Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan panjang garis pantai lebih dari 95.000
km dan juga memiliki lebih dari 17.504 pulau. Keadaan tersebut menjadikan Indonesia
termasuk ke dalam Negara yang memiliki kekayaan sumberdaya perairan yang tinggi dengan
sumberdaya hayati perairan yang sangat beranekaragam. Keanekaragaman sumberdaya
perairan Indonesia meliputi sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu
karang yang dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7.000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis
karang yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang ada menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang tinggi khususnya ikanikan karang yaitu lebih dari 1.650 jenis spesies ikan.
Selain itu, Indonesia juga dikenal oleh dunia sebagai negara kepulauan terbesar yang
memiliki kondisi konstelasi geografis yang sangat strategis, karena wilayah Indonesia
terletak pada posisi silang dunia yaitu di antara dua benua dan dua samudera ( antara Benua
Asia dan Australia serta di antara Samudera Pasifik dan Hindia), sehingga dengan posisi
geografis tersebut menyebabkan laut di antara pulau-pulau menjadi alur laut yang sangat
penting artinya bagi lalu lintas pelayaran nasional maupun internasional. Disamping itu
Indonesia memiliki 17.499 pulau, dengan luas perairan lautnya mencapai 5,9 juta km2 dan
garis pantai sepanjang 81.000 km2. Kondisi tersebut menjadikan Indonesia sebagai center of
gravity kawasan Asia. Akan tetapi dengan kondisi seperti ini pula indonesia berada pada
pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yang merupakan wilayah teritorial yang sangat
rawan terhadap bencana alam.
Keunikan yang lain dimiliki Indonesia adalah pertemuan dua pegunungan sirkum
pasifik dan sirkum mediterania yang menyebabkan Indonesia berada pada lingkaran bola api
( ring of fire ). Keadaan ini menyebabkan banyak gunung api aktif yang menyebar di
Indonesia. Sehingga kadang kala pergerakan lempeng ini menyebabkan daerah Indonesia
rentan akan terjadinya bencana di sekitar daerah Indonesia. Bencana siap datang kapan saja
dan tidak dapat dipastikan kapan waktu terjadinya, untuk itu masyarakat di harapkan agar
selalu siap siaga di setiap kegiatan yang mereka laksanakan.
Klasifikasi bencana terbagi menjadi dua jenis yakni bencana yang disebabkan oleh
alam dan bencana yang disebabkan oleh non alam.Bencana non alam di Indonesia bisa
dikatakan jarang namun bukan berarti tidak pernah terjadi.Sedangkan bencana alam bisa

dikatakan sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia mulai dari longsor, gempa bumi,
gunung meletus, banjir atau bahkan tsunami.

ISI

a. Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai
suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuanutamanya, yaitu
mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yangmungkin timbul, maka
titik berat perlu diberikan pada tahap sebelumterjadinya bencana, yaitu terutama
kegiatan penjinakan/peredaman ataudikenal dengan istilah mitigasi (BAKORNAS
PBP, 2002).
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana,
baik yang termasuk

ke dalam bencana alam (natural disaster)

maupun

bencana

sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). Mitigasi pada umumnya
dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya
bencana, baik itu korban jiwa maupun kerugian harta benda yang akan berpengaruh
pada kehidupan dan kegiatan manusia
Untuk mendefenisikan rencana atau strategi mitigasi yang tepat dan akurat
perlu dilakukan kajian resiko (risk assessment) (BAKORNAS PBP, 2002). Mitigasi
berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu
bahaya sebelum bahaya lain itu terjadi, istilah ini berlaku untuk cakupan yang luas
dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali dari
yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang kuat sampai dengan
procedural, sepertyi teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya
di dalam rencana penggunaan lahan.
Untuk mengatasi masalah bencana perlu dilakukan upaya mitigasi yang
komprehensif yaitu kombinasi upaya struktur (pembuatan prasarana dansarana
pengendali) dan non struktur yang pelaksanaannya harus melibatkan instansi terkait.
Seberapa besarpun upaya tersebut tidak akan dapatmembebaskan terhadap masalah
bencana alam secara mutlak. Oleh karena itukunci keberhasilan sebenarnya adalah

keharmonisan antara manusia/masyarakat dengan alam lingkungannya (Pratikto,


2005)

b. Bencana Laut
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Bencana dibagi ke dalam tiga kategori yaitu:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror (UU RI No 24 Tahun 2007)
Potensi Bencana Yang Dapat Terjadi Di Laut
1. Pengertian Bencana Laut

Bencana laut adalah bencana alam yang berasal dari laut, lingkungan normal atau
perubahan drastis alam laut, sehingga di zona pesisir terjadi di laut atau serius
membahayakan masyarakat, ekonomi dan peristiwa-peristiwa kehidupan serta
properti.
2. Jenis Jenis Bencana Yang Dapat Terjadi Di Laut
a) Tsunami
Tsunami adalah serangkaian gelombang panjang yang timbul karena
adanya perubahan dasar laut atau perubahan badan air yang terjadi secara
tiba-tiba dan impulsif, akibat gempa bumi, erupsi gunung api bawah laut,
longsoran bawah laut, ekstrusi gas dari volcanic mud, runtuhan gunung es,
ledakan nuklir, bahkan akibat terjangan benda-benda angkasa luar ke
permukaan laut.
b) Gelombang Badai

Gelombang badai yaitu Gelombang yang terbentuk oleh angin yang


sangat kuat dengan Kecepatan angin lebih dari 91 Km/jam, Tinggi
gelombang 7 meter 30 meter, Berbahaya bagi pelayaran dan pemukiman
/bangunan di pantai serta Dapat menyebabkan abrasi pantai. Contoh :
Badai, typhoon / hurricane, La Nina, El nino
c) Kenaikan Permukaan Laut
Kenaikan permukaan laut adalah suatu peristiwa yang menimbulkan
naiknya permukaan air laut ke pesisir pantai kerena beberapa faktor.
d) El nina dan La nina
El-Nino adalah fenomena dimana terjadi peningkatan suhu permukaan
laut yang biasanya dingin yang menyebabkan upwelling dan biasaya kita
indikasikasikan dengan kekeringan pada daerah tersebut dan La-Nina
adalah fenomena dimana terjadi pendingginan suhu permukaan laut akibat
menguatnya upwellig dan biasanya kita indikasikan dengan banjir pada
daerah tersebut.
e) Banjir
Banjir adalah debit aliran air sungai yang secara relatif lebih besar dari
biasanya/normalnya akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu tempat
tertentu secara terus menerus, sehingga tidak dapat ditampung oleh alur
sungai yang ada, maka air melimpah keluar dan menggenangi daerah
sekitarnya. Selain air sungai, banjir juga dapat terjadi karena aliran air
f)

yang berasal dari laut karena adanya bencana badai atau tsunami.
Abrasi Pantai
Abrasi pantai yaitu Pengikisan (erosi) pantai oleh pukulan gelombang
laut yang terus menerus terhadap dinding pantai. Hingga saat ini luas areal
yang hilang dari Brebes hingga Rembang mencapai lebih 4.000 (ha).
Rata-rata daratan yang terseret arus laut 5-30 meter per tahun. Abrasi itu
mengakibatkan rusak dan hilangnya hutan bakau (mangrove), perkebunan
rakyat, areal pertambakan, dan permukiman penduduk yang berada di bibir
pantai.

Mitigasi Bencana Yang Terjadi Di Laut


Bentuk mitigasi :

Mitigasi struktural: membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah

tahan gempa, dll.


Mitigasi non-struktural: peraturan perundang undangan, pelatihan, dll.

a. Tsunami
1. Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko bahaya tsunami di tingkat masyarakat
dan serta memperkenalkan tindakan lokal yang perlu diambil untuk mengurangi
risiko yang ditimbulkannya.
2. Merangsang kewaspadaan para perencana baik di tingkat nasional dan maupun
lokal untuk mengimplementasikan perencanaan pembangunan nasional yang
akrab bencana tsunami, khususnya di daerah-daearah rawan bencana tsunami.
3. Membantu politisi, pemerintah, serta penentu kebijakan untuk memahami sifat
dari jenis risiko yang dihadapi oleh komunitas serta membantu memahami
dampak yang ditimbulkannya.
4. Mendemonstrasikan cara dan arti dalam mengurangi risiko-risiko tersebut, pada
lingkup nasional dan lokal, melalui keputusan serta perencanaan yang tepat.
b. Kenaikan Permukaan Air Laut
Dalam usaha untuk memperkecil dampak dari kenaikan permukaan laut
terdapat tiga strategi adaptif yaitu: retreat (mundur), accomodation (akomodasi) dan
protection (proteksi). Strategi mundur adalah meninggalkan daerah yang rentan
genangan akibat kenaikan permukaan laut dan melakukan kembali penataan ruang,
strategi akomodasi adalah melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan akibat
genangan misalnya dengan membuat rumah panggung, memodifikasi drainase dan
lain lain, sementara strategi proteksi adalah tindakan defensif untuk melindungi
daerah pesisir terhadap rendaman, intrusi air laut dan hilangnya sumber daya alam
akibat naiknya permukaan air laut. Strategi proteksi dilakukan dengan membangun
tanggul (dikes) atau dinding pelindung pantai (seawall)
Kenaikan permukaan laut tidak hanya diakibatkan oleh pemanasan global
tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti pasang surut, turunnya permukaan tanah
(land subsidence), gelombang badai (storm surge) atau gelombang badai pasang
(storm tide), La Nina, dan tsunami. Upaya mitigasi bencana akibat kenaikan
permukaan laut yang disebabkan oleh faktor-faktor diatas perlu dilakukan oleh
Pemerintah Daerah setiap provinsi dengan cara menyiapkan peta kerentanan dan peta
risiko rendaman akibat kenaikan permukaan laut.

c. Abrasi Pantai
1. Pelestarian terumbu karang

Terumbu karang juga dapat berfungsi mengurangi kekuatan gelombang yang


sampai ke pantai. oleh karena itu perlu pelestarian terumbu karang dengan
membuat peraturan untuk melindungi habitatnya. ekosistem terumbu karang,
padang lamun, mangrove dan vegetasi pantai lainnya merupakan pertahanan alami
yang efektif mereduksi kecepatan dan energi gelombang laut sehingga dapat
mencegah terjadinya abrasi pantai. jika abrasi pantai terjadi pada pulau-pulau
kecil yang berada di laut terbuka, maka proses penenggelaman pulau akan
berlangsung lebih cepat.
2. Melestarikan tanaman bakau/mangrove

Fungsi dari tanaman bakau yaitu untuk memecah gelombang yang menerjang
pantai dan memperkokoh daratan pantai, selain untuk mempertahnakan pantai,
mangrove juga berfungsi sebagai tempat berkembangbiakan ikan dan kepiting.
3. Melarang penggalian pasir pantai
Pasir pantai yang terus menerus diambil akan mengurangi kekuatan pantai.
4. Sedangkan pada pantai yang telah atau akan mengalami abrasi, akan dibuatkan
pemecah ombak atau talud untuk mengurangi dampak dari terjangan ombak,
tindakan ini sering juga disebut tindakan pencegahan secara teknis.
Penanganan bencana
a.

Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU
24/2007). Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi
evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan

bencana.
b. Tanggap Darurat (response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk
menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan
c.

harta benda, evakuasi dan pengungsian.


Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan dasar berupa :


A - Pangan
A - Sandang
A - Tempat tinggal sementara
A - Kesehatan, sanitasi dan air bersih
d. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang

dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air
bersih, pasar puskesmas, dll).
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu
masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan
f.

menghidupkan kembali roda perekonomian.


Rekonstruksi (reconstruction)
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial
danekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama
atau lebih baik dari sebelumnya.

PENUTUP
Indonesia merupakan negara kepulauan sekaligus termasuk negara meritim yang
memiliki potensi sumberdaya laut yang berlimpah. Akan tetapi di balik kekayaan potensi
sumber daya laut tersebut indonesia mengalami kondisi rawan bencana kelautan karena
terletak diantara dua benua dan dua samudra yang memungkinkan bencana datang secara
tiba-tiba. Bencana kelautan yang terjadi dapat berupa tsunami, gelombang badai, naiknya
permukaan laut, el nino dan la nina, banjir dan abrasi pantai. Ketika bencana ini terjadi tidak

dipungkiri akan merenggut banyak korban jiwa maupun kerugian materi. Olehnya itu perlu
adanya pengetahuan tentang mitigasi bencana khususnya bencana kelautan, sehingga dapat
melakukan tindakan yang tepat sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah
terjadi bencana.
Bencana merupakan peristiwa yang tidak dapat kita hindari tapi dapat kita atasi.
Untuk mengatasi bencana dibutuhkan pengetahuan akan tindakan yang tepat yang harus
dilakukan. Jadi di harapkan kepada semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat untuk
lebih meningkatkan pengawasan, kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana dengan memiliki pengetahuan tentang mitigasi bencana.

Anda mungkin juga menyukai