Oleh:
Dini Nurwahyuni, SKH
Halim Bakti Harjo, SKH
Muhammad Zhaahir, SKH
Yanuar Restu Wijaya, SKH
B94144313
B94144320
B94144330
B94144351
Sapi
Domba
6.5
Krem susu
6.4
Sedang
Khas sperma
1
Putih krem
6.4
Kental
Khas sperma
+++
4
80
84.2
+++
4
80
83.13
Semi densum
2620
3.19
Densum
1687
10.12
PRESERVASI
DOMBA
DAN
KRIOPRESERVASI
PADA
SEMEN
Sebelum diencerkan untuk dijadikan semen cair dan beku semen yang
dikoleksi harus dievaluasi terlebih dahulu. Evaluasi semen dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi makroskopis meliputi pengamatan
terhadap volume, warna, pH, konsistensi, dan bau. Sedangkan evaluasi secara
mikroskopis meliputi gerakan spermatozoa (massa dan individu), motilitas
spermatozoa (daya gerak), viabilitas spermatozoa (sperma hidup), konsentrasi
spermatozoa, dan morfologi abnormal spermatozoa. Hasil evaluasi semen domba
segar secara makroskopik dan mikroskopik dipaparkan dalam tabel 2.
Tabel 2 Hasil evaluasi karakteristik semen segar domba.
Domba
Evaluasi
Normal
Hasil
Makroskopis
Volume (ml)
0,8-1,2a
0,8
Warna
Krema
Putih krem
pH
5,9-7,3b
6.4
Konsistensi
Bau
Kental
Kental
Khas sperma
+++
+++
Mikroskopis
Gerakan spermatozoa
Gerakan massa (+/++/+++)
Gerakan individu (1-5)
Motilitas progresif (0-100%)
Spermatozoa hidup (%)
>50%
80
83.60
84,21
Estimasi
Densum
e
2000-3000
2425
<14%
8,7
Normal menurut: a.Toelihere (1993) , b.Garner and Hafez (2000), c.Perkins et al. (1992),
d.Yulnawati dan Herdis (2009), e.Hafez (2000), f. Toelihere (1981)
Setelah Ekuilibrasi
Post Thawing
Suhu 37 C
Air kran
o
Tris-Kuning Telur
Motilitas (%)
Viabilitas (%)
NaSitrat-Kuning Telur
70
76,32
40
65
35
47,3
Motilitas (%)
Viabilitas (%)
70
81,16
30
63.6
25
51
Syarat agar semen cair dapat digunakan untuk IB adalah memiliki motilitas
diatas 40%. Tabel diatas menunjukan bahwa semen cair dengan bahan pengencer
tris kuning telur mampu mempertahankan motilitas diatas 40% sampai hari
keempat. Sedangkan pada bahan pengencer Na-Sitrat kuning telur hanya bertahan
sampai hari ketiga. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan
komposisi yang terkandung dalam bahan pengencer.
Menurut Solihati (2008), kandungan bahan pengencer tris kuning telur lebih
lengkap dibandingkan dengan bahan pengencer Na-Sitrat kuning telur. Bahan
pengencer tris terdiri atas tris hydroxymethyl aminomethan, asam sitrat, fruktosa,
antibiotic, lipoprotein dan lacitin. Disamping itu bahan pengencer tris juga
berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan pH akibat adanya asam laktat dari
hasil metabolisme spermatozoa dan juga dapat mempertahankan keseimbangan
elektrolit spermatozoa. Selain itu pada tris kuning telur juga terdapat fruktosa
yang berperan sebagai substrat penghasil energi berupa ATP, sehingga
spermatozoa dapat bergerak dengan lebih cepat (Tambing et al. 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Eduard (1997) terhadap domba priangan
menyatakan bahwa bahan pengencer tris kuning telur merupakan bahan pengencer
terbaik karena memiliki komposisi yang lebih lengkap. Walau demikian antara
bahan pengencer tris kuning telur dan Na-Sitrat kuning telur tidak terlihat adanya
perbedaan yang signifikan. Rendahnya motilitas spermatozoa pada bahan
pengencer Na-Sitrat kuning telur diduga disebabkan oleh adanya kandungan ion
sitrat. Ion sitrat dapat berikatan dengan Ca yang terdapat dalam plasma semen,
sehingga dapat menghilangkan fungsi Ca sebagai agen cryoprotectant dan pemacu
motilitas spermatozoa.
Viabilitas spermatozoa pada kedua bahan pengencer tidak menunjukkan
hasil yang terlalu berbeda. Viabilitas spermatozoa pada hari pertama sampai hari
ketiga masih di atas 70% dan dinyatakan masih layak untuk digunakan dalam
proses IB. Semakin lama penyimpanan semen dalam lemari pendingin akan
menyebabkan penurunan viabilitas sperma. Hal ini dapat dilihat pada hari
keempat sampai hari keenam terjadi penurunan viabilitas pada kedua bahan
pengencer. Hal ini karena metabolisme spermatozoa dapat berlangsung dengan
baik dalam larutan pengencer yang mengandung gula yang mudah dipecah.
Kualitas semen cair yang tinggi pada perlakuan penambahan fruktosa dalam
pengencer menunjukkan bahwa spermatozoa domba dapat mempertahankan
kualitas semen cair yang dihasilkan (Aisen et al. 2002).
Semen cair yang dapat digunakan untuk inseminasi buatan harus memiliki
viabilitas minimal sebesar 40%. Hasil pengamatan menunjukkan semen dengan
bahan pengencer tris kuning telur lebih baik dibandingkan dengan bahan
pengencer Na-Sitrat kuning telur. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa bahan pengencer tris kuning telur dan Na-Sitrat kuning telur menunjukkan
hasil yang cukup baik dalam mampu mempertahankan daya hidup spermatozoa.
DAFTAR PUSTAKA
Aisen EG, Mediana VH, Venturino A. 2002. Cryopreservation adn post-thawed
fertility of ram semen frozen in different trhalose concentration.
Theriogenology. Vol 57:1801-1808.
Astuti S. 2012. Karakteristik spermatozoa domba selama proses pembekuan
dengan medium pengencer yang ditambahkan glutation. [terhubung
berkala].
Dapat
diakses
pada
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58589. [18 Mei 2015]
Chenoweth PJ. 2002. Semen quality assesment. Proceedings, The Applied
Reproductive Strategies in Beef Cattle Workshop,Manhattan.
Eduard G. 1997. Pengaruh jenis pengencer dan kadar griserol terhadap kuliatas
semen domba priangan pasca pembekuan [skripsi]. Bandung (ID):
Universitas Padjadjaran.
Garner DL dan ESE Hafez. 2000. Spermatozoa and seminal plasma. Hal 96- 109.
Di Dalam: Hafez B dan ESE Hafez (Ed). Reproduction In Farm Animal. Ed
ke-7. Philadelphia (USA): Lippincott & Wilkins.
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7.
Philadelphia (US): Lippincot Williams & Wilkins.
Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed ke-7. Philadelphia
(US): Lippincott William dan Wilkins.
Hafez ESE. 2000. Preservation in Farm Animal. Edisi ke-6. Philadelphia (USA):
Leaand Febiger.
Herdis, Toelihere MR, Supriatna I, Purwantara B, Adikara RTS. 2005. Optimasi
kualitas semen cair domba garut (Ovis aries) melalui penambahan maltosa
ke dalam pengencer semen tris kuning telur. Media Kedokteran Hewan.
21:88-93.
Kumar S, Sahni KL, Moohan G. 1992. Effect of different levels of glycerols and
egg yolk on freezing and stored of buffalo semen in milk, tris and sodium
citrate buffers. Buffalo J. Vol 2:151-156.
Mazur P. 1980. Fundamental aspects of the freezing of cells, with emphasis on
mammalian ova and embryos. Proceeding 9th International Congress on
Animals Reproduction and AI 1: pp. 99-114.
Molinia FC, Evans G, Maxwell WMC. 1994. Incorporation of penetrating
cryoprotectants in diluents for pellet-freezing ram spermatozoa.
Theriogenology. Vol 42:849-858.
Parker R, Mathis C, Hawkins D. 2002. Evaluating the Breeding Soundness of
Beef Bulls. College of Agricultural, Consumer and Environmental Sciences
NMSU.
Perkins A, Fitzgerald AJ, Price EO. 1992. Sexual performance of rams in serving
capasity test predicts success in pen breeding. J. Anim. Sci. : 2722-2725.
Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Purwantara B, Situmorang P. 2002. Kualitas
semen beku domba garut dalam berbagai konsentrasi gliserol. JITV. Vol
7(3):194-199.
Salamon S, Maxwell WMC. 2000. Storage of ram semen. Anim. Reprod. Sci. Vol
62:77-111.
Solihati N. 2008. Studi terhadap kualitas dan daya tahan hidup spermatozoa cauda
epididimis domba Garut menggunakan berbagai jenis pengencer. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2008; Bogor, Indonesia.
Tambing SN, Toelihere MR, Yusuf TL, Sutama LK. 2000. Effect of glycerol in tris
extender on frozen semen quality of crossbred Etawah bucks. JITV. Vol
5(2):84-91.
Wahdini S. 2011. Pengaruh penggunaan buffer sitrat, tris aminomethan dan
kombinasi tris aminomethan dengan sitrat yang ditambah kuning telur
terhadap kualitas semen sapi pesisir. [Skripsi]. Padang (ID): Fakultas
Peternakan Universitas Andalas.
Yulnawati, Herdis. 2009. Kualitas semen cair domba garut pada penambahan
sukrosa dalam pengencer Tris kuning telur. JITV. Vol 14(1):45-49.