Oleh :
PURYANTO
NIM. ST 13058
PENGARUHPENDIDIKANKESEHATANTENTANGPENYALA
HGUNAAN NARKOBA DENGAN
METODE BERMAIN PERAN TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA
KELAS X DISMA NEGERI 1
SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawaatan
Oleh :
PURYANTO
NIM. ST 13058
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
PURYANTO
NIM. ST 13058
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 1 Agustus 2015 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
PembimbingUtama
Pembimbing Pendamping
Penguji
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : PURYANTO
NIM
: ST 13058
Puryanto
NIM ST 13058
iii
KATA PENGANTAR
iv
6. Bapak Dr. Endro Suprayitno, Sp.KJ, M.Si selaku direktur Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta yang telah memberikan ijin belajar untuk menempuh studi
lanjut S-1 Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
7. Bapak Drs. Darno selaku kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Istriku yangtercinta, Dik Warsiti yang selalu memberikan dukungan baik
moral maupun spiritual.
9. Rekan-rekan seperjuangan Prodi S-1 Keperawatan angkatan ST 13 yang
senasib dan sepenanggungan.
10. Rekan-rekan bangsal Samba di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta yang
banyak memberikan dukungan.
11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada saya selalu
mendapatkan balasan dengan balasan yang lebih baik dