebelum makan). Hal ini dapat dicapai dengan terapi oral maupun insulin.
Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah basal adalah
insulin basal (insulin kerja sedang atau panjang).
Penyesuaian dosis insulin basal untuk pasien rawat jalan dapat dilakukan dengan
menambah 2-4 unit setiap 3-4 hari bila sasaran terapi belum tercapai.
Apabila sasaran glukosa darah basal (puasa) telah tercapai, sedangkan A1C belum
mencapai target, maka dilakukan pengendalian glukosa darah prandial (mealrelated). Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah
prandial adalah insulin kerja cepat (rapid acting) atau insulin kerja pendek (short
acting). Kombinasi insulin basal dengan insulin prandial dapat diberikan subkutan
dalam bentuk 1 kali insulin basal + 1 kali insulin prandial (basal plus), atau 1 kali
basal + 2 kali prandial (basal 2 plus), atau 1 kali basal + 3 kali prandial (basal
bolus).
Insulin basal juga dapat dikombinasikan dengan OHO untuk menurunkan glukosa
darah prandial seperti golongan obat peningkat sekresi insulin kerja pendek
(golongan glinid), atau penghambat penyerapan karbohidrat dari lumen usus
(acarbose).
44
Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
respons individu, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian.
Non Farmakologis
A Edukasi
DM umumnya terjadi saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan
mapan. Timkes mendampingi pasien untuk menuju perubahan perilaku sehat.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala
hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
B Terapi gizi medis
C Latihan jasmani
- Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,
mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar
kolesterol HDL.
- Latihan jasmani yang dianjurkan: Dikerjakan sedikitnya selama 150
menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70% denyut jantung
maksimal), atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobic berat (mencapai
denyutjantung>70% maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 x
aktivitas/minggu.
3.9 Komplikasi
1Makroangiopati
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer sering terjadi pada penyandang
diabetes. Biasanya terjadi dengan gejala tipikal claudicatio intermittent, meskipun
sering tanpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki merupakan kelainan yang
pertama muncul.
45
Prognosis
Kematian berisiko dua sampai tiga kali lebih tinggi di antara orang dengan
diabetes tipe 2 dibandingkan pada populasi umum. Sebanyak 75% orang dengan
diabetes melitus tipe 2 akan mati karena penyakit jantung dan 15% dari stroke.
Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler hingga lima kali lebih tinggi pada
orang dengan diabetes dibandingkan orang tanpa diabetes. Untuk setiap kenaikan
1% pada level HbA1c, resiko kematian dari penyebab diabetes meningkat terkait
dengan 21%.
3.11 Pencegahan
Menurut WHO, ada tiga jenis atau tiga tahap, yaitu
a Pencegahan primer
Semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemi pada
individu di populasi umum.
b Pencegahan sekunder
Menemukan pengidap DM sedini mungkin dengan penyaringan populasi risiko
tinggi sehingga pasien yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring untuk
mencegah komplikasi selagi masih reversible
c Pencegahan tersier
Semua upaya untuk mencegah komplikasi atau kecacatan akibat komplikasi,
meliputi
- Mencegah timbulnya komplikasi
46
Definisi
Retinopati diabetic adalah suatu mikroangiopati yang mengenai arteriola
prekapiler retina, kapiler dan venula, akan tetapi pembuluh darah yang besarpun
dapat terkena. Keadaan ini merupakan komplikasi dari penyakit diabetes mellitus
yang menyebabkan kerusakan pada mata dimana secara perlahan terjadi
kerusakan pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata sehingga mengalami
kebocoran.
47
Manifestasi Klinis
Gejala subjektif yang dapat ditemui dapat berupa :
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
Gejala Objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa :
48
Pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata terdiri dari pemeriksaan
visus, tekanan bola mata, slit-lamp biomicroscopy, gonioskop, funduskopi dan
stereoscopic fundus photography dengan pemberian midriatikum sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan optical coherence
tomography
(OCT)
dan ocular
Tatalaksana
49
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
Melihat bintik gelap & cahaya kelap-kelip
Gejala Objektif yang dapat ditemukan pada retina dapat berupa :
50
(Diabetic
Retinopathy,
http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/diabetic.retinopathy.html.)
Hasil OCT Normal (A) dan Edema Makula pada Retinopati DM (B)
51
52
53
iskemik yang bermakna akan memiliki prognosis yang lebih jelek dengan atau
tanpa terapi laser, daripada mata dengan
3.4. Menjelaskan pencegahn retinopati diabetic
Pencegahan retinopati diabetik merupakan upaya yang harus dilakukan bersama
untuk mencegah atau menunda timbulnya retinopati dan juga untuk
memperlambat perburukan retinopati. Metode pencegahan dan pengobatan
retinopati diabetic saat ini meliputi :
a. Kontrol glukosa darah,
seperti
yang telah
disebutkan sebelumnya,
pengontrolan kadar glukosa darah yang baik secara signifikan menurunkan resiko
perkembangan retinopati diabetik dan juga progresifitasnya.
