Anda di halaman 1dari 36

DISENTRI

HUSNUL HATIMAH
09 777 012
Pembimbing klinik
dr. Christina Kolondam,
Sp.A

PENDAHULUAN
Diare

secara epidemiologik
biasanya didefinisikan sebagai
keluarnya tinja yang lunak atau
cair tiga kali atau lebih dalam
satu
hari.
Diare
adalah
penyebab utama kematian dan
kesakitan pada anak di negara
berkembang, dengan perkiraan
1,3 Milyar episode dan 3,2 juta

Diare berdarah adalah terdapatnya


darah dalam tinja cair, dan umumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri.
Kondisi ini menyebabkan bahaya dan
masih menjadi masalah pada anakanak.
Sangat
penting
untuk
membedakan diare berdarah dari
penyebab lain perdarahan usus.
Infeksi bakteri (disentri basiler) dan
infestasi parasit (disentri amuba)
yang bertanggung jawab untuk

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: An. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl Lahir/umur : 20 Juli 2016
Alamat : Desa Ngatabaru
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Suku Bangsa : kaili
Nama Ayah : Tn. Agus
Umur Ayah
: 42 tahun
Pend. Terakhir ayah : S1
Pekerjaan Ayah : PNS
Nama Ibu : Ny. yanti
Umur Ibu : 39 tahun
Pend. Terakhir ibu : SMA
Pekerjaan Ibu
: Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 25 Juli 2016
Masuk diruangan : AMC Lantai 4

AYAH IBU

PENDERITA

II. Anamnesis
Keluhan utama

:Berak darah
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke rumah sakit anutapura dengan keluhan
berak darah. Dialami sejak kurang lebih 7 hari yang lalu.
Frekuensi lebih dari 10 kali. Berlendir (+), berbau amis
(+), darah (+) berampas , volume banyak. Anak rewel
saat BAB. Setiap kali makan dan minum pasien muntah.
Nafsu makan menurun, rasa haus meningkat. Muntah
lebih dari 5 kali. Demam kurang lebih 1 hari yang lalu,
naik turun, kejang (-), batuk (-), flu (-),sesak (-), Bak
lancar, sudah berobat ke bidan diberikan 3 jenis terapi,
tetapi ibu pasien lupa jenis obat yang dikonsumsi.
Setelah minum obat BAB darah berkurang frekuensinya.
Tetapi anak tetap rewel dan susah tidur

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami


penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang
mengalami keluhan yang sama
dengan pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Anak
tinggal
di
Desa
ngata
baru,rumah merupakan lingkungan
padat
penduduk.
Di
lingkungan,
pasien pandai bergaul. Status sosial
ekonomi anak masuk dalam kategori
menengah.
Riwayat
Kehamilan
dan
persalinan: Anak ke 2 dari 2
bersaudara. Perawatan antenatal care
(ANC) ibu rutin. Penyakit selama
kehamilan tidak ada. Lahir dengan

Kemampuan dan Kepandaian Bayi :


Duduk usia 6 bulan
Merangkak usia 8 bulan
bisa berjalan usia 12 bulan.
Bicara ( panggil papa ) 20 bulan
Anamnesis makanan :
ASI : usia 0 2 bulan.
Susu formula : usia 2 bulan 4 tahun
Teh : mulai umur 5 tahun
Bubur : usia 4 bulan
Nasi : mulai usia 1 tahun sekarang (makan
makanan keluarga)

Riwayat Imunisasi Dasar :


BCG
: Usia 3 bulan
POLIO
: usia 0, 2 bulan, 4 bulan, dan 6
bulan
DTP
: Usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan
HEPATITIS B : Usia 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan
dan 6 bulan
CAMPAK
: Usia 9 bulan
Imunisasi anak ini lengkap.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum

: tampak sakit sedang,


kesadaran compos mentis
Status Gizi
: BB/TB : 92 % = status
gizi baik
Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Denyut Nadi
: 96 kali/menit
frekuensi. Napas : 20 kali/menit
Suhu
: 36,8 0C

KEPALA
Wajah

: simetris
Deformitas
: tidak ada
Bentuk : Normochepal
Rambut : warna hitam, sukar dicabut
Mata
: Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikerus
Pupil isokor bilateral
Mulut
:bibir tidak kering, lidah tidak kotor

Leher

: Kelenjar getah bening dan tiroid


membesar

tidak
Dada
Paru-paru
Inspeksi: Gerak dinding dada simetris,
tidak ada retraksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi :bunyi nafas vesikuler ,tidak
ada ronkhi, tidak ada wheezing

Jantung
Inspeksi
: ictus cordis tampak pada SIC V
midclavicula sinistra
Palpasi
: ictus cordis teraba pada SIC V
midclavicula sinistra
Perkusi
: pekak
Auskultasi :Bunyi jantung 1 dan bunyi
jantung II murni regular.

Abdomen

Inspeksi: tampak cembung


Auskultasi : Bising usus kesan meningkat
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, hepar
dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Ekstremitas Atas
Tidak edema, akral hangat
Ekstremitas Bawah :
Tidak edema, akral hangat

LABORATORIUM
Darah lengkap
WBC 10.8 x103 /m3
RBC

:4,6 x106 /m3


HGB : 12,9 g/dL
HCT
: 33,8 %
PLT
: 193 x103 /m3

TES

HASIL

Makroskopis
Warna
Konsistensi

merah
Cair

Lendir

Darah

Mikroskopis
Sisa pencernaan

Lemak

Karbohidrat

Serat
Leukosit

0-5 /LPB

Eritrosit

130-150 /LPB

Parasit

Ditemukan E. histolytica (+)


Stadium trofozoit

Telur cacing

Tidak ditemukan

Jamur

Tidak ditemukan

Darah samar

RESUME
Pasien anak perempuan (7 tahun) datang ke RSU Anutapura
dengan keluhan berak darah. Dialami sejak kurang lebih 7
hari yang lalu. Frekuensi lebih dari 10 kali. Berlendir (+),
berbau amis (+), darah (+) berampas , volume banyak.
Anak rewel saat BAB. Setiap kali makan dan minum pasien
muntah. Nafsu makan menurun, rasa haus meningkat.
Muntah lebih dari 5 kali. Demam kurang lebih 1 hari yang
lalu, naik turun, kejang (-), batuk (-), flu (-),sesak (-), Bak
lancar, sudah berobat ke bidan diberikan 3 jenis terapi,
tetapi ibu pasien lupa jenis obat yang dikonsumsi. Setelah
minum obat BAB darah berkurang frekuensinya. Tetapi anak
tetap rewel dan susah tidur. Anak memiliki gizi baik. Tekanan
darah 100/70 mmHg, Denyut Nadi 112 kali/menit, frekuensi.
Napas 28 kali/menit, Suhu 36,8 0C, pemeriksaan darah rutin
semua dalam batas normal, pada analisis feses ditemukan
E. histolytica (+) Stadium trofozoit

Diagnosis Kerja

: disentri amoeba

Terapi
Ivfd Ka-En 3B 14 tetes /menit
Zinc 1x10mg
Oralit 100cc/x berak
Sanmol 3 x 1 cth
Ceftriaxone 2 x 250 mg
Gentamycin 2 x 15 mg

Follow
up

Tanggal 27 juli 2016

S : buang air besar masih


O: keadaan umum sakit sedang,
compos mentis
TD 90/60 mmHg
Nadi 100 kali/menit
Pernafasan 28 kali/menit
Suhu 36,80C
Bising usus kesan normal
A : disentri `amoeba
P : Ivfd RL 16 tetes /menit
Metronidazole syrup 3x cth
L-Bio 2 x 1 cth
Diet bubur + teh manis

Tanggal 28 juli 2016

S : buang air besar mulai lembek, masih ada darah


dan lendir tapi sedikit
O:
TD 90/60 mmHg
Nadi 110 kali/menit
Pernafasan 28 kali/menit
Suhu 36,50C
Bising usus kesan normal
A :`Amoebiasis
P : Ivfd RL 16 tetes /menit
Metronidazole syrup 3x cth
L-Bio 2 x 1 cth
Diet bubur + teh manis

Tanggal 29 Juli 2016

S : buang air besar tidak encer, sudah tidak


ada darah dan lendir
O:
TD 90/60 mmHg
Nadi 100 kali/menit
Pernafasan 28 kali/menit
Suhu 36,10C
Bising usus kesan normal
A :`Amoebiasis
P : Ivfd RL 16 tetes /menit
Metronidazole syrup 3x cth
L-Bio 2 x 1 cth
Diet bubur + teh manis

DISKU
SI

DEFINISI
Disentri

berasal dari bahasa


yunani yaitu dys (gangguan) dan
enteron (usus), yang berarti
radang usus yang menimbulkan
gejala meluas dengan gejala
buang air besar dengan tinja
beradarah, diare berkonsistensi
cair dengan volume sedikit, buang
air besar dengan tinja bercampur

ETIOLOGI
Penyebab disentri dibagi atas 2 bagian besar
yaitu berdasarkan penyebabnya yaitu bakteri
dan amoeba.1.3
Disentri basiler
Shigella s.p. (basil non motil, gram
negative dan family enterobacteriaceae. )
Disentri amoeba
Entamoeba hystolitica. (protozoa usus.
Siklus hidup amoeba ini ada 2 bentuk
trofozoit dan bentuk kista )

Epidemiologi
disentri

basiler pada anakanak di bawah umur 5 tahun.


Disentri
amoeba
tersebar
hampir ke seluruh dunia
terutama di Negara yang
sedang
berkembang
yang
berada di daerah tropis.
Penyakit
ini
biasanya

Patofisiologi
Disentri

Amoeba
Amoebiasis
didapat dari rute
fecal-oral melalui
komsumsi
dari
makanan atau air
yang
sudah
terkontaminasi
amoeba. Setelah
masuk ke saluran
cerna
E.
hystolitica dalam
bentuk kistanya

Gejala klinik
Disentri amoebiasis
timbul gejalanya akan perlahan lahan.
mengeluhkan perut kembung,
terkadang juga mengeluhkan nyeri perut

ringan yang hilang timbul, diare yang timbul


dapat 4-5 kali sehari dengan tinja bebau
busuk dan terkadang dapat ditemukan
lendir serta darah.
Disentri basiler
gejala infeksi umum yaitu kelemahan umum
yang diikuti oleh demam, kemudian diare
yang
mengandung
lendir
dan
darah,tenesmus. Bila penyakit menjadi

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar gejala
klinik dan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan labororium yang biasa
dilakukan adalah pemeriksaan tinja
untuk mengetahui etiologi penyebab
dari disentri. selain itu, pemeriksaan
darah lengkap,
serologis, USG juga
dapat melihat perkembangan penyakit.

Terapi
Bila

penderita dalam keadaan dehidrasi,


maka harus dilakukan pemberian cairan
intravena, selanjutnya diberikan diet yang
sesuai dengan toleransi penderita.
Pada amoebiasis Obat yang dapat diberikan
adalah
metronidazole
dengan
dosis
penggunaan 30 mg/kg/hari yang dapat
diberikan secara oral maupun parenteral
yang diberikan selama 5 sampai 10 hari.
Sedangkan pengobatan pada Disentri basiler
dapat diberikan kloramfenikol dengan dosis
50-100 mg/kgBB/hari peroral diagi 3 dosis.

Berdasarkan hasil anamnesis, Pasien datang dengan keluhan

berak darah. Dialami sejak kurang lebih 7 hari yang lalu.


Frekuensi lebih dari 10 kali. Berlendir (+), berbau amis (+),
darah (+) berampas , volume banyak. Anak rewel saat BAB
Hal ini sesuai dengan definisi disentri yang mana disentri
berasal dari bahasa yunani yaitu dys (gangguan) dan
enteron (usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan
gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja
beradarah, diare berkonsistensi cair dengan volume sedikit,
buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus) dan
nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan
suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas
yang disebut sebagai sindroma disentri yakni: sakit perut
yang disertai dengan tenesmus, buang air besar cair, dan
tinja mengandung darah dan lendir.

Pada pasien ini, jenis disentri yang

dialami adalah disentri amoeba. Hal ini


sesuai dengan gejala klinik amoeba.
Pasien ini dengan disentri amoeba
ringan timbul gejalanya akan perlahan
lahan.
Penderita
biasanya
mengeluhkan
perut
kembung,
terkadang juga mengeluhkan nyeri
perut ringan yang hilang timbul, diare
yang timbul dapat 3 kali sehari dengan
tinja berbau busuk dan terkadang
dapat ditemukan lendir serta darah.
Nyeri tekan yang timbul. Keadaan

Berdasarkan patofisologi terjadinya disentri

amoeba dimulai dari rute fecal-oral melalui


komsumsi dari makanan atau air yang sudah
terkontaminas amoeba. Namun pada kasus
ini, riwayat makanan tidak diketahui.
Berdasarkan
gejala
kliinik,
pasin
ini
memenuhi kriteria disentri amoeba. Selain
itu pemeriksaan laboratorium yang ada
menyingkirkan petanda bahwa dengan WBC
yang tidak tinggi menunjukkan bahwa
penyebabnya
bukan bakteri. Dan hasil
analisis feses menunjukkan adanya parasit
E.histolytica stadium tropozoid.

Pada

amoebiasis
diperlukan
pengobatan yang dapat membunuh
stadium tropozoid serta mengeradikasi
stadium kista yang dapat menularkan
serta
dapat
menimbulkan
infeksi
berulang. Oleh karena itu pengobatan
yang di berikan pada pasien ini di
berikan metronidazole dengan dosis
30-50 mg/kgBB/hari.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai