Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Pendahuluan......................................................................................................1
A. Gagal Ginjal Kronik..............................................................................1
1.Pengertian..........................................................................................1
2.Etiologi...............................................................................................2
3.Patofisiologi.......................................................................................3
4.Gambaran Klinik................................................................................4
B. Terapi Penganti Ginjal.........................................................................5
1.Jenis TPG
Standart Asuhan Keperawatan pasien dengan HD............................................8
A.Pengertian................................................................................................
B.Proses HD................................................................................................
C.Prinsip HD...............................................................................................11
D.Tujuan Tindakan HD...............................................................................
E.Indikasi dilakukan HD.............................................................................12
F.Komplikasi tindakan HD.........................................................................13
G.Proses Keperawatan pada pasien HD
Standart asuhan keperawatan pasien CAPD.....................................................19

PENDAHULUAN
A.Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. Penyakit ginjal kronik adalah
suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal yang progresuf dan irreversible serta umumnya berahir dengan gagal
ginjal (Sukandar, 2006).
1. DEFINISI
Sindrom gagal ginjal kronik (GGK) merupakan permasalahan bidang
nefrologi dengan angka kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas dan
komflek, sering tanpa keluhan maupun gejala klinik kecuali sudah masuk
stadium terminal atau gagal ginjal terminal. Adapun yang menjadi definisi
konseptual penyakit ginjal kronik (PGK) sesuai dengan rekomendasi dialysis
outcomes quality initiative (DOQI) tahun 2002 yaitu :
a. Kerusakan ginjal > 3bulan
Kelainan struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan
LFG, Kelainan struktur histopatologi ginjal, petanda kerusakan ginjal
meliputi kelainan komposisi darah dan urin, atau uji pencitraan ginjal
b. LFG < 60 ml/menit/M3 m2>3bulan dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
Adapun yang menjadi definisi operasional sesuai DOQI (2002, dalam
sukandar,2006:44) yaitu mengacu pada klasifikasi derajat penurunan faal
ginjal berdasarkan laju filtrasi glomerulus (LFG) seperti pada table dibawah
ini.

TABEL 1 DERAJAT PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK


Derajat

Deskripsi

LFG
(Ml/menit/1.73 m2)

1. Kerusakan gijal disertai LFG normal atau

90

meninggi
2. Kerusakan ginjal disertai penurunan

60-89

ringan LFG
3. Penurunan moderat LFG

30-59

4. Penurunan berat LFG

15-29

5. GAGAL GINJAL

<15atau dialisis

2. Etiologi
Dalam penatalaksanaan sindrom gagal ginjal kronik (GGK) beberapa aspek
yang harus diidenfikasi sebagai berikut :
a. Etiologi DDK tang dapat dikoreksi
Misalnya : tuberculosis saluran kemih, dan ginjal, nefropati yang
berhubungan dengan urolitiasis, diabetes mellitus, lupus eritematosus
sistemik, dan gangguan elektrolit.
b. Etiologi yang tidak mungkin dikoreksi tetapi dapat dihambat perjalanan
penyakitnya.
Misalnya : nefropati (glomerulopati) idiopati.

c. Beberapa factor resiko yang mungkin dapat memperburuk penurunan faal


ginjal missal : infeksi saluran kemih dan ginjal, gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit.
d. Menentukan status derajat penurunan faal ginjal.
3. Patofisiologi
Secara umum terdapat tiga penyebab gagal ginjal baik akut maupun
kronis yang berujung pada gagal ginjal terminal. Pada penyebab pra renal
umumnya ginjal mengalami deposit suplai darah, pada intrarenal biasanya
terjadi ganguan primer apakah karena infeksi ataupun auto imun atau sebuah
trauma, sedangkan pada penyebab post renal ginjal mengalami tekanan balik
akibat adanya obstruksi apakah karena prostat, batu ginjal atau factor lain.
Apapun dan dimanapun etiologinya yang pasti akan berdampak pada
penurunan GFR sehingga sebahagian atau seluruh fungsi ginjal tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Gagal ginjal pada kelompok usia lanjut
berhubungan erat proses degeratif kekakuan katup jantung, tidak elastistasnya
pembuluh darah, tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga
tingkat

survivalnya

lebih

rendah

dibandingkan

usia

pertengahan.

