Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

COMMUNITY HEALTH PROJECT

HYBRID EDUCATION PADA NY. S USIA 35 TAHUN G5P4A0 USIA KEHAMILAN 38


MINGGU DENGAN RESIKO TINGGI
JOYOSURAN RT 3/RW X

WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN


SURAKARTA

Oleh:
Gerry Febrian Rizaldi

(G99142002)

Nurul Dwi Utami

(G99142001)

Brian Sahar Afifah

(R0313005)

Dominika Risnanda Alfinsia (R0313009)


Ely Sukma Kinasih

(R0313011)

TIM KOLABORASI ANTAR PROFESI


FAKULAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul proyek
: Hybrid Education pada Ny. SM Usia 35 Tahun G5P4A0
Usia Kehamilan 38 Minggu dengan Resiko Tinggi
2. Lokasi
: Joyosuran, RT 03/RW X
3. Tim Kolaborasi Profesi
Ketua
: Gerry Febrian Rizaldi
(G99142002)
Anggota
: Nurul Dwi Utami
(G99142001)
Brian Sahar Afifah
(R0313005)
Dominika Risnanda Alfinsia (R0313009)
Ely Sukma Kinasih
(R0313011)
4. Jumlah Mahasiswa
: 5 (lima)
5. Biaya yang Diusulkan
: Rp 1.000.000 (satu juta rupiah)
6. Periode Pelaksanaan
: Juli 2015
Surakarta, 3 Juli 2015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Institusi I

Balgis, dr., M.Sc, CMFM, AIFO

Dosen Pembimbing Institusi II

NIP.19640719 199903 2 003

Freshty A Y, S.ST M.Kes


NIP. 19860622 20101 2 2003

Dosen Pembimbing Puskesmas I

Dosen Pembimbing Puskesmas II

Agil Priambodo, dr
NIP.19810926 200902 1 005

Sri Mintasih, Amd. Keb


NIP.19790331 200604 2 004

BAB I
IDENTIFIKASI STAKEHOLDER DALAM KOMUNITAS
A. Identifikasi stakeholder
Keluarga pasien tinggal di kampung Joyosuran RT 03/RW 10, Kecamatan Pasar
Kliwon. Kampung Joyosuran dipimpin oleh seorang lurah yang bernama Bapak
Suwarno, SE, RT 03 dikepalai oleh Bapak Sumardi, dan RW X dikepalai oleh Bapak
Supriyono.
B. Demografi komunitas
Untuk demografi komunitas, kami diberikan penjelasan oleh pihak kelurahan mengenai
kondisi di wilayah tersebut.
Kelurahan Joyosuran terdiri dari XII RW dengan persebaran penduduk sebagai berikut :
RW
Jumlah

01
07

02
04

03
03

04
04

05
06

06
06

07
04

08
03

09
04

10
07

11
04

12
04

total
55

RT
Jumlah

91

49

87

550

85

1.02

1.03

84

1.04

1.36

65

89

10.566

Pendudu

RW X memiliki 7 RT, dengan persebaran penduduk sebagai berikut


RT
Jumlah KK
Jumlah

01
58
19

02
88
26

03
81
25

04
59
19

05
38
12

06
43
15

07
52
16

Penduduk

Total
419
1367

C. Analisis situasi
Lingkungan RW 10, menurut penuturan Bapak RW merupakan wilayah
yang paling sering memiliki masalah. Selain karena memiliki jumlah RT
yang paling banyak, namun juga kondisi lingkungan yang padat
3

penduduk. RW ini dilewati oleh sebuah tanggul yang pernah terjadi


banjir pada jaman dulu. Untuk masalah kesehatan tidak ada masalah
khusus pada RW ini. Posyandu berjalan dengan baik, dengan jumlah
kader sebanyak 17 orang.

BAB II
PENDEKATAN DI KOMUNITAS/KELUARGA
A. Identitas keluarga
4

N
o

L
Nama

Kedudukan

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Ket

1.

Tn. JW

Kepala
Keluarga

36

SMK

Wiraswasta

2.

Ny. SM

Istri

35

SMK

Ibu Rumah Tangga

G5P4A0 aterm

3.

An. MAAH

Anak

SD

4.

An. H

Anak

SD

5.

An. H

Anak

TK

6.

An. LDAM

Anak

Belum
sekolah

Sumber: Data Primer, Juli 2015


Kesimpulan:
Keluarga Tn. JW termasuk ke dalam nuclear family yang terdiri atas 6 orang. Keluarga
tersebut terdiri dari Tn. JW (36 tahun), Ny. SM (35 tahun) yang tinggal bersama dalam
satu rumah. Pendidikan dalam keluarga ini cukup baik, yaitu memenuhi standar minimal
wajib belajar 12 tahun. Tn. JW adalah seorang wiraswasta yang memiliki bengkel mobil
bekas di Mojolaban, bengkel tersebut mengambil suku cadang/bagian mobil-mobil
bekas yang sudah tidak dapat digunakan. Pada hari biasa Tn. JW bekerja mulai pukul 8
pagi hingga pukul 10 malam, di sela-sela waktu tersebut Tn. JW pulang untuk istirahat
sebentar, beribadah, dan makan kemudian kembali lagi ke tempat beliau bekerja.
Sedangkan Ny. SM adalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang ikut membantu di
TK Aribiyyun di Mojolaban.

B. Status keluarga

Ny. SM
35 thn
Dispepsia
Hipotensi

Tn. JW
36 thn

Kesimpulan :

An. MAAH
9 thn

An. H
7 thn

An. H
5 thn

An. L
2 thn

Pada keluarga pasien tidak didapatkan adanya riwayat penyakit alergi. Ibu
kandung pasien menderita hipertensi dan dispepsia. Ayah pasien memiliki riwayat
hipotensi. Saudara pasien maupun saudara orang tua pasien tidak memiliki riwayat
penyakit alergi maupun kronis. Pada pasien didapatkan hipotensi dan dyspepsia.
C. Proses pendekatan
Pada hari Kamis, 2 Juli 2015 berdasarkan data yang ada di Puskesmas, 2 orang
dari tim kami diantar oleh Ibu bidan Mimin selaku pembimbing lapangan, menuju
rumah calon pasien untuk survey lapangan. Sedangkan satu orang dari tim mengambil
data demografi di kelurahan Joyosuran. Sesampainya di RT 03 Joyosuran, kami
menanyakan pada tetangga sekitar mengenai lokasi rumah Ny. SM tersebut. Tetangga
sekitar cukup bingung dan pada akhirnya kami bertemu dengan ibu kader RT tersebut,
yaitu Ibu Marni. Oleh ibu Marni kami diantar menuju rumah pasien.
Rumah pasien berada di gang yang cukup kecil di RT 03/RW X. Ibu Mimin
mengetuk pintu dan mengucap salam, kemudian dijawab oleh seorang ibu yang sedang
hamil, yaitu Ny. SM. Kami kemudian dipersilahkan masuk. Di sana Ibu Mimin
kemudian mmenanyakan perihal kehamilan pasien dikarenakan memiliki resiko tinggi,
di antaranya adalah riwayat SC, multi para, jarak dengan anak terakhir terlalu dekat, dan
usia 35 tahun. Di sisi lain pasien memiliki myopia ODS -10/-7. Ibu Mimin berusaha
mengedukasi pasien namun pasien terlihat enggan untuk dirujuk ke rumah sakit.
Kemudian Ibu Mimin memperkenalkan kami sebagai mahasiswa profesi dokter dan
kebidanan dari UNS yang sedang praktek lapangan di Puskesmas Gajahan, dan meminta
ijin bila Ny. SM akan kami kunjungi dan anamnesis seputar kehamilannya. Pasien
6

bersedia meskipun terlihat agak keberatan. Setelah itu Ibu Mimin berpamitan
dikarenakan saat itu bersamaan dengan jadwal kontrol ANC aterm di Puskesmas. Kami
melakukan perkenalan, tujuan kegiatan kami, serta waktu kegiatan kami kepada pasien.
Setelah pasien memahami dan bersedia, kami mulai melakukan wawancara pada pasien.
Pada awalnya pasien terlihat masih tertutup dan sedikit kurang nyaman, namun akhirnya
setelah kami mencoba untuk berbincang-bincang dan menanyakan hal di luar konteks
kehamilan beliau. Kemudian pasien mulai terbuka untuk menjawab pertanyaanpertanyaan kami dan bercerita mengenai kehamilannya yang pertama hingga terakhir,
serta akhirnya kami mengetahui alasan pasien tidak mau dirujuk ke Rumah Sakit.
Menurut pengamatan kami, sebenarnya pasien cukup ramah dan kooperatif kepada
kami. Pasien juga menanyakan mengenai kondisinya seperti BAB pasien yang encer
dan perutnya mulas ketika minum susu di bulan puasa ini, resiko melahirkan normal
terhadap kondisi miopianya, serta keluhan mengenai ASInya yang hanya keluar sedikit
saat ia menyusui keempat anaknya. Kemudian setelah melakukan wawancara cukup
lama, kami pamit untuk mengakhiri kunjungan dan menanyakan pada pasien apakah
esok harinya kami dapat melakukan kunjungan lagi. Pasien terlihat agak keberatan,
terlihat dari jawabannya yang sedikit berputar-putar. Namun setelah kami bujuk pasien
akhirnya bersedia. Kemudian kami juga menanyakan apakah dapat bertemu dengan Tn.
JW dengan tujuan melakukan penilaian fungsi keluarga, namun pasien berkata bila
suaminya sibuk bekerja dan jarang di rumah.
Esok harinya sekitar pukul 9 pagi kami berkunjung kembali ke rumah pasien
untuk melakukan wawancara, melengkapi data dari hari sebelumnya. Saat kami sampai
di rumah pasien, ternyata pasien tidak berada di rumah, hanya anak pertama dan kedua
yang berada di rumah. Kemudian saat kami tanyakan kepada An. MAAH, ia tidak
mengetahui ke mana Ny. SM pergi. Saat itu ada seorang tetangga pasien yang lewat dan
mengatakan kemungkinan pasien berada di rumah orang tuanya, lalu kami meminta An.
MAAH menuju ke rumah orang tua Ny. SM yang jaraknya tidak jauh dari rumah pasien.
Di sana kami bertemu dengan Ibu Ny. SM dan berbincang dengan beliau. Kemudian
selang beberapa saat, An. MAAH datang lagi ke rumah neneknya tersebut dan
mengatakan kepada kami bahwa Ny. SM sudah berada di rumah. Kemudian kami pamit
dan menuju rumah Ny. SM.
7

Sesampainya di depan rumah Ny. SM, kami mengetuk pintu dan mengucap salam.
Ny. SM kemudian keluar dan mempersilahkan kami masuk. Ternyata beliau baru saja
pulang dari memeriksakan kehamilannya di praktek bidan mandiri. Di sana beliau juga
melakukan USG, dari hasil USG tersebut didapatkan bahwa usia kehamilan ibu adalah
38 minggu, janin dalam keadaan sehat. Kami kemudian melakukan wawancara pada
pasien. Setelah selesai, kami berpamitan pada pasien dan mengatakan bahwa minggu
kedua kami berencana untuk melakukan kunjungan lagi.

BAB III
PENILAIAN KEBUTUHAN KOMUNITAS LOKAL ATAU KELUARGA
A. FOME/Analisis keluarga
1. Status Pasien
a. Identitas
Nama

: Ny. SM

Umur

: 35 tahun

Agama

: Islam
8

Pendidikan

: SMK

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Suku

: Jawa

Alamat

: Joyosuran RT 03/RW X

b. Keluhan utama

: pasien tidak mengeluhkan kondisi kesehatan yang berarti

c. Riwayat menstruasi
1)
2)
3)
4)
5)

HPHT
Menarche
Siklus
Dismenorrhea
Bau

: 25 September 2014
: 14 tahun
: 10 hari
: (-)
: (-)

6) Sifat darah : encer


7) Banyaknya :2-3x pembalut/hari
8) Teratur/tidak : pasien tidak ingat
9) Flour Albus : (+) fisiologis

d. Riwayat obstetri
1) P4A0
2) Riwayat SC
3) HPP pada kehamilan yang lalu

: (+)
: 7 hari setelah kelahiran anak kedua, perut

pasien diduduki oleh anak pertama sehingga menyebabkan pasien mengalami


perdarahan dan harus dirujuk ke rumah sakit.

No
Kehamilan

Persalinan

Nifas

Anak

Sua
mi
ke

Ha
mil
ke

Penyulit

U
K

penolong

Jenis

penyulit

Jenis
kelami
n

BB
(kg)

Hdp
umur
(th)

Mati
umur

Lama
menyusu

Pasien
kelelaha
n

40

Dokter
spesialis

SC

HPP

3,25

1 tahun

39

Bidan

3,5

1 tahun

38

Bidan

3,3

1 tahun
9

40

Bidan

P
3,3
2
1 tahun
Sumber: Data Primer, Juli 2015

e. Riwayat Kehamilan Sekarang


1) TPL : 2 Juli 2015
Keluhan :
a) Trimester I Ibu mengatakan nafsu makan berkurang, mual-muntah.
b) Trimester II Ibu mengatakan tidak ada keluhan, nafsu makan sudah kembali
normal.
c) Trimester III gerakan janin tidak seaktif sebelum puasa, ibu BAB encer dan
mulas ketika minum susu, sering BAK, dada agak sesak.
2) Pergerakan anak pertama kali dirasakan ibu pada UK 16 minggu
3) Imunisasi TT sebanyak 5 kali
f. Status perkawinan
Pasien telah menikah sejak 10 tahun yang lalu
g. Riwayat penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan bahwa ia tidak sedang menderita penyakit apapun.
2) Riwayat Penyakit Sistemik
Hipertensi : Ibu mengatakan tidak mengalami pusing yang hebat dan menetap,
leher terasa kaku, TD > 140/90 mmHg.
Hepatitis
: Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit kuning.
Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak mengalami gejala sesak napas dan batuk
berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
Diabetes
: Ibu mengatakan tidak mengalami gejala mudah haus dan lapar,
sering BAK, telapak kaki sering kesemutan, jika ada luka sulit sembuh.
Jantung
: Ibu mengatakan bahwa ia tidak mengalami dada berdebar
debar, nyeri pada bagian kiri, dan tidak keluar keringat berlebih saat beraktifitas.
Ginjal
: Ibu mengatakan bahwa ia tidak mengalami nyeri tekan pada
pinggang dan sakit saat BAK.
Epilepsi
: Ibu mengatakan tidak mengalami kejang berulang.
Lain lain :
3) Riwayat penyakit keluarga
10

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular,
menahun dan menurun seperti jantung, TBC dan hipertensi.
4) Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
5) Riwayat Operasi
Ibu mengatakan bahwa anak pertama nya dilahirkan secara sectio saecaria.
h. Pola kebiasaan hidup
1) Pola Nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3 x/hari, sayur, lauk dan nasi
Minum 6-7 gelas sehari (air putih)
Selama hamil

: Makan 5-6 x gelas/sehari minum susu. Namun selama puasa

pasien menjadi mulas dan BAB encer ketika minum susu. Pasien juga memilih
untuk minum minuman yang manis sehingga berat janin mengalami
peningkatan yang pesat.
2) Pola Eliminasi
Sebelum hamil

: BAB 1 x/hari, warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.


BAK 5 x/hari warna kuning jernih, bau khas.

Selama hamil

: BAB 1 x/hari warna kuning, konsistensi lunak, bau khas.


BAK 7 x/hari, warna kuning jernih, bau khas. Pada minggu
ke 40 ini pasien mengeluh BAB 2-3 hari/x.

c. Pola aktivitas sehari-hari


Sebelum hamil

Melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci,


menyapu.

Selama hamil

: Sedikit mengurangi pekerjaan rumah sendiri seperti memasak,


mencuci, menyapu.

d. Pola istirahat atau tidur


Sebelum hamil

: Tidur siang 1 jam dan tidur malam 4-5 jam

Selama hamil

: Tidur siang 1 jam, tidur malam 3-4 jam. Setelah subuh tidur 3
jam

e. Pola kebersihan diri


11

Sebelum hamil

: Mandi 2 x/hari, ganti pakaian 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali


sehari, cuci rebut 2 kali seminggu.

Selama hamil

: Mandi 3 x/hari, ganti baju 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali


sehari, cuci rambut 3 kali seminggu.

f. Pola seksual
Sebelum hamil : 2 kali seminggu
Selama hamil

: 1 kali seminggu

2. Anamnesis Sistem
a. Keluhan utama: (-)
b. Kulit

: kering (-), pucat (-), gatal (-)


c. Kepala
: sakit kepala (-), cekot-cekot (-), pusing (-),
nggliyer (-), perasaan berputar-putar (-), rambut mudah
rontok (-)
d. Mata

: pandangan kabur (-), penglihatan

ganda(-), mata kuning (-), mata berkunang-kunang (-)


e. Mulut
:
bibir kering (-), gusi mudah
berdarah (-), sariawan (-), gigi mudah goyah (-), luka pada
sudut bibir (-) sulit berbicara (-)
f. Tenggorokan
: rasa kering dan gatal (-), nyeri
untuk menelan (-), sakit tenggorokan (-), suara serak (-).
g. Sistem Respirasi : sesak napas (+), dada ampeg (-),
batuk (-), dahak (-), nyeri dada (-), batuk darah (-),
mengi (-).
h. Sistem Cardiovaskuler

nyeri dada (-), terasa

ada yang menekan (-), berdebar-debar (-), keringat


dingin (-), ulu hati terasa panas (-), bangun malam
karena sesak napas (-).
i. Sistem Gastrointestinal

mual (-), muntah(-),

nyeri ulu hati (-), perut sebah (-), cepat kenyang (-),
mudah lapar (-), mudah haus (-),diare (-), sulit BAB
(+), perut nyeri setelah makan (-), BAB warna seperti

12

dempul (-), BAB darah (-), BAB encer (+) dan perut
mulas (+) setelah minum susu.
j. Sistem Muskuloskeletal : lemas (-), kesemutan (-), badan
terasa keju-kemeng (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-),
bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-), kejang
(-).
k. Sistem Genitourinaria

nyeri saat BAK (-),

panas saat BAK (-), sering buang air kecil (+), air
kencing warna seperti teh (-), BAK darah (-).
l. Ekstremitas
Atas

: kesemutan (-/-), kaku (/-),bengkak (-/-), gemetar (-/-),

Bawah

terasa dingin (-/-), nyeri (-/-).


: kesemutan (-/-), kaku (-/-), bengkak (-/-), gemetar (-/-),
terasa dingin (-/-), nyeri (-/-).

3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 01 Juli 2015:
a.

Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, gizi kesan cukup
1) Tanda Vital
Tensi : 110/70mmHg
Nadi : 88x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 20 x/menit, pernafasan torakoabdominal
Suhu
: 36,5 C per aksiler
b. Status Gizi
BB sebelum hamil: 58 kg
BB sekarang: 66 kg
TB: 162 cm
BMI: sebelum hamil: 22,1 kg/m2
setelah hamil: 25,1 kg/m2
Kesan : normoweight
c. Kulit
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), petechie (-), ikterik (-)
d. Kepala
Mesocephal, rambut warna hitam, uban (-), mudah rontok (-), luka (-)
e. Wajah
Simetris, eritema (-)
13

f. Mata
Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya
(+/+) normal, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
g. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-).
h. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-), fungsi
pembau baik, foetor ex nasal (-).
i. Mulut
Sianosis (-), papil lidah atrofi (-),gusi berdarah (-), bibir kering (-), stomatitis (-),
pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).
j. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-), distensi vena leher (-).
k. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan

thorakoabdominal.
Jantung :
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi
:
kiri atas
: SIC II linea sternalis sinistra
kiri bawah : SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra
kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Auskultasi : HR 80 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
bising (-), gallop (-)
Pulmo
:
Inspeksi
:
Statis
: normochest, simetris kanan-kiri, retraksi (-),
Dinamis
: simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-),
Palpasi :
Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-), tidak ada yang
Dinamis

tertinggal
:pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal, fremitus
raba kanan = kiri

Perkusi :
Kanan

: sonor hingga SIC III, batas paru hepar redup.


14

Kiri
: sonor, sesuai batas paru jantung.
Auskultasi :
Kanan
: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronki
basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi (-)
: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronki

Kiri

basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi (-)


l. Genitourinaria
Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-)
m. Ekstremitas:

akraldingin

4.

sianosis

oedem

Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Postur tubuh Sedang, cara berdiri baik, cara berjalan

baik, sikap tubuh

lordosis.
2) Rambut Tampak hitam, lurus, kebersihan cukup, kulit kepala bersih, tidak
ada benjolan, tidak ada luka bekas operasi.
3) Muka Tampak tidak oedem, tampak tidak pucat, tidak tampak cloasma.
4) Mata Tampak simetris, conjuctiva merah muda, sklera putih.
5) Hidung Tampak simetris, kebersihan cukup, tidak ada sekret, PCH tidak
ada.
6) Telinga Tampak simetris, kebersihan cukup, tidak ada sekret.
7) Mulut Tidak tampak stomatitis, lidah bersih, tidak tampak karies gigi, tidak
tampak gigi yang berlubang. 8) Leher Tidak tampak pembesaran kelenjar
thyroid, kelenjar limfe dan tidak tampak bendungan vena jugularis.
9) Ketiak Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe, kebersihan cukup.
10) Tangan Tampak simetris, kuku pendek, bersih, tidak tampak polidactili, tidak
tampak clubing finger.
11) Dada Bentuk payudara tampak simetris, putting susu tampak menonjol,
hiperpigmentasi areola mammae, tidak tampak luka bekas operasi,
colostrum belum keluar., tidak ada massa atau benjolan.
12) Perut Membesar sesuai usia kehamilan, pusat tampak mendatar, tidak
tampak bekas SC, tampak linea nigra dan striae albicans.

15

13) Kaki Tampak simetris, tampak tidak oedem, kuku pendek, kebersihan cukup,
tidak tampak polidaktili, tidak tampak varices.
14) Vulva Tidak tampak oedem, tidak tampak varices, tidak tampak
condilomalata dan condiloma acuminata, tidak tampak flour albus.
15) Punggung Tampak simetris, lordosis, tidak tampak spina bifida.
16) Anus Kebersihan cukup, tidak tampak hemoroid.
17) Leopord: tidak dilakukan karena pasien sudah periksa ke bidan.
5. Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen: dari hasil USG usia kehamilan bayi 38 minggu, bayi dalam keadaan
sehat.
6. Kesimpulan
Diagnosa Kebidanan GVP4A0 UK 38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kiri, keadaan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik.
7. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Keluarga tersebut terdiri dari Tn. JW (36 tahun), Ny. SM (35 tahun), An.
MHAAH (9 tahun), An. H (7 tahun), An. H (5 bulan) dan An. L (2 tahun)
yang tinggal bersama dalam satu rumah. Pendidikan dalam keluarga ini cukup
baik karena memenuhi standar minimal wajib belajar 12 tahun. Di dalam
keluarga tidak ditemukan riwayat penyakit tertentu. Ny. SM saat ini sedang
hamil G5P4A0 40 minggu dengan riwayat SC pada persalinan yang pertama
namun pada kehamilan ke 2,3, dan 4 pasien memilih untuk melahirkan secara
normal di bidan. Sedangkan menurut skor Puji Rochyati, pasien memiliki
skor 22 dengan perincian sbb:

16

22

17

Selain itu, pasien juga memiliki kelainan refraksi myopia ODS -10/-7.
Meskipun demikian, pasien tidak mau bila persalinannya dirujuk ke rumah
sakit, oleh karena itu pasien lebih memilih untuk bersalin di praktek bidan
mandiri karena merasa yakin dapat melahirkan secara normal.
b. Fungsi Psikologis
Pasien merasa trauma dengan dokter (terutama spesialis kandungan) dan
rumah sakit. Hal tersebut berawal saat kehamilan anak yang pertama pasien
melakukan kontrol trimester III ke dokter spesialis kandungan dengan
keluhan sering BAK. Berdasar cerita pasien, oleh dokter tersebut pasien
didiagnosis ketuban pecah dini. Kemudian pasien bersalin dengan ditangani
oleh dokter tersebut. Selang beberapa jam (belum lama) pasien belum
mengalami pembukaan, kemudian oleh dokter tersebut pasien diberikan
induksi oksitosin. Karena tidak ada penambahan pembukaan, pasien dirujuk
ke RSDM. Oleh dokter RSDM ketuban pasien dikatakan baik-baik saja.
Dokter tersebut mengatakan justru pemberian induksi tersebut menyebabkan
defek pada jantung bayi. Di RSDM pasien mengalami pembukaan 6, namun
karena sudah kelelahan pasien meminta untuk dilakukan sectio caesaria.
Pada kehamilan yang kedua pasien memeriksakan diri ke dokter
kandungan yang lain, dokter tersebut memberikan edukasi bahwa harus
dilakukan section caesaria lagi pada kehamilan yang kedua ini, pasien
kemudian menolak dan memilih untuk melahirkan di bidan.
Sejak saat itu pasien merasa trauma dan tidak mau untuk bersinggungan
dengan dokter maupun rumah sakit, terutama berkaitan dengan kehamilan dan
persalinannya. Pasien merasa terbebani dan tidak tenang bila diberitahu
mengenai kehamilannya yang beresiko tinggi, dan memilih untuk yakin pada
dirinya sendiri jika ia mampu bersalin secara normal. Meskipun demikian
pasien juga menyadari dan siap untuk menanggung resiko terburuk yang
dapat terjadi. Selain itu pasien mengeluhkan bahwa ASInya tidak bisa keluar
banyak, sehingga anak pertama hingga keempat mereka terlihat tidak puas
saat dulu masih menyusu.
c. Fungsi Sosial
18

Keluarga pasien tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam


masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien jarang
berhubungan dengan tetangga sekitar dikarenakan kebiasaan tetangga yang
sering menggunjing orang lain ketika berkumpul. Pasien juga tidak mengikuti
arisan atau kegiatan PKK. Namun demikian, keluarga pasien rutin membayar
iuran RT.
d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga bersumber dari suami pasien yng bekerja sebagai
wiraswasta kurang lebih Rp 1.500.000 per bulan. Dengan jumlah penghasilan
tersebut keluarga harus menyesuaikan pengeluaran dan kebutuhan sehariharinya. Pengeluaran keluarga antara lain untuk makan sehari-hari, untuk
membayar listrik, dan biaya sekolah anak-anak. Keluarga makan tiga kali
sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk seperti tempe, tahu, telur, ayam, atau
ikan.
Untuk biaya kesehatan, semua anggota keluarga tidak mendaftar asuransi
kesehatan. Dulu pasien pernah didaftarkan oleh orang tuanya mengikuti
Jamkesmas dan digunakan saat persalinan anak pertama. Namun dikarenakan
suami pasien tidak mengijinkan serta pelayanan yang didapat dirasa tidak
memuaskan, maka keluarga tersebut memutuskan untuk tidak mengikuti
asuransi kesehatan. Bila ada anggota keluarga yang sakit pasien berusaha
menanganinya sendiri terlebih dahulu, ketika tidak membaik pasien
membawa keluarganya yang sakit tersebut ke Puskesmas Gajahan.
e. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Komunikasi antar anggota keluarga lancar. Apabila ada masalah pasien
selalu berdiskusi bersama suami dikarenakan suami adalah pemegang
keputusan pada keluarga tersebut. Bila terjadi perbedaan pendapat dengan
suami maka pasien mengikuti keputusan suami karena merasa kedudukannya
berada di bawah suaminya. Tn. JW juga memperhatikan kondisi pasien dan
janin yang dikandungnya, hal tersebut terbukti dengan pernyataan pasien

19

bahwa

suaminya

selalu

mengingatkan

pasien

untuk

memeriksakan

kehamilannya.
f. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain.

Skoring :
Hampir selalu/sering

: 2 poin

Kadang kadang

: 1 poin

Hampir tak pernah/jarang: 0 poin


Tabel APGAR Keluarga Tn. JW
Ny.

APGAR Ny. SM terhadap keluarga

Tn.
JW

SM

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

Saya puas dengan cara keluarga saya


P membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya

An.
MA
AH

An.
H

sde

sde

sde

sde

An.
H

An.
L

sde

sde

sde

sde

sde

sde
20

untuk melakukan kegiatan baru atau arah


hidup yang baru

Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
A
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Jumlah

Fungsi Fisiologis keluarga: 8 (Baik)

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

sde

Sumber: Data primer Juli 2015

Rekomendasi nilai APGAR score Ny.SM terhadap keluarga adalah 8. Ny.SM adalah
pasien dan merupakan ibu rumah tangga namun terkadang ikut membantu di TK
Aribiyyun atau menjahit di rumah. Sebagai Ibu sekaligus istri, Ny.SM berkomunikasi
dengan baik dengan suami dan anak. Namun hak untuk memutuskan sesuatu diserahkan
kepada suami
Keterangan :

*Tn. JW tidak dapat dihubungi secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga
belum dapat dilakukan penilaian terhadap poin APGAR.
*An. MAAH, An H, An HJ, An L masih belum cukup dewasa untuk dilakukan penilaian
terhadap poin APGAR.
APGAR score keluarga Tn. JW dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) ADAPTATION
Aspek adaptasi pada keluarga Tn. JW cukup baik. Setiap anggota keluarga bisa saling
beradaptasi satu sama lain, anak-anak pasien terlihat cukup rukun ketika bersama-sama.
21

Suami pasien juga memahami kondisi pasien yang sedang hamil, hal tersebut terlihat
dari yang pasien sampaikan bahwa suaminya meminta pasien untuk berhenti sementara
dari aktivitas bantu membantu di TK Aribiyyun tersebut serta meminta pasien untuk
memeriksakan kehamilannya ke bidan.
2) PARTNERSHIP
Komunikasi antar anggota keluarga lancar, anak-anak pasien
saling bercerita dan bermain bersama. Pasien juga selalu
menceritakan masalah dan meminta pertimbangan suami
sebagai pemegang keputusan di dalam keluarga. Meskipun
demikian ada keterbatasan waktu dari Tn. JW untuk berkumpul
bersama keluarga karena kesibukannya dalam bekerja. Tn. JW
sehari-hari dapat berinteraksi dengan keluarga pada malam hari
sepulang bekerja dan pagi hari sebelum berangkat bekerja.
Meskipun waktu untuk berkumpul dengan keluarga terbatas,
menurut pasien anak-anak lebih dekat dengan Tn. JW daripada
dengan pasien.
Pasien mendapat dukungan dari suami untuk segera memeriksakan kehamilannya.
3) AFFECTION
Hubungan kasih sayang dan interaksinya antar anggota keluarga terlihat cukup baik.
Setiap anggota bisa mengekspresikan kasih sayang dan emosinya dan cenderung tidak
disembunyikan atau ditutupi.
4) RESOLVE
Pasien dan keluarga merasa cukup puas dengan kebersamaan yang dihabiskan bersama.
Meskipun frekuensi untuk berkumpul dengan Tn. JW tidak seintensif seperti dengan
Ny. SM, namun waktu yang diluangkan cukup berkualitas.
Kesimpulan:
Skor APGAR keluarga Tn. JW adalah 8. Untuk Tn. JW tidak dapat dinilai
dikarenakan Tn. JW sibuk bekerja dan sulit ditemui. Sedangkan untuk keempat
anak pasien skor APGAR belum dapat dinilai karena belum cukup dewasa.
22

g. Fungsi Patologis
Untuk menilai fungsi patologis digunakan SCREEM, antara lain :
Tabel SCREEM
SUMBER

PATOLOGI

KET

Social
Interaksi sosial kurang antar anggota keluarga dengan
saudara dan tetangga. Pasien tidak mengikuti arisan
maupun kegiatan PKK di RT nya. Suami juga tidak
bersosialisasi dengan baik, bahkan mengabaikan aturan
aturan sosial yang ada di lingkungan tersebut
Cultural

Keluarga pasien kurang bisa beradaptasi dengan adat


setempat dan tata kesopanan jawa, serta tidak ikut
dalam acara-acara yang bersifat adat seperti acara
sunatan dan perkawinan

Religion
Keluarga Tn. BE beragama Islam. Pemahaman dalam
beragama baik. Pasien dan keluarganya taat
menjalankan kewajiban agama seperti shalat wajib dan
pengajian. namun memiliki kecenderungan untuk
fanatisme dengan golongannya
Economy

Keluarga ini tergolong ke dalam ekonomi menengah ke


bawah, dimana pendapatan keluarga hanya dari gaji
suami yang tidak terlalu besar dan digunakan untuk
membiayai istri dan keempat anaknya. Namun masih
dirasa cukup

23

Educatio
n

Tn. JW dan istri adalah lulusan SMK umum tingkat


pendidikannya cukup baik karena memenuhi standar
wajib belajar 12 tahun.

Medical
Keluarga Tn. JW kurang memperhatikan kondisi
kesehatan anggota keluarganya. Keluarga pasien pergi
berobat ke fasilitas kesehatan bila keluhan tidak
membaik dengan terapi tradisional alternatif. Keluarga
tersebut tidak memiliki asuransi kesehatan.

Sumber: Data Primer, Juli 2015


Kesimpulan :

Social (+) artinya keluarga Tn. JW tidak bersosialisasi dengan baik, bahkan
mengabaikan aturan-aturan sosial yang ada di lingkungan tersebut.

Religion (+) artinya keluarga Tn. JW memiliki sikap fanatisme dan


mengabaikan hal-hal lain yang bertentangan dengan prinsipnya. Sumber dari ketua
RW juga menyebutkan bahwa Tn. JW termasuk orang yang disegani di kelompok
fanatismenya.

Economy (+) artinya keluarga Tn.JW memiliki penghasilan yang


tidak tetap dalam sebulan dan tidak mampu menabung.

Medical (+) artinya keluarga Keluarga Tn. JW memiliki sikap dan


pengetahuan yang masih rendah tentang kesehatan. Keluarga tersebut tidak mau
mengikuti jaminan kesehatan maupun dirujuk ke rumah sakit dikarenakan keyakinan
yang mereka pegang serta faktor traumatik saat persalinan anak pertama.
h. Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan
1) Pengetahuan
Keluarga belum sepenuhnya mengetahui tentang kondisi kehamilan resiko
tinggi pasien, sehingga dalam penanganannya mengalami kendala.
2) Sikap

24

Sikap keluarga pasien terhadap penyakit yang dideritanya kurang tepat karena
keluarga belum mendapat informasi dan edukasi yang benar tentang resiko yang
ada pada pasien sehingga perlu diberi informasi yang adekuat
3) Tindakan
Pasien dan keluarga sudah cukup memahami pentingnya kesehatan dan
pentingnya berobat kepada petugas medis. Namun dikarenakan trauma ketika
persalinan yang pertama, maka keluarga pasien berobat ke puskesmas ketika tidak
membaik ketika diobati sendiri. Keluarga pasien tidak mendaftar ke asuransi
kesehatan dikarenakan prinsip (terutama suami) yang mereka pegang, di sisi lain
pasien kecewa dengan pelayanan yang didapat ketika persalinan pertamanya
menggunakan Jaskesmas.
Kesimpulan:
Keluarga pasien kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
terhadap kondisi pasien. Sebenarnya keluarga sudah mengerti bagaimana cara
menjaga kesehatan dan mencegah penyakit serta pentingnya berobat ke fasilitas
layanan kesehatan, namun karena trauma dan kekecewaan pada masa lalu, maka
keluarga pasien tidak berobat ke Puskesmas saat penyakitnya sudah membaik.
i. Faktor Non Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan
1) Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini berstatus rumah sendiri dengan ukuran
50 m2. Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ada ruang tamu, kamar
tidur, dapur, dan kamar mandi.
2) Ekonomi
Keluarga ini tergolong kepada ekonomi menengah ke bawah. Keluarga ini
hanya bergantung kepada penghasilan Tn. JW yang kurang lebih hanya Rp
1.500.000 per bulan. Dana tersebut digunakan untuk biaya makan sehari-hari,
biaya listrik, dan biaya pendidikan anak-anak.
3) Pelayanan Kesehatan
25

Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan cukup baik. Jarak


rumah pasien dengan puskesmas terdekat sekitar 2 km dari rumah pasien.
4) Keturunan
Tidak didapatkan riwayat penyakit dari orang tua pasien, namun pasien dan
ibu pasien sama-sama menderita dispepsia.
Kesimpulan :
Faktor non-perilaku keluarga yang cukup berpengaruh pada keluarga Tn. JW
adalah faktor lingkungan yaitu luas rumah yang tergolong sempit, jumlah kamar
yang tidak memadai, faktor kebersihan rumah yang rendah. Faktor ekonomi juga
berpengaruh pada keluarga tersebut.

j. Identifikasi Lingkungan Rumah

a)

1) Gambaran Lingkungan
Indoor
Keluarga Tn. JW tinggal di rumah dengan ukuran 50 m 2. Rumah tersebut
terdiri dari satu kamar tidur, dapur, ruang tamu, dan satu

kamar mandi.

Dinding rumah terbuat dari tembok, namun sekat rumah terbuat dari tripleks.
Lantai terbuat dari semen, atap rumah tidak ditutupi plafon sehingga langsung
terlihat genteng. Ventilasi rumah berasal dari jendela depan yang cukup terang,
serta seringkali pintu rumah pasien dibuka. Juga terdapat genteng yang terbuat
dari cahaya, sehingga pencahayaan masuk ke ruangan bagian belakang rumah
yang tidak memiliki jendela. Kebersihan rumah sangat kurang, banyak benda
yang berserakan di dalam rumah serta penataan barang-barang terlihat kurang
rapi. Saat malam hari pencahayaan bersumber dari lampu.
b)

Outdoor

26

Lemari
baju

Lemari buku
Mesin jahit

Ruang tamu

Kamar mandi

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 5 m x 10m dengan total


luas tanah 55 m2 menghadap ke selatan, dalam lingkungan pemukiman padat
penduduk di dalam sebuah gang yang cukup sempit. Tidak terdapat pekarangan
baik di depan maupun di belakang rumah. Antara rumah keluarga Tn. JW
dengan tetangga sebelah saling berdempetan.

Gambar . Denah Rumah Tn. JW


27

Kesimpulan : Lingkungan indoor dan outdoor kurang baik, Tempat tinggal


kurang memadai.

B. Problem List
1. Aspek personal
a. Skor Puji Rochyati pasien sebesar 22.
b. Pasien khawatir jika dirujuk ke rumah sakit, akibatnya pasien juga tidak mau
melahirkan diri di Puskesmas.
c. Suami pasien menganggap bahwa kondisi kehamilan pasien sudah tua (aterm),
sehingga pasien diminta untuk banyak beristirahat dan kontrol kehamilannya.
Namun demikian, suami pasien belum memahami bahwa kehamilan pasien
tergolong ke dalam kehamilan resiko tinggi.
d. Keluarga Tn. JW berharap kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik, serta
persalinan berjalan lancer dan normal.
2. Aspek klinis
a. Nutrisi

28

Nutrisi keluarga pasien sudah tercukupi namun belum maksimal. Hal tersebut
terbukti dari kondisi ibu yang mengeluhkan mengantuk serta lemas ketika
berpuasa.
b. Psikologis
Pasien merasacukup trauma dengan dokter spesialis kandungan dan rumah
sakit.
c. Px fisik
Dari hasil kontrol ke bidan, kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dan
sehat. Namun ketika puasa ini pasien mengeluh sedikit lemas serta BAB
encer ketika minum susu.
d. Px penunjang
Dari hasil USG didapatkan hasil bahwa usia janin 3332wDari hasil USG
didapatkan hasil bahwa usia janin 3332wDari hasil USG didapatkan hasil
bahwa usia janin 38 minggu.
e. Diagnosis
GVP4A0 UK 38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, punggung
kiri, keadaan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik.
C. Faktor Internal dan Eksternal
1. Faktor risiko internal
a. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan keluarga Tn. JW masih cukup rendah, terbukti dari kondisi
lingkungan rumah yang kurang bersih.
b. Persepsi tentang kesehatan
Dikarenakan faktor keyakinan dan trauma, maka keluarga pasien tidak
mendaftar jaminan kesehatan, tidak mengikuti KB, serta tidak berobat ke
Puskesmas bila tidak terdesak.
c. Riwayat kesehatan
Pasien memiliki riwayat Sectio caesar pada kehamilan yang
pertama

29

2. Faktor risiko eksternal


a. Sosial ekonomi
Dari aspek sosial, pasien tidak mengikuti arisan maupun kegiatan PKK di RT
nya. Suami juga tidak bersosialisasi dengan baik, bahkan mengabaikan aturan
aturan sosial yang ada di lingkungan tersebut.
Dari aspek ekonomi, keluarga ini tergolong ke dalam ekonomi menengah ke
bawah, dimana pendapatan keluarga hanya dari gaji suami yang tidak terlalu
besar dan digunakan untuk membiayai istri dan ketiga anaknya. Keluarga Tn.
JW juga tidak memiliki tabungan
b. Lingkungan
Lingkungan rumah pasien kurang memadai untuk dijadikan tempat tinggal,
baik indoor maupun outdoor.

30

BAB IV
PERENCANAAN PROYEK
A. Tujuan proyek
3. Tujuan umum
Untuk memberikan edukasi dari beberapa aspek (hybrid education)
kepada Ny. SM Usia 35 Tahun G5P4A0 Usia Kehamilan 38 Minggu
dengan Resiko Tinggi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
pasien dan keluarga.
4. Tujuan Khusus :
a Untuk memberikan edukasi dan simulasi melalui aspek multimedia
mengenai breast care dan laktasi kepada Ny. SM sehingga keluhan
b

ASI pasien yang sedikit dapat teratasi.


Untuk memberikan edukasi melalui aspek penghitung dan waktu
kepada Ny. SM melalui kalender taksiran periode menstruasi sehingga
siklus menstruasi pasien dapat diketahui serta dapat berfungsi sebagai

salah satu alternatif KB alami bagi pasien.


Untuk memberikan edukasi PHBS rumah tangga melalui aspek
emosional dengan sistem reward and punishment kepada keluarga Ny.
SM sehingga dapat meningkatkan derajat kebersihan dan kesehatan

keluarga Tn. JW tersebut.


Menganjurkan pasien untuk melakukan persalinan di pelayanan
kesehatan yang berwenang untuk menangani kasus ibu bersalin
dengan resiko tinggi sehingga menurunkan resiko kematian ibu dan

anak.
Memberikan contoh menu gizi seimbang bagi keluarga sehingga
tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal serta gizi ibu
laktasi dapat tercukupi.

B. Planning list
1 Memberikan edukasi kepada Ny. S tentang ASI Eksklusif dengan
aspek multimedia melalui manekin, gambar, simulasi dan video.

31

Memberikan edukasi kepada Ny. S tentang KB Alamiah dengan aspek

penghitung waktu melalui pembuatan kalender.


Memberikan edukasi kepada NY. S tentang personal hygiene dengan
aspek emosional melalui sistem reward and punishment

BAB V
FOKUS PROYEK

32

A. Fokus Proyek
Proyek kami titik beratkan pada hybrid learning atau pembelajaran
terintegrasi. Di sini kami mengkombinasikan antara edukasi dan simulasi,
komunikasi dua arah, serta kombinasi dari berbagai aspek yang menjadi
permasalahan pasien, yaitu breast care dan laktasi, pengetahuan siklus
menstruasi dan waktu kesuburan, dan PHBS rumah tangga. Perincian ketiga
proyek yang kami rencanakan adalah:
1 Edukasi Ny.S tentang ASI Eksklusif melalui multimedia gambar,
maenekin, simulasi dan video.
Cara kerja:
a. Kami berencana memberikan edukasi cara merawat payudara (breast
care) serta hal yang berkaitan dengan laktasi, seperti mengenai
kolostrum, pengeluaran dan penyimpanan ASI, serta stimulasi
pengeluaran ASI untuk Ny. SM. Kemudian kami berencana
melakukan simulasi dengan menggunakan manekin yang kami pinjam
dari FK UNS untuk mengantisipasi bila Ny.SM tidak bersedia
melakukan simulasi secara langsung.
b. Edukasi dilakukan dengan menggunakan sarana tulisan, gambar dan
video mengenai breast care serta laktasi. Ny. SM diperkenankan
untuk berkomentar atau bertanya sehingga edukasi dapat berjalan dua
arah.
c. Simulasi dilakukan dengan menggunakan manekin sesuai dengan
gambar dan video yang disediakan. Kami memberikan contoh
terlebih dahulu kemudian pasien diminta untuk melakukan simulasi
mandiri terhadap manekin.
2

Edukasi Ny. S tentang KB Alamiah melalui media penghitung waktu


seperti pembuatan kalendar duduk berisi gambar gambar tentang KIA
dan KB.
Cara kerja:
a. Kami berencana untuk membuat kalender duduk dua muka. Salah satu
muka berisi kalender masehi dengan perkiraan periode menstruasi
33

pasien setiap bulannya. Di sisi muka yang lain berisi gambar edukatif
mengenai informasi ANC dan PNC yang kami ambil dari panduan
Informasi Seputar Kesehatan Bayi Baru Lahir dari Departemen
Kesehatan.
b. Kalender kami berikan pada Ny.SM kemudian kami edukasi mengenai
periode menstruasi, perkiraan ovulasi, serta perkiraan tanggal subur
(resiko terjadi kehamilan) pada siklus tersebut.
c. Diharapkan komunikasi berjalan dua arah sehingga pasien dapat
memahami materi yang kami sampaikan.
5. Edukasi NY. S tentang Personal Hygiene melalui media emosional
dengan sistem reward and punishment.
a. Kami berencana memberikan leaflet/handout mengenai PHBS rumah
tangga kepada pasien serta memberikan edukasi mengenai materi
tersebut.
b. Diharapkan komunikasi berjalan dua arah sehingga pasien dapat
memahami materi yang kami sampaikan.

B. Analisis proyek
1 Strengths
a. Materi, gambar, video yang akan diedukasikan kepada pasien

mudah didapat dan dipahami


b. Sarana-prasarana proyek mudah didapatkan
c. Kalender duduk didesain dan dicetak oleh anggota tim
Weakness
a. Belum ada kepastian apakah manekin mammae FK UNS dapat
dipinjam
b. Jadwal kunjungan dan jumlah tim yang melakukan kunjungan
yang belum pasti karena menyesuaikan dengan jadwal jaga
mahasiswa kebidanan

34

c. Biaya peminjaman manekin dan pembuatan kalender belum


dikonfirmasi
3. Opportunities
a. Pasien bersedia untuk mengikuti pembelajaran edukasi dan
simulasi ini
Pasien keberatan bila simulasi breast care dan stimulasi ASI

b.

dilakukan secara langsung


c. Pasien masih bersedia untuk melakukan KB alami
d. Materi simulasi yang diberikan berdasarkan keluhan pasien
e. RT, RW, dan kader mendukung program edukasi ini kepada pasien
4. Threats
a. Keluarga pasien memiliki keyakinan tertentu/kecondongan
b.

terhadap golongan yang sulit diubah


Suami pasien tidak berkenan untuk berpartisipasi dalam kegiatan

c.
d.

ini.
Kondisi rumah pasien yang kurang kondusif dan leluasa.
Anak-anak
pasien
dimungkinkan
mengganggu

situasi

pembelajaran.
D

Budgeting
No
1
2
3
4
5
6
7

Kegunaan
Peminjaman manekin mammae
Print/fotokopi/pembelian alat tulis
Pembuatan materi dan leaflet
Pembuatan kalender duduk
Transport dan komunikasi
Reward bila terdapat perbaikan PHBS
Pemberian kenang-kenangan untuk

keluarga
Jumlah total
E

Biaya (Rp)
300.000
100.000
150.000
100.000
150.000
100.000
100.000
1000.000

Rencana evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan melalui:


Metode pretest-posttest pada ibu, pertanyaan yang sama diberikan
sebelum dan sesudah edukasi dan simulasi dilakukan.
35

Pasien diminta melakukan simulasi breast care dan stimulasi pengeluaran


ASI mandiri untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi yang

diberikan.
PHBS rumah tangga evaluasi dapat dinilai melalui ada/tidaknya

perubahan kondisi kebersihan lingkungan rumah dan keluarga.


Untuk keseluruhan kegiatan, evaluasi dapat dilakukan dengan cara
berdiskusi dengan pasien dan keluarga mengenai kekurangan program
yang kami berikan.

36

Anda mungkin juga menyukai