Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Anak lebih
rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Hal tersebut antara
lain disebabkan oleh: sistem imunitas/ kekebalan tubuh yang belum sempurna,
kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di sekitarnya (seperti: orang tua,
kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya), kurangnya kesadaran orang tua untuk
sedini mungkin melakukan imunisasi dengan vaksin BCG pada bayi baru lahir
dan buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi di Indonesia.(1)
Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, foto thoraks dan pemeriksaan
laboratorium. Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif, uji
tuberkulin positif, gejala dan tanda sugestif TB, dan foto thoraks yang mengarah
pada TB (sugestif TB), merupakan dasar untuk menyatakan anak sakit TB. (1)
Sekitar

sepertiga

penduduk

dunia

telah

terinfeksi

oleh

Mycobacteriumtuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB


baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB
dan

98%

kematian

akibat

TB

didunia,

terjadi

pada

negara-negara

berkembang.Pada Tahun 2006, secara global terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru
TB dan 1,7 juta (25/100.000) meninggal karena TB. India, Cina dan Indonesia
berkontribusi lebih dari 50% dari seluruh kasus TB yang terjadi di 22 negara
dengan beban berat TB: Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah India dan
Cina. TB pada bayi dan anak adalah fenomena yang sangat mencemaskan. Jumlah
kasus TB pada bayi dan anak di Indonesia sekitar seperlima dari seluruh kasus
TB. (2)
Bayi lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB.
Hal tersebut antara lain disebabkan oleh: sistem imunitas atau kekebalan tubuh
1

yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita TB di


sekitarnya (seperti: orang tua, kerabat dekat, pengasuh dan sebagainya),
kurangnya kesadaran orang tua untuk sedini mungkin melakukan imunisasi
dengan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan buruknya kualitas gizi pada sebagian
bayi di Indonesia. Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, foto thoraks dan pemeriksaan
laboratorium.(3)
Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta
kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98%
kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Pada Tahun
2006, secara global terdapat sekitar 9,2 juta kasus baru TB dan 1,7 juta
(25/100.000) meninggal karena TB. India, Cina dan Indonesia berkontribusi lebih
dari 50% dari seluruh kasus TB yang terjadi di 22 negara dengan beban berat TB:
Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah India dan Cina. TB pada bayi dan
anak adalah fenomena yang sangat mencemaskan. Jumlah kasus TB pada bayi dan
anak di Indonesia sekitar seperlima dari seluruh kasus TB.(2)

BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama

: An. Habil

Tgl Lahir/Umur

: 20 september 2012
(4 tahun)

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Desa baliase

Agama

: Islam

Nama Ayah

: Tn. Mail

Pekerjaan Ayah

: tukang ojek

Nama Ibu

: Ny. Sri

Pekerjaan Ibu

: IRT

Tanggal masuk

: 11 Agustus 2016

ANAMNESIS
Keluhan utama : Batuk
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien laki laki usia 4 tahun datang dengan keluhan batuk sejak 3
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk berlendir warna bening, dan
tidak ada darah. Pasien juga mengalami panas, dialami sejak 2 minggu terakhir.
Panas naik turun dan telah diberi dengan obat penurun panas namun tidak
membaik. Saat panas pasien tidak kejang, tidak ada menggigil. Menurut ibu
pasien, pasien mengeluh sering berkeringat malam dan mengaku berat badan
pasien menurun. Pasien mengeluh mual, namun tidak sampai muntah, sesak, dan
kejang. Buang air besar lancar dan buang air kecil lancar. Disekitar lingkungan

rumah pasien ada yang menderita batuk lama dan sedang menjalani pengobatan 6
bulan, sekarang penggobatan berjalan 5 bulan.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga :
orangtua pasien tidak mengalami keluhan yang sama, hanya saja tetangga pasien
ada yang mengalami batuk lama dan sementara berobat 6 bulan.
Riwayat makanan sejak lahir sampai sekarang:
Usia 0-6 bulan

: ASI eksklusif

Usia 6-12 bulan

: susu formula + ASI + MP ASI

Usia 1- sampai sekarang : ASI + susu formula + makanan keluarga.


Riwayat Imunisasi :
Imunisasis dasar pasien lengkap.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum

: Sakit Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Berat badan

: 14 kg

Tinggi badan

: 102 cm

Status Gizi (CDC)

: Gizi Kurang (87%)

Tanda tanda vital :

Nadi

= 120 x/menit, reguler,kuat angkat

Respirasi

= 22 x/menit

Suhu badan

= 38,2 0C

Kulit

: Tidak sianosis, tidak ikterik, turgor < 2 detik, rumple leede (-),

patekie (-)
Kepala

: Normocephal, rambut hitam,tidak mudah dicabut dan Otorhea

(-)

Mata

: Konjungtiva pucat (-), skleraikterik (-), refleks korneakesan

normal, refleks cahaya normal.

Hidung : Rhinorrhea (-), epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-)

Mulut

: faring tidak hiperemis, tidak ada caries gigi.

Tonsil

: Tonsil T1/ T1, tidak hiperemis.

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (+) > 1 cm, dan tidak ada

perbesaran kelenjar tiroid.

Toraks

: Bentuk simetris, tidak ada luka,dan jejas.

Paru-paru
Inspeksi
Palpasi

: Pergerakan dinding dada simetris,tidak terlihat adanya massa.


Tidak teraba massa, tidak teraba krepitasi, tidak ada nyeri
tekan, vocal fremitus kanan sama dengan kiri.

Perkusi

: Sonor pada lapang paru kanan dan kiri.

Auskultasi

: Suara napas bronkovesikuler, ronchi (+/+), wheezing (-/-).

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi

: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra.

Perkusi

Auskultasi

Batas atas Jantung : Parasternal sinistra SICII


Batas Jantung kanan : Parasternal dextra SICIV
Batas Jantung kiri : Midclavicula sinistra SICV

: Bunyi jantung I-II murni regular, murmur (-),gallop (-).

Abdomen
Inspeksi
Auskultasi

: Tampak datar, tidak tampak sikatrik, dan tidak tampak massa.


: Peristaltik usus (+)kesan normal.
5

Perkusi

: Timpani.

Palpasi

: Nyeri tekan(-),hepar, dan lien tidak teraba.

Anggota gerak

Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus ototbaik, tidak ada atrofi otot

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium

: 12 Agustus 2016

WBC : 12,8 x 103/L


HGB : 15,6 g/dl
HCT : 47,5%
PLT : 457 x 103/L

Resume :
Pasien laki laki usia 4 tahun datang dengan keluhan batuk sejak 3
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk berlendir warna bening, dan
tidak ada darah.Pasien juga mengalami panas, dialami sejak 2 minggu terakhir.
Panas naik turun dan telah diberi dengan obat penurun panas namun tidak
membaik. Saat panas pasien tidak kejang, tidak ada menggigil. Menurut ibu
pasien, pasien mengeluh sering berkeringat malam dan mengaku berat badan
pasien menurun. Tetangga pasien mengalami batuk lama dan mengkonsumsi
pengobatan 6 bulan.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi 120x/menit reguler kuat
angkat, pernapasan 23x/menit dan suhu 37,9 C. Ditemukan adanya pembesaran
kelenjar

getah

bening

dan

pada

pemeriksaan

thoraks

bunyi

napas

bronkhovesikuler dengan bunyi napas tambahan rhonki pada kedua lapangan


paru.

DIAGNOSIS : Suspek Tuberkulosis


TERAPI :

IVFD Dextrose 5% 16tpm


Inj. Ceftriaxone 400mg/12jam/IV
Gentamicin 30 mg/12jam/IV (ST)
Inj. Dexametason 2 mg/8 jam/IV
Novalgin 80 mg/8jam/IV (KP)
Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab

3x1 pulv

ANJURAN :

Foto thoraks
Uji tuberkulin

FOLLOW UP
Tanggal 13 agustus 2016

(perawatan hari ke 2)

S : Panas (+), Batuk berlendir (+), muntah 2x berisi makanan bercampur darah.
O: Tanda vital :Nadi

:117 kali/menit, reguler, kuat angkat

Suhu
Respirasi

: 37,8 C
:28 kali/menit

Pemeriksaan Lab
:
o WBC : 11,6 x 103/L
o HGB : 14,1 g/dl
o HCT : 43,6%
o PLT : 455 x 103/L

Kepala
Leher

: Normocephal, rhinorhea (-), otorhea (-).


: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
pembesaran kelenjar getah bening (teraba > 1 cm)

Thorax

Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada massa.


: Vocal Fremitus kanan sama dengan kiri, nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
: Sonor pada lapang paru kanan dan kiri.
: Suara napas bronkovesikuler, ronchi (+/+), wheezing

: Ictus cordis tidak terlihat.


: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra.
:
Batas atas Jantung : Parasternal sinistra SICII
Batas Jantung kanan : Parasternal dextra SICIV
Batas Jantung kiri : Midclavicula sinistra SICV
: Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur.

: Tampak datar, tidak ada sikatrik.


: Peristaltik usus (+)kesan normal.
: Timpani
: Nyeri tekan epigastrik (-), Turgor kulit baik, hepar dan
lien tidak teraba.

Anggota gerak

Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema

Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot
A: Susp Bronhitis + Susp. TB paru
P:

IVFD Dextrose 5% 16 tpm


Inj. Ceftriaxone 400mg/12jam/IV
Gentamicin 30 mg/12jam/IV
Inj. Dexametason 2 mg/8 jam/IV
Novalgin 80 mg/8jam/IV (KP)
8

Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab

3x1 pulv

SKORING TB
Riwayat kontak dengan penderita TB
Uji tuberkulin
BB/keadaan Gizi
Demam tanpa sebab yang jelas
Batuk
Pem.Kelenjar Limfe
Pembengkakan Tulang dan sendi
Foto thorax
TOTAL

Tanggal 14 agustus 2016

3
1 (gizi kurang)
1
1 3 minggu
1
0
7

(perawatan hari ke 3)

S : Panas (-), Batuk berlendir (+)


O: Tanda vital :Nadi

:120 kali/menit, reguler, kuat angkat

Suhu
Respirasi
Kepala
Leher

: 37,2 C
:24 kali/menit

: Normocephal, rhinorhea (-), otorhea (-).


: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
pembesaran kelenjar getah bening (teraba > 1 cm)

Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada massa.


: Vocal Fremitus kanan sama dengan kiri, nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
: Sonor pada lapang paru kanan dan kiri.
: Suara napas bronkovesikuler, ronchi (-/-), wheezing

: Ictus cordis tidak terlihat.


: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra.
:
Batas atas Jantung : Parasternal sinistra SICII
Batas Jantung kanan : Parasternal dextra SICIV

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

Batas Jantung kiri : Midclavicula sinistra SICV


: Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur.

: Tampak datar, tidak ada sikatrik.


: Peristaltik usus (+)kesan normal.
: Timpani
: Nyeri tekan epigastrik (-), Turgor kulit baik, hepar dan
lien tidak teraba.

Anggota gerak

Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema
Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot

Hasil foto Rontgen : Adanya pembesaran kelenjar parahiler disertai adanya


infiltrat yang mungkin disebabkan oleh suatu proses spesifik.
Kesan : KP aktif dextra

SKORING TB
Riwayat kontak dengan penderita TB
Uji tuberkulin
BB/keadaan Gizi
Demam tanpa sebab yang jelas
Batuk
Pem.Kelenjar Limfe
Pembengkakan Tulang dan sendi
Foto thorax
TOTAL

3
1 (gizi kurang)
1
1 3 minggu
1
0
1
8

10

A: Tuberkulosis Paru
P:

Ivfd Dextrose 5% 12 tpm


Inj. Ceftriaxone 400mg/12jam/IV
Gentamicin 30 mg/12jam/IV
PCT 3x1 cth (KP)
Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab

Tanggal 15 agustus 2016

3x1 pulv

(perawatan hari ke 4)

S : Panas (-), Batuk berlendir (+)


O: Tanda vital :Nadi

:120 kali/menit, reguler, kuat angkat

Suhu
Respirasi
Kepala
Leher

: 37,0 C
:24 kali/menit

: Normocephal, rhinorhea (-), otorhea (-).


: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
pembesaran kelenjar getah bening (teraba > 1 cm)

Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada massa.


: Vocal Fremitus kanan sama dengan kiri, nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
: Sonor pada lapang paru kanan dan kiri.
: Suara napas bronkovesikuler, ronchi (-/-), wheezing

(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Ictus cordis tidak terlihat.


: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra.
:
Batas atas Jantung : Parasternal sinistra SICII
Batas Jantung kanan : Parasternal dextra SICIV
11

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

Batas Jantung kiri : Midclavicula sinistra SICV


: Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur.

: Tampak datar, tidak ada sikatrik.


: Peristaltik usus (+)kesan normal.
: Timpani
: Nyeri tekan epigastrik (-), Turgor kulit baik, hepar dan
lien tidak teraba.

Anggota gerak

Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema

Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot

A: Tuberkulosis Paru
P:

Ivfd Dextrose 5% 12 tpm


Inj. Ceftriaxone 400mg/12jam/IV
Gentamicin 30 mg/12jam/IV
Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab

Tanggal 16 agustus 2016

3x1 pulv

(perawatan hari ke 5)

S : Panas (-), Batuk berlendir (+)


O: Tanda vital :Nadi
Suhu
Respirasi

:118 kali/menit, reguler, kuat angkat


: 36,6 C
:27kali/menit

12

Kepala
Leher

: Normocephal, rhinorhea (-), otorhea (-).


: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
pembesaran kelenjar getah bening (teraba > 1 cm)

Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada massa.


: Vocal Fremitus kanan sama dengan kiri, nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
: Sonor pada lapang paru kanan dan kiri.
: Suara napas bronkovesikuler, ronchi

(-/-),

wheezing(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

: Ictus cordis tidak terlihat.


: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra.
:
Batas atas Jantung : Parasternal sinistra SICII
Batas Jantung kanan : Parasternal dextra SICIV
Batas Jantung kiri : Midclavicula sinistra SICV
: Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur.

: Tampak datar, tidak ada sikatrik.


: Peristaltik usus (+)kesan normal.
: Timpani
: Nyeri tekan epigastrik (-), Turgor kulit baik, hepar dan
lien tidak teraba.

Anggota gerak

Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema

Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot

A: Tuberkulosis Paru
P:

13

Ivfd Dextrose 5% 12 tpm


Inj. Ceftriaxone 400mg/12jam/IV
Gentamicin 30 mg/12jam/IV
Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab

Tanggal 17 agustus 2016

3x1 pulv

(perawatan hari ke 6)

S : Panas (-), Batuk berlendir (+)


O: Tanda vital :Nadi

:120 kali/menit, reguler, kuat angkat

Suhu
Respirasi
Kepala
Leher

: 36,8 C
:29 kali/menit

: Normocephal, rhinorhea (-), otorhea (-).


: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
pembesaran kelenjar getah bening (teraba > 1 cm)

Thorax
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada massa.


: Vocal Fremitus kanan sama dengan kiri, nyeri tekan
(-), krepitasi (-)
: Sonor pada lapang paru kanan dan kiri.
: Suara napas bronkovesikuler, ronchi (-/-), wheezing

(-/-).
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi

: Ictus cordis tidak terlihat.


: Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra.
:
Batas atas Jantung : Parasternal sinistra SICII
Batas Jantung kanan : Parasternal dextra SICIV
Batas Jantung kiri : Midclavicula sinistra SICV
: Bunyi jantung I-II murni regular, tidak ada murmur.
: Tampak datar, tidak ada sikatrik.
: Peristaltik usus (+)kesan normal.
: Timpani

14

Palpasi

: Nyeri tekan epigastrik (-), Turgor kulit baik, hepar dan


lien tidak teraba.

Anggota gerak

Ekstremitas Atas
: Akral hangat, tidak edema
Ekstremitas Bawah : Akral hangat, tidak edema

Genitalia
: Tidak ada kelainan, tidak ada edema
Tulang belakang
: tidak ada kelainan
Otot-otot
: tonus otot baik, tidak ada atrofi otot

A: Tuberkulosis Paru
P:

Ivfd Dextrose 5% 16tpm


Inj. Ceftriaxone 400mg/12jam/IV
Gentamicin 30 mg/12jam/IV
Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab

Tanggal 17 agustus 2016

3x1 pulv

(perawatan hari ke 7)

Pasien pulang paksa namun, pasien tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi


obat yang diberikan serta kontrol di poliklinik Anak RSU Anutapura Palu
untuk pengobatan 6 bulan.
Obat pulang
Cefixim 2x1/2 cth
15

Puyer batuk :
o Salbutamol 0,8 mg
o Histapan 10 mg
o Metil prednisolon (4mg) tab
B-Com 2x1 tab

3x1 pulv

DISKUSI

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan


oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Bayi lebih
rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis penyebab TB. Diagnosis TB anak
ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji
tuberkulin, foto thoraks dan pemeriksaan laboratorium.(2,4)
Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan
penyakit . terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil
tuberkulosis serta daya tahan tubuh manusia. Penularan kuman terjadi melalui
udara. Hal ini disebabkan kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei dalam udara.partikel infeksi ini dapat menetap 1-2 jam, tergantung
pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Basil

16

Mycobakterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah mengkolonisasi


saluran nafas bawah, maka tujuan respon imun adalah lebih untuk mengepung dan
mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respon seluler melibatkan sel T
dan magrofag- basil tersebut.(2,3,5)
Kompleks basil, magrofag, sel T dan jaringan fibrosa membungkus
kompleks makrofag basil tersebut. Kompleks basil , magrofag, sel T dan
jaringan parut disebut tuberkel. Tuberkel yang pada akhirnya akan mengalami
kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan
sinar-X thoraks. Bila kuman menetap dijaringan paru, ia tumbuh dan berkembang
biak dalam sitoplasma makrofag .Kuman yang bersarang dijaringan paru akan
menjadi fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar dengan cepat melalui
kelenjar getah bening menuju ke kelenjar regional yang kemudian akan
mengalami reaksi eksudasi. (3,5)
Gambaran klinis tuberkulosis primer lain ialah panas atau demam
biasanya pagi hari, malese, keringat malam, dispneu ringan, batuk purulent
produktif kadang disertai nyeri dada lebih dari tiga minggu sering dijumpai pada
infeksi aktif, anoreksia dan berat badan yang menurun, kadang-kadang dijumpai
panas yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau tanpa
hepatosplenomegali, oleh karena itu bila dijumpai panas seperti tifus abdominalis
pada bayi atau anak kecil, harus difikirkan juga tuberkulosis sebagai penyebab
panas tersebut. Selain itu bila didapatkan riwayat kontak erat dengan penderita.(6)
Pada kasus ini diagnosis TB ditegakan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan skoring TB, serta pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan. Pada skoring TB didapatkan total skoring pasien 8 sehingga pasien
harus mendapatkan pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pasien dengan
jumlah skor 6 harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat pengobatan
OAT (Obat Anti Tuberkulosis).

Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat

kontak, dimana ibu pasien menerima pengobatan OAT selama 6 bulan.


Penurunan berat badan merupakan gejala umum yang sering dijumpai
pada TB paru pada anak. Umumnya pasien TB anak mempunyai status gizi
kurang atau bahkan gizi buruk. Dengan alasan tersebut, kriteria penurunan berat

17

badan menjadi penting. Namun pada perhitungan status gizi pasien dengan CDC
belum terdapat penurunan berat badan atau status gizi yang kurang atau buruk (7)
Penderita juga mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu dan batuk
berlendir sejak 3 minggu yang lalu. Demam lebih dari 2 minggu yang tidak
diketahui penyababnya serta batuk lebih dari 3 minggu merupakan gejala-gejala
tuberkulosis. (7)
Limfadenitis biasanya merupakan komplikasi dini TB primer, umunya
terjadidalam 6 bulan pertama setelah infeksi. Sebagian besar infeksi kelenjar limfe
superfisialis terjadi akibat penyebaran limfogen dan hematogen. Pada awal
perjalanan penyakit TB, kuman TB yang mencapai aliran darah dapat bersarang
disatu

kelompok

atau

lebih

kelenjar

limfe.

Dalam

beberapa

bulan,

penyebaranhematogen dapat terlihat dengan adanya pembesaran sementara


(transient). Sebagian besar lesi di kelenjar akan sembuh total, tetapi sebagian kecil
kuman TB tetap berkembang biak. Manifestasi ini dapat terjadi bertahun-tahun
kemudian.Pada penderita ini ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening
> 1 cm. (5)
Gambaran foto Rontgen toraks pada TB tidaklah khas, karena kelainankelainan radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada penyakit-penyakit lain.
Sebaliknya foto Rontgen toraks yang normal (tidak terdeteksi secara radiologis)
tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang
lainnya mendukung. Dengan demikian, pemeriksaan foto Rontgen toraks saja
tidak dapat

digunakan

untuk

mendiagnosis

TB,

kecuali

gambaran

milier.Pemeriksaan foto Rontgen toraks penderita menunjukkan adanya


pembesaran kelenjar parahiler disertai adanya infiltrat yang mungkin disebabkan
oleh suatu proses spesifik. Ini merupakan salah satu gambaran sugestif TB paru.
Gambaran sugestif TB paru diantaranya berupa: (5)
-

Pembesaran kelenjar limfe hilus/paratrakea dengan atau tanpa infiltrat


Atelektasis lobus medius
Konsolidasi lobar/segmental
Gambaran milier
Efusi pleura
Kavitas
Kalsifikasi (proses lama)
Tuberkuloma

18

Diagnosis untuk TB pada anak biasanya digunakan adalah sistem


skoring, adapun sistem skoring adalah sebagai berikut : (8)

Catatan :

Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter.


Batuk dimasukkan dalam skor setelah disingkirkan penyebab batuk kronik

lainnya seperti Asma, Sinusitis, dan lain lain.


Jika dijumpai skrofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat

langsung didiagnosis tuberkulosis.


Berat badan dinilai saat pasien datang (moment opname).
Foto toraks bukan alat diagnostik utama pada TB anak.
Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7 hari setelah

penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak.


Anak didiagnosis TB jika jumlah skor > 6, (skor maksimal 13)
Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk ke RS untuk evaluasi
lebih lanjut.
Selain itu uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat

diagnostik yang sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup
tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Efektifitas dalam
menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Tuberkulin
yang tersedia di indonesia saat ini adalah PPD RT-23 2TU (Tuberculin unit)
buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD (Purifide Protein Derivative)

19

dari biofarma. Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein
yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml secara intrakutan dibagian volar
lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Pengukuran
dilakukan pada indurasi yang timbul, bukan hiperemi atau eritemanya.(1)
Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (dua bulan
pertama) dan dilanjutkan dengan fase lanjutan/ sterilisasi (empat bulan atau
lebih).Pemberian panduan obat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi
obat dan untuk membunuh kuman intraselular dan ekstraselular, sedangkan
pemberian obat jangka panjang bertujuan selain untuk membunuh kuman juga
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan. (3,9)
Susunan panduan OAT pada anak adalah 2RHZ/4RH yaitu pada fase
intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) yang
diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 RHZ) dan fase lanjutan yang terdiri dari
Rifampisin (R) dan Isoniazid (H) yang diberikan setiap 4 hari selama 4 bulan. (3,9))
Isoniazid (H)
Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid, dan efek bakterisidnya hanya
terlihat pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Mempunyai 2 efek toksik
utama yaitu hepatotoksik, neuritis perifer, dan hipersensitivitas. Dosis
isoniazid adalah 5 15 mg/kgBB/hari dosis tunggal. (1)

Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid pada intra sel dan ekstra sel, dapat memasuki semua

jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh
oleh

isoniazid.

Rifampisin

diabsorpsi

dengan

baik

melalui

sistem

gastrointestinal pada saat perut sedang kosong. Efek sampingnya lebih sering
terjadi dibanding isoniazid yaitu perubahan warna urine, ludah, keringat,
sputum, dan air mata berwarna orange kemerahan, serta menyebabakan
gangguan gastrointestinal. Dosis rifampisin adalah 10 20 mg/kgBB/hari
dosis tunggal. (1)

Pirazinamid (Z)
Derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan

tubuhtermasuk CSS, bakterisid hanya pada intra selpada suasana asam,dan


20

diresorbsibaik pada saluran cerna. Pengguanaan pirazinamid aman pada anak.


Dosis pirazinamid adalah 10 20 mg/kgBB/hari dosis tunggal. (1)
Pasien dikatakan putus obat apabila tidak meminum obat selama dua
minggu secara berturut-turut. Prognosis tergantung pada faktor deteksi dini,
pengobatan yang efektif dan komplikasi yang ada. Prognosis pada kasus ini
adalah dubia ad bonam karena penderita dapat terdeteksi sebelum mengalami
komplikasi berat seperti adanya deformitas tulang, gangguan neurologis dan lainlain. Diharapkan selain kepatuhan pengobatan penderita, adanya penanganan gizi
dapat mendukung proses penyembuhan penderita. (3)

21

DAFTAR ISI

Basir, Darfioes. 2013. Buku Ajar Respirologi Anak Ed.I. Balai Penerbit

2
3

Ikatan Dokter AnakIndonesia. Jakarta.


FKUI. 2009. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi

dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.


McPhee,S., Papadakis,MA. 2009. Curreny Medical Diagnosis and

Treatment, California : McGraw hill.


Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi
Anak, Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Alpers, Ann. 2009. Buku Ajar Pediatric Rudolph, Jakarta : EGC

Behram, Kliegman, Arvin, 2011. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15.

Vol. 2. EGC. Jakarta.


Mansjoer, A, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2: Media

Aesculapius FK UI.Jakarta.
Setiabudi R.2010. Pengantar Antimikroba . Dalam: Gunawan SG,
Setiabudy R, Nafrialdi,editor. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai