Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Surfaktan
Surfaktan adalah zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung
untuk terkonsentrasi pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaik dan
menurunkan tegangan permukaan.
Tegangan permukaan adalah gaya dalam dyne yang bekerja pada permukaan
sepanjang 1 cm dan dinyatakan dalam dyne/cm, atau energi yang diperlukan untuk
memperbesar permukaan atau antarmuka sebesar 1 cm2 dan dinyatakan dalam
erg/cm2. Surface tension umumnya terjadi antara gas dan cairan sedangkan Interface
tension umumnya terjadi antara cairan dan cairan lainnya atau kadang antara padat
dan

zat

lainnya

(namun

hal

ini

belum

diteliti)

(anonim

2.http://smk3ae.wordpress.com,2009).
Surfaktan atau surface active agent merupakan suatu molekul amphipatic
atau amphiphilic yang mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dalam satu molekul
yang sama. Secara umum kegunaan surfaktan adalah untuk menurunkan tegangan
permukaan, tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi
dan mengontrol jenis formasi emulsi, yaitu misalnya oil in water (O/W) atau water in
oil (W/O).
Sifat-sifat surfaktan adalah mampu menurunkan tegangan permukaan,
tegangan antarmuka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan
mengontrol jenis formasi emulsi (misalnya oil in water (O/W) atau water in oil
(W/O)). Disamping itu, surfaktan akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak
atau air sebagai penghalang yang akan mengurangi atau menghambat penggabungan
(coalescence) dari partikel yang terdispersi. Surfaktan dibagi menjadi empat bagian
penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua sektor industri modern.
Jenis-jenis surfaktan tersebut adalah surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan
nonionik dan surfaktan amfoterik. Surfaktan anionik adalah senyawa yang bermuatan
negatif dalam bagian aktif permukaan (surface-active) atau pusat hidrofobiknya
(misalnya RCOO-Na, R adalah fatty hydrophobe). Surfaktan kationik adalah
senyawa yang bermuatan positif pada bagian aktif permukaan (surface-active) atau
gugus antar muka hidrofobiknya (hydrofobic surface-active). Surfaktan nonionik
II-1
adalah surfaktan yang tidak bermuatan atau tidak terjadi ionisasi molekul. Surfaktan

Universitas Sumatera Utara

amfoterik adalah surfaktan yang mengandung gugus anionik dan kationik, dimana
muatannya bergantung kepada pH, pada pH tinggi dapat menunjukkan sifat anionik
dan pada pH rendah dapat menunjukkan sifat kationik (Kent, 2007).

2.2 Konsumsi Surfaktan dunia


Konsumsi surfaktan diseluruh dunia pada tahun 2003 ditunjukkan pada tabel
1 Sebagian besar di dunia, sabun masih merupakan surfaktan yang utama yang
dimanfaatkan untuk mencuci tekstil dan digunakan juga sebagai pelindung. Detergen
sintetik pada dasarnya digunakan pada daerah-daerah seperti Amerika Utara, Eropa
Barat dan jepang. Surfaktan anionik mendominasi pasar surfaktan dunia. Pada
umumnya yang termasuk surfaktan anionik adalah LAS, AS, dan AES. Kelas yang
terbesar kedua adalah surfaktan non anionik misal APE dan AE.
Tabel 2.1 Konsumsi Surfaktan Dunia tahun 2003

Surfaktan

Miliar lbs

Sabun

19,8

LAS

6,4

BAB

0,4

AES

1,8

AS

1,3

APE

1,3

Quats

1,1

Lainnyaa

5,3

Amphoterics

0,2

Total

37,6

Termasuk lignin, petroleum sulfonate, dan minyak derivativ

Universitas Sumatera Utara

2.3 Surfaktan Anionik


2.3.1 Linear Alkyl Benzene Sulfonate
Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkylbenzene
sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama acid slurry. Acid
slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan
deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau SO3(g).
Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda pada
bahan yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk
membuat acid slurry adalah dodecyl benzene, linear alkyl benzene.
Nama Kimia Acid Slurry
a. D.D.B.S.-Dodecyl Benzene Sulphonate
b. L.A.B.S-Linear Alkyl Benzene Sulphonate
(NIIR Board, 2004)
Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci pada industri
deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen volum total
surfaktan anionik sintetik. Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) digunakan secara
luas menggantikan Branch alkylbenzene sulfonates (BAB) dalam jumlah besar yang
ada didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih biodegradabilitas
dibandingkan BAB. Produk umumnya dipasarkan berupa asam bebas (free acid) atau
yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida yang ditambahkan
kedalam slurry, yang umumnya dalam

bentuk pasta. Sebagian besar pasta di

produksi pada sprayed-dried menghasilkan serbuk deterjen. Pasta bisa juga di proses
dengan drum-dried menjadi serbuk atau flake atau spray dried menjadi butir-butir
halus yang memiliki densitas rendah. Bentuk kering LAS digunakan terutama pada
industri dan produk kebersihan.
Agar berguna sebagai surfaktan, pertama Alkylbenzene harus disulfonasi.
Untuk proses sulfonasi biasanya digunakan Oleum dan SO3 . Sulfonasi dengan
oleum memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan
dengan proses batch atau continuous. Bagaimanapun ia juaga memiliki kerugian
dalam terminologi dibandingkan harga SO3, sulfonasi dengan oleum memerlukan
aliran pembuangan sisa asam dan ia juga memberikan masalah corossi potensial yang
disebabkan oleh asam sulfat Proses oleum biasanya menghasilkan 90 % ABS, 6
sampai 10 % asam sulfat, dan 0,5 hingga 1 % minyak yang tidak mengalami proses
sulfonasi. (Kent and Riegels, 2007)

Universitas Sumatera Utara

Proses sulfonasi dengan tipe batch memiliki empat unit proses dasar untuk
netralisasi

antara

lain

yaitu

sulfonation,

digestion,

dilution,

dan

phase

separation.Pada tahap sulfonasi, alkylbenzene dan oleum dicampur pada tekanan 1


atm inert. Reaksi sulfonasi berlangsung dengan eksotermik tinggi. Dan perpindahan
panas tercapai dengan menggunakan reaktor jacket dan atau adanya resirkulasi
pemakaian ulang penukar panas. Variabel kunci dalam mengontrol luas reaksi dan
warna produk adalah temperatur, keluaran asam, waktu reaksi dan perbandingan
oleum dengan alkylate. Kemudian produk meninggalkan zona sulfonasi yang
kemudian dilanjutkan proses digested 15 sampai 30 menit agar reaksi berlangsung
secara sempurna. Setelah proses digested, kemudian campuran dilarutkan (diluted)
dengan air untuk menyempurnakan raksi. Produk kemudian diumpankan ke dalam
tangki separator yang berdasarkan pada gravitasi pada lapisan asam sulfat yang
keluar dari asam sulfonate ringan. Waktu separasi bergantung pada konfigurasi
tangki separator, viskositas asam sulfat, temperatur dan tingkat aerasi dalam aliran
umpan. (Bassam, 2005)

2.3.2 Oleum
Sulphur trioksida (SO3) hampir tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam asam sulfat pekat (H2SO4) (konsentrasi > 98%). Hasil dari campuran ini
adalah dinamakan oleum. Oleum tergantung pada persentase dari sulfur trioksida di
dalam larutan. Penggunaan yang paling umum untuk oleum adalah sintesa organik.
Oleum diproduksi secara industri dengan proses kontak, dimana sulfur trioksida
mengandung gas yang melalui sebuah tower oleum. Tower yang mengandung gas
mengalami resirkulasi oleum dan asam sulfat yang mana membasahi sulphur
trioksida. 30-60% sulphur trioksida berada dalam bentuk gas yang diabsorbsi karena
pembatasan tekanan uap oleum. Karena absorbsi tdak lengkap, gas yang
meninggalkan tower absorbsi oleum harus diproses didalam sebuah tower asam
sulfat tersebut.
Tergantung pada konsentrasi produk yang diinginkan, Tower dibasahi dengan
22% atau 35% oleum pada temperatur 40-50OC (104-122OF). Dengan penambahan
konsentrasi asam sulfat dari absorber untuk memperoleh konsentrasi oleum yang
diinginkan. Oleum akhir didinginkan pada sebuah alat penukar panas. (Anonim 3,
www. K-PATENTS.COM,2008).

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Asam Sulfat (H2SO4)


Asam sulfat adalah suatu padatan, cairan yang tidak berwarna pada
temperatur kamar. Asam sulfat merupakan senyawa kimia yang sangat aktif dan
secara luas yang digunakan dalam jumlah yang besar. Asam anorganik yang kuat ini
juga tidak mahal untuk diproduksi.
Konsentrasi ekonomi larutan asam sulfat (H2SO4) kira-kira 93%-berat H2SO4.
Asam kuat boleh dibuat dengan melarutkan SO3 98-99% dengan asam. (Anonim 3,
www.K-PATENTS.COM,2008).

