Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN ASET

DOSEN : Dr. Aceng Gima Sugiama

Oleh :
Hendra Wahyu
Nim.131158003

PROGRAM PASCA SARJANA


MAGISTER TERAPAN REKAYASA INFRASTRUKTUR (MTRI)
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2013

1.

Banjir Rendam Kabupaten Bandung, 6.000 Warga Mengungsi


Banjir merendam wilayah Kabupaten Bandung, setelah hujan deras selama

berhari-hari mengguyur kawasan tersebut. Banjir akibat luapan Sungai Citarum


tersebut menyebabkan puluhan ribu rumah warga terendam.

BANDUNG, JAWA BARAT Banjir yang terjadi di Kabupaten Bandung


menggenangi Kecamatan Dayeuh Kolot, Bale Endah, dan Bojongsoang. Warga
korban banjir dari ketiga kecamatan tersebut total berjumlah 56 ribu orang, namun
hanya enam ribu di antaranya yang mengungsi. Banjir yang terjadi akibat intensitas
hujan yang cukup tinggi ini berasal dari luapan Sungai Citarum. Rumah warga yang
terendam akibat banjir ini ketinggiannya bervariasi, antara 2 hingga 3 meter. Warga
mengatakan, banjir kali ini termasuk yang paling parah jika dibandingkan tahuntahun sebelumnya. Pasalnya, akses jalan raya yang menghubungkan antara
Kabupaten Bandung dengan Kota Bandung pun ikut terendam hingga sepinggang
orang dewasa. Baru kali ini (banjir) yang paling besar. Kalau di RW 14 (ketinggian
air) sekitar 3,5 meter. Ya (semua aktivitas) lumpuh total, ujar Ade, warga
setempat.Warga lainnya, Heri menambahkan, Masih banjir, ada 2 meter. Sering
banjir, Cuma sekarang yang paling besar.
Banjir luapan Sungai Citarum di kawasan Baleendah dan Dayeuhkolot, Kabupaten
Bandung, bagian selatan semakin menghebat dengan areal genangan yang kian
meluas. Pemantauan menunjukkan, banjir akibat curah hujan yang tinggi di kawasan
hulu Citarum itu telah mengakibatkan terputusnya sejumlah jalan raya di kawasan

Baleendah dan Dayeuhkolot. Salah satunya ruas Jalan Raya Banjaran-Dayeuhkolot


terputus di sekitar jembatan Dayeuhkolot. Kemudian Jalan Raya BalendahRancamanyar dan Jalan Raya Cieunteung.
Akibatnya, arus lalu lintas di jalur itu terputus. Khusus untuk jalur utama Banjaran/
Ciparay-Dayeuhkolot-Kota Bandung terpaksa diarahkan melalui Jalan BaleendahBojongsoang yang berjarak sekitar 1 kilometer dari kota Kecamatan Dayeuhkolot.
"Banjir sudah berlangsung seminggu ini, tetapi hari ini lebih besar dari hari-hari
sebelumnya," kata Ogi (35), warga Kampung Andir, Baleendah.

Kantor Polsek Dayeuhkolot ikut terendam


banjir, 14/4 (foto: VOA/Wulan).
Sementara itu, banjir juga menggenangi Kantor Polisi Polsek Dayeuh Kolot. Senada
dengan warga, Kepala Polsek Dayeuh Kolot, Komisaris Polisi Edi Suwandi
mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Pihak kepolisian Dayeuh Kolot tidak jarang terpaksa memindahkan
para tahanan ke kantor polisi lain yang aman dari banjir. Meski demikian, saat ini
Polsek Dayeuh Kolot menjadi salah satu tempat pengungsian yang ditempati oleh
sekitar 50 kepala keluarga korban banjir. Mereka menginap di lantai atas kantor
polisi tersebut. "Begitu hujan deras, dan dari beberapa sungai meluap. Ini yang kedua
terparah, karena tahun 2010 juga lebih dari ini. Ini (banjir) yang kedua lebih parah
lagi, hingga dulu pernah para tahanan dievakuasi ke (Polsek) Bojongsoang, tapi
kalau sekarang masih bisa diarahkan di sini (tidak diungsikan), ujar Kapolsek
Dayeuh Kolot, Kompol. Edi Suwandi. Hingga kini, ribuan warga masih mengungsi
di beberapa lokasi yang aman dari banjir, di antaranya di masjid, puskesmas, sekolah,
kantor kecamatan, hingga gedung aula. Mereka rata-rata meninggalkan rumah tanpa
sempat membawa perbekalan yang cukup. Kebanyakan kalau pengungsi itu
kebetulan kalau yang bawa uang ya mendingan. Tapi kalau yang tidak bawa uang itu
mungkin menahan lapar, tambah Ade. Saat ini pihak Kementerian Sosial telah

menyediakan berbagai bantuan, termasuk membangun dapur umum yang setiap


harinya menyediakan 4000 nasi bungkus untuk para korban banjir.

Warga korban banjir di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah, di hari ke 13


banjir, Senin (8/2), mulai terkena berbagai penyakit. Penyakit yang mulai hinggap
pada warga korban banjir yang berada di pengungsian ini antara lain diare dan
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Sebagian besar menyerang warga korban
banjir berusia muda dan balita.
Selama dua hari terakhir ini penyakit diare diderita oleh sedikitnya 300 warga
korban banjir. Menurut petugas kesehatan di Posko Kesehatan pengungsian
Baleendah Ny Evie Rufaedah, diare akut yang diderita oleh warga korban banjir
akibat kekurangan air bersih konsumsi. Maka itu pihak Satlak Kesehatan, sejak Senin
pagi kemarin, mulai menabur kaporit di sumur-sumur milik warga Baleendah.
"Sumur gali masih menjadi sumber utama air bersih warga di sini," papar Evie
Rufaedah.
Banjir hebat di dua kecamatan ini, menurut Bupati Bandung H Obar Sobarna,
sebagai akibat dari ketidakmampuan Sungai Citarum dalam menampung debit air
ketika curah hujan yang turun sangat tinggi. Karena itu, antisipasinya dengan
melakukan normalisasi aliran sungai.
Namun demikian menurut dia, untuk kepentingan itu diperlukan biaya paling
sedikit Rp 300 miliar. Bupati Obar Sobarna, menyebutkan angka Rp 300 miliar
tersebut muncul dalam pertemuan pihak Pemerintah Kabupaten Bandung,

Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Dirjen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum
belum lama ini.
Disebutkan Grand Design normalisasi Citarum berikut anak sungainya itu
sebagai upaya yang akan dilakukan pemerintah pusat, Provinsi Jabar dan Kabupaten
Bandung mengatasi banjir di Kabupaten Bandung. "Ini merupakan grand design
yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat yang pembicaraannya telah kami lakukan
bersama beberapa Waktu lalu, Banjir di Bandung, Ribuan Rumah Terendam 2 Meter
BANDUNG (Pos Kota) Amukan banjir yang melanda di kampung
Cieunteung, Baleendah Kabupaten Bandung masih belum mereda. Sudah hampir
sepekan ribuan rumah warga terendam banjir hingga, Minggu warga punmasih
berjubel di beberapa tempat pengungsian yang ada di wilayah tersebut. Di kabarkan,
buntut banjir setinggi 2 meter itu pun merobohkan enam rumah.
Berdasar catatan di kantor Kecamatan Baleendah enam rumah yang ronoh
Minggu akibat tak tahan terendam air. Rumah itu ambruk akibat lapuknya kayu-kayu
setelah direndam banjir hampir sepekan. Untuk menyelamatkan warga, pihak Pemda
Kabupaten Sumedang sudah memerintahkan warga supaya mengungsi hingga waktu
yang belum ditentukan. Ribuan pengungsi kini di tampung, di mesjid, kantor
kelurahan, kecamatan, dan gedung serba guna milik PDI-P Kecamatan Baleendah.
Di sisi lain dadang pun menyoroti, kondisi perekonomian di baleendah kini
mengalami kelumpuhan. Ribuan warga sama sekali tak bisa beraktifitas lantaran
rendaman air masih tinggi. Akibatnya, kebutuhan makanan dan minuman praktis
morat-marit. Sudah semingngu warga berdiam di pengungsian. Semua aktifitas
warga lumpuh,.
Berdasar pemantauan, lanjutnya, air banjir kini masih tetap menduduki semua
wilayah di Kampung Cieunteung. Kabupaten Bandung. Dia belum bisa
memperediksi kapan banjir itu surut, pasalnya hujan deras setiap hari masih terus
turun di Bandung.

2.

SOLUSI MENGATASI BANJIR

Adapun langkah yang akan diambil oleh pihak pemerintah untuk


menanggulangi terjadinya banjir diantaranya:
a. Menyediakan Sistem Drainase

Drainase harus dibersihkan secara menyeluruh agar aliran mengalir dengan


baik.
b. Normalisasi sungai

Pada setiap aliran sungai dengan waktu tertentu akan terjadi pendangkalan
dasar sungai dikarenakan banyaknya sedimen-sedimen yang menumpuk.
Dengan terjadinya pendangkalan daya tampung sungai semakin kecil, maka
sungai perlu dinormalisasikan dengan cara mengeruk sedimen-sedimen yang
mengendap didasar sungai.
c. Memelihara Hutan

Hutan boleh berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air
hujan dan mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. didaerah
bandung yang hutan banyak dijadikan proyek properti, pembangunan
perumahan yang dilegalkan oleh pemerintah, sehingga hutan semakin
berkurang, akibatnya daya serap tanah berkurang dan aliran air (run off)
semakin besar, untuk itu perlu kerja sama pemerintah dan masyarakat untk
menjaga kelestarian hutan.
d. Mengawal Aktiviti Manusia

Salah satu penyebab banjir adalah sampah, sampah diakibatkan kurangnya


kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, pemerintah
wajib memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga kebersihan melalui study pemberdayaan masyarakat.

Dari artikel Artikel diatas ada beberapa Solusi dan komentar dari Pembaca
1.

Pemerintah harus merencakan Road map Infrastruktur


Fungsi road map tersebut adalah untuk merencakan infrastruktur yang cocok
dalam menangani banjir didaerah kota bandung
Master Plan

Meninjau
Informasi

Bandung
bebas
banjir

Membuat
rencana
cakupan
Life Cycle
Management
Strategis
Rencana Anggaran
Biaya

Design dan
RAB

Pelaksanaan

O/M

2.

Profil Kabupaten Bandung


Banjir disungai citarum merupakan penomena alam untuk daerah bandung

terutama daerah Cieunteung, dengan titik tertinggi sungai citarum 2000 m diatas
permukaan air laut dan titik terendah 600m dpl. Curah hujan dikota bandung
mencapai 1500-2000 mm pertahun.
Banjir yang terjadi diwilayah Cieunten merupakan akumulasi dari berbagai faktor
diatas sehingga perlu penanganan khusus diwiliyah tersebut, diwiliyah sungai
citarum tepatnya di pertemuan sungai citarum dengan cisangkui banyak sudetan pada
belokan sungai menjadi aliran sungai lurus sehingga banyak terjadi sungai-sungai

mati. Untuk mengurangi hal tersebut perlu mengkatifkan kembali sungai-sungai mati
tersebut dan membuat folder-folder pada pertemuan dua sungai.
3.

Solusi banjir dikabupaten bandung


Dari analisa ahli pengairan bahwa debit banjir yang terjadi pada 50 tahun, 25
tahun, 5 tahun dan 2 tahun wilayah bandung selatan tepatnya daerah Cieunteung
tidak mampu menampung luapan air pada saat hujan tinggi.
Tabel. Periode ulang
Tabel 10. Luas genangan
hasil simulasi Periode
Ulang Banjir
2 tahun
5 tahun
25 tahun
50 tahun

Luas genangan (ha)


21,92
98,62
954,78
4561,69

Tabel perhitungan curah hunan Log pearson


perhitungan curah hujan Curah Hujan Rencana
rencana pada salah satu
(mm)
sub DAS di DAS
Citarum Hulu : Kala
Ulang
Log Pearson III Gumbel
Log Normal
1.01
35.719
24.547
35.297
2
74.028
74.321
74.221
5
97.042
104.079
97.134
10
111.964
123.781
111.797
20
127.257
142.680
126.668
25
130.558
148.675
129.871
50
144.261
167.142
143.074

Tabel Koefisien Pengaliran (C)


Tabel 5.
Sub DAS
Perhitungan
Koefisien
Pengaliran
DAS Citarum
Hulu No
1.
Citepus
2.
Cibolerang
3.
Cipamokolan
4.
Cisangkuy
5.
Ciwidey
6.
Citarum Hulu
7.
Cikeruh
8.
Citarik
9.
Cidurian
10.
Cibeureum
11.
Cicadas
12.
Cigede
13.
Cimahi

C rata -rata

0.614728
0.604648
0.55882074
0.5383512
0.445142
0.55783464
0.57949351
0.62173981
0.5691107
0.623653
0.6533647
0.5354859
0.623653

3.1 Penyusunan Strategi


a. Strategi Jangka Pendek
1. Pembangunan dan Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir, Dengan Peluang
Sharing Dana Pemeliharaan Dengan Pihak Swasta, pada periode ulang banjir 25
tahun, limpasan terjadi pada patok 8.022 - 15.925 dengan ketinggian 0,35 3,7 m,
dan patok 16.603 18.481 dengan ketinggian limpasan 0,3 2,9 m, sehingga pada
daerah tersebut dapat dipertimbangkan infrastruktur pengendalian banjir yang sesuai,
seperti tanggul sepanjang aliran sungai yang melimpas. Sedangkan untuk
mengurangi sedimentasi dapat dilakukan normalisasi sungai secara berkala.
Pendanaan untuk biaya operasi dan pemeliharaan bagi daerah flood plain area dan
sempadan sungai 17
2. Kemudahan Bagi Industri Non Polutif dalam Permohonan Perpanjangan Ijin
Usaha.
Sekitar 44,81 ha dari luas genangan Q25 merupakan kawasan industri ( Dalam
RTRW Kabupaten Bandung industri yang diperkenankan adalah industri non polutif
dan kegiatan pariwisata), sehingga bagi pihak industri non polutif yang memohon
perpanjangan usahanya, dapat dipermudah perijinannya.
3. Mekanisme Insentif Bagi Kegiatan Pertanian Yang Sesuai Kaidah Konservasi

Salah satu dari mekanisme intensif adalah kemudahan bagi kegiatan pertanian yang
sesuai kaidah konservasi. Luas areal pertanian pada Q25 adalah 45,7 ha, berupa
kebun campuran 32,19 ha, tegal/ladang 13,28 ha dan persawahan 655,45 ha.
Kemudahan dapat dilakukan pihak Pemda dengan menyediakan varietas tanaman
yang tahan genangan, berupa tanaman perkebunan seperti tanaman karet, kelapa,
kopi dan cengkeh juga berupa tanaman pangan seperti padi varietas Siak Raya,
Dendang, Lambur, Inpara-1, Inpara 2 (sumber : Varietas Padi Rawa Adaptif Pada
Lahan Banjir Dan Rendaman, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi).
3.2 Strategi Jangka Menengah
1. Pengelolaan DAS Berwawasan Konservasi Dengan Mekanisme Jasa Lingkungan
Pengelolaan DAS berwawasan konservasi merupakan upaya untuk menahan laju
deforestasi yang dilakukan oleh masyarakat daerah hulu DAS dengan membangun
hubungan hulu hilir dengan mekanisme jasa lingkungan. Mekanisme diterapkan
untuk membuat masyarakat di hulu menyadari dampak yang ada di bagian hilir.
mekanisme ini mengembangkan hubungan antara masyarakat di hulu dan yang
tinggal di hilir melalui sistem transaksional.
2. Pembatasan dan Pengendalian Ruang Sempadan Sungai dan Dataran Banjir
Dengan Pengembangan Kawasan Secara Vertikal. Untuk kawasan yang telah
terbangun (built up area) : Kawasan terbangun di lokasi kajian pada Q25 adalah
berupa kawasan permukiman seluas 171,46 ha, kawasan industri seluas 44,81 ha dan
area persawahan 655,45 ha . Pengendalian ruang sempadan sungai dan dataran banjir
pada kawasan yang telah terbangun dilakukan dengan upaya untuk mengembalikan
fungsi kawasan terbangun di area sempadan sungai secara bertahap kembali ke
fungsi semula, yaitu untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, sesuai kriteria
dan standar teknisnya, dengan cara peningkatan fungsi hidrologis daerah sempadan
sungai dan tidak diperkenankan adanya pendirian bangunan baru pada kawasan
tersebut, agar tidak berkembang lebih lanjut kecuali bangunan lama yang
dikembangkan secara vertikal dan bangunan yang menunjang fungsi kawasan dan
merupakan bangunan bagi kepentingan umum dan pariwisata. Dengan dilakukannya
pengembangan kawasan terbangun secara vertikal maka diharapkan tersedia lahan
sebagai lahan terbuka hijau (RTH).
Untuk kawasan pengembangan baru (development area) : untuk kawasan
pengembangan baru pengendalian ruang dilakukan dengan cara melindungi kawasan

sempadan sungai dan dataran banjir dari alih fungsi lahan dan pembatasan kegiatan
tegal/ladang, peternakan dan perkebunan. Dari hasil simulasi pada Q25 luas kegiatan
tegal/ladang 13,8 ha dan kebun campur 32,19 ha. sedangkan warga yang bermata
pencaharian

dari

sektor

peternakan

sebanyak

729

orang.

Pengembangan

pembangunan bagi kegiatan tegal/ladang, peternakan dan perkebunan dapat


diijinkan, akan tetapi dilakukan pembatasan berupa pembatasan kegiatan dan
pembangunan minimum. Dari hasil simulasi dengan 18 debit banjir rencana 25
tahun, pada genangan Q25 terdapat 36,81 ha (25,46 ha semak belukar dan 11,35
tanah kosong) lahan yang dapat berkembang sebagai kawasan pengembangan baru.
Lahan ini merupakan kawasan yang potensial untuk dikembangkan menjadi ruang
terbuka hijau (RTH). Ruang terbuka hijau (RTH) dapat digunakan pada musim
kemarau, sedangkan pada musim penghujan RTH dapat berfungsi sebagai areal
parkir banjir.
3. Evaluasi Garis Sempadan Sungai Sesuai Dengan Karakteristiknya
Daerah dataran banjir 2 tahun
Daerah dataran banjir 5 tahun
Daerah dataran banjir 25 tahun
Dari hasil identifikasi terhadap garis sempadan sungai dan flood plain area, dapat
dilihat bahwa garis sempadan sungai sesuai dengan peraturan perundangan relevan
dengan Q2, sehingga perlu ada peninjauan sempadan sungai sesuai dengan daerah
dataran banjir yang terjadi pada Q25. Dengan adanya kawasan dataran banjir maka
sempadan sungai pada daerah dataran banjir adalah sesuai dengan kawasan dataran
banjir. Akan tetapi untuk garis sempadan sungai tanpa dataran banjir tetap mengacu
kepada peraturan perundangan tentang sempadan sungai, yaitu 100 m kanan dan kiri
sungai dihitung dari tepi sungai untuk sungai orde I (PP No. 38 tahun 2011,
Peraturan Menteri PU No. 63 Tahun 1993).

C. Strategi Jangka Panjang


1. Flood Proofing
Flood proofing merupakan upaya untuk menghindari banjir dengan menyesuaikan
tinggi bangunan agar bebas banjir. Flood proofing dilaksanakan secara mandiri oleh
masyarakat dan pihak swasta untuk melindungi asetnya. Berdasarkan literatur,
ketinggian lantai bangunan adalah 30-50 cm dari ketinggian genangan yang pernah
terjadi. Tetapi tidak ditemukan literatur mengenai Standar Operasional dan Prosedur
dari flood proofing yang pernah dilakukan.
2. Relokasi Terhadap Permukiman Yang Berada Pada Sempadan Sungai Existing.
Relokasi permukiman adalah pemindahan permukiman dari suatu tempat ke tempat
lain karena tempat asalnya sudah tidak menunjang lagi. Diperlukan penyediaan lahan
oleh PEMDA yang tidak jauh dari kegiatan ekonomi masyarakat untuk lokasi
relokasi bagi permukiman di daerah sempadan sungai existing. Bagi masyarakat
yang tidak mau direlokasi, dilakukan pembatasan penyediaan infrastruktur pada
permukiman di daerah sempadan sungai, seperti pencabutan fasilitas penerangan dan
telepon pada 1675 bangunan yang terdapat pada area sempadan sungai (Kecamatan
Baleendah 328 bangunan, Kecamatan Bojongsoang 165 bangunan, dan Kecamatan
Dayeuhkolot sebanyak 1.182 bangunan). 19

3. Mekanisme Disinsentif Berupa Penertiban dan Pajak Progresif


Upaya disinsentif yang dapat dilakukan berupa pengenaan sanksi berupa penertiban
yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi, terutama pada permukiman yang berada pada area
sempadan sungai eksisting, sedangkan bagi permukiman yang berada pada daerah
dataran banjir Q25, yaitu 171,46 ha permukiman ( Kecamatan Baleendah 164,02 ha,
Kecamatan Bojongsoang 3,97 ha dan Kecamatan Dayeuhkolot 3,47 ha), dapat
diberikan pajak progresif berupa pengenaan pajak yang tinggi melalui penetapan
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) sehingga
pemanfaat ruang membayar pajak lebih tinggi.
4. Pembangunan Fasilitas Peringatan Dini (Early Warning) dan Mekanisme Tanggap
Darurat Bencana Banjir, Dalam rangka Upaya Mitigasi dan Adaptasi Terhadap
Perubahan Iklim
Dalam rangka upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, perlu dibangun
sistem peringatan dini yang merupakan sistem untuk mengurangi dampak banjir,
dimana akan lebih efektif jika sistemnya telah terintegrasi dengan pelaksanaan
mekanisme tanggap darurat. Oleh karena itu perlu direncanakan juga pusat
penanganan bencana dan pembangunan rumah singgah di daerah aman tidak jauh
dari wilayah yang sering terkena banjir. Lokasi evakuasi sementara dapat berupa
fasos/fasum yang tidak jauh dari lokasi bencana agar masyarakat dapat segera
menyelamatkan diri.

3. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Dari hasil simulasi diperoleh peta genangan periode ulang 2,5, 25 dan 50 tahun di
wilayah pengembangan Baleendah, yang mencakup Kecamatan Baleendah,
Kecamatan Dayeuh Kolot dan Kecamatan Bojongsoang. Beberapa daerah di
Kecamatan tersebut potensial untuk tergenang. Daerah yang memiliki tinggi elevasi
hingga 660 dpl berpotensi tergenang jika terjadi Q2, Daerah yang memiliki tinggi
elevasi hingga 661 dpl berpotensi tergenang jika terjadi Q5, Daerah yang memiliki
tinggi elevasi hingga 662 dpl berpotensi tergenang jika terjadi Q25, dan Daerah yang
memiliki tinggi elevasi hingga 663 dpl jika terjadi Q50.
2. Dari hasil simulasi didapat luas genangan pada periode ulang 2 tahun di lokasi
kajian masih berada pada area sempadan sungai (100 m dari kiri dan kanan sungai,
diukur dari tepi sungai), sedangkan luas genangan periode ulang 5 dan 25 tahun lebih
besar dari area sempadan sungai.
3. Dengan adanya daerah dataran banjir di lokasi kajian maka diperlukan strategi
untuk mereduksi kerugian akibat banjir. Dengan mengetahui faktor Internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor Eksternal (peluang dan ancaman) dapat disusun
strategi implementasi kebijakan sempadan sungai dan dataran banjir yang mudah
untuk dilaksanakan (realistis) berdasarkan pola penggunaan lahan eksisting,
mempertimbangkan potensi dan kendala fisik alam sebagai kawasan rawan banjir
dan mengamankan kawasan sempadan sungai dan dataran banjir sebagai kawasan
lindung setempat guna menjaga kelestarian daya dukung lingkungan.Strategi yang
dapat dilakukan adalah :
A. Strategi Jangka Pendek
- Pembangunan dan Pemeliharaan Bangunan Pengendali Banjir, Dengan Peluang
Sharing Dana Pemeliharaan Dengan Pihak Swasta
- Kemudahan Bagi Industri Non Polutif dalam Permohonan Perpanjangan Ijin Usaha.
- Mekanisme Insentif Bagi Kegiatan Pertanian Yang Sesuai Kaidah Konservasi
B. Strategi Jangka Menengah
- Pengelolaan DAS Berwawasan Konservasi Dengan Mekanisme Jasa Lingkungan
- Pembatasan dan Pengendalian Ruang Sempadan Sungai dan Dataran Banjir Dengan
Pengembangan Kawasan Secara Vertikal.
- Evaluasi Garis Sempadan Sungai Sesuai Dengan Karakteristiknya

C. Strategi Jangka Panjang


- Flood Proofing
- Relokasi Terhadap Permukiman Yang Berada Pada Sempadan Sungai Existing.
- Mekanisme Disinsentif Berupa Penertiban dan Pajak Progresif
- Pembangunan Fasilitas Peringatan Dini (Early Warning) dan Mekanisme Tanggap
Darurat Bencana Banjir, Dalam rangka Upaya Mitigasi dan Adaptasi Terhadap
Perubahan Iklim
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil kajian di atas maka beberapa hal yang dapat
direkomendasikan untuk mengimplementasikan setiap strategi kebijakan, hal hal
yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pembagian kewenangan yang jelas diantara staholders terkait, baik di lingkungan
pemerintah, masyarakat dan swasta, termasuk wewenang dalam membiayai
kegiatan.
2. Melibatkan masyarakat mulai dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan
O&P.
3. Mempunyai kepastian hukum dalam setiap aspek pengaturan (penataan ruang,
dataran banjir dan perijinan).
4. Penyuluhan dan pendidikan dini kepada masyarakat, sehingga tumbuh hasrat dari
masyarakat untuk berperan dan mencintai lingkungan sungainya.
5. Membuat bendung didaerah Cieunteung untuk mengatur debit air
6. Membuat danau buatan didaerah Terendah Cieunteung dengan asumsi Volume
tampung danau buatan lebih besar dari debit banjir yang terjadi
Qdanau > Qbanjir
7. Perlunya kerja sama antara pemerintah kabupaten bandung dengan pemerintah
kota bandung untuk mengatasi banjir
8. Memerpluas ruang terbuka hijau.
9. Peran masyarakat peduli lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan.

Anda mungkin juga menyukai