b. Kontrol tekanan darah
c. Ablasi kelenjar hipofisis melalui pembedahan atau radiasi (jarang dilakukan)
d. Laser koagulasi
Perkembangan laser fotokoagulasi retina secara dramatis telah mengubah
penanganan
retinopati diabetik. Penggunaan cahaya yang terfokus untuk mengkauter retina tel
ah dipraktiskan sejak beberapa tahun dan hasilnya telah dikonfirmasi melalui
percobaan klinikal yang ekstensif untuk kedua penyakit NPDR (Non-proliferatife
Diabetic Retinopathy) dan PDR ( Proliferative Diabetic Retinopathy ) dan juga
untuk beberapa tipe makulopati. Mekanisme kerja yang jelas tidak diketahui tapi
telah dicadangkan bahwa foto koagulasi lokasi sistemik mencegah pembebasan
sesuatu
yang
belum
diidentifikasi,
factor
vasoformatif pada penyakit proliferative.
Penanganan ini harus dilakukan pada stadium awal.
Fotokoagulasi untuk NPDR dengan macula udem yang signifikan secara klinis di
sebut fotokoagulasi macula, manakala fotokoagulasi luas untuk PDR disebut foto
koagulas panp-retinal.
54
55
56
Dan bila seseorang menyambung tulangnya karena dibutuhkan, dengan
tulang najis yang selainnya tidak layak untuk dijadikan penyambung, maka ia
dianggap udzur dalam hal itu. Oleh karenanya, shalatnya sah besertaan tulang
tersebut (berada di tubuhnya).
Atau juga apa yang disampaikan oleh Muhammad Khatib as-Syirbini
dalam Mughni al-Muhtaj ila Marifah Alfazh al-Minhaj mengenai kesucian
barang najis yang telah berubah bentuknya
Dan semua najis yang telah berubah bentuk menjadi hewan itu suci, seperti
darah telor yang telah berubah menjadi anak ayam, menurut qaul yang
menganggapnya najis, meski ulat dari anjing. Sebab, sifat hidup itu mempunyai
dampak nyata dalam menghilangkan najis. Oleh karenanya, maka najis itu hilang
karena hilangnya sifat hidup. Selain itu, karena ulat itu lahir dalam diri anjing,
bukan berasal darinya.
Diriwayatkan oleh Numan bin Basyir: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda
-Numan menunjukkan kedua jarinya ke kedua telingannya-: Sesungguhnya sesuatu
yang halal itu sudah jelas, dan sesuatu yang haram itu sudah jelas, di antara
keduanya terdapat sesuatu yang samar tidak diketahui oleh kebanyakan orang.
Siapa yang mencegah dirinya dari yang samar maka ia telah menjaga agama dan
kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam hal yang samar itu berarti ia
telah jatuh dalam haram. Seperti seorang penggembala yang menggembala hewan
ternaknya di sekitar daerah terlarang, dikhawatirkan lambat laun akan masuk ke
dalamnya. Ketauhilah, setiap raja memiliki area larangan, dan area larangan Allah
adalah apa-apa yang telah diharamkannya. Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh
terdapat segumpal daging, bila ia baik maka akan baik seluruh tubuh. Namun bila ia
rusak maka akan rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah ia adalah hati. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Islam datang, sedang manusia masih dalam keadaan demikian dalam memandang
masalah makanan berupa binatang. Islam berada di antara suatu faham kebebasan
soal makanan dan extrimis dalam soal larangan. Oleh karena itu Islam kemudian
mengumandangkan kepada segenap umat manusia dengan mengatakan:
"Hai manusia! Makanlah dari apa-apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik,
dan jangan kamu mengikuti jejak syaitan karena sesungguhnya syaitan itu musuh
yang terang-terangan bagi kamu." (al-Baqarah: 168)
Di sini Islam memanggil manusia supaya suka makan hidangan besar yang baik,
yang telah disediakan oleh Allah kepada mereka, yaitu bumi lengkap dengan
isinya, dan kiranya manusia tidak mengikuti kerajaan dan jejak syaitan yang
selalu menggoda manusia supaya mau mengharamkan sesuatu yang telah
dihalalkan Allah, dan mengharamkan kebaikan-kebaikan yang dihalalkan Allah;
57
58
Binatang yang dicekik, dipukul, jatuh dari atas, ditanduk dan karena dimakan
binatang buas, semuanya adalah termasuk dalam pengertian bangkai. Jadi semua
itu sekedar perincian dari kata bangkai. Begitu juga binatang yang disembelih
untuk berhala, adalah semakna dengan yang disembelih bukan karena Allah. Jadi
kedua-duanya mempunyai pengertian yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
59
Soewondo P, et al. 2010. The DiabCare Asia 2008 study - Outcomes on control
and complications of type 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones.
2010;19(4):235-43.)
WHO. Global Prevalence of Diabetes in Epidemiology/ Health Services/
Psychosocial Research, http://www.who.int/diabetes/facts/en/diabcare0504.pdf)