2.4 Sifat-sifat Bahan Baku dan Produk


Sifat fisika bahan baku, bahan penunjang, dan produk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
2.4.1 Sifat sifat Alkyl Benzene
Sifat Fisik Alkyl Benzene
Rumus Molekul

: C12H25C6H5

Berat Molekul

: 246,435 Kg/kmol

Titik Didih

: 327,61 OC

Titik Leleh

: 2,78 OC

Densitas

: 855,065 Kg/m3

Wujud

: Cair

Energi Panas Pembentukan

: 1787,0 KJ/mol

Kapasitas Panas

: 750,6 Kkal/kmol OC

Viskositas

: 12 Cp

Sifat Kimia Alkyl Benzene :

Tidak larut dalam air (20OC)

Mudah terbakar dan beracun

Mengalami reaksi sulfonasi dengan penambahan Oleum menjadi linear


Alkylbenzene sulfonate

(Sumber : Kirk & Othmer, 1981)

2.4.2 Sifat sifat Oleum 20%


Sifat Fisik Oleum sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Rumus Molekul

: H2SO4.SO3

Berat Molekul

: 178,14 Gr/mol

Titik Didih

: 138 OC

Titik Leleh

: 21 OC

Densitas

: 1930 Kg/m3

Wujud

: Cair

Warna

: Tidak berwarna

Viskositas

: 8,7 Cp

Sifat kimia Oleum 20% :

Oleum bersifat menarik air dan mudah larut dalam air

Oleum sangat korosif dan mudah meledak

Bahan pengoksidasi yang sangat kuat

Sumber : kirk & othmer, 1981

2.4.3 Sifat sifat Natrium Hidroksida (NaOH)


Rumus Molekul

: NaOH

Berat Molekul

: 40 gr/mol

Titik Didih

: 1390 OC

Titik Leleh

: 323 OC

Temperatur Kritis

: 2546,85 OC

Tekanan Kritis

: 249,998 atm

Kapasitas Panas

: -36,56 Kkal/kg.OC

Densitas

: 1090,41 kg/m3

Panas Pembentukan

: -47,234 Kkal/kmol

Wujud

: Padat, Kristal higroskopis

Warna

: Putih

Sifat Kimia Natrium Hidroksida :


NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat mengabsorbsi
uap air dan CO2 dari udara, kristal NaOH berserat membentuk anyaman.

NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan udara akan mencair dan
jika dibakar akan meleleh.

Universitas Sumatera Utara

Sumber : Perry, 1984: Kirk & Othmer, 1981

2.4.4 Sifat sifat Air


Rumus Molekul

: H2O

Berat Molekul

: 18 gr/mol

Titik Didih

: 100 OC

Titik Beku

: 0 OC

Densitas

: 0,998 kg/m3

Wujud

: Cair

Viscositas

: 23,87 Cp

Panas Ionisasi

: 55,71 kJ/mol

Panas Diffusi

: 6,00 kJ/mol

Konstanta Dielektrik

: 77,94

Panas Spesifik

: 4,179 J/gOC

Konstanta disosiasi

: 10-4

Tegangan Permukaan

: 71,79 Dyne/cm

Sifat Kimia Air :

Bersifat polar dan merupakan elektrolit lemah

Pelarut yang baik bagi senyawa organik

Merupakan senyawa polar karena memiliki pasangan elektron polar


Sumber : Perry, 1984

2.4.5. Sifat sifat Linear Alkylbenzene Sulfonate


Rumus Molekul

: C12H25C6H4SO3Na

Berat Molekul

: 348 gr/mol

Titik Didih

: 637 OC

Titik Leleh

: 277 OC

Densitas

: 1198,4 kg/m3

Wujud

: Cair

Kapasitas Panas

: 0,6 Kcal/kg.K

Warna

: Bening

Viskositas

: 23,87 Cp

Universitas Sumatera Utara

Sifat Kimia Linear AlkylBenzene Sulfonate

Sangat larut dalam air

Bersifat sebagai surfaktan, berbusa

Sumber: http//: www.chemicalland21.com. 2009

2.5. Dasar - dasar pemilihan proses


Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate dapat dilakukan melalui
proses sulfonasi, yaitu dengan cara mereaksikan alkylbenzene dengan oleum atau
H2SO4. Proses sulfonasi dengan menggunakan oleum dan H2SO4 memiliki beberapa
perbedaan dan persamaan, antara lain :

Tabel 2.2 Perbedaan Oleum dengan Asam Sulfat


Oleum 20%

H2SO4

1. Jika oleum digunakan 1 bagian Asam sulfat yang digunakan 1.5 lebih
dalam reaksi

banyak dari oleum

2. Laju reaksi dengan oleum lebih Laju reaksi dengan asam sulfat lebih
cepat daripada menggunakan Asam lambat daripada oleum
sulfat

Dalam

reaksi

alkylbenzene

dapat

3. Dalam reaksi alkylbenzene dapat terkonversi hingga 90%


terkonversi hingga 98%

Produk samping yang dihasilkan lebih

4. Produk samping yang dihasilkan banyak


lebih sedikit

Peralatan yang digunakan untuk kedua

5. Peralatan yang digunakan untuk proses sama


kedua proses sama
Sumber: NIIR BOARD,2004

Berdasarkan pertimbangan kondisi operasi diatas, maka proses sulfonasi


dengan menggunakan oleum memiliki lebih banyak keuntungan daripada
menggunakan Asam sulfat sebagai bahan baku proses. Jadi bahan baku yang
digunakan dalam proses sulfonasi ini adalah oleum 20%.

2.6 Deskripsi Proses


Proses pembuatan Linear alkylbenzene Sulfonate terdiri dari beberapa tahap
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

2.6.1 Proses sulfonasi


Alkylbenzene pada Tangki (F-113) dan oleum pada Tangki (F-114)
dipompakan ke Tangki Sulfonator (R-110) yang sebelumnya dipanaskan dalam
Heater 1 (E-111) dan Heater 2 (E-116) hingga mencapai suhu 46 oC,selanjutnya
Alkylbenzene dan oleum yang berada di dalam Tangki Sulfonator (R-110) dicampur
secara perlahan-lahan. Sulfonator beroperasi pada suhu 46OC dan tekanan 1 atm
(14,7 psia), waktu tinggal dalam sulfonateor 4 jam dengan konversi 98%. Reaksi
yang terjadi adalah reaksi eksotermis.
C12H25C6H5 + SO3 + H2SO4 C12H25C6H4SO3H + H2SO4
Alkylbenzene

Oleum 20%

Alkylbenzene Sulfonate

2.6.2 Proses Pemisahan


Campuran dari sulfonateor dicampur dengan air di dalam mixer (M-118)
untuk mencegah reaksi samping dan membantu memisahkan antara campuran asam
sulfonate dengan asam sulfat dalam Dekanter I (H-120) dan Dekanter II

(H-123)

Campuran larutan Alkylbenzene Sulfonate, H2SO4, Alkylbenzene yang tidak


bereaksi dan benzene dipisahkan dalam dekanter berdasarkan berat jenis (densitas).
Alkylbenzene sulfonate yang memiliki densitas lebih kecil dari pada asam sulfat
akan terpisah sebagai lapisan atas dan asam sulfonate sebagai lapisan bawah. Selain
berdasarkan perbedaan densitas pemisahan asam sulfat dan alkylkbenzene Sulfonate
pada dekanter karena kedua

larutan ini tidak saling larut. Asam sulfat sebagai

lapisan bawah kemudian dipompa ke tangki penyimpan (F-124) sedangkan asam


sulfonate dipompa ke Heat Exchanger (E-211) untuk dipanaskan.

2.6.3 Proses Netralisasi


Alkylbenzene Sulfonate dinetralisasi menggunakan larutan NaOH 20 % di
dalam Netralizer (R-210). Netralizer beroperasi pada temperatur 55 0C dan tekanan 1
atm dengan konversi 99 %. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis sehingga
diperlukan jaket pendingin, dimana reaksinya sebagai berikut :
C12H25C6H4SO3H + NaOH C12H25C6H4SO3Na + H2O
Alkylbenzene Sulfonate

Sodium Alkylbenzene sulfonate

Universitas Sumatera Utara

Hasil yang keluar dari netralizer berupa Sodium Alkylbenzene sulfonate dan Natrium
sulfonate berbentuk slurry.

2.6.4 Proses Pengeringan


Pada proses pengeringan, Slurry yang berasal dari tangki netralizer dipompakan
kedalam spray dryer (D-310). Kemudian Slurry di kontakkan dengan udara panas
yang berasal dari furnace pada temperatur 300 oC, dimana pengeringan berlangsung
cepat menghasilkan produk berbentuk powder. Powder dari Spray Dryer (D-310)
terdiri dari 96 % bahan aktif surfaktan (Sodium Alkylbenzene sulfonate), Natrium
sulfonate inert dan sedikit air.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai