PBL Muskulo sk3
PBL Muskulo sk3
AIN FITRAH AN
1102014008
1. MM Anatomi Articulatio / Coxae
1.1 Makroskopik
1.2 Mikroskopik
1.3 Kinesiologi
2. MM Fraktur
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
2.4 Patofisiologi
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.7 Tatalaksana
2.8 Komplikasi Prognosis
Anatomi Coxae
Anatomi Makro
Illium, bersama ischium dan pubis, membentuk Os Coxae. Mereka
bertemu di acetabulum. Os coxae berartikulasi dengan sacrum pada art.
Sacroilliaca dan membentuk dinding antero lateral pelvis. Mereka juga
saling berartkulasi pada symphisis pubis.
superior posterior.
Permukaan luar illium berobak, cembung di depan dan cekung di
belakang. Ia ditanadai 3 garis lengkung: Linea glutea superior, linea
Mikroskopik
Matriks
Komponen penting dari matriks kartilago adalah
kondronektin,sebuah makromolekul yang membantu perlekatan
kondrosit pada kolagen matriks. Matriks kartilago yang tepat
,mengelilingi setiap kondrosit banyak mengandung
Kondrosit
Pada tepian kartilago hyalin, kondrosit muda berbentuk lonjong,
dengan sumbu panjang paralel dengan permukaan. Lebih ke dalam
bentuknya bulat, dan dapat berkelompok hingga 8 sel, kesemuanya
adalah hasil dari pembelahan mitosis dari kondrosit. Kelompok
demikian disebut dengan kelompok isogen.
Struktur paling luar dari kartilago Hyalin bagian atas sama dengan
dari bawah masing-masing terdapat selaput perikondrium yang
kaya fibroblas. Agak ke tengah terdapat kondroblas atau sel
kartilago muda dalam kapsula kecil dengan sitoplasma penuh.
Makin ke tengah terdapat kondrosit atau sel rawan dewasa dalam
berkelompok seperti bagian paling tengah, kondrosit tampak
membentuk kelompok dua-dua empat-empat, dan disebut kelompok
isogen. Tiap kelompok isogen dikelilingi matriks teritorial dan
menampakkan kondrosit dengan sitoplasma tereduksi, sehingga
tampak ruang antara sitoplasma dengan kapsula yang disebut
lakuna. Antara dua kelompok isogen dipisahkan oleh matriks
interteritorial.
Remodeling Tulang
Remodeling tulang (peremajaan tulang) adalah sebuah proses seumur
hidup di mana sel-sel tulang tua dihapus dari tulang dan diganti dengan
sel-sel tulang baru. Ada dua tahap, reabsorpsi dan pembentukan, yang
perlu keseimbangan hati-hati untuk menjaga kekuatan tulang. Dengan
menopause, reabsorpsi tulang lebih besar dari pembentukan tulang,
aktivitas osteoblast tidak dapat bersaing dengan aktivitas osteoklas, dan
wanita mulai kehilangan tulangnya lebih cepat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan
terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Osteoklas
membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas,
sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular.
Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami
remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan
pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang
kompak dan 20% per tahun untuk tulang trabekular.
Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas,
sehingga kerangka menjadi panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas
juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada
orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara,
sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan,
khususnya pada wanita, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas
dan kepadatan tulang mulai berkurang. aktivitas osteoklas juga
meningkat pada tulang. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan,
Kinesiologi
Articulatio Coxae
- Tulang : antara caput femoris dan acetabulum
- Jenis sendi : enarthrosis spheroidea
- Penguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata
- Ligamentum illiofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae
tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan
berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi
kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.
Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.
Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi dan
rotasi externa. Diperkuat juga oleh ligamnetum transversum acetabuli
dan ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.
- Gerak sendi :
Fleksi : M. Illiopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductoir
longus, M. Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor
fascia latae
Ekstensi : M. Gluteus
maximus, M. Semitendinosis, M.
Semimembrinosus, M. Biceps femoris caput longum, M. Adductor
magnus pars posterior
Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Priformis, M.
Sartorius, M. Tensor fasciae latae
Adduksi : M. Adductor magnus, M. Adductor longus, M. Adductor
brevis, M. Gracilis, M. Pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus
femoris
Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor
fasciae latae, M. Adductor magnus (pars posterior)
Rotasi Lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M.
Obturator externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus dan
Mm. Adductores
2. MM Fraktur
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma, baik
langsung maupun tidak langsung.
2.2
Klasifikasi
Fraktur Terbuka
Fraktur Tertutup
Tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar
Fraktur Komplit
Garis patah melalui seluruh penampang tulang
Fraktur Inkomplit
Patah terjadi hanya di sebagian garis tulang.
a Green Stick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah dan
lainnya membengkok
b Hairline Fracture patah retak rambut
c Buckle Fracture/ Torus Fracture terjadi lipatan dari korteks
dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya, umumnya
terjadi pada distal radius anak.
