Disusun oleh :
Fajar Megasari
20110310194
Dokter pembimbing :
dr. Agus Sunaryo, Sp. PD
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUD SALATIGA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan, refleksi kasus dengan judul
Disusun oleh :
Nama: Fajar Megasari
NIM: 20110310194
Disahkan oleh :
Dokter Pembimbing,
BAB I
PENJABARAN KASUS
I. IDENTITAS
II.
Nama
: Nn. L
Usia
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jalan Osamaliki
Pekerjaan
: Karyawan Karaoke
Status perkawinan
: Belum Menikah
Masuk RS
: 5 Oktober 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien datang karena muntah darah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan muntah darah disertai dengan mual sudah 2
hari. Muntah darah berwarna merah kecoklatan sebanyak kira-kira 1 sendok
makan. Pasien mengatakan sebelum muntah darah ini pasien meminum
minuman beralkohol sebanyak 4 botol dengan kadar alkohol 19% dan tanpa
disertai dengan makan sebelumnya. Muntah darah diawali dengan mual dan
sebelumnya pasien merasakan nyeri di ulu hati hilang timbul rasanya perih
dengan skala nyeri 8. Nyeri disertai dengan sesak nafas dan memberat jika
pasien berbaring. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Keesokan harinya
Riwayat Penyakit Dahulu
Empat hari sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke IGD dengan
keluhan mual kemudian diberikan obat Ondansentron dan Omeprazole tapi
III.
Kepala/Leher
THT
Respirasi
Kardiovaskular
Gastrointestinal
Urogenital
Muskuloskeletal
Integumentum
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ronkhi(-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
sinistra, batas kanan jantung pada SIC 4 linea sternalis kanan, batas
kiri jantung pada SIC 4 linea midclavicula kiri.
Auskultasi
(-/-)
f. Abdomen
Inspeksi :
Auskultasi :
Perkusi :
Palpasi :
Supel
Ekstremitas
g. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Hematologi, Kimia&Serum tanggal 13 Mei 2016
Pemeriksaan
Hematologi
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Golongan darah ABO
KIMIA
Glukoasa Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
Imuno/Serologi
HbsAg (Rapid)
Hasil
Nilai Rujukan
15.66
3.88
11.9
33.4
86.2
30.7
35.6
323
B
4.5-11
4-5
14-18
38-47
86-108
28-31
30-35
150-450
62
29
0.9
40
30
80-144
10-50
0.6-1.1
< 31
< 32
Negatif
negatif
TB Paru Kategori II
Dermatitis Seboroik
Plan :
-
Inj Omeprazole 1 x 20 mg
Streptomicin 1x1
FDC 1 x III
Vitamin B
Curcuma 3 x 1
Inerhistin 1x1
Cetirizin 1x1
Alprazolam 1 x 0,5 mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit Tuberkulosis adalah setiap penyakit menular pada manusia dan
hewan yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium dan ditandai dengan
pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan. Berbagai organ
dapat terkena, walaupun pada manusia paru adalah tempat utama penyakit ini, dan
biasanya merupakan pintu gerbang masuknya infeksi untuk mencapai organ lainnya.4
ETIOLOGI
Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paruparu, penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Mikobakteria
adalah bakteri aerob, berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak
mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna
(dekolarisasi) asam atau alkohol, oleh karena itu dinamakan bakteri tahan asam atau
basil tahan asam.
Morfologi dan identifikasi Mycobacterium Tuberkulosis5
1.
Bentuk
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak
bengkok dengan ukuran 0,2-
tumbuh pada suhu 25C atau lebih dari 40C. Medium padat yang biasa
dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum 6,4-7,0.
3.
Sifat-sifat
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 60C selama 15-20
menit. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam.
Dalam dahak dapat bertahan 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan
bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar
dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20C
selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan
disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan
NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan
alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit.
PATOGENESIS
Sumber penularana adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan
Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui
pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya,
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran
langsung kebagian-nagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet
dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
TUBERKOLUSIS PRIMER
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan
menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan
cara pembelahan diri di Paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran
limfe akan membawa kuma TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut
sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah 4 - 6 minggu.
Dari kompleks primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
(limfadenitis regional). Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan
reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada
eberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).
Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai
menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
TUBERKULOSIS PASCA PRIMER (POST PRIMARY TB) :
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer (infeksi endogen), misalnya karena daya tahan tubuh menurun
akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca
primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Tuberkulosis pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien.
