Oleh:
Gerry Febrian Rizaldi
(G99142002)
(G99142001)
(R0313005)
(R0313011)
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul proyek
: Hybrid Education pada Ny. SM Usia 35 Tahun G5P4A0
Usia Kehamilan 38 Minggu dengan Resiko Tinggi
2. Lokasi
: Joyosuran, RT 03/RW X
3. Tim Kolaborasi Profesi
Ketua
: Gerry Febrian Rizaldi
(G99142002)
Anggota
: Nurul Dwi Utami
(G99142001)
Brian Sahar Afifah
(R0313005)
Dominika Risnanda Alfinsia (R0313009)
Ely Sukma Kinasih
(R0313011)
4. Jumlah Mahasiswa
: 5 (lima)
5. Biaya yang Diusulkan
: Rp 1.000.000 (satu juta rupiah)
6. Periode Pelaksanaan
: Juli 2015
Surakarta, 3 Juli 2015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Institusi I
Agil Priambodo, dr
NIP.19810926 200902 1 005
BAB I
IDENTIFIKASI STAKEHOLDER DALAM KOMUNITAS
A. Identifikasi stakeholder
Keluarga pasien tinggal di kampung Joyosuran RT 03/RW 10, Kecamatan Pasar
Kliwon. Kampung Joyosuran dipimpin oleh seorang lurah yang bernama Bapak
Suwarno, SE, RT 03 dikepalai oleh Bapak Sumardi, dan RW X dikepalai oleh Bapak
Supriyono.
B. Demografi komunitas
Untuk demografi komunitas, kami diberikan penjelasan oleh pihak kelurahan mengenai
kondisi di wilayah tersebut.
Kelurahan Joyosuran terdiri dari XII RW dengan persebaran penduduk sebagai berikut :
RW
Jumlah
01
07
02
04
03
03
04
04
05
06
06
06
07
04
08
03
09
04
10
07
11
04
12
04
total
55
RT
Jumlah
91
49
87
550
85
1.02
1.03
84
1.04
1.36
65
89
10.566
Pendudu
01
58
19
02
88
26
03
81
25
04
59
19
05
38
12
06
43
15
07
52
16
Penduduk
Total
419
1367
C. Analisis situasi
Lingkungan RW 10, menurut penuturan Bapak RW merupakan wilayah
yang paling sering memiliki masalah. Selain karena memiliki jumlah RT
yang paling banyak, namun juga kondisi lingkungan yang padat
3
BAB II
PENDEKATAN DI KOMUNITAS/KELUARGA
A. Identitas keluarga
4
N
o
L
Nama
Kedudukan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ket
1.
Tn. JW
Kepala
Keluarga
36
SMK
Wiraswasta
2.
Ny. SM
Istri
35
SMK
G5P4A0 aterm
3.
An. MAAH
Anak
SD
4.
An. H
Anak
SD
5.
An. H
Anak
TK
6.
An. LDAM
Anak
Belum
sekolah
B. Status keluarga
Ny. SM
35 thn
Dispepsia
Hipotensi
Tn. JW
36 thn
Kesimpulan :
An. MAAH
9 thn
An. H
7 thn
An. H
5 thn
An. L
2 thn
Pada keluarga pasien tidak didapatkan adanya riwayat penyakit alergi. Ibu
kandung pasien menderita hipertensi dan dispepsia. Ayah pasien memiliki riwayat
hipotensi. Saudara pasien maupun saudara orang tua pasien tidak memiliki riwayat
penyakit alergi maupun kronis. Pada pasien didapatkan hipotensi dan dyspepsia.
C. Proses pendekatan
Pada hari Kamis, 2 Juli 2015 berdasarkan data yang ada di Puskesmas, 2 orang
dari tim kami diantar oleh Ibu bidan Mimin selaku pembimbing lapangan, menuju
rumah calon pasien untuk survey lapangan. Sedangkan satu orang dari tim mengambil
data demografi di kelurahan Joyosuran. Sesampainya di RT 03 Joyosuran, kami
menanyakan pada tetangga sekitar mengenai lokasi rumah Ny. SM tersebut. Tetangga
sekitar cukup bingung dan pada akhirnya kami bertemu dengan ibu kader RT tersebut,
yaitu Ibu Marni. Oleh ibu Marni kami diantar menuju rumah pasien.
Rumah pasien berada di gang yang cukup kecil di RT 03/RW X. Ibu Mimin
mengetuk pintu dan mengucap salam, kemudian dijawab oleh seorang ibu yang sedang
hamil, yaitu Ny. SM. Kami kemudian dipersilahkan masuk. Di sana Ibu Mimin
kemudian mmenanyakan perihal kehamilan pasien dikarenakan memiliki resiko tinggi,
di antaranya adalah riwayat SC, multi para, jarak dengan anak terakhir terlalu dekat, dan
usia 35 tahun. Di sisi lain pasien memiliki myopia ODS -10/-7. Ibu Mimin berusaha
mengedukasi pasien namun pasien terlihat enggan untuk dirujuk ke rumah sakit.
Kemudian Ibu Mimin memperkenalkan kami sebagai mahasiswa profesi dokter dan
kebidanan dari UNS yang sedang praktek lapangan di Puskesmas Gajahan, dan meminta
ijin bila Ny. SM akan kami kunjungi dan anamnesis seputar kehamilannya. Pasien
6
bersedia meskipun terlihat agak keberatan. Setelah itu Ibu Mimin berpamitan
dikarenakan saat itu bersamaan dengan jadwal kontrol ANC aterm di Puskesmas. Kami
melakukan perkenalan, tujuan kegiatan kami, serta waktu kegiatan kami kepada pasien.
Setelah pasien memahami dan bersedia, kami mulai melakukan wawancara pada pasien.
Pada awalnya pasien terlihat masih tertutup dan sedikit kurang nyaman, namun akhirnya
setelah kami mencoba untuk berbincang-bincang dan menanyakan hal di luar konteks
kehamilan beliau. Kemudian pasien mulai terbuka untuk menjawab pertanyaanpertanyaan kami dan bercerita mengenai kehamilannya yang pertama hingga terakhir,
serta akhirnya kami mengetahui alasan pasien tidak mau dirujuk ke Rumah Sakit.
Menurut pengamatan kami, sebenarnya pasien cukup ramah dan kooperatif kepada
kami. Pasien juga menanyakan mengenai kondisinya seperti BAB pasien yang encer
dan perutnya mulas ketika minum susu di bulan puasa ini, resiko melahirkan normal
terhadap kondisi miopianya, serta keluhan mengenai ASInya yang hanya keluar sedikit
saat ia menyusui keempat anaknya. Kemudian setelah melakukan wawancara cukup
lama, kami pamit untuk mengakhiri kunjungan dan menanyakan pada pasien apakah
esok harinya kami dapat melakukan kunjungan lagi. Pasien terlihat agak keberatan,
terlihat dari jawabannya yang sedikit berputar-putar. Namun setelah kami bujuk pasien
akhirnya bersedia. Kemudian kami juga menanyakan apakah dapat bertemu dengan Tn.
JW dengan tujuan melakukan penilaian fungsi keluarga, namun pasien berkata bila
suaminya sibuk bekerja dan jarang di rumah.
Esok harinya sekitar pukul 9 pagi kami berkunjung kembali ke rumah pasien
untuk melakukan wawancara, melengkapi data dari hari sebelumnya. Saat kami sampai
di rumah pasien, ternyata pasien tidak berada di rumah, hanya anak pertama dan kedua
yang berada di rumah. Kemudian saat kami tanyakan kepada An. MAAH, ia tidak
mengetahui ke mana Ny. SM pergi. Saat itu ada seorang tetangga pasien yang lewat dan
mengatakan kemungkinan pasien berada di rumah orang tuanya, lalu kami meminta An.
MAAH menuju ke rumah orang tua Ny. SM yang jaraknya tidak jauh dari rumah pasien.
Di sana kami bertemu dengan Ibu Ny. SM dan berbincang dengan beliau. Kemudian
selang beberapa saat, An. MAAH datang lagi ke rumah neneknya tersebut dan
mengatakan kepada kami bahwa Ny. SM sudah berada di rumah. Kemudian kami pamit
dan menuju rumah Ny. SM.
7
Sesampainya di depan rumah Ny. SM, kami mengetuk pintu dan mengucap salam.
Ny. SM kemudian keluar dan mempersilahkan kami masuk. Ternyata beliau baru saja
pulang dari memeriksakan kehamilannya di praktek bidan mandiri. Di sana beliau juga
melakukan USG, dari hasil USG tersebut didapatkan bahwa usia kehamilan ibu adalah
38 minggu, janin dalam keadaan sehat. Kami kemudian melakukan wawancara pada
pasien. Setelah selesai, kami berpamitan pada pasien dan mengatakan bahwa minggu
kedua kami berencana untuk melakukan kunjungan lagi.
BAB III
PENILAIAN KEBUTUHAN KOMUNITAS LOKAL ATAU KELUARGA
A. FOME/Analisis keluarga
1. Status Pasien
a. Identitas
Nama
: Ny. SM
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
8
Pendidikan
: SMK
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Alamat
: Joyosuran RT 03/RW X
b. Keluhan utama
c. Riwayat menstruasi
1)
2)
3)
4)
5)
HPHT
Menarche
Siklus
Dismenorrhea
Bau
: 25 September 2014
: 14 tahun
: 10 hari
: (-)
: (-)
d. Riwayat obstetri
1) P4A0
2) Riwayat SC
3) HPP pada kehamilan yang lalu
: (+)
: 7 hari setelah kelahiran anak kedua, perut
No
Kehamilan
Persalinan
Nifas
Anak
Sua
mi
ke
Ha
mil
ke
Penyulit
U
K
penolong
Jenis
penyulit
Jenis
kelami
n
BB
(kg)
Hdp
umur
(th)
Mati
umur
Lama
menyusu
Pasien
kelelaha
n
40
Dokter
spesialis
SC
HPP
3,25
1 tahun
39
Bidan
3,5
1 tahun
38
Bidan
3,3
1 tahun
9
40
Bidan
P
3,3
2
1 tahun
Sumber: Data Primer, Juli 2015
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular,
menahun dan menurun seperti jantung, TBC dan hipertensi.
4) Riwayat Keturunan Kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
5) Riwayat Operasi
Ibu mengatakan bahwa anak pertama nya dilahirkan secara sectio saecaria.
h. Pola kebiasaan hidup
1) Pola Nutrisi
Sebelum hamil : Makan 3 x/hari, sayur, lauk dan nasi
Minum 6-7 gelas sehari (air putih)
Selama hamil
pasien menjadi mulas dan BAB encer ketika minum susu. Pasien juga memilih
untuk minum minuman yang manis sehingga berat janin mengalami
peningkatan yang pesat.
2) Pola Eliminasi
Sebelum hamil
Selama hamil
Selama hamil
Selama hamil
: Tidur siang 1 jam, tidur malam 3-4 jam. Setelah subuh tidur 3
jam
Sebelum hamil
Selama hamil
f. Pola seksual
Sebelum hamil : 2 kali seminggu
Selama hamil
: 1 kali seminggu
2. Anamnesis Sistem
a. Keluhan utama: (-)
b. Kulit
nyeri ulu hati (-), perut sebah (-), cepat kenyang (-),
mudah lapar (-), mudah haus (-),diare (-), sulit BAB
(+), perut nyeri setelah makan (-), BAB warna seperti
12
dempul (-), BAB darah (-), BAB encer (+) dan perut
mulas (+) setelah minum susu.
j. Sistem Muskuloskeletal : lemas (-), kesemutan (-), badan
terasa keju-kemeng (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-),
bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-), kejang
(-).
k. Sistem Genitourinaria
panas saat BAK (-), sering buang air kecil (+), air
kencing warna seperti teh (-), BAK darah (-).
l. Ekstremitas
Atas
Bawah
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 01 Juli 2015:
a.
Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, gizi kesan cukup
1) Tanda Vital
Tensi : 110/70mmHg
Nadi : 88x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 20 x/menit, pernafasan torakoabdominal
Suhu
: 36,5 C per aksiler
b. Status Gizi
BB sebelum hamil: 58 kg
BB sekarang: 66 kg
TB: 162 cm
BMI: sebelum hamil: 22,1 kg/m2
setelah hamil: 25,1 kg/m2
Kesan : normoweight
c. Kulit
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), petechie (-), ikterik (-)
d. Kepala
Mesocephal, rambut warna hitam, uban (-), mudah rontok (-), luka (-)
e. Wajah
Simetris, eritema (-)
13
f. Mata
Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya
(+/+) normal, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
g. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-).
h. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-), fungsi
pembau baik, foetor ex nasal (-).
i. Mulut
Sianosis (-), papil lidah atrofi (-),gusi berdarah (-), bibir kering (-), stomatitis (-),
pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).
j. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-), distensi vena leher (-).
k. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan
thorakoabdominal.
Jantung :
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi
:
kiri atas
: SIC II linea sternalis sinistra
kiri bawah : SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra
kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
kanan bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Auskultasi : HR 80 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
bising (-), gallop (-)
Pulmo
:
Inspeksi
:
Statis
: normochest, simetris kanan-kiri, retraksi (-),
Dinamis
: simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-),
Palpasi :
Statis
: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-), tidak ada yang
Dinamis
tertinggal
:pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal, fremitus
raba kanan = kiri
Perkusi :
Kanan
Kiri
: sonor, sesuai batas paru jantung.
Auskultasi :
Kanan
: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronki
basah kasar (-), ronki basah halus (-), krepitasi (-)
: suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronki
Kiri
akraldingin
4.
sianosis
oedem
Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Postur tubuh Sedang, cara berdiri baik, cara berjalan
lordosis.
2) Rambut Tampak hitam, lurus, kebersihan cukup, kulit kepala bersih, tidak
ada benjolan, tidak ada luka bekas operasi.
3) Muka Tampak tidak oedem, tampak tidak pucat, tidak tampak cloasma.
4) Mata Tampak simetris, conjuctiva merah muda, sklera putih.
5) Hidung Tampak simetris, kebersihan cukup, tidak ada sekret, PCH tidak
ada.
6) Telinga Tampak simetris, kebersihan cukup, tidak ada sekret.
7) Mulut Tidak tampak stomatitis, lidah bersih, tidak tampak karies gigi, tidak
tampak gigi yang berlubang. 8) Leher Tidak tampak pembesaran kelenjar
thyroid, kelenjar limfe dan tidak tampak bendungan vena jugularis.
9) Ketiak Tidak tampak pembesaran kelenjar limfe, kebersihan cukup.
10) Tangan Tampak simetris, kuku pendek, bersih, tidak tampak polidactili, tidak
tampak clubing finger.
11) Dada Bentuk payudara tampak simetris, putting susu tampak menonjol,
hiperpigmentasi areola mammae, tidak tampak luka bekas operasi,
colostrum belum keluar., tidak ada massa atau benjolan.
12) Perut Membesar sesuai usia kehamilan, pusat tampak mendatar, tidak
tampak bekas SC, tampak linea nigra dan striae albicans.
15
13) Kaki Tampak simetris, tampak tidak oedem, kuku pendek, kebersihan cukup,
tidak tampak polidaktili, tidak tampak varices.
14) Vulva Tidak tampak oedem, tidak tampak varices, tidak tampak
condilomalata dan condiloma acuminata, tidak tampak flour albus.
15) Punggung Tampak simetris, lordosis, tidak tampak spina bifida.
16) Anus Kebersihan cukup, tidak tampak hemoroid.
17) Leopord: tidak dilakukan karena pasien sudah periksa ke bidan.
5. Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen: dari hasil USG usia kehamilan bayi 38 minggu, bayi dalam keadaan
sehat.
6. Kesimpulan
Diagnosa Kebidanan GVP4A0 UK 38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kiri, keadaan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik.
7. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis
Keluarga tersebut terdiri dari Tn. JW (36 tahun), Ny. SM (35 tahun), An.
MHAAH (9 tahun), An. H (7 tahun), An. H (5 bulan) dan An. L (2 tahun)
yang tinggal bersama dalam satu rumah. Pendidikan dalam keluarga ini cukup
baik karena memenuhi standar minimal wajib belajar 12 tahun. Di dalam
keluarga tidak ditemukan riwayat penyakit tertentu. Ny. SM saat ini sedang
hamil G5P4A0 40 minggu dengan riwayat SC pada persalinan yang pertama
namun pada kehamilan ke 2,3, dan 4 pasien memilih untuk melahirkan secara
normal di bidan. Sedangkan menurut skor Puji Rochyati, pasien memiliki
skor 22 dengan perincian sbb:
16
22
17
Selain itu, pasien juga memiliki kelainan refraksi myopia ODS -10/-7.
Meskipun demikian, pasien tidak mau bila persalinannya dirujuk ke rumah
sakit, oleh karena itu pasien lebih memilih untuk bersalin di praktek bidan
mandiri karena merasa yakin dapat melahirkan secara normal.
b. Fungsi Psikologis
Pasien merasa trauma dengan dokter (terutama spesialis kandungan) dan
rumah sakit. Hal tersebut berawal saat kehamilan anak yang pertama pasien
melakukan kontrol trimester III ke dokter spesialis kandungan dengan
keluhan sering BAK. Berdasar cerita pasien, oleh dokter tersebut pasien
didiagnosis ketuban pecah dini. Kemudian pasien bersalin dengan ditangani
oleh dokter tersebut. Selang beberapa jam (belum lama) pasien belum
mengalami pembukaan, kemudian oleh dokter tersebut pasien diberikan
induksi oksitosin. Karena tidak ada penambahan pembukaan, pasien dirujuk
ke RSDM. Oleh dokter RSDM ketuban pasien dikatakan baik-baik saja.
Dokter tersebut mengatakan justru pemberian induksi tersebut menyebabkan
defek pada jantung bayi. Di RSDM pasien mengalami pembukaan 6, namun
karena sudah kelelahan pasien meminta untuk dilakukan sectio caesaria.
Pada kehamilan yang kedua pasien memeriksakan diri ke dokter
kandungan yang lain, dokter tersebut memberikan edukasi bahwa harus
dilakukan section caesaria lagi pada kehamilan yang kedua ini, pasien
kemudian menolak dan memilih untuk melahirkan di bidan.
Sejak saat itu pasien merasa trauma dan tidak mau untuk bersinggungan
dengan dokter maupun rumah sakit, terutama berkaitan dengan kehamilan dan
persalinannya. Pasien merasa terbebani dan tidak tenang bila diberitahu
mengenai kehamilannya yang beresiko tinggi, dan memilih untuk yakin pada
dirinya sendiri jika ia mampu bersalin secara normal. Meskipun demikian
pasien juga menyadari dan siap untuk menanggung resiko terburuk yang
dapat terjadi. Selain itu pasien mengeluhkan bahwa ASInya tidak bisa keluar
banyak, sehingga anak pertama hingga keempat mereka terlihat tidak puas
saat dulu masih menyusu.
c. Fungsi Sosial
18
19
bahwa
suaminya
selalu
mengingatkan
pasien
untuk
memeriksakan
kehamilannya.
f. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain.
Skoring :
Hampir selalu/sering
: 2 poin
Kadang kadang
: 1 poin
Tn.
JW
SM
An.
MA
AH
An.
H
sde
sde
sde
sde
An.
H
An.
L
sde
sde
sde
sde
sde
sde
20
Jumlah
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
sde
Rekomendasi nilai APGAR score Ny.SM terhadap keluarga adalah 8. Ny.SM adalah
pasien dan merupakan ibu rumah tangga namun terkadang ikut membantu di TK
Aribiyyun atau menjahit di rumah. Sebagai Ibu sekaligus istri, Ny.SM berkomunikasi
dengan baik dengan suami dan anak. Namun hak untuk memutuskan sesuatu diserahkan
kepada suami
Keterangan :
*Tn. JW tidak dapat dihubungi secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga
belum dapat dilakukan penilaian terhadap poin APGAR.
*An. MAAH, An H, An HJ, An L masih belum cukup dewasa untuk dilakukan penilaian
terhadap poin APGAR.
APGAR score keluarga Tn. JW dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) ADAPTATION
Aspek adaptasi pada keluarga Tn. JW cukup baik. Setiap anggota keluarga bisa saling
beradaptasi satu sama lain, anak-anak pasien terlihat cukup rukun ketika bersama-sama.
21
Suami pasien juga memahami kondisi pasien yang sedang hamil, hal tersebut terlihat
dari yang pasien sampaikan bahwa suaminya meminta pasien untuk berhenti sementara
dari aktivitas bantu membantu di TK Aribiyyun tersebut serta meminta pasien untuk
memeriksakan kehamilannya ke bidan.
2) PARTNERSHIP
Komunikasi antar anggota keluarga lancar, anak-anak pasien
saling bercerita dan bermain bersama. Pasien juga selalu
menceritakan masalah dan meminta pertimbangan suami
sebagai pemegang keputusan di dalam keluarga. Meskipun
demikian ada keterbatasan waktu dari Tn. JW untuk berkumpul
bersama keluarga karena kesibukannya dalam bekerja. Tn. JW
sehari-hari dapat berinteraksi dengan keluarga pada malam hari
sepulang bekerja dan pagi hari sebelum berangkat bekerja.
Meskipun waktu untuk berkumpul dengan keluarga terbatas,
menurut pasien anak-anak lebih dekat dengan Tn. JW daripada
dengan pasien.
Pasien mendapat dukungan dari suami untuk segera memeriksakan kehamilannya.
3) AFFECTION
Hubungan kasih sayang dan interaksinya antar anggota keluarga terlihat cukup baik.
Setiap anggota bisa mengekspresikan kasih sayang dan emosinya dan cenderung tidak
disembunyikan atau ditutupi.
4) RESOLVE
Pasien dan keluarga merasa cukup puas dengan kebersamaan yang dihabiskan bersama.
Meskipun frekuensi untuk berkumpul dengan Tn. JW tidak seintensif seperti dengan
Ny. SM, namun waktu yang diluangkan cukup berkualitas.
Kesimpulan:
Skor APGAR keluarga Tn. JW adalah 8. Untuk Tn. JW tidak dapat dinilai
dikarenakan Tn. JW sibuk bekerja dan sulit ditemui. Sedangkan untuk keempat
anak pasien skor APGAR belum dapat dinilai karena belum cukup dewasa.
22
g. Fungsi Patologis
Untuk menilai fungsi patologis digunakan SCREEM, antara lain :
Tabel SCREEM
SUMBER
PATOLOGI
KET
Social
Interaksi sosial kurang antar anggota keluarga dengan
saudara dan tetangga. Pasien tidak mengikuti arisan
maupun kegiatan PKK di RT nya. Suami juga tidak
bersosialisasi dengan baik, bahkan mengabaikan aturan
aturan sosial yang ada di lingkungan tersebut
Cultural
Religion
Keluarga Tn. BE beragama Islam. Pemahaman dalam
beragama baik. Pasien dan keluarganya taat
menjalankan kewajiban agama seperti shalat wajib dan
pengajian. namun memiliki kecenderungan untuk
fanatisme dengan golongannya
Economy
23
Educatio
n
Medical
Keluarga Tn. JW kurang memperhatikan kondisi
kesehatan anggota keluarganya. Keluarga pasien pergi
berobat ke fasilitas kesehatan bila keluhan tidak
membaik dengan terapi tradisional alternatif. Keluarga
tersebut tidak memiliki asuransi kesehatan.
Social (+) artinya keluarga Tn. JW tidak bersosialisasi dengan baik, bahkan
mengabaikan aturan-aturan sosial yang ada di lingkungan tersebut.
24
Sikap keluarga pasien terhadap penyakit yang dideritanya kurang tepat karena
keluarga belum mendapat informasi dan edukasi yang benar tentang resiko yang
ada pada pasien sehingga perlu diberi informasi yang adekuat
3) Tindakan
Pasien dan keluarga sudah cukup memahami pentingnya kesehatan dan
pentingnya berobat kepada petugas medis. Namun dikarenakan trauma ketika
persalinan yang pertama, maka keluarga pasien berobat ke puskesmas ketika tidak
membaik ketika diobati sendiri. Keluarga pasien tidak mendaftar ke asuransi
kesehatan dikarenakan prinsip (terutama suami) yang mereka pegang, di sisi lain
pasien kecewa dengan pelayanan yang didapat ketika persalinan pertamanya
menggunakan Jaskesmas.
Kesimpulan:
Keluarga pasien kurang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
terhadap kondisi pasien. Sebenarnya keluarga sudah mengerti bagaimana cara
menjaga kesehatan dan mencegah penyakit serta pentingnya berobat ke fasilitas
layanan kesehatan, namun karena trauma dan kekecewaan pada masa lalu, maka
keluarga pasien tidak berobat ke Puskesmas saat penyakitnya sudah membaik.
i. Faktor Non Perilaku yang Mempengaruhi Kesehatan
1) Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini berstatus rumah sendiri dengan ukuran
50 m2. Rumah terdiri dari beberapa ruangan, yaitu ada ruang tamu, kamar
tidur, dapur, dan kamar mandi.
2) Ekonomi
Keluarga ini tergolong kepada ekonomi menengah ke bawah. Keluarga ini
hanya bergantung kepada penghasilan Tn. JW yang kurang lebih hanya Rp
1.500.000 per bulan. Dana tersebut digunakan untuk biaya makan sehari-hari,
biaya listrik, dan biaya pendidikan anak-anak.
3) Pelayanan Kesehatan
25
a)
1) Gambaran Lingkungan
Indoor
Keluarga Tn. JW tinggal di rumah dengan ukuran 50 m 2. Rumah tersebut
terdiri dari satu kamar tidur, dapur, ruang tamu, dan satu
kamar mandi.
Dinding rumah terbuat dari tembok, namun sekat rumah terbuat dari tripleks.
Lantai terbuat dari semen, atap rumah tidak ditutupi plafon sehingga langsung
terlihat genteng. Ventilasi rumah berasal dari jendela depan yang cukup terang,
serta seringkali pintu rumah pasien dibuka. Juga terdapat genteng yang terbuat
dari cahaya, sehingga pencahayaan masuk ke ruangan bagian belakang rumah
yang tidak memiliki jendela. Kebersihan rumah sangat kurang, banyak benda
yang berserakan di dalam rumah serta penataan barang-barang terlihat kurang
rapi. Saat malam hari pencahayaan bersumber dari lampu.
b)
Outdoor
26
Lemari
baju
Lemari buku
Mesin jahit
Ruang tamu
Kamar mandi
B. Problem List
1. Aspek personal
a. Skor Puji Rochyati pasien sebesar 22.
b. Pasien khawatir jika dirujuk ke rumah sakit, akibatnya pasien juga tidak mau
melahirkan diri di Puskesmas.
c. Suami pasien menganggap bahwa kondisi kehamilan pasien sudah tua (aterm),
sehingga pasien diminta untuk banyak beristirahat dan kontrol kehamilannya.
Namun demikian, suami pasien belum memahami bahwa kehamilan pasien
tergolong ke dalam kehamilan resiko tinggi.
d. Keluarga Tn. JW berharap kondisi ibu dan bayi dalam keadaan baik, serta
persalinan berjalan lancer dan normal.
2. Aspek klinis
a. Nutrisi
28
Nutrisi keluarga pasien sudah tercukupi namun belum maksimal. Hal tersebut
terbukti dari kondisi ibu yang mengeluhkan mengantuk serta lemas ketika
berpuasa.
b. Psikologis
Pasien merasacukup trauma dengan dokter spesialis kandungan dan rumah
sakit.
c. Px fisik
Dari hasil kontrol ke bidan, kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik dan
sehat. Namun ketika puasa ini pasien mengeluh sedikit lemas serta BAB
encer ketika minum susu.
d. Px penunjang
Dari hasil USG didapatkan hasil bahwa usia janin 3332wDari hasil USG
didapatkan hasil bahwa usia janin 3332wDari hasil USG didapatkan hasil
bahwa usia janin 38 minggu.
e. Diagnosis
GVP4A0 UK 38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, punggung
kiri, keadaan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik.
C. Faktor Internal dan Eksternal
1. Faktor risiko internal
a. Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan keluarga Tn. JW masih cukup rendah, terbukti dari kondisi
lingkungan rumah yang kurang bersih.
b. Persepsi tentang kesehatan
Dikarenakan faktor keyakinan dan trauma, maka keluarga pasien tidak
mendaftar jaminan kesehatan, tidak mengikuti KB, serta tidak berobat ke
Puskesmas bila tidak terdesak.
c. Riwayat kesehatan
Pasien memiliki riwayat Sectio caesar pada kehamilan yang
pertama
29
30
BAB IV
PERENCANAAN PROYEK
A. Tujuan proyek
3. Tujuan umum
Untuk memberikan edukasi dari beberapa aspek (hybrid education)
kepada Ny. SM Usia 35 Tahun G5P4A0 Usia Kehamilan 38 Minggu
dengan Resiko Tinggi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
pasien dan keluarga.
4. Tujuan Khusus :
a Untuk memberikan edukasi dan simulasi melalui aspek multimedia
mengenai breast care dan laktasi kepada Ny. SM sehingga keluhan
b
anak.
Memberikan contoh menu gizi seimbang bagi keluarga sehingga
tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal serta gizi ibu
laktasi dapat tercukupi.
B. Planning list
1 Memberikan edukasi kepada Ny. S tentang ASI Eksklusif dengan
aspek multimedia melalui manekin, gambar, simulasi dan video.
31
BAB V
FOKUS PROYEK
32
A. Fokus Proyek
Proyek kami titik beratkan pada hybrid learning atau pembelajaran
terintegrasi. Di sini kami mengkombinasikan antara edukasi dan simulasi,
komunikasi dua arah, serta kombinasi dari berbagai aspek yang menjadi
permasalahan pasien, yaitu breast care dan laktasi, pengetahuan siklus
menstruasi dan waktu kesuburan, dan PHBS rumah tangga. Perincian ketiga
proyek yang kami rencanakan adalah:
1 Edukasi Ny.S tentang ASI Eksklusif melalui multimedia gambar,
maenekin, simulasi dan video.
Cara kerja:
a. Kami berencana memberikan edukasi cara merawat payudara (breast
care) serta hal yang berkaitan dengan laktasi, seperti mengenai
kolostrum, pengeluaran dan penyimpanan ASI, serta stimulasi
pengeluaran ASI untuk Ny. SM. Kemudian kami berencana
melakukan simulasi dengan menggunakan manekin yang kami pinjam
dari FK UNS untuk mengantisipasi bila Ny.SM tidak bersedia
melakukan simulasi secara langsung.
b. Edukasi dilakukan dengan menggunakan sarana tulisan, gambar dan
video mengenai breast care serta laktasi. Ny. SM diperkenankan
untuk berkomentar atau bertanya sehingga edukasi dapat berjalan dua
arah.
c. Simulasi dilakukan dengan menggunakan manekin sesuai dengan
gambar dan video yang disediakan. Kami memberikan contoh
terlebih dahulu kemudian pasien diminta untuk melakukan simulasi
mandiri terhadap manekin.
2
pasien setiap bulannya. Di sisi muka yang lain berisi gambar edukatif
mengenai informasi ANC dan PNC yang kami ambil dari panduan
Informasi Seputar Kesehatan Bayi Baru Lahir dari Departemen
Kesehatan.
b. Kalender kami berikan pada Ny.SM kemudian kami edukasi mengenai
periode menstruasi, perkiraan ovulasi, serta perkiraan tanggal subur
(resiko terjadi kehamilan) pada siklus tersebut.
c. Diharapkan komunikasi berjalan dua arah sehingga pasien dapat
memahami materi yang kami sampaikan.
5. Edukasi NY. S tentang Personal Hygiene melalui media emosional
dengan sistem reward and punishment.
a. Kami berencana memberikan leaflet/handout mengenai PHBS rumah
tangga kepada pasien serta memberikan edukasi mengenai materi
tersebut.
b. Diharapkan komunikasi berjalan dua arah sehingga pasien dapat
memahami materi yang kami sampaikan.
B. Analisis proyek
1 Strengths
a. Materi, gambar, video yang akan diedukasikan kepada pasien
34
b.
c.
d.
ini.
Kondisi rumah pasien yang kurang kondusif dan leluasa.
Anak-anak
pasien
dimungkinkan
mengganggu
situasi
pembelajaran.
D
Budgeting
No
1
2
3
4
5
6
7
Kegunaan
Peminjaman manekin mammae
Print/fotokopi/pembelian alat tulis
Pembuatan materi dan leaflet
Pembuatan kalender duduk
Transport dan komunikasi
Reward bila terdapat perbaikan PHBS
Pemberian kenang-kenangan untuk
keluarga
Jumlah total
E
Biaya (Rp)
300.000
100.000
150.000
100.000
150.000
100.000
100.000
1000.000
Rencana evaluasi
diberikan.
PHBS rumah tangga evaluasi dapat dinilai melalui ada/tidaknya
36