Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK 1

KEKENTALAN DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

Nama

: Istimahillah Mawaddah

NIM

: 131810301031

Kelompok

:4A

Asisten

: Reksi Bayu Murti

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Mengamati angka kekentalan relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air
sebagai pembanding dan menentukan tenaga pengaktifan zat cair tertentu.
1.2 Latar Belakang
Setiap zat cair mempunyai sifat kental dan koefisien kekentalan yang berbeda-beda.
Suatu zat cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan
kedalamnya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan
padatan tersebut dengan zat cair. Misalnya, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil
kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat
hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Hambatan-hambatan itulah yang kita namakan
sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya
perubahan terhadap kecepatan batu.
Praktikum kali ini mengamati akibat

perubahan kecepatan zat cair dengan

menggunakan dua metode yaitu metode Ostwald dan metode Hoppler, dari perubahan inilah
dapat ditentukan angka kental relatif suatu zat cair, dan tenaga pengaktifan zat cait tarsebut.
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1

Material Safety Data Sheet (MSDS)

1.3.1.1 Akuades
Akuades disebut juga dengan air, akuades adalah substansi kimia dengan rumus kimia
H2O, satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam,
beberapa jenis gas, dan banyak macam molekul organik. Air memiliki massa molar sebesar
18,0153

gram/mol,

densitas

sebesar

0,998

gram/cm3 (cairan

pada

20 oC),

0,92

gram/cm3 (padatan ), titik leleh 0 oC, titik didih 100 oC, kalor jenis 4148 J Kg-1 K-1 (cairan
pada 20 oC). Air merupakan jenis bahan kimia yang tidak memiliki dampak berbahaya
terhadap jaringan (Anonim, 2015).
1.3.1.2 Aseton
Sinonim dari aseton adalah dimetil keton, metal keton, 2-propanon, beta-ketopropana,
dan dimetil ketal. Aseton adalah senyawa keton paling sederhana dan larut dalam berbagai
perbandingan dengan air, etanol, dietil eter, dll. Senyawa ini juga merupakan pelarut yang
penting, selain itu digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa kimia
yang lainnya. Aseton juga dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam
kandungan kecil. Rumus molekul dari aseton adalah CH3COCH3. Aseton berupa cairan tidak
berwarna, memiliki titik didih 56oC , titik leleh -95oC. Aseton merupakan senyawa yang

stabil, tidak kompatibel dengan asam halogen dan senyawa halogen, basa kuat, agen oksidasi
yang kuat. Aseton berbahaya jika dihirup, tertelan atau penyerapan kulit dan terkena mata.
Tindakan pertolongan pertama untuk kasus karena aseton adalah untuk kasus tertelan
memberikan air dalam jumlah besar jika, dan jika tidak sadar maka diperlakukan seperti orang
yang koma. Aseton mengenai mata, siram mata dengan air mengalir selama minimal 15
menit. Cari bantuan medis jika terjadi iritasi. Aseton mengenai kulit, segera lepaskan pakaian
yang terkontaminasi. Mencuci pakaian yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali
(Anonim, 2015).
1.3.1.3 Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga kadang untuk minuman
yang mengandung alkohol. Hal ini karena etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada
minuman tersebut, bukan methanol atau grup alkohol lainnya. Alkohol adalah istilah yang
umum utntuk senyawa organik apapun yang memiliki gugus hidroksil ( -OH ) yang terikat
pada atom karbon, dan gugus itu sendiri terikat pada atom hidrogen / karbon yang lain.
Rumus molekul dari senyawa ini adalah C2H5OH. Alkohol memiliki molekul berat 60,1 g /
mol, tidak berwarna, titik didih 82,5 C (180,5 F), titik beku -88,5 C (-127,3 F). Alkohol
berbahaya jika dihirup, tertelan atau penyerapan kulit dan terkena mata.Penanganan pertama
yang dapat dilakukan untuk bahaya yang ditibulkan karena alkohol adalah jika terkena mata,
segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Kulit, cuci dengan sabun dan
air.Tutupi kulit yang teriritasi. Dapatkan pertolongan medis jika iritasi berkembang. Tertelan,
longgarkan pakaian yang ketat. Segera menghubungi tim medis jika kondisi memburuk
(Anonim, 2015).
1.3.2 Landasan Teori
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap perubahan
bentuk.Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju perpindahan
momentum molekularnya. Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir
dari pada gas, sehingga viskositas zat cair cenderung menurun seiring bertambahnya kenaikan
temperatur, sedangkan viskositas gas yang akan meningkat dengan adanya kenaikan
temperatur. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kebalikan dari viskositas akan
meningkat dengan makin tingginya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak
terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan
(Martin, 1993).
Sifat- sifat fluida, viskositas memerlukan perhatian yang terbesar dalam aliran
fluida.Viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan terhadap tekanan
geser oleh fluida tersebut. Hukum viskositas Newton menyatakan bahwa untuk laju

perubahan bentuk sudut fluida yang tertentu maka tekanan geser berbanding lurus dengan
viskositas ( Sukardjo, 2002).
Kekentalan disebabkan karena kohesi antara patikel zat cair. Zat cair ideal tidak
mempunyai kekentalan. Zat cair mempunyai beberapa sifat sebagai berikut:
a. Ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan bebas horizontal yang
berhubungan dengan atmosfer.
b. Mempunyai rapat masa dan berat jenis.
c. Dapat dianggap tidak termampatkan.
d. Mempunyai viskositas (kekentalan).
e. Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.
( Wylie, 1992).
Faktor- fator yang mempengaruhi viskositas adalah sebagai berikut :
a. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi
oleh tekanan.
b. Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas gas naik dengan naiknya
suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi. Molekulmolekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Viskositas cairan
akan turun dengan kenaikan temperatur.
c. Kehadiran zat lain
Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air.Bahan tambahan seperti bahan suspensi
menaikkan viskositas air. Minyak ataupun gliserin pada penambahan air akan menyebabkan
viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, waktu alirnya
semakin cepat.
d. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Contohnya adalaha laju aliran alkohol cepat,
larutan minyak laju alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat
sehingga viskositas juga tinggi.
e. Berat molekul
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
f. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik dengan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan gugus OH pada
trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.
(Bird, 1987).
Cara-cara Penentuan Viskositas antara lain:
a. Viskometer kapiler / Ostwald
Viskometer ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu cairan
untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu
sendiri. Sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viskometer)
dipipet ke dalam viskometer.Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viskometer
sampai permukaan cairan lebih tinggi dari pada batas a. Cairan kemudian dibiarkan

turun.Permukaan cairan turun ketika melewati batas a, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika
cairan melewati batas b, stopwatch dimatikan. Waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui
jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekan antara kedua
ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan (Respati, 1981).
b. Viskometer Hoppler
Viskositas ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk
melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena andanya gravitasi akan jatuh melaui
medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang semakin besar
sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitas
sama dengan frictional resistance medium (Bird, 1987).
c. Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob dan dinding
dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Viskometer ini

memiliki

kelemahan yaitu adanya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi disepanjang
keliling bagian tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini
menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat
(Martin,1993).
d. Viskometer Cone dan Plate
Pemakaiannya dengan cara sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan
hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecapatan
dan sampelnya digeser didalam ruang semit antara papan yang diam dan kemudian kerucut
yang berputar (Martin, 1993).

BAB 2. METODOLOGI PERCOBAAN


2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
- Viskometer Ostwald
- Piknometer ber-termometer 1
- Corong gelas
- Stopwatch
- Pipet Volume
- Termometer
- Waterbath
- Beaker glass

2.1.2
-

Labu ukur 100 mL


Ballpipet
Botol semprot
Neraca digital
Bahan
Air
Aseton
Alkohol
Zat x

2.2 Skema Kerja


2.2.1 Cara Ostwald (Viskositas)
Air
-

dibersihkan alat dengan asam dan dikeringkan.

diisi dengan air secukupnya, air dinaikkan lebih tinggi dari tanda
paling atas, saat itu stopwatch dihidupkan. Demikian pula setelah
sampai di tanda paling bawah stopwatch dimatikan, sehingga
waktu alir dapat ditentukan

diulangi 3 kali untuk zat lain, yaitu: alkohol, aseton, dan zat X

Hasil

2.2.2

Cara Menentukan Kerapatan


Air
-

dimasukkan dalam piknometer yang sebelumnya sudah ditimbang


dicatat berat piknometer tersebut.

diisi hingga tanda batas piknometer, pada suhu yang telah diukur.

ditimbang piknometer yang telah diisi hingga penuh.

dicatat berat piknometer tersebut

diulangi sebanyak 3 kali untuk zat lain yaitu alkohol, aseton, dan
zat x.

Hasil

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
3.1.1 Menghitung kerapatan zat cair menggunakan piknometer
Bahan

Air

Alkohol

Aseton

Zat X

Temperatur

Massa pikno

Massa Bahan

Vpikno

Kerapatan

(gram)
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141
31.141

(gram)
10,213
10,349
10,319
10,345
8,081
7,888
8,128
8,129
9,296
9,272
9,28
9,257
10,091
10,12
10,11

(mL)

27oC
30 oC
35oC
40 oC
25oC
30 oC
35oC
40 oC
25oC
30 oC
35oC
40 oC
29oC
30 oC
35oC

(g/mL)
0,975
0,988
0,985
0,988
0,771
0,753
0,776
0,776
0,887
0,885
0,886
0,884
0,963
0,966
0,965

10.649

10.649

10.649
10.469

40 oC

31.141

10,064

0,961

3.1.2 Menghitung tenaga kekentalan dan tenaga pengaktifan


Bahan

Temperatur

Alkohol

Aseton

Zat X

25oC
30 oC
35oC
40 oC
25oC
30 oC
35oC
40 oC
29oC
30 oC
35oC
40 oC

(poise)
1,021
1,130
1,180
1,182
0,630
0,673
0,731
0,800
1,181
1,404
1,592
1,325

ln
0,02
0,122
0,165
0,167
-0,462
-0,396
-0,313
-0,223
0,166
0,236
0,464
0,281

1/T
0,00335
0,00330
0,00325
0,00319
0,00335
0,00330
0,00325
0,00319
0,00331
0,00330
0,00325
0,00319

E
-7433,54

12554,14

-8638,24

3.2 Pembahsan
Percobaan yang dilakukan adalah tentang kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran.
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati angka kekentalan relatif suatu zat cair dengan cara
menggunakan air sebagai pembanding, dan menentukan tenaga pengaktifan zat cair tertentu.
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun
suatu fluida.Viskositas dipengaruhi oleh massa jenis suatu larutan dan waktu tempuh larutan.
Bahan yang digunakan ada empat yaitu, air, alkohol, aseton, dan zat X. Bahan yang
digunakan tersebut masing-masing memiliki massa jenis dan angka kental zat cair ( ) yang
berbeda-beda. Kekentalan suatu zat cair dapat diukur menggunakan alat yang dinamakan
viskometer.
Metode yang dapat digunakan adalah metode Ostwald. Prinsip dasar dari metode
Ostwald adalah viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika zat cair mengalir karena gravitasi
melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu
yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (air) untuk lewat 2 tanda
tersebut. Percobaan ini dipelajari pengaruh perubahan temperatur terhadap massa jenis dan
angka kental zat cair serta hubungan tenaga pengaktifan dengan angka kental zat cair yang
diperoleh, sehingga temperatur merupakan variabel peubahnya. Temperatur yang digunakan
berturut-turut adalah 27 , 30 , 35 , dan 40 .

Percobaan kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran adalah menentukan massa jenis
dari masing-masing zat cair pada temperatur yang berbeda. Larutan yang berada pada suhu
yang lebih tinggi, energi kinetik akan bertambah, partikel-partikel akan bergerak dengan lebih
cepat sehingga interaksi antar partikel-partikel zat cair akan semakin lemah. Lemahnya
interaksi antarpartikel menyebabkan kerapatannya berkurang dan massa larutan akan menjadi
bertambah kecil. Kondisi massa yang semakin kecil sedangkan volume larutan tetap, maka
nilai massa jenis berkurang. Larutan berada pada suhu yang rendahakan berdampak pada
energi kinetik dari partikel karena tidak dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga interaksi
antrapartikel semakin kuat dan kerapatannya menjadi semakin besar sehinnga massanya akan
bertambah. Kondisi massa yang semakin bertambah sedangkan volume larutan tetap, maka
nilai massa jenis juga akan bertambah besar.
Massa jenis dari larutan dapat diketahui dengan mengurangkan massa piknometer
yang berisi sampel tersebut dengan massa piknometer kosong. Piknometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur massa jenis atau densitas dari fluida. Pengukuran massa dilakukan
3 kali untuk masing-masing suhu. Hasil yang diperoleh untuk air dengan massa jenis rata-rata
pada masing-masing suhu berturut-turut yaitu, 0,975 g/mL; 0,988 g/mL; 0,985 g/mL; 0,988
g/mL . Massa jenis alkohol pada masing-masing suhu berturut-turut yaitu, 0,771 g/mL; 0,753
g/mL; 0,776 g/mL; 0,776 g/mL. Massa jenis aseton pada masing-masing suhu berturut-turut
yaitu, 0,887 g/ml; 0,885 g/ml; 0,886 g/ml; 0,884 g/mL. Hasil massa jenis pada zat x sebesar
0,963 g/ml; 0,966 g/ml; 0,965 g/ml; 0,961 g/mL.
Kerapatan aseton semakin naik dengan kenaikan temperatur. Aseton lebih rapat
dibanding air karena pada aseton terdapat ikatan rangkap yang juga merupakan faktor yang
mempengaruhi kekentalan suatu zat. Aseton terdapat ikatan rangkap C=O sehingga kekuatan
antar molekulnya kecil dan berat molekul aseton yaitu 58 gram/mol yang lebih besar daripada
air yang berat molekulnya 18 gram/mol.
Kerapatan alkohol semakin naik dengan dinaikkan temperaturnya. Alkohol lebih rapat
dibandingkan air karena pada alcohol terdapat ikatan hidrogen yang juga merupakan faktor
yang memepengaruhi kekentalan suatu zat. Alkohol memiliki gugus OH yang dapat
menaikkan kerapatan zat cair ketika temperatur dinaikkan Berat molekul alkohol tidak jauh
berbeda dengan aseton yaitu 42 gram/mol.
Kerapatan zat X tidak stabil setelah temperatur dinaikkan. Semakin tinggi
temperaturnya maka gerakan partikelnya semakin renggang. Hal ini karena jika temperatur
dinaikkan maka saat itu energi kinetiknya juga bertambah. Pertambahan energi kinetik
menyebabkan gerakan partikelnya semakin cepat sehingga jarak interaksi partikelnya semkin
renggang. Semakin renggang kerapatannya maka kecepatan alirnya juga akan semakin cepat.

Harga

kekentalan

berbanding

terbalik

dengan

temperatur.

Semakin

tinggi

temperaturnya maka semakin kecil nilai kekentalannya sehingga gaya gesek antar materialnya
semakin kecil. Semakin kecil gaya materialnya maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan
suatu zat alir untuk mengalir. Angka kental zat cair dapat dicari melalui persamaan:

Hasil yang diperoleh dari data percobaan menunjukkan angka kekentalan alkohol,
aseton dan zat X pada suhu 27 , 30

35 , dan 40

semakin besar seiring bertambahnya

suhu. Hasilnya yaitu pada alkohol berturut-turut yaitu, 1,021; 1,130; 1,180; 1,182. Hasil dari
aseton yaitu, 0,630; 0,673; 0,731; 0,800. Zat X diperoleh hasilnya yaitu, 1,181; 1,404; 1,592;
1,325. Hasil pengolahan data, semua sampel mengalami peningkatan angka kekentalan.
Kekentalan naik dengan meningkatnya suhu.
Molekul-molekul cairan bergerak dengan cepat sehingga gaya interaksi antar
molekulnya melemah. Ketiga zat cair (aseton, alkohol dan zat X), tenaga pengaktifan aliran
(E) yang lebih besar yaitu aseton. Gaya yang menyebabkan zat (aseton, alkohol dan zat X)
mengalir adalah adanya gaya gesek antara lapisan material, sehingga kekentalan menunjukkan
tingkat ketahanan cairan untuk mengalir. Semakin kental cairan maka semakin besar kekuatan
yang diperlukan agar zat cair bisa mengalir dengan aliran tertentu. Zat cair bila dipanaskan
menyebabkan gaya kohesi mengalami penurunan. Semakin bertambah temperatur pada zat
cair menyebabkan penurunan kekentalan zat cair. Sehingga bila dibandingkan dengan
temperatur yang rendah, pada suhu tinggi zat alir mengalir lebih cepat. Koefisien kekentalan
zat cair merupakan daya tahan zat cair terhadap aliran. Cara menghitungnya dengan
membandingkan waktu yang digunakan zat cair untuk mengalir dan massa jenis zat cair
dengan nilai koefisien kekentalan zat cair lainnya yang diketahui. Tingkat kekentalan yang
semakin tinggi suatu zat cair maka energi pengaktifan akan semakin kecil sehingga akan
memperlambat aliran dari zat tersebut. Tingkat kekentalan yang semakin tinggi maka waktu
yang dibutuhkan oleh suatu zat cair untuk bergerak mengalir akan semakin lama. Tingkat
kekentalan semakin rendah maka waktu yang dibutuhkan oleh suatu zat cair untuk bergerak
mengalir akan semakin cepat. Menentukan besarnya harga energi pengaktifan, yaitu dengan
memplotkan ln

pada sumbu y dan

pada sumbu x. Grafik tersebut akan diketahui nilai

slop atau kemiringan (m), dan besarnya energi pengaktifan dari masing-masing zat cair yang
digunakan, persamaan yang digunakan yaitu:

Berikut ini adalah grafik hubungan antara ln

dan

Persamaan garis yang dihasilkan dari grafik di atas adalah y = -894,1x + 3,044, nilai
gradien (m) adalah -894,1, sehingga besarnya energi pengaktifan aliran pada alkohol adalah
-7433,54 J/mol K

Persamaan garis yang dihasilkan dari grafik di atas adalah y = -1510x + 4,593, nilai
gradien (m) adalah -1510, sehingga besarnya energi pengaktifan aliran pada aseton adalah
12554,14 J/mol K.

Persamaan garis yang dihasilkan dari grafik di atas adalah y = -1039x + 3,679, nilai
gradien (m) adalah -1039, sehingga besarnya energi pengaktifan aliran pada zat X yaitu
-8638,24 J/mol K.

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Percobaan kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kekentalan zat cair aseton, alkohol dan zat X dibandingkan dengan air lebih kecil
kekentalan air. Penyebab kekentalan mengalami penurunan karena faktor temperatur yang
jika dinaikkan temperaturnya maka kekentalan zat cair mengalami penurunan kerapatan.
Penurunan kerapatan disebabkan bertambahnya energi dalam hal ini energi kinetik
sehingga pergerakan partikelnya renggang.
2. Tenaga pengaktifan zat cair dari alkohol, aseton dan zat X berturut-turut adalah -7433,54
J/ml K; 12554,14 J/mol K; -8638,24 J/mol K. Tenaga pengaktifan zat cair yang lebih besar
yaitu aseton.
4.2 Saran
Praktikan harus lebih teliti lagi, agar hasil yang didapatkan lebih maksimal, dan
menggunakan metode viskometer yang lain juga agar pengetahuan praktikan bertambah.
Praktikan juga harus cekatan dalam melakukan praktikum karena memerlukan variasi suhu
yang berbeda beda.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014.Air.[serialonline].http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927165.
[diakses tanggal 21 April 2015].
Anonim.2014.Alkohol.[serialonline].http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9912456
.[diakses tanggal 21 April 2015].
Anonim.2014.Aseton.[serial online].http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=12567294
.[diakses tanggal 21 April 2015].
Bird, T. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Martin, A. 1993. Farmasi Fisik, jilid I Edisi III. Jakarta: UI-Press.
Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern.Jakarta : Erlangga
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rinaka Cipta.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jember: Universitas
Jember.
Wylie, F. 1988. Mekanika Fluida edisi ke-2 jilid I. Jakarta : Erlangga.

LAMPIRAN
Perhitungan
1. Menghitung kerapatan menggunakan piknometer
Volume piknometer : 10,469 mL
1. Air
a. Temperatur 27oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + air :

= 41,354 gram

Massa air : 41,354 31,141 = 10,213 gram


Kerapatan (p) :

= 0,975 gram/mL

b. Temperatur 30 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + air :

= 41,490 gram

Massa air : 41,490 31,141 = 10,349 gram


Kerapatan (p) :
c. Temperatur 35 oC

= 0,988 gram/mL

Massa pikno = 31,141 gram


Massa pikno + air :

= 41,460 gram

Massa air : 41,460 31,141 = 10,319 gram


Kerapatan (p) :

= 0,985 gram/mL

d. Temperatur 40 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + air :

= 41,486 gram

Massa air : 41,486 31,141 = 10,345 gram


Kerapatan (p) :

= 0,988 gram/mL

2. Alkohol
a. Temperatur 25oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + alkohol :

= 39,222 gram

Massa alkohol : 39,222 31,141 = 8,081 gram


Kerapatan (p) :

= 0,771 gram/mL

b. Temperatur 30 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + alkohol :

= 39,029 gram

Massa alkohol : 39,029 31,141 = 7,888 gram


Kerapatan (p) :

= 0,753 gram/mL

c. Temperatur 35 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + alkohol :

= 39,269 gram

Massa alkohol : 39,269 31,141 = 8,128 gram


Kerapatan (p) :

= 0,776 gram/mL

d. Temperatur 40 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + alkohol :

= 39,270 gram

Massa alkohol : 39,270 31,141 = 8,129 gram


Kerapatan (p) :

= 0,776 gram/mL

3. Aseton
a. Temperatur 25oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + aseton :

= 40,437 gram

Massa aseton : 40,437 31,141 = 9,296 gram


Kerapatan (p) :

= 0,887 gram/mL

b. Temperatur 30 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + aseton :

= 40,413 gram

Massa aseton : 40,413 31,141 = 9,272 gram


Kerapatan (p) :

= 0,885 gram/mL

c. Temperatur 35 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + aseton :

= 40,421 gram

Massa aseton : 40,421 31,141 = 9,28gram


Kerapatan (p) :

= 0,886 gram/Ml

d. Temperatur 40 oC
Massa pikno = 31,141 gram
Massa pikno + aseton :

= 40,398 gram

Massa aseton : 40,398 31,141 = 9,257 gram


Kerapatan (p) :
4. Zat X

= 0,884 gram/mL

a. Temperatur 29oC

Massa pikno : 31,141 gram


Massa pikno + zat x :

= 41,232 gram

Massa zat x : 41,232 31,141 = 10,091 gram


Kerapatan (p) :

= 0,963 gram/mL

b. Temperatur 30 oC

Massa pikno : 31,141 gram


Massa pikno + zat x :

= 41,261 gram

Massa zat x : 41,261 31,141 = 10,12 gram


Kerapatan (p) :

= 0,966 gram/mL

c. Temperatur 35 oC

Massa pikno : 31,141 gram


Massa pikno + zat x :

= 41,251gram

Massa zat x : 41,251 31,141 = 10,11 gram


Kerapatan (p) :

= 0,965 gram/mL

d. Temperatur 40 oC

Massa pikno : 31,141 gram


Massa pikno + zat x :

= 41,205 gram

Massa zat x : 41,205 31,141 = 10,064 gram


Kerapatan (p) :

= 0,961 gram/mL

2. Menghitung Kekentalan dan Tenaga Pengaktifan Aliran


2.1 Kekentalan (viskositas) alkohol
Pada suhu 250C

Pada suhu 300C

Pada suhu 350C

Pada suhu 400C

2.1.1 Hubungan viskositas dengan temperatur


Pada suhu 250C
ln
Pada suhu 300C
ln
Pada suhu 350C
ln

Pada suhu 400C


ln

2.1.2 Grafik hubungan antara viskositas dengan temperatur

Kurva energi pengaktifan aliran alkohol

2.1.3 Nilai E (tenaga pengaktivan aliran) pada alkohol

= - 7,433

2.2 Kekentalan (viskositas) Aseton


Pada suhu 250C

Pada suhu 300C

Pada suhu 350C

Pada suhu 400C

2.2.1 Hubungan viskositas dengan temperatur


Pada suhu 250C
ln
Pada suhu 300C
ln
Pada suhu 350C
ln

Pada suhu 400C


ln

2.2.2 Grafik hubungan antara viskositas dengan temperatur

Kurva energi pengaktifan aliran aseton

2.2.3 Nilai E (tenaga pengaktivan aliran) pada aseton

= 12,554

2.3 Kekentalan (viskositas) Zat X


Pada suhu 290C

Pada suhu 300C

Pada suhu 350C

Pada suhu 400C

2.3.1 Hubungan viskositas dengan temperatur


Pada suhu 290C
ln
Pada suhu 300C
ln
Pada suhu 350C
ln

Pada suhu 400C


ln
2.3.2 Grafik hubungan antara viskositas dengan temperatur

Kurva energi pengaktifan aliran zat X

2.3.3 Nilai E (tenaga pengaktivan aliran) pada zat x

=-8,638

Anda mungkin juga menyukai