KLASIFIKASI
Ada beberapa klasifikasi tuberkulosis, diantaranya :
Berdasarkan terapi
GEJALA KLINIS
Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :
Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadangkadang panas badan dapat mencapai 40 410 C.
Batuk/Dahak bercampur darah.
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik napas/melepaskan napasnya.
Malaise
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan.
DIAGNOSIS
Untuk menegakan diagnosis tuberkulosis paru, dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan diantaranya, pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan radiologis, dan
pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan fisis
Dapat ditemukan konjunktiva mata atau kulit yang pucat karena
anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.
Secara anamnesis dan pemeriksaan fisik, TB paru sulit dibedakan
dengan pneumonia biasa. Bila dicurigai adanya infiltrat yang aga luas, maka
didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi napas bronkial. Akan
didapatkan pula suara napas tambahan berupa ronki basah kasar. Bila terdapat
kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timfani
dan auskultasi memberikan suara amforik.
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal.
2. Pemeriksaan radiologis
Lokasi lesi tuberkulosis biasanya di daerah apeks paru (segmen apikal
lobus atas atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus
bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya
pada tuberkulosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang
pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-bercak awan dan dengan
batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal
sebagai tuberkuloma.
Pemeriksaan khusus yang kadang-kadang juga diperlukan adalah
bronkografi, yakni untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang
diebabkan oleh tuberkulosis.
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah
banyak dipakai adalah CT scan, pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi
adalah MRI.
Ada 3 macam proyeksi pemotretan yang penting pada foto toraks pasien yang
dicurigai TB yaitu :1
1. Proyeksi Postero-Anterior (PA)
Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam
posisi berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam. Bila terlihat suatu
kelainan pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral.
2. Proyeksi Lateral
Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di
belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan pada saat pasien tahan nafas
dan akhir inspirasi dalam.
setempat atau milier, ground glass opacity, konsolidasi serta kavitas, dan
efusi pleura. Gambaran radiologi yang beraneka ragam ini paling sering
timbul secara simultan.
Predileksi lesi biasanya di daerah paru segmen apikal dan segmen
posterior lobus atas, serta segmen superior lobus bawah. Oleh karena itu
semua kelainan radiologi yang beraneka ragam tersebut dan letaknya di
daerah predileksi, apalagi pada seseorang yang tinggal di daerah endemi TB,
haruslah dicurigai TB dan ditatalaksana untuk mendapatkan diagnosis TB.
(panah
putih)
dengan
kavitas
C. Tuberkuloma
Gambaran radiologis berupa nodul yang berbatas tegas, tetapi bisa
dijumpai tepi ireguler karena adanya fibrosis. Tuberkuloma bisa multipel dan
kadang-kadang bisa mencapai ukuran 5 cm, bisa didapat kalsifikasi pada
nodul. Tuberkuloma kadang-kadang didiagnosis banding dengan tumor.1
D. TB paru milier
TB paru milier bisa merupakan komplikasi dari TB paru primer dan post
primer. Bisa dijumpai pada pasien dengan foto toraks normal. Nodul milier
bisa dideteksi lebih awal dengan menggunakan HRCT, pada 24 dari 25 kasus
pada penelitian Hong SH dkk.1
Gambaran foto toraks bisa berupa nodul-nodul milier berukuran 2-3 mm,
yang tersebar merata dikedua paru (gambar 3.18). dengan HRCT nodul-nodul
milier mudah dideteksi dan sering disertai ground glass opacity.1
Gambaran radiologis TB milier bisa dijumpai pada penyakit-penyakit
yang lain, tetapi diagnosis TB milier harus didahulukan dalam dalam
diagnosis banding terutama pada usia muda dan tidak ada riwayat keganasan
ditempat lain. Pada TB paru milier, diagnosis dan pengobatan yang cepat
adalah vital. TB paru ekstra pulmoner, harus dipikirkan pada pasien dengan
diagnosis TB milier, terutama meningitis TB.1
3. Pleuritis TB
Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 10-15 ml. Efusi pleura
bisa terdeteksi dengan foto toraks PA dengan memperlihatkan tanda meniscus
atau ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus efusi
pleura sudah bisa dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal dan
pada posisi-posisi lateral efusi pleura bisa terlihat bila jumlah cairannya 100
cc. Pada posisi supine efusi pleura bisa terdeteksi bila jumlahnya 500 ml.
Penebalan pleura di apikal relatif biasa pada TB paru atau bekas TB paru.
