Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM FARMAKALOGI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM


SISTEM SARAF PUSAT

Disusun oleh :
Nama

: Nur Hayani

NIM

: 15020150122

Asisten

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM


SISTEM SARAF OTONOM

Dipersiapkan dan disusun oleh


Nur Hayani
15020150122

telah dipertahankan di asisten pendamping


pada tanggal 16 November 2016

Telah disetujui oleh :

Asisten pendamping,

Sukmawati, S. Farm, M. Farm, Apt.


( Nama Asisten)

Tanggal, 16 November 2016

SISTEM SARAF PUSAT


Nur Hayani,.2
1

Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI.


Asisten Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi, UMI.

Email : nurhayani155@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Obat-obat yang bekerja pada susunan sarf pusat (SSP)
merupakan salah satu golongan obat yang pertamma kali ditemukan oleh
manusia primitive dan masih menjadi golongan agen farmakologik yang
paling luasdigunakan. Selain pemakaiannya dalam terapi, banyak obat yang
bekerja pada SSP digunakan tanpa resep untuk meningkatkan perasaan
nyaman/sejahtera. Sebagian besar obat yang mempengaruhi SSP bekerja
dengan mengubah beberapa tahapan dalam proses neurotransmiter.
Tujuan Praktikum : Menentukan efektifitas pemberian obat anastesi yakni
alkohol kloroform dan eter terhadap hewan coba mencit, menentukan efektifitas
pemberian obat hipnotik-sedatif yakni diazepam terhadap hewan coba mencit,
menentukan efektifitas pemberian obat antidepresan yakni amitriptilin terhadap
hewan coba mencit, menentukan efektifitas pemberian obat stimulan yakni
amitriptilin terhadap hewan coba mencit.
Metode : Pada percobaan ini dilakukan pengujian obat untuk mengetahui dan
memahami efektifitas pembemberian obat anastesi dengan menggunakan eter dan
kloroform, obat hipnotik sedative dengan menggunakan diazepam , antidepresan
dan stimulant dengan menggunkan amitriptilin terhadap hewan coba mencit.
Hasil : Dan dari percobaan antidepresan ini diperoleh hasil frekuensi gerak mencit
sebelum diberikan amitriptilin yaitu 42, sedangkan setelah diinduksi diberikan
amitriptilin yaitu pada menit ke 30 diperoleh hasil 42. Dan untuk di menit ke 60
diperoleh hasil 37.
Kesimpulan : Amitriptyline merupakan obat yang digunakan untuk mengobati
depresi. Obat yang masuk ke dalam kelompok antidepresan trisiklik ini berfungsi
meningkatkan kadar zat kimia tertentu di dalam otak, sehingga gejala depresi
berangsur menurun. Amitriptilin ini bekerja menghambat pengambilan kembali
neurotransmiter di otak.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf merupakan sistem yang terdapat dalam tubuh manusia yang
bertugas mengendalikan kerja fisiologis tubuh serta merupakan bagian yang
sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Sistem saraf merupakan suatu sistem yang saling bekerja sama untuk
mengelola suatu informasi sehingga akan menghasilkan suatu reaksi.
Koordinasi sistem saraf adalah menerima rangasangan, mengolahnya, dan
kemudian meneruskannya untuk memberikan rangsangan. Ransangan ini akan
menerima melalui indera manusia dan akan diproses maupun di olah di otak
dan otak akan meneruskan rangsangan tersebut kepada organ yang
bersangkutan.
Sistem saraf dibagi menjadi 2 yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf
pusat dimana pada praktikum ini akan dibahas tentang sistem saraf pusat dan
bagaimana mekanisme kerja obat yang bekerja pada sistem saraf pusat.
Dalam dunia kefarmasian, sistem saraf pusat ini sangat erat hubungannya
dengan farmakologi dan toksikologi sebab kita dapat mengetahui bagaimana
mekanisme kerja obat yang akan mempengaruhi sistem saraf pusat itu sendiri.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) Merupakan golongan agen
farmakologik yang paling luas digunakan. Obat-obat yang bekerja pada
susunan saraf pusat merupakan salah satu golongan obat yang pertama kali
ditemukan oleh manusia primitif. Selain pemakaiannya dalam terapi, banyak
obat yang bekerja pada SSP digunakan tanpa resep untuk meningkatkan
perasaan nyaman/sejahterah.

Obat SSP bekerja merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara


spesifik atau secara umum. Sebagian obat yang mempengaruhi Sistem saraf
pusat, bekerja dengan mengubah tahapan dalam proses neurotransmisi. Obatobat yang memengaruhi SSP dapat bekerja dengan prasinaps yang
memengaruhi

produksi,

penyimpanan,

neurotransmitter.
Beberapa kelompok dari obat ini bekerja

atau

pengakhiran

kerja

memperlihatkan selektifitas

yang jelas misalnya obat analgetik antipiretik yang khusus mempengaruhi


pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa mempengaruhi pusat lain.
Sebaliknya anastetik umum dan hipnotik sedatif adalah penghambat SSP yang
bersifat umum sehingga takar lajak yang berat selalu disertai koma.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan beberapa perlakuan terhadap
hewan coba untuk mengetahui efek obat yang bekerja pada SSP, yaitu akan
dilakukan pengamatan terhadap anastetik umum, depresan, stimulan, hipnotik
dan sedativ yang diujikan pada hewan coba mencit (Mus musculus).
Obat yang digunakan untuk anastetik umum yaitu eter dan kloroform
sedangkan untuk hipnotik sedativ digunakan diazepam dan feobarbital, untuk
stimulant digunakan amitriptilin, dan untuk depersan digunakan amitriptilin.
1.2 Maksud Tujuan
Maksud dari percobaan sistem saraf pusat 1 yaitu untuk mengetahui dan
memahami

efektifitas

pembemberian

obat

anastesi,

obat

hipnotik,

antidepresan dan stimulan terhadap hewan coba mencit.


Tujuan dilakukan percobaan sistem saraf pusat 1 yaitu Menentukan
efektifitas pemberian obat anastesi yakni alkohol kloroform dan eter terhadap
hewan coba mencit, menentukan efektifitas pemberian obat hipnotik-sedatif
yakni diazepam terhadap hewan coba mencit, menentukan efektifitas
pemberian obat antidepresan yakni amitriptilin terhadap hewan coba mencit,

menentukan efektifitas pemberian obat stimulan yakni amitriptilin terhadap


hewan coba mencit.

BAB 2
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah toples tertutup, spoit
injeksi, kanula, statif, benang godam dan baskom.
Bahan

yang

digunakan

pada

percobaan

ini

adalah

kloroform,

eter,diazepam, dan amitriptilin.


2.2 Hewan Coba
Adapun hewan coba yang digunakan pada praktikum adalah (Mus
musculus).
2.3 Prosedur Kerja
Anastesi
Disiapkan alat dan bahan, dibasahi kapas dengan menggunakan
eter untuk toples 1, dibasahi kapas dengan menggunakan kloroform untuk
toples 2, di masukkan mencit ke dalam toples 1 dan 2, kedua toples
ditutup, dihitung durasi dan onset.
Hipnotik sedative
Disiapkan hewan coba,

Mencit

diinduksi

dengan

obat

diazepam,dihitung durasi dan onset


Antidepresan
Disiapkan alat dan bahan, sebelum di induksi dengan obat terlebih
dahulu ekor mencit diikat di statif, Hitung frekuensi geraknya, mencit
diinduksi dengan obat amitriptilin, setelah diinduksi mencit diikat lagi di
statif dihitung frekuensi geraknya
Stimulant
Disiapkan hewan coba, sebelum perlakuan mencit dimasukkan ke
dalam wadah yang berisi air, lalu dihitung frekuensi geraknya selama 2
dan 4 menit, mencit diinduksi dengan obat amitriptilin, dimasukkan

kembali ke dalam wadah yang berisi air, dihitung frekuensi geraknya pada
menit ke 30 dan 60 selama 2 dan 4 menit

BAB 3
DATA PENGAMATAN
Stimulant
No

BB(g)

VP(ml)

Frekuensi Gerak Pada Mencit


0

1.

18 g

2
57

0,6 ml

30
4
138

2
62

60
4
143

2
80

4
162

Antidepresan
Nama obat

BB hewan

Frekuensi gerak

Frekuenzi seterah

sebelum pemberian

pemerian obat pada


30
60

obat
Amitriptilin

27 gram

42

42

Anastesi
Perlakuan

Bb (g)

Vp (ml)

Onset

Durasi

Kloroform
Eter

29
28

0,96
0,93

(menit)
15
25

(menit)
30
15

Hipnotik

37

Nama

Bb (gram)

Vp ( ml)

Onset (menit)

Obat
Diazepa

I
24

II
22

I
0,8

II
0,73

I
33

Sedative
Perlakuan

Bb (g)

Vp (ml)

Onset

Durasi

Diazepam

20

0,6

(menit)
14

(menit)
2 jam 17
menit

II
30

Durasi
(menit)
I
15

II
15

BAB 4
PEMBAHASAN
Sistem saraf adalah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh (Setiadi,
2007).
Sistem saraf dibagi menjadi 2 yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer.
Sistem saraf perifer ini terbagi lagi menjadi dua devisi yaitu devisi aferen dan
eferen. Devisi eferen terdiri dari 3 yaitu sistem saraf otonom, saraf somatik, dan
saraf enteris ( Harvey, 2013).
Adapun mekanisme kerja dan contoh obat-obatnya

sebagai berikut (Harvey,

2013) :
1. Benzodizepine
Target kerja benzodiazepine adalah reseptor asam. Benzodiazepine
memodivikasi efek GABA melalui ikatan dengan tempat yang berafinatas
tinggi dan spesifik pada lokasi pertemuan antara sub unit dan y2.
Peningkatan GABA dengan reseptornya akan memicu pembukaan kanal
klorida. Benzodiazepine akan menngkatkan frekuensi pembukaan kanal
oleh GABA. Aliran masuk ion klorida menyebabkan sedikit hipopolarisasi
yang menurunkan potensi pascasinaps dari ambang letup hingga
meniadakan potensi aksi.Contoh obat-obat Benzodiazepine adalah
Alprazolam, Chlordiazepoxide, Clonarezepate, Diazepam, Estazolam,
Flurazepam,

Lorazepam,

Quazepam,

Oxazepam,

Temazepam

dan

Triozolam.
2. Antagonis Benzodiazepine
Flumazenil merupakan contoh dari obat antagonis benzodiazepam.
Flumazenil merupakan reseptot GABA yang dapat secara cept
membalikkan efek Benzodiazepine.
3. Barbiturat
Kerja hipnotik-sedatif barbitura dapat muncul akibat interaksinya
dengan reseptor GABA yang merangsang transmisi GABAenergik.
Barbiturat memotensi kerja GABA pada aliran masuk klorida yang menuju
neuron dengan memperpanjang durasi pembukaan kanal klorida.Adapun

contoh

obat

dari

Bariturat

adalah

Amobarbital,

Phenobarbital,

Pentobarbital, Secobarbital, dan Thiopental.


4. Obat-obat hipnotik lain
Contoh obat dari Anxiolitik adalah Buspirone, Hyroxyzine, dan inti
depresan. Dan contoh obat dari hipnotik lainnya adalah Antihistamin,
Cloral hydrate, Eszopicion, Ramelteon, Zalepom, dan Zolpidem.
Anestesik umum digunakan untuk bedah umum, bedah jantung, beda
neuron,dan bedah anak. Agen anstesi ini dihirup melalui masker atau slang
pernapasan. Anestesi umum dapat terdiri atas satu obat atau kombinasi obat yang
disebut dengan anestesi seimbang berdasarkan usia, berat badan, kesehatan
umum, riwayat kesehatan, dn riwayat alergi pasien (kamienski, 2015).
Anastesi adalah hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang di sertai maupun
yang tidak disertai hilang kesadaran. Obat-obat yang digunakan dalma
menimbulkan anastesi disebut anastetik, dan kelompok obat ini dibedakan dalam
anestetik umum dan anetetik lokal. Bergantung pada dalamnya pembiusan,
anesteik umum dapat memberikan efek analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri,
atau efek anestesia yaitu analgesia yang disertai hilangnya kesadaran, sedangkan
anestetik lokal hanya menimbulkan efek analgesia. Anestetik umum bekerja
disusunan saraf pusat sedangka anestetik lokal bekerja langsung pada serabut
saraf di perifer (Mardjono, 2011)
Anastetik umum merupakan depresan sistem saraf pusat, dibedakan menjadi
anastetik inhalasi yaitu anastetik gas, anastetik menguap dan anastetik parenteral.
Pada percobaan hewan dalam farmakologi yang digunakan hanya anastetik
menguap dan anastetik parenteral (Alwi, 2004).
Depresi adalah kondisi dimana suasan hati sangat sedih dan kehilangan minat
untuk bereaktivitas, sehingga menggunakan pola pikir, perilaku, perasaan dan
kesejahteraan fisik individu secra keseluruhan (MIMS, 2013).
Alasan penggunaan mencit dalam percobaan sebagai hewan coba adalah karna
mencit lebih mudah didapatkan, dan organ tubuh yang dimiliki mencit hampir
sama dengan organ tubuh manusia. Sehingga lebih mudah diteliti untuk melihat
efek obatnya.

Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan saraf
pusat yaitu anestik umum (memblokir rasa sakit), hipnotik sedative (menyebabkan
tidur), psikotropika (menghilangkan gangguan jiwa), antikulvusi (menghilangkan
kejang), analgetik (mengurangi rasa sakit) opioid. Analgetik antipiretik
antiinflamasi dan perangsang susunan saraf pusat.
Pada percobaan antidepresan obat yang digunakan adalah amitriptilin alasan
digunakan karena amitriptyline merupakan obat yang digunakan untuk mengobati
depresi. Obat yang masuk ke dalam kelompok antidepresan trisiklik ini berfungsi
meningkatkan kadar zat kimia tertentu di dalam otak, sehingga gejala depresi
berangsur menurun. Amitriptilin ini bekerja menghambat pengambilan kembali
neurotransmiter di otak.
Pada percobaan antidepresan, mencit digantung ke dalam wadah yang berisi
air, kemudian dihitung frekuensi diam dan durasinya selama 1 menit, setelah itu
diinduksi amitriptilin secara oral kemudian mencit dibiarkan dalam wadah, setelah
menit ke 30 dan 60 mencit digantung kembali dan dihitung frekuensi geraknya.
Dan dari percobaan ini diperoleh hasil frekuensi gerak sebelum diberikan
amitriptilin yaitu 42, sedangkan setelah diberikan amitriptilin yaitu pada menit ke
30 diperoleh hasil 42. Dan untuk di menit ke 60 diperoleh hasil 37.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dan dari percobaan antidepresan ini diperoleh hasil frekuensi gerak mencit
sebelum diberikan amitriptilin

yaitu 42, sedangkan setelah diinduksi

diberikan amitriptilin yaitu pada menit ke 30 diperoleh hasil 42. Dan untuk di
menit ke 60 diperoleh hasil 37.
5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum ini agar lebih teliti dalam mengamati efekefek farmakodinamika pada hewan coba tersebut agar tidak terjadi kesalahan
pengamatan.Skema Kerja
1. Anastesi
Disiapkan hewan coba

Toples yang berisi kapas

Toples yang berisi kapas

+ eter

+ kloroform
Dihitung onset dan durasi

2. Antidepresan
Disiapkan hewan coba (mencit)
Digantung ekornya pada statif
(dihitung frekuensi gerakannya)
Diinduksi secara oral obat amitriptyline
Diamati pada menit ke 1, 30, 60
Dihitung frekuensinya
3. Stimulant
Disiapkan hewan coba (mencit)

Dimasukkan dalam wadah + air


(dihitung frekuensi gerakannya)
Diinduksi secara oral obat amitriptyline
Diamati pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75
Dihitung frekuensinya
4. Hipnotik Sedative
Disiapkan hewan coba mencit

Di induksi secara
oral dengan
Diazepam

Di induksi secara
oral dengan
Phenobarbital

Dihitung onset dan durasi

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Khidri, 2004, Biomedik untuk FKM, Makassar : UMI-Press
Harvey, Richard A., 2013, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 4, Jakarta : EGC
Kamienski, mary, 2015, Farmakologi demystified, Jakarta : Rapha pulblising
Mardjono,mahar, 2011, Farmakologi
Fakultas,Universitas Indonesia

dan

terapi,

Jakarta

Balai

MIMS, 2013, MIMS Petunjuk Konsultasi, Jakarta : PT. BIP


Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Yogyakarta : Graham Ilmu

Penerbit

Anda mungkin juga menyukai