PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Anak lebih
rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara
lain disebabkan oleh: sistem imunitas/ kekebalan tubuh yang belum sempurna,
kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya (seperti: orang tua,
kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya), kurangnya kesadaran orang tua untuk
sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin BCG pada bayi baru lahir
dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia.(1)
Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, foto thoraks dan pemeriksaan
laboratorium. Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif, uji
tuberkulin positif, gejala dan tanda sugestif TB, dan foto thoraks yang mengarah
pada TB (sugestif TB), merupakan dasar untuk menyatakan anak sakit TB. (1)
Sekitar
sepertiga
penduduk
dunia
telah
terinfeksi
oleh
98%
kematian
akibat
TB
didunia,
terjadi
pada
negara-negara
berkembang.Pada Tahun 2006, secara global terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru
TB dan 1,7 juta (25/100.000) meninggal karena TB. India, Cina dan Indonesia
berkontribusi lebih dari 50% dari seluruh kasus TB yang terjadi di 22 negara
dengan beban berat TB: Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah India dan
Cina. TB pada bayi dan anak adalah fenomena yang sangat mencemaskan. Jumlah
kasus TB pada bayi dan anak di Indonesia sekitar seperlima dari seluruh kasus
TB. (2)
Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB.
Hal tersebut antara lain disebabkan oleh: sistem imunitas atau kekebalan tubuh
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. Habil
Tgl Lahir/Umur
: 20 september 2012
(4 tahun)
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Desa baliase
Agama
: Islam
Nama Ayah
: Tn. Mail
Pekerjaan Ayah
: tukang ojek
Nama Ibu
: Ny. Sri
Pekerjaan Ibu
: IRT
Tanggal masuk
: 11 Agustus 2016
ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki laki usia 4 tahun datang dengan keluhan batuk sejak 3
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk berlendir warna bening, dan
tidak ada darah. Pasien juga mengalami panas, dialami sejak 2 minggu terakhir.
Panas naik turun dan telah diberi dengan obat penurun panas namun tidak
membaik. Saat panas pasien tidak kejang, tidak ada menggigil. Menurut ibu
pasien, pasien mengeluh sering berkeringat malam dan mengaku berat badan
pasien menurun. Pasien mengeluh mual, namun tidak sampai muntah, sesak, dan
kejang. Buang air besar lancar dan buang air kecil lancar. Disekitar lingkungan
rumah pasien ada yang menderita batuk lama dan sedang menjalani pengobatan 6
bulan, sekarang penggobatan berjalan 5 bulan.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
orangtua pasien tidak mengalami keluhan yang sama, hanya saja tetangga pasien
ada yang mengalami batuk lama dan sementara berobat 6 bulan.
Riwayat makanan sejak lahir sampai sekarang:
Usia 0-6 bulan
: ASI eksklusif
: Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat badan
: 14 kg
Tinggi badan
: 102 cm
Nadi
Respirasi
= 22 x/menit
Suhu badan
= 38,2 0C
Kulit
: Tidak sianosis, tidak ikterik, turgor < 2 detik, rumple leede (-),
patekie (-)
Kepala
(-)
Mata
Mulut
Tonsil
Leher
: Pembesaran kelenjar getah bening (+) > 1 cm, dan tidak ada
Toraks
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani.
Palpasi
Anggota gerak
Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus ototbaik, tidak ada atrofi otot
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
: 12 Agustus 2016
Resume :
Pasien laki laki usia 4 tahun datang dengan keluhan batuk sejak 3
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk berlendir warna bening, dan
tidak ada darah.Pasien juga mengalami panas, dialami sejak 2 minggu terakhir.
Panas naik turun dan telah diberi dengan obat penurun panas namun tidak
membaik. Saat panas pasien tidak kejang, tidak ada menggigil. Menurut ibu
pasien, pasien mengeluh sering berkeringat malam dan mengaku berat badan
pasien menurun. Tetangga pasien mengalami batuk lama dan mengkonsumsi
pengobatan 6 bulan.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 120x/menit reguler kuat
angkat, pernapasan 23x/menit dan suhu 37,9 C. Ditemukan adanya pembesaran
kelenjar
getah
bening
dan
pada
pemeriksaan
thoraks
bunyi
napas
3x1 pulv
ANJURAN :
Foto thoraks
Uji tuberkulin
FOLLOW UP
Tanggal 13 agustus 2016
(perawatan hari ke 2)
S : Panas (+), Batuk berlendir (+), muntah 2x berisi makanan bercampur darah.
O: Tanda vital :Nadi
Suhu
Respirasi
: 37,8 C
:28 kali/menit
Pemeriksaan Lab
:
o WBC : 11,6 x 103/L
o HGB : 14,1 g/dl
o HCT : 43,6%
o PLT : 455 x 103/L
Kepala
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Anggota gerak
Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot
A: Susp Bronhitis + Susp. TB paru
P:
Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab
3x1 pulv
SKORING TB
Riwayat kontak dengan penderita TB
Uji tuberkulin
BB/keadaan Gizi
Demam tanpa sebab yang jelas
Batuk
Pem.Kelenjar Limfe
Pembengkakan Tulang dan sendi
Foto thorax
TOTAL
3
1 (gizi kurang)
1
1 3 minggu
1
0
7
(perawatan hari ke 3)
Suhu
Respirasi
Kepala
Leher
: 37,2 C
:24 kali/menit
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Anggota gerak
Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot
SKORING TB
Riwayat kontak dengan penderita TB
Uji tuberkulin
BB/keadaan Gizi
Demam tanpa sebab yang jelas
Batuk
Pem.Kelenjar Limfe
Pembengkakan Tulang dan sendi
Foto thorax
TOTAL
3
1 (gizi kurang)
1
1 3 minggu
1
0
1
8
10
A: Tuberkulosis Paru
P:
3x1 pulv
(perawatan hari ke 4)
Suhu
Respirasi
Kepala
Leher
: 37,0 C
:24 kali/menit
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Anggota gerak
Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot
A: Tuberkulosis Paru
P:
3x1 pulv
(perawatan hari ke 5)
12
Kepala
Leher
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-/-),
wheezing(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Anggota gerak
Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot
A: Tuberkulosis Paru
P:
13
3x1 pulv
(perawatan hari ke 6)
Suhu
Respirasi
Kepala
Leher
: 36,8 C
:29 kali/menit
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
14
Palpasi
Anggota gerak
Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot
A: Tuberkulosis Paru
P:
3x1 pulv
(perawatan hari ke 7)
Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10 mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab
3x1 pulv
DISKUSI
16
17
badan menjadi penting. Namun pada perhitungan status gizi pasien dengan CDC
belum terdapat penurunan berat badan atau status gizi yang kurang atau buruk (7)
Penderita juga mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu dan batuk
berlendir sejak 3 minggu yang lalu. Demam lebih dari 2 minggu yang tidak
diketahui penyababnya serta batuk lebih dari 3 minggu merupakan gejala-gejala
tuberkulosis. (7)
Limfadenitis biasanya merupakan komplikasi dini TB primer, umunya
terjadidalam 6 bulan pertama setelah infeksi. Sebagian besar infeksi kelenjar limfe
superfisialis terjadi akibat penyebaran limfogen dan hematogen. Pada awal
perjalanan penyakit TB, kuman TB yang mencapai aliran darah dapat bersarang
disatu
kelompok
atau
lebih
kelenjar
limfe.
Dalam
beberapa
bulan,
digunakan
untuk
mendiagnosis
TB,
kecuali
gambaran
18
Catatan :
diagnostik yang sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup
tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Efektifitas dalam
menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Tuberkulin
yang tersedia di indonesia saat ini adalah PPD RT-23 2TU (Tuberculin unit)
buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD (Purifide Protein Derivative)
19
dari biofarma. Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein
yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml secara intrakutan dibagian volar
lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Pengukuran
dilakukan pada indurasi yang timbul, bukan hiperemi atau eritemanya.(1)
Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (dua bulan
pertama) dan dilanjutkan dengan fase lanjutan/ sterilisasi (empat bulan atau
lebih).Pemberian panduan obat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi
obat dan untuk membunuh kuman intraselular dan ekstraselular, sedangkan
pemberian obat jangka panjang bertujuan selain untuk membunuh kuman juga
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan. (3,9)
Susunan panduan OAT pada anak adalah 2RHZ/4RH yaitu pada fase
intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) yang
diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 RHZ) dan fase lanjutan yang terdiri dari
Rifampisin (R) dan Isoniazid (H) yang diberikan setiap 4 hari selama 4 bulan. (3,9))
Isoniazid (H)
Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid, dan efek bakterisidnya hanya
terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Mempunyai 2 efek toksik
utama yaitu hepatotoksik, neuritis perifer, dan hipersensitivitas. Dosis
isoniazid adalah 5 15 mg/kgBB/hari dosis tunggal. (1)
Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid pada intra sel dan ekstra sel, dapat memasuki semua
jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh
oleh
isoniazid.
Rifampisin
diabsorpsi
dengan
baik
melalui
sistem
gastrointestinal pada saat perut sedang kosong. Efek sampingnya lebih sering
terjadi dibanding isoniazid yaitu perubahan warna urine, ludah, keringat,
sputum, dan air mata berwarna orange kemerahan, serta menyebabakan
gangguan gastrointestinal. Dosis rifampisin adalah 10 20 mg/kgBB/hari
dosis tunggal. (1)
Pirazinamid (Z)
Derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan
21
DAFTAR ISI
Basir, Darfioes. 2013. Buku Ajar Respirologi Anak Ed.I. Balai Penerbit
2
3
Behram, Kliegman, Arvin, 2011. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15.
Aesculapius FK UI.Jakarta.
Setiabudi R.2010. Pengantar Antimikroba . Dalam: Gunawan SG,
Setiabudy R, Nafrialdi,editor. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta.
22