Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM

PENANGANAN DISMENOREA DI SMP


SIJUNJUNG

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata
mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosial cultural. Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu
remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi sehat
dan bertanggungjawab. Kesehatan reproduksi ini tidak saja bebas dari penyakit dan
kecacatan, namun juga sehat mental dan sosial dari alat, sistem, fungsi serta proses
reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi remaja menjadi kepedulian Nasional karena
disadari bahwa remaja dalam hidupnya menghadapi berbagai masalah khusus yang
membutuhkan perhatian yang khusus pula. Kebutuhan terhadap kesehatan reproduksi remaja
sebenarnya merupakan permasalahan dunia, akan tetapi di negara kita hal ini tidak
mendapatkan perhatian yang memadai (Pinem, 2009).
Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu
mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi
juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama untuk remaja putri yang
nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab terhadap keturunannya.
Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang
mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik
mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami berupa kram, nyeri dan
ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi

yang disebut dismenorea

(Widyaningsih, 2007).
Adapun jenis-jenis dismenorea yaitu berdasarkan nyeri dan ada tidaknya
penyebabnya. Dismenorea berdasarkan nyerinya yaitu dismenorea spasmodik dimana nyeri
yang dirasakan dibagian bawah perut berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa
haid mulai ditandai dengan mual muntah dan pingsan, dimenorea kongestif yaitu nyeri haid
yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum datangnya haid ditandai dengan sakit pada buah

57

dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung , mudah tersinggung, gangguan tidur dan
muncul memar di paha dan lengan atas. Sedangkan dismenorea berdasarkan ada tidak
penyebabnya yaitu dismenorea primer yaitu nyeri haid yang timbul tanpa ada sebab yang
dapat diketahui, dan dismenorea sekunder yaitu terjadi karena adanya kelainan pada organ
genetalia dalam rongga pelvis (Liewellyn, 2005).
Masalah menstruasi sering membuat remaja cemas, was-was dan kurang percaya diri.
Remaja putri pada umumnya belajar tentang menstruasi dari ibunya, tapi sayang tidak semua
ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan
membicarakan secara terbuka. Menghadapi hal ini menimbulkan kecemasan pada anak,
bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan
atau serius. Mereka juga mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin
merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia
merasa letih atau terganggu. Pandangan negatif tentang menstruasi berlanjut sampai
menjelang dewasa (Liewellyn ,2005).
Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang
khas ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga
pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak
terlalu sama. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari.
Lama menstruasi biasanya antara 3-8 hari, pada setiap wanita biasanya lama mentruasi
(Kathleen, 2005).
Angka kejadian nyeri haid didunia sangat besar. Rata rata dari 50% disetiap Negara
mengalaminya. Di Amerika Prevalensi nyeri haid berkisar 45-95%, di swedia angka kejadian
sekitar 72%, sementara di Indonesia angka kejadiannya 55%

remaja yang mengalami

dismenorea. Adapun faktor penyebab dismenorea yaitu, faktor kejiwaan, fakor konstitusi
(Harun, 2002).
Remaja putri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat
penerangan yang baik tentang proses menstruasi, mudah sekali timbul dismenorea.
Menghadapi menstruasi tersebut para remaja diharapkan mengetahaui tentang menstruasi
yang normal. Tidak sedikit para remaja yang belum mengetahui tentang menstruasi, sehingga
akan berpengaruh terhadap remaja dalam menjalankan masa kedewasaannya. Apalagi pokok
bahasan tentang menstruasi tidak di bahas, meskipun tentang kesehatan reproduksi sudah di
bahas namun belum mengupas secara mendalam (Sarwono, 2002).
Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan terhadap remaja putri
mahasiswa tingkat I dan II Amik Imelda Medan 30 remaja putri yang mengalami sakit atau
58

nyeri perut saat menstruasi. Menghadapi menstruasi tersebut mereka merasa resah, cemas,
was-was dan terganggu.Sindroma pra-menstruasi yang sering dialami mahasiswi ialah mudah
marah, pusing,mual dan payudara terasa sakit dalam menghadapi menstruasi tersebut mereka
tidak tahu apa yang harus dilakukan, bahkan untuk berbicara kepada orang tua mereka malu,
serta mereka mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang menstruasi.
Berdasarkan uraian di atas pentingnya pengetahuan remaja putri tentang menstruasi
sejak dini, sudah dapat diberikan khususnya para remaja putri. Mengingat masih banyak
remaja putri yang belum mengerti tentang menstruasi, maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
menstruasi dengan prilaku menghadapi dismenorea.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah

Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea


1.3TujuanPenelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri
1.3.2

Tujuan Khusus

1.

Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang penanganan dismenorea

2.

Untuk mengetahui sikap remaja tentang penanganan dismenorea.

1.4.

Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Putri
Sebagai bahan informasi dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam
penganganan dismenorea.
2.

Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya.

3.

Bagi Peneliti
Sebagai pengaplikasian ilmu kesehatan yang diperoleh selama perkuliahan dan
berguna untuk meningkatkan wawasan penulis tentang Hubungan pengetahuan dan
sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea.

59

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan
2.1.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain yang penting akan
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari
pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar
radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan
pemikiran kritis (Soekanto, 2002).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi
ang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu
menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan
dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.
2.2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek . Manifestasi sikap dapat langsung dilihat , tetapi hanya dapat
ditafsirkan dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas ,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. (Notoadmodjo, S 2005).
2.2.1. Komponen Pokok Sikap
Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk
sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2005) antara lain:
1)
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan
pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.

60

2)

Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional.
3)
Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh
keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
4)
Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya
2.3. Dismenorea
2.3.1. Pengertian Dismenorea
Dismenorea atau nyeri haid merupakan gejala, bukan penyakit. Gejalanya terasa
nyeri di perut bagian bawah. Pada kasus dismenorea berat, nyeri terasa sampai seputaran
panggul dansisi dalam paha. Nyeri terutama pada hari pertama dan kedua 12 menstruasi.
Nyeri akan berkurang setelah keluar darah menstruasi yang cukup banyak (Manuaba, 2005).
Dismenorea atau nyeri haid adalah gejala-gejala ginekologik yang paling sering
dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenorea cenderung untuk mendapat nyeri haid
rekurens secara periodik yang menyebabkan pasien mencari pengobatan darurat (Greenspan.
B, 2003).
2.3.2. Jenis Dismenorea
1. Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi menjadi:
a. Dismenorea Spasmodik
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal
sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Beberapa wanita yang
mengalami dismenorea spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan.
Kebanyakan yang menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi
dijumpai pula kalangan wanita berusia diatas 40 tahun yang mengalaminya (Mansjoer,
2002).
b. Dismenorea Kongestif
Dismenorea kongestif yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum
datangnya haid. Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut kembung, sakit kepala,
sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di paha dan
lengan atas. Gejala tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua
minggu sebelum datangnya menstruasi.

61

2. Berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diamati, dismenorea


menjadi :

dapat

dibagi

a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer yaitu nyeri haid yang timbul tanpa ada sebab yang dapat diketahui.
Dismenorea primer terjadi sejak usia pertama kali datangnya haid yang disebabkan oleh
faktor intrisik uterus dan berhubungan erat dengan ketidak seimbangan hormone steroid
seks ovarium, yaitu karena produksi hormon prostaglandin yang berlebih pada fase
sekresi yang menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos endometrium (Badziad,
2003).
b. Dismenorhea sekunder
Dismenorhea sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genetalia dalam rongga
pelvis. Dismenorea ini disebut juga sebagai dismenorea organik, dapatan (akuisita) atau
ekstrik.Kelainan ini dapat timbul setiap saat dalam perjalanan hidup wanita, contohnya
pada wanita dengan endometriosis atau penyakit peradangan pelvik, penggunaan alat
kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau polip yang berada di dalam
rahim. Nyeri terasa dua hari atau lebih sebelum menstruasi dan nyeri semakin bertambah
hebat pada akhir menstruasi (Llewellyn, 2001).
2.3.3. Tingkatan Dismenorea
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun
dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat
keparahan, yaitu:
1. Dismenorea ringan
Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksankan aktifitas
sehari-hari.
2. Dismenorea sedang
Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasanyeri dan kondisi
penderita masih dapat beraktivitas.
3. Dismenorea berat
Dismenorea berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari dan dapat disertai
sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.(Manuaba, 2009).
(Kartono K, 2006).
2.3.5. Penanganan Dismenorhea
Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau
pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap
belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenorea sehingga
menurunkan angka kejadia dismenorea dan mencegah keadaan dismenorea tidak bertambah
berat, diantaranya:
a. Penerangan dan nasihat

62

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea primer adalah gangguan siklus
menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya dalam masalah ini diadakan
penjelasan dan diskusi mengenai informasi dismenorea, penanggulangan yang tepat serta
pencegahan agar dismenorea tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan ke tingkat
berat.
Penerangan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu diberikan, karena dengan
pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi remaja menjadi baik. Dengan status gizi yang
baik tersebut maka ketahanan tubuh meningkat dan ganggauan menstruasi dapat dicegah.
Nasehat menegenai makan bergizi, istirahat dan olah raga cukup dapat berguna dan
terkadang juga diperlukan psikoterapi.
b. Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenastin
dan kafein. Contoh obat paten yang beredar dipasaran anatara lain ponstan, novalgin,
acetaminophen.
c. Pola hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani ganggaun
menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah raga
cukup dan teratur, mempertahankan diit seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber
nutrisi yang beragam.
d.

T erapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini hanya bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar berupa dismenorea
primer, sehingga wanita dapat tetap melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian pil kombinasi dalam kontrasepsi (Wiknjosastro, 2002).

e. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin


Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenorea primer. Termasuk di sini
indometasin, ibu profen dan naproksen. Kurang lebih 70% penderita mengalami perbaikan.
Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, satu sampai tiga hari sebelum haid dan
pada hari pertama haid (Wiknjosastro, 2002).
Beberapa cara di atas, ada cara pengobatan lain yang dapat dilakukan untuk membantu
mengurangi rasa nyeri haid yaitu:
1. Perut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem Ketika
nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat di saraf.
2. Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, missal melakukan olah raga cukup
dan teratur serta menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat. Olah raga yang
cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai
natural pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak terlalu rentan terhadap
nyeri.

63

3. Apabila nyeri haid cukup mengganggu aktivitas maka dapat diberikan obat analgetik
yang bebas dijual di masyarakat tanpa resep dokter, namun harus tetap memperhatikan
efek samping terhadap lambung.
4. Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid muncul secara tibatiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka periksakan
kondisi Anda untuk mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika dismenorea yang
dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder (Taruna, 2003).
Nyeri haid dapat diatasi dengan:
a. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar. Lutut
ditekuk dan di dekatkan ke dada.
b. Mandi dengan air hangat.
c. Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.
d. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang mengandung kafein yang
dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah.
e. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
f. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber makanan yang
mengandung vitamin B12 (Akatri S, 2003).
Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai
berikut :
Pengetahuan

Penanganan
Sikap

64

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan
penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
remaja putri dalam penanganan dismenorea di SMP.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMP
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di SMP Kelas 1 sebanyak 30
orang dan Kelas II sebanyak 90 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel
penelitian sebanyak 30 orang yang diambil dengan cara simple random sampling, menurut
Arikunto (2006) jika jumlah populasi lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25%.
3.4 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dilakukan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk keusioner dan
disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep.
Untuk mengukur aspek pengetahuan remaja putri, diberikan 10 pertanyaan ,dimana
jika memilih jawaban benar diberi skor 1, dan jika memilih jawaban yang salah diberi skor
0.maka skor jawaban yang tertinggi 10 dan skor jawaban terendah 0.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitia
4.2 Analisa Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur dan Sumber Informasi Responden
Di SMP
Tahun 2011
No
1

Karakteristik
Umur
<20 tahun
20-21 tahun
>21 tahun
Jumlah
Sumber informasi
Pengalaman pribadi

Frekuensi (F)

Persentase ( %)

15
9
6
30

50
30
20
100

21

70
65

Teman atau orangtua


Jumlah

9
30

30
100

Dari Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas umur kurang dari 20 tahun
sebanyak 15 orang (50%), dan minoritas berumur 22 tahun sebanyak 6 orang (20%).
Berdasarkan sumber informasi mayoritas dari pengalaman pribadi sebanyak 21 orang (70%),
dan minoritas dari teman atau orang tua sebanyak 9 orang (30%).
4.2.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea Di
SMP
No
1
2
3

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total

Frekuensi (F)
10
7
13
30

Persentase (%)
33.3
23,3
43,4
100

Dari Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan remaja putri adalah
kurang sebanyak 13 orang (43,4%).
4.2.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea
Di SMP
No
1
2

Sikap
Baik
Tidak baik
Total

Frekuensi (F)
4
26
30

Persentase (%)
13,3
86,7
100

Dari Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap remaja putri dalam
penanganan dismenorea tidak baik sebanyak 26 orang (86,7%).
4.3 Analisa Bivariat
Tabel 4.4
Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan
Dismenorea Di SMP
No

Pengetahu
an

Sikap
P

66

Baik

1
2
3

Baik
Cukup
Kurang
Jumlah

N
1
3
0
4

%
3,3
10
0
13,3

Tidak baik
n
9
4
13
26

%
30
13,3
43,3
86,7

Total
n
10
7
13
30

%
33,3
23,3
43,3
100

0, 025

Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan
baik dalam penanganan dismenorea sebanyak 10 orang (33,3%), dan yang bersikap baik 1
orang (3,3%) dan sikap tidak baik sebanyak 9 orang (30%), yang berpengetahuan cukup
sebanyak 7 orang (23,3%) yang bersikap baik 3 orang (10%) dan yang bersikap tidak baik 4
orang (13,3%) sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 13 orang (43,3%), tidak ada
yang bersikap baik dan yang bersikap tidak baik sebanyak 13 orang (43,3%). Dan dari hasil
uji chi-square di peroleh nilai P = 0,025 (<0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki remaja putri dengan penanganan dismenorea.

4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Dalam Penanganan Dismenorea
Berdasarkan hasil uji chi square dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea dengan
nilai P = 0,025. Hal ini mengidentifikasikan bahwa penanganan dalam dismenorea masih
belum
di
pahami
dengan
baik
oleh
remaja
putri.
Remaja putri
di
Amik Imelda memiliki pengetahuan kurang tentang dismenoreaea remaja
putri tidak
mampu mengetahui memahami mengaplikasi, menganalisis,
mensintesis dan mengevaluasi mengenai pengertian,
dan
klasifikasi, penyebab
dan
penanganan dismenorea, yang ditunjukkan dengan kemampuan responden menjawab
jawaban benar. Hal itu sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007),
bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu untuk terbentuknya tindakan seseorang yang
mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengetahuan yang dilihat dari
kemampuan kognitif seseorang mencakup kemampuan untuk mengetahui, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi suatu hal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja putri di Amik
Imelda Medan mengenai dismenorea, yaitu usia, dan sumber informasi yang didapatkan
remaja putri. Hasil penelitian tersebut didukung oleh pendapat Meliono Irmayanti (2007),
yang menyebutkan bahwa, pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, tingkat
pendidikan dan sumber informasi. Dalam hasil penelitiannya yang berjudul Beberapa Faktor
yang Berpengaruh terhadap Tingkat Pengetahuan Mengenai Kesehatan Reproduksi pada
Remaja Putri di Desa Bancak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, Wijayati (2000)
juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara umur, pendidikan, komunikasi anak orang
tua dan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi.
Semakin banyak usia remaja, maka tingkat pengetahuan yang dimilikinya akan semakin baik.
Dengan pengetahuan yang baik tentang dismenorea, dapat mengembangkan

67

kemampuan mengambil keputusan untuk menangani dismenorea yang merupakan


manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari dismenorea
sebagai masalah nyata yang dialami oleh para remaja.Hal tersebut sesuia dengan teori
Meliono Irmayanti (2007) yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Dengan usia yang lebih banyak, maka pengalaman yang dimiliki juga akan
semakin banyak dan beragam. Pengalaman dapat dijadikan cara untuk menambah
pengetahuan seseorang tentang suatu hal. Selain itu usia juga akan mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri
sendiri, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan. Pengetahuan atau koqnitif
dominasi sangat penting untuk terbentuk tindakan seseorang disebut dengan over behavior
(Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan semakin baik pengetahuan tentang dismenorea yang dimiliki remaja putri
maka sikap yang ditunjukkan untuk menangani dismenorea juga semakin baik. Dengan
pengetahuan yang baik akan mempengaruhi sikap remaja putri untuk menangani dismenorea
dengan tepat. Menurut Azwar (2003), hal tersebut karena pengetahuan seseorang tentang
sesuatu hal akan mempengaruhi sikapnya. Sikap positif maupun negatif tergantung dari
pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan
mendorong ndividu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau sikapnya
negatif, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut.
Beragam cara penanganan dismenorea telah dilakukan oleh sebagian besar siswi. Dari
hasil wawancara dengan responden, penanganan dismenorea dilakukan untuk mengurangi
rasanya nyeri agar tidak semakin parah sehingga tidak mengganggu aktifitas keseharian
mereka. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartono (2006), bahwa penanganan yang
kurang tepat membuat remaja putri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasinya.
Berdasarkan hasil penelitian, remaja putri Amik Imelda telah melakukan perilaku penanganan
dismenorea. Sikap dalam penanganan dismenorea didasarkan oleh cara berfikir dan bersikap
positif tentang keluhan dismenorea yang dialaminya, sehingga terbentuk perilaku berupa
pemberian kompres hangat, olah raga teratur dan istirahat, pengkonsumsian makanan bergizi,
pengkonsumsian obat analgetik. Hal itu sesuai pendapat Wiknjosastro (2007) bahwa, untuk
menurunkan angka kejadian dismenorea dan mencegah keadaan dismenorea tidak bertambah
berat, beberapa usaha dapat dilakukan seperti penerangan dan nasihat, pemberian obat
analgesik, pola hidup sehat, terapi hormonal dan terapi obat nonsteroid antiprostaglandin
sesuai dengan petunjuk dokter.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
68

Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan
dismenorea dengan nilai p value = 0,025
5.2 Saran
1. Diharapkan kepada remaja putri di SMP agar dapat meningkatkan pengetahuan
tentang penanganan dismenorea melalui mencari informasi baik dari media massa,
serta petugas kesehatan yang lebih mengerti tentang penanganan dismenorea.
2. Diharapkan kepada remaja putri untuk memiliki sikap yang baik dalam penanganan
dismenorea, dengan mau merespon dan menerima informasi yang di dapat dari media
massa maupun petugas kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Ed. Revisi VI.Jakarta :
Rineka Cipta.
Azwar S. 2005. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta; PustakaPelajar.
Badziad, A. 2003. Endokrinologi dan Ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas.
Chandranita, A.I.2008.Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi
Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta :EGC.
Carey, C. S. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.
Henderson, C (2006). Konsep Kebidanan,Jakarta, EGC.
Hurlock, E.B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Indriastuti, Dian Putri. 2009. Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
dengan Perilaku Higienis Remaja Putri Pada saat Menstruasi. Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Jilid I.
Bandung: Mandar Maju.
Llewellyn, D dan Jones. 2001. Dasar-Dasas Obstetri dan Ginekologi. Edisi VI.
Jakarta: Hipokrates.
Manuaba, I.G.B. 1999. Memahami Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Mujaddid. 2004. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Fakultas

69

Kedokteran Universitas Indonesia.


Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

70

Anda mungkin juga menyukai