10
Fraktur Komunitif
Garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
Fraktur Segmental
Garis patah lebih dari satu tetapi tidak saling berhubungan
Fraktur Multiple
Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempat
11
Fraktur Un-displace
Garis patahan komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser
Transversal
Fraktur sepanjang garis tengah tulang
Oblique
Fraktur menyerong
Angulasi
Fraktur membentuk sudut
Spiral
Fraktur memuntir sepanjang batang tulang
Patahtulangavulsi
Disebabkanolehkontraksiotot yang kuat,
sehinggamenarikbagiantulangtempat tendon
otottersebutmelekat.Paling seringterjadipadabahudanlutut,
tetapibisajugaterjadipadatungkaidantumit.
12
Impaksi
Fraktur dimana fragmen tulang terdorong kef ragmen tulang lainnya
Fraktur Intrakapsuler
Terletak di daerah collum femur
a Subcapital retak di antara caput dan collum
b Transcervikal retak di daerah collum
Fraktur Ekstrakapsuler
Terletak di daerah trochanterica
a Fraktur basis collum femur
Lokasi subcapital
Lokasi transcervikal
13
Tipe I sudut 30
Tipe II sudut 50
Garden I incomplete
spinal
oblique
transverse
14
2 Butterfly fragment : -
2 Fragments
> 3 fragments
single
short commnunition
large commnunition
15
5. Fraktur Intertrochanter
a Definisi :
Adalah fraktur yang terjadi dalam sepanjang garis antara trochanter
major dan minor
b Klasifikasi :
Menurut Boys dan Grivin (berdasarkan mudahnya dalam memperoleh
dan mempertahankan reduksi)
Tipe I : fraktur disepanjang garis intertrochanter non displaced
Tipe 2 : fraktur komunitif dengan multiple fraktur pada korteks
Tipe 3 : pada dasarnya fraktur subtrochanter, dengan paling sedikit
satu fraktur lewat diproximal dan distal/di trochanter minor.
Tipe 4 : fraktur trochanter dan shaft proximal dengan paling sedikit dua
bidang
2.3 Etiologi
Trauma Langsung
Benturan pada tulang yang mengakibatkan fraktur di tempat tersebut.
Contoh : benturan pada lengan bawah menyebabkan patah tulang
radius dan ulna.
16
Patofisiologi
17
a. Obturator
b. Iliaka
c. Pubik
d. Disertai fraktur caput femur
3. Dislokasi sentral asetabulum
a. Hanya mengenai bagian dalam dinding asetabulum
b. Fraktur sebagian dari kubah asetabulum
c. Pergeseran menyeluruh ke seluruh panggul disertai
asetabulum yang komunitif
2.6
fraktur
Anamnesis
Pada penderita ditemukan riwayat trauma ataupun cedera dengan
keluhan bagian dari tungkai tidak dapat digerakkan.
Pemeriksaan Fisik
1. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang
abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi
hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan
luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka
2. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa
bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji
sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang
memerlukan pembedahan.
3. Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi
lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan
sendi sendi dibagian distal cedera.
Pemeriksaan Penunjang
1. X. Ray
Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi yaitu
anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering
menyebabkan cedera pada lebih dari satu tingkat karena itu bila ada
fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar x
pada pelvis dan tulang belakang.
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Bone scans, Tomogram, atau MRI scans
4. Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler
5. CCT jika banyak kerusakan otot
Diagnosis Banding
Fraktur collum femur di diagnosis banding dengan kelainan berikut :
1. Osteitis Pubis
2. Slipped Capital Femoral Epiphysis
3. Sanpping Hip Syndrome
Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
1 Anamnesa (Ada tidaknya trauma)
18
Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah
fraktur patologis. Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, beratringannya trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau
ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).
2 Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada
fraktur multiple, fraktur pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka
terinfeksi.
3 Pemeriksaan status lokalis
1 Look
1 Deformitas
a Penonjolan yang abnormalitas
b Angulasi
c Rotasi
d Shortning
2 Fungsio laesa (hilangnya fungsi) seperti pada fraktur cruris
menyebabkan tidak bisa berjalan.
3 Warna kulit yang kemerahan atau kehitaman atau
hiperpigmentasi
2 Feel (palpasi)
1 Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban
kulit
2 Apabila ada pembengkakan, apakah terjadi fruktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian
3 Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, dan letak kelainan
3 Move
1 Krepitasi
Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tp ini bukan cara yang
baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau
beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa
atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.
2 Nyeri bila ditekan, baik pada gerak aktif maupun pasif
3 Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan-gerakan
yang tidak mampu dilakukan (ROM)
4 Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada
sendi, misalnya pertengahan femur bisa digerakkan
4 Pemeriksaan Laboratorium
1 HB dan hematokrit menurun akibat perdarahan
2 Laju endap darah (LED) meningkat pada jaringan rusak yang
meluas
3 Kalsiom dan posfat meningkat pada masa penyembuhan
4 Kreatinin meningkat pada trauma yang terjadi pada otot
19
1 Sinar X
Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Perangkap-perangkap
berikut ini harus dihindari:
- Dua pandangan. Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat
pada film sinar-X tunggal dan sekurang-kurangnya harus
-
2 Pencitraan khusus
Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada
sinar x biasa. Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau
fraktur condylus tibia, ct dan MRI mungkin merupakan satu-satunya
cara untuk menunjukkan apakah fraktur vertebrae mengancam
20
2.7
Tatalaksana
Terapi Konservatif
1. Proteksi
2. Immobilisasi saja tanpa reposisi
3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
4. Traksi
Terapi Operatif
1. ORIF
Adalah Metode penata pelaksanaan patah tulang dengan cara
pembedahan reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana insisi
dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan ditemukan
sepanjang bidang anatomik tempat yang mengalami fraktur, fraktur
diperiksa dan diteliti. Fraktur direposisi agar menghasilkan posisi yang
normal kembali, sesudah reduksi, fragmen fragmen tulang
dipertahankan dengan alat alat orthopedi.
Indikasi ORIF :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis
tinggi
Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan
Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih
baik dengan operasi
Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur.
nutrisi yangbaik
21
Kehilangan tulang
Infeksi
Keganasan lokal
Nekrosis evakuler
22
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau
fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam
yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur.
Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu
intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18
minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.
o Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
-Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
-Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
-Memantau status neurologi.
-Mengontrol kecemasan dan nyeri
-Latihan isometrik dan setting otot
-Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
-Kembali keaktivitas secara bertahap.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :
-Imobilisasi fragmen tulang.
-Kontak fragmen tulang minimal.
-Asupan darah yang memadai.
-Nutrisi yang baik.
-Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
-Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid
anabolik.
Penatalaksanaan Fraktur
Pengelolaan fraktur secara umum mengikuti prinsip pengobatan
kedokteran pada umumnya, yaitu yang pertama dan utama adalah jangan
cederai pasien (primum non nocere). Cedera iatrogen tambahan pada
pasien terjadi akibat tindakan yang salah dan/atau tindakan yang
23
24
25
Ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti
pada fraktur radius distal.
4.Reposisi dengan traksi dilakukan secara terus menerus selama masa
tertentu, misalnya beberapa minggu, dan kemudian diikuti dengan
imobilisasi. Ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara
manipulasi akan terdislokasi kembali di dalam gips. Cara ini dilakukan
pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya fraktur femur.
5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar
Untuk fiksasi fragmen patahan tulang, digunakan pin baja yang
ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara
kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat ini dinamakan fiksator
ekstern.
6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam
pada tulang secara operatif
Misalnya reposisi fraktur collum femur. Fragmen direposisi secara nonoperatif dengan meja traksi, setelah tereposisi, dilakukan pemasangan
pen ke dalam collum femur secara operatif.
7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan
pemasangan fiksasi internal ini dilakukan misalnya pada fraktur femur,
tibia, humerus, atau lengan bawah. Fiksasi interna yang dipakai bisa
berupa pen di dalam sumsum tulang panjang, bisa juga berupa plat
dengan sekrup di permukaan tulang. Keuntungan reposisi secara operatif
adalah bisa dicapai reposisi sempurna dan bila dipasang fiksasi interna
yang kokoh, sesudah operasi tidak perlu lagi dipasang gips dan segera
bisa dilakukan mobilisasi. Kerugiannya adalah reposisi secara operatif ini
mengundang resiko infeksi tulang.
26
1.
2.
3.
4.
2.8 Komplikasi
Kerusakan nervus skiatik
Kerusakan pada caput femur
Kerusakan pada pembuluh darah
Fraktur diafisis femur
Komplikasi lanjut
1. Nekrosis avaskuler
2. Miositis osifikans
3. Dislokasi yang tidak dapat direduksi
4. Osteoarthritis
Komplikasi Awal
1. Syok : Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik
kehilangan darah eksterna maupun yang tidak terlihat) dan
kehilangan cairan eksternal ke jaringan yang rusak.
2. Sindrom emboli lemak : pada saat terjadi fraktur, glubola lemak dapat
masuk ke dalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang
lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang
dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak
dalam aliran darah.
3. Sindrom kompartemen : merupakan masalah yang terjadi saat perfusi
jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan
jaringan. Bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen
otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan
gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi
kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan
dengan berbagai masalah (iskemi, cidera remuk).
Komplikasi lambat
1. Delayed union : proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam
waktu yang lebih lama drai perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5
bulan)
27
Daftar pustaka
Apley, A.G., dan Solomon, L (1995). Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem
apley. Alih bahasa; fr. Edi Nugroho. Jakarta: widya medika
Eroschenko, Victor P. 2010. Tulang Rawan Hialin dalam Atlas Histologi
diFiore. EGC. Jakarta.
Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah. FKUI. Jakarta.
www.kuliah-tutorial.com/komplikasi-fraktur.html
www.patienthaandbogen.dk collum femoris fraktur