Efusi pleura sering dijumpai pada pasien TB yang disertai lesi luas di paru,
tetapi bisa berdiri sendiri tanpa ada lesi di paru. Pleuritis TB bisa terlokalisir
dan membentuk empiema, empiema bisa pecah ke pleura parietalis dan
membentuk abses sub kutan. Empiema tidak bisa di diagnosis hanya
berdasarkan foto toraks. CT toraks berguna dalam memperlihatkan aktifitas
dari
pleuritis
TB
dan
empiema.1
Foto toraks
sebelum (kiri)
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah
Pemeriksaan ini kurang sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis leukosit pergeseran ke kiri. Ada juga
pemeriksaan serologis adalah reaksi Takahashi. Kriteria positif yang
dipakai di Indonesia adalah 1/128. Belakangan ini terdapat pemeriksaan
serologis yang banyak juga dipakai yakni Peroksidase Anti Peroksida
(PAP-TB). Uji serologis lain adalah uji Mycodot.
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman
BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Kriteria sputum BTA
positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA
pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL
sputum.
Tes tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan
diagnosis tuberkulosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai
tes mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin PPD (Purified
Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 TU.
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang
dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara
mikroskopis. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi dalam :
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif
b.
Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
KOMPILKASI
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
PENGOBATAN
Resimen pengobatan saat ini yaitu menggunakan metode DOTS (Directly
Observed Treatment Short Course Strategy).
Kategori I
Pasien tuberkulosis paru (TBP) dengan sputum BTA positif dan kasus baru,
TBP lainnya dalam keadaan berat, seperti meningitis tuberkulosis, miliaris,
perikarditis, pleuritis masif atau bilateral, spondilitis dengan gangguan neurologik,
sputum BTA negatif tetapi kelainan di paru luas, tuberkulosis usus dan saluran kemih.
Pengobatan inisial resimennya terdiri dari 2RHZS (E), kemudian dilanjutkan ke fase
lanjutan 4HR atau 4H3R3.
Kategori II
Pasien kasus kambuh atau gagal dengan sputum BTA positif. Pengobatan fase
inisial terdiri dari 2RHZES/1HRZE, fase lanjutan yaitu 5H3R3E3 atau 5HRE.
Kategori III
Pasien TBP dengan sputum BTA negatif tetapi kelainan paru tidak luas dan
kasus ekstra-pulmonal (selain dari kategori I). Pengobatan fase inisial terdiri dari
2HRZ atau 2H3R3E3Z3, yang diteruskan dengan fase lanjutan 4RH.
Kategori IV
Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin mengalami resistensi ganda,
sputumnya harus di kultur dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup harus diberi H
saja (WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan TB resistensi ganda
(MDR-TB).
2FDC
Komposisi/Kandungan
75 mg INH
150 mg Rifampisin
400 mg Pirazinamid
275 mg Etambutol
150 mg INH
150 mg Rifampisin
Pemakaian
Tahap Intensif/
awal dan sisipan
Harian
Tahap Lanjutan
3 kali seminggu
Paduan pengobatan OAT-FDC yang tersedia saat ini di Indonesia terdiri dari:
2(HRZE)/4(HR)3 untuk Kategori 1 dan Kategori 3
2(HRZE)S/1(HRZE)/5(HR)3E3 untuk Kategori 2
Catatan :dosis atau sediaan dari masing-masing OAT-FDC tidak mencukupi.
kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya selama 6 bulan. BCG diberikan
setelah pengobatan pencegahan.
Wanita penderita TB pengguna kontrasepsi.
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikan KB,
susuk KB), sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang
wanita penderita TB seyogyanya mengggunakan kontrasepsi nonhormonal, atau
kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg).
Penderita TB dengan infeksi HIV/AIDS
Prosedur pengobatan TB pada penderita dengan infeksi HIV/AIDS adalah
sama seperti penderita TB lainnya. Obat TB pada penderita HIV/AIDS sama
efektifnya
Penderita TB dengan hepatitis akut
Pemberian OAT pada penderita TB dengan hepatitis akut dan atau klinis
ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada keadaan
dimana pengobatan TB sangat diperlukan dapat diberikan SE selama 3 bulan sampai
hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan RH selama 6 bulan, bila
hepatitisnya tidak menyembuh seharus dilanjutkan sampai 12 bulan.
Catatan : pada penyakit hepatitis bisa diganti pengobatan dengan ciprofloxacin
sampai 2 tahun ditambah isoniazid.