Glomerulonefritis sebagai 60% penyebab gagal ginjal kronis lebih banyak


diderita pada kelompok usia 20-40 tahun(Sukandar,2005)
Penimbunan sisa metabolism terutama ureum dan kreatinin merupakan
dampak dari ketidak mampuan ginjal dalam mempertahankan buffer asam
basa terutama dalam menghasilkan bekarbonat sehingga mengakibatkan
asidosis metabolic yang menunjukan peningkatan ion H+ sehingga berdampak
buruk terhadap seluruh sel di dalam tubuh karena sifat toksiknya, berbagai
gejala dari keadaan ini sering disebut sindroma azotemia seperti mual,
muntah, pusing, napas cepat dangkal dan lainnya. Gangguan ginjal dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit mengakibatkan berbagai
gangguan emergensi seperti hiperkalemia dan overhidrasi berat, manifestasi

awal dari gangguan fungsi ini terlihat dari adanya oedema yang bias
disebabkan karena retensi air dan natrium karena perubahan tekanan
hidrostatik atau karena kehilangan albumin melalui urin atau karena mal
nutrisi sehingga menurunkan tekanan osmotic koloid dan terjadilah oedema,
jika terjadi di area paru maka akanmenyebabkan oedema paru dengan suara
ronchi basah yang sangat jelas kecuali jika disertai efusi pleura. Gangguan
metabolisme vit.D akan berakibat pada gangguan pemeliharaan tulang
sehingga pasien sering mengalami osteoporosis atau osteodistrofi. Gangguan
fungsi hormonal dari ginjal memiliki dampak yang tidak sedikit, defisist
erytopoetin mengakibatkan proses erytopoesis terganggu sehingga jumlah
eritrosist bekurang atau dengan umur yang lebih pendek, maka tidak heran
pasien dengan gangguan gagal kronik atau terminal sering memiliki
hemoglobin yang rendah dan tidak jarang memerlukan transfuse darah. Masih
dari fungsi hormonal gangguan fungsi rennin angiotensi, respon ADHAldosteron merupakan beberapa hormone yang mencetuskan kejadian
hipertensi setelah pasien gagal ginjal, sebenarnya hipertensi dapat menjadi
penyebab ataupun komplikasi terjadinya gagal ginjal.
4. Gambaran Klinik
Table 2 gambaran klinik GGK
Sumber: sukandar,2006
Tahapan

Manisfestasi Klinis Yang Tifikal

1. Umurnya asimtomatik atau terkait penyakit primer


2. Asimtomatik, hiperparatioidisme, meningkatkan resiko kejadian penyakit
kardiovaskular (PKV)
3. Nokturia, anemia, penurunan konsentrasi 1,25 dihydroxycholecalciferol,
kenaikan konsentrasi kreati serum, dislipidemia, VCES abnormal

4. Keluhan terkait uremik, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta


asam basa
5. Keluhan terkait uremik meningkat

5.PENATALAKSANAAN
Beberapa prinsip terapi konservatif yang dapat dilaksanakan adalah:
a. Mencegah memburuknya faal ginjal (LFG)
1.
2.

Hati-hati pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.


Hindari

keadaan

yang

menyebabkan

diplesi

volume

cairanekstraselular dan hipotensi.


3.

Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.

4.

Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.

5.

Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.

6.

Hindari instrumentasi (kateterisasdian sistoskopi) tanpa indikasi


medic yang kuat.

7.

Hindari pemeriksaan radiologi dengan media kontras tanpa


indikasi medik kuat.

b. Program memperlambat penurunan progresif faal ginjal


1.

Kendalikan terapi ISK.

2.

Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.

3.

Diet protein yang proporsional.

4.

Kendalikan hiperfosfatemia.

5.

Terapi hiperurikemia bila asam urat serum >10mg%o

6.

Terapi keadaan asidosis metabolic

7.

Kendalikan keadaan hiperglikemia

c. Terapi alleviative gejala azotemia


1.

Pembatasan konsumsi protein hewani.

2.

Terapi gatal-gatal

3.

Terapi keluhan gastrointestinal.

4.

Terapi gejala neuromuskuler.

5.

Terapi kelainan tulang dan sendi.

6.

Terapi anemia.

7.

Terapi seriap infeksi (bakteri,virus, HBV atau HCV).

d. Terapi pengganti ginjal (TPG)


Balemo dan ronco (1999), yang dimasud dengan TPG adalah usaha untuk
mengambil alih fungsi ginjal yang telah menurun dengan mengunakan
ginjal buatan (dialiser) dengan teknik dialysis atau hemofiltrasi, yaitu
fungsi pengaturan cairan dan elektrolit, serta eksresi sisa-sisa metabolisme
protein. Sedangkan fungsi endokrin seperti sisa-sisa metabolisme protein.
Sedangkan fungsi endokrin seperti fungsi pengaturan tekanan darah,
pembentukan erytrosit, fungsi hormonal, maupun integritas tulang tidak
dapat digantikan oleh terapi jenis ini.

1. Jenis TPG
Adanya indikasi TPG pada GGA ataupun GGK tahap akhir
memberikan pilihan pada pasien khususnya dan tim medis untuk menentukan
TPG yang ada yang terdiri dari :
1. Artificial (buatan) :
Hemodialisi : cuci darah dengan mengunakan mesin cuci darah
Dialysis peritoneal : cuci darah dengan mengunakan rongga perut
sendiri (peritoneum) yaitu continous ambulatory peritoneal dialysis
(CAPD), automatic peritoneal dialysis (APD).
2. Alamiah :

Cangkok (transplantasi ginjal) : mengganti ginjal pasien yang sakit


dengan ginjal dari pendonor : transplantasi donor hidup (keluarga),
transplantasi donor jenazah (cadaveric).
(sukandar,2006:87).

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN DENGAN TERAPI HEMODIALISIS
A. PENGERTIAN HEMODIALISIS
Hemodialisis berasal dari kata hemo yang berarti darah dan dialysis yang berarti
pemisahan atau filtrasi melalui membrane semi permeable. Jadi hemodialisis
adalah proses pemisahan atau filtrasi zat-zat tertentu dalam darah melalui sebuah
membrane semipermiable. Proses pemisahan ini terjadi didalam tabung
Hollowfiber (artificial kidney/dialiser).
B. PROSES HEMODIALISIS
Pada saat dilakukan hemodialisis, sebuah mesin memompa darah dengan
kecepatan tertentu dari dalam tubuh kedalam tabung dialiser, dan pada
bersamaaan cairan dialisat dialirkan pula kedalam tabung dialiser dengan
kecepatan tertentu. Dengan dibatasi dengan membrane semipermiable antara
darah dan cairan dialisat terjadi proses filtrasi/pemisahan zat-zat tertentu dalam
darah kedalam cairan dialisat dan zat-zat yang ada dalam dialisat berpindah pula
kedalam darah. Darah yang telah mengalami proses dialysis meninggalkan
tabung dialiser kembali kedalam tubuh. Proses perpindahan zat terlarut dalam
darah dan dalam cairan dialisat menganut hokum alam difusi dan osmosis. Untuk
mengurang kelebihan cairan tekanan negative diberikan kedalam tabung dialiser
sehingga terjadi proses ultrafiltrasi / penarikan cairan. Untuk terjadinya proses
tersebut perlu diperhatikan 4 unsur yang terkait didalamnya, yaitu :
1. Sirkulasi darah
Sirkulasi ini merupakan sirkulasi diluar tubuh (ekstrakorporeal) yang
berhubungan langsung dengan sirkulasi darah sistemik pasien. Sirkulasi ini
dikendalikan oleh perputaran pompa darah pada mesin. System sirkulasi ini
terdiri dari dua bagian besar yaitu :

a. Inlet / Arteri Blood Line


Merupakan saluran yang menghubungkan sirkulasi darah sistemik pasien
dengan dialiser. Dilapangan ditandai dengan klem-klem berwana merah.
b. Outlet / Venous Blood Line
Merupakan saluran yang menghubungkan Dialiser dengan sirkulasi darah
sistemik pasien. Dilapangan ditandai dengan klem-klem berwarna biru.
2. Artificial Kidney /Dialiser /Hallow fiber /Ginjal Buatan
Merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses difusi dan
ultrafiltrasi (pemisahan zat-zat dan air dalam darah kedalam dialisat). Didalam
alat ini terdapat dua bagaian / kompartemen, yaitu kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Dimana diantara keduanya terdapat membrane
semipermiable yang sangat tipis dan mempunyai pori-pori dengan ukuran
tertentu sehingga hanya zat-zat dengan ukuran tetentu pula yang dapat keluar
dari dalam darah melalui pori-pori dalam membrane tersebut.
3. Sirlulasi Dialisat
Dialisat adala cairan yang digunakan pada proses hemodialisis yang
merupakan pencampuran dari : air olahan, beberapa jenis elektrolit,
bicarbonate dan acetat dengan komposisi bervariasi sesuai kebutuhan pasien.
Proses pencampuran dilakukan didalam proportioning system didalam mesin
dengan perbandingan 34 bagian air dan 1 bagian larutan didalam mesin
dengan perbandingan 34 bagian air dan 1 bagian larutan dialisat pekat. Air
sebagai media pencampuran harus memenuhi syarat sesuai yang ditetapkan
oleh AAMI. Oleh karenanya air harus mengalami proses pengolahan yang
dikenal dengan water treatment. Dialisat pekat/ diasol ada 2macam yaitu :

asetat dan bikarbonat, komposisi masing-masing diasol adalah sebagai


berikut:
Komponen dialisat

Bicarbonat (mEq/I)

Sodium (Na)

135-145

Pottasium (K)

0-4.0

Calcium (Ca)

2,5-3,5

Magnesium (Mg)

0,5-1,0

Chloride (CI)

98-124

Asetat

2-4*

Bicarbonate

30-40

(HCO3)

11

Dektose

7,1-7,3

Ph

4. Pemberian Anti Koagulans

Pengunaan obat-obat anti koagulan bertujuan untuk mencegah terjadinya


pembekuan darah / clot didalam sirkulasi ekstrakorporeal, sehingga proses
dialysis depat berlangsung hingga selesai. Penggunaan antikoagulan
disesuaikan dengan berat badan pasien dan kondisi laborayorik pasien.
Sebagai tolak ukur adalah pemeriksaan CT,BT,PPT dan APPT.

C. PRINSIP DASAR HEMODIALISIS


Proses hemodialisis berdasarkan proses alamiah sebagai berikut:
1. Difusi
Dufusi adalah perpindahan substansi dari daerah yang memiliki konsentrasi
tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah. Terdapat perbedaan konsentrasi antara
darah dan cairan dialisat sehingga dapat terjadi proses difusi. Proses ini sangat
dipengaruhi oleh : Luas permukaan membrane dialiser, kecepatan aliran darah
dan dialisat, lamanya hemodialisi, perbedaan konsentrasi dan permeabilitas
membrane dialise.
2. Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi adalah proses perpindahn zat dan pelarutnya (pada hemodialisis
air) karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik (pada hemodialisi : tekanan
negative). Tekanan negative diberikan didalam jompartemen dialisat, sehingga
air yang ada didalam darah dapat terserap keluar melalui membrane
semipermiable yang selanjutnya dibuang bersama dengan cairan dialisat yang
telah terpakai.

D. TUJUAN NTINDAKAN HEMODIALISIS


Fungsi utama ginjal adalah untuk :
1. Menjaga keseimbangan air tubuh : Tidak kelebihan / kekurangan
2. Menjaga keseimbangan asam basa darah : tidak acidosis /alkalosis
3. Menjaga keseimbangan elektrolit : tidak hypo / hyper
4. Sebagai organ endokrin : produksi erytropoetin dan calsitiol
Hemodialisis bertujuan untuk mengantikan sebagian fungsi ginjal untuk
mengeluarkan zat-zat toksik dari tubuh, Sebatas zat-zat yang dapat melalui poripori membrane semi permeable seperti :
1. sisa sisa metabolisme : ureum, kreatinin, kalium
2. zat-zat toksik: metal alcohol, barbiturate, salisilat, etiline glikoledan dan
sebagainya.
3. Air yang berlebihan.
E. INDIKASI DILAKUKAN HEMODIALISIS
Untuk dilakukan hemodialisis pasien memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Indikasi segera
1. Perikarditis atau effuse pericard
2. Koma uremikum.
3. Neuropati uremik progresif
4. Enchepalopati
5. Gangguan diastesis akibat uremia

6. Hyperkalemia
7. Hypertensi akselerasi dengan respon jelek terhadap anti hypertensi
8. Overload cairan refrakter terhadap diuretic
9. Oedema paru
10. Oliguria / anuria
11. Kreatinin plasma >12mg% atau BUN >100mg%
12. LFG < 10ml/menit dengan gejala uremia atau LFG < 5ml/menit
13. LFG > 10ml/menit dengan komplikasi akut akibat uremia
2. Indikasi Dini
1. Muncul gejala-gejala uremia (syndrome uremia) seperti : mual, muntah,
pruritus, anoreksia, syndrome kelelahan kaki/restlessness legs, penurunan
perhatian/kognitif, perubahan status mental, penyakit tulang, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan seksual, perubahan kualitas
hidup.
2.

Abnormal laboratorium seperti : acidosis berat, azotemia, high BUN,


hyperkalemia, anemia, gangguan keseimbangan elektrolit.

F. KOMPLIKASI TINDAKAN HEMODIALISIS


Selama / setelah dilakukan tindakan hemodialisis dan setelah lama menjalani
hemodialisis pasien dapat mengalami hal hal sebagai berikut :
1. KOMPLIKASI AKUT
1. Hypotensi
2. Kram otot

3. Aritmia
4. Nteri dada
5. Disequilibrium syndrome
6. Hard water syndrome
7. First use syndrome
8. Pruritus
9. Kejang
10. Demam dan menggigil
2. KOMPLIKASI KRONIS / JANGKA PANJANG
1. Hypertensi
2. Neuropati perifer / kerusakan syaraf perifer
3. Penyakit vaskuler
4. Overhydrasi
5.Hematoma pada akses vaskuler
6.Anemia.
8. Effusi perikard
9. Infeksi viral
10. Amoiloidosis
11. Osteoporosis / renal osteodistropy / fraktur phatologis
12. Malnutrisi

13. Acites
14. Hyperkalemia

G. PROSES KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HD


1. PENGKAJIAN
1) INDENTITAS PASIEN
Nama

Usia

Jenis Kelamin :
Agama

Alamat

No CM

Tgl/Jam HD :
HD ke

2) RIWAYAT PENYAKIT
a. riwayat penyakit dahulu : riwayat infeksi ginjal : ada / tidak, penyakit
batu ginjal / obstruksi saluran kemih : pemakaian obat-obatan : riwayat
penyakit DM : riwayat penyakit kardiovaskuler.

b. Riwayat penyakit sekarang : keluhan utama : perjalanan penyakit :


pengobatan / penanganan yang telah didapat.
c. Data interdialisis meliputi :

Anda mungkin juga menyukai