Penderita TB dengan penyakit hati kronik
Bila ada kecurigaan gangguan fungsi hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan TB. Kalau SGOT dan SGPT meningkat lebih dari 3 kali OAT
harus dihentikan. Pirazinamid (Z) tidak boleh digunakan. Paduan obat yang dapat
dianjurkan adalah 2RHES/6RH atau 2HES/10HE atau 9RE.
Catatan : pada penyakit hati kronis dimana fungsi hati normal tetapi SGOT/SGPT
meningkat, sehingga tidak boleh diberikan ripamficin
TB meningitis
TB Pleuritis eksudativa
TB Perikarditis konstriktiva.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anemnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada
Tn A diperoleh hasil pemeriksaan sebagai berikut.
Anamnesis :
Pasien selama 1 bulan ini mengalami demam naik turun disertai batuk, badan
lemas dan sesak napas. Batuk yang dilami pasien sekarang tidak dirasakan terlalu
menngganggu aktivitas pasien yang paling dikelunkan pasien saat ini adalah demam
dan lemasnya sehingga pasien tidak kuat untuk melakukan aktivitas biasa sehingga
pasien periksa ke RS. Keluhan-keluhan tersebut sama dengan gejala-gejala yang khas
pada TB, dimana gejala klinik TB dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Gejala respiratorik : yangmuncul pada pasien yaitu : batuk 3 minggu, sesak
napas
2. Gejala sistemik : yang mucul dipasien demam, malaise, keringat malam,
anoreksia dan berat badan menurun.
Sehingga dari anamnesis pasien Tn A dicurigai terkena penyakit TB Paru.
Menguatkan kearah TB asru karena pasien merupakan penderita TB paru pada tahun
2000 lalu dengan riwayat pengobatan rutin dan dinyatakan sembuh. Jadi pada pasien
ini curiga TB paru kasus kambuh (relaps)
Pemeriksaan fisik :
Pasien didapatkan suhu demam, badan kurus yaitu diapatkan penurunan berat
badan yang cukup bermakna dalam 1 bulan ini. Pada pemeriksaan auskultasi pulmo
didapatkajn suara ronkhi basah kasar yang menandakan adanya peradangan yang
terjadi dipulmo. Dapatan pemeriksaan terebut diatas menguatkan diagnosis pada TB
paru. Tidak ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot interkostal yang menandakan TB
paru blum pada fase lanjut dengan fibrosis.
Pemeriksaan radiologis :
Pada foto thorax PA Tampak lokasi lesi TB di daerah apex paru lobus bawah
dan didaerah hilus yang menandakan adanya gambaran TB paru aktif.
Setelah semua pemeriksaan dilakukan didapatkan diagnosis TB paru kasus
kambuh (relaps). Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan kasusnya. Pada
pasien ini kasus kambuh termasuk TB kategori II sehingga penatalksanaan OAT nya
yaitu dengan pengobatan TB kategori II yaitu dengan 3HRZE/6RH. Bila tidak
dilakukan atau tidak ada uji resistensi, maka alternatif yang diberikan paduan obat : 2
RHZES/1 RHZE/5R3H3E3 (Program P2TB).
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan-temuan anemnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan diagnosis yang mengarah pada TB Paru, dengan gejala TB
demam, batuk
dan berat badan menurun. pasien merupakan pasien dengan riwayat TB sekitar 16
tahun yang lalu dengan pengobatan yang rutin dan dinyatakan sembuh kemudian
sekarang diduga kambuh lagi. Sehingga berdasarkan jenis terapi yang akin diberikan,
maka pasien ini termasuk dalam kategori II karena pasien merupakan pasien TB paru
kasus kambuh/relaps.
Maka penatalaksanaannya adalah menggunakan OAT kategori II yaitu 2
RHZES/1 RHZE/5R3H3E3.
DAFTAR PUSTAKA
Ine.Penyakit
Paru
Semakin
Menjadi
Beban.Jakarta:Jumat,22-01-
0.Kompas.com.
Utama, Andi.Tuberkulosis.Jakarta:Infeksi.com
Amin, Zulkifli.Tuberkulosis Paru dan Pengobatan Tuberkulosis Mutakhir
dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Cetakan kedua Mei 2007.Jakarta:FKUI
Kamus Kedokteran Dorlan.Edisi 29
Hiswani,drh.Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Masih Menjadi
Masalah Kesehatan Masyarakat.Medan:FKUSU
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis.Departemen
Kesehatan RI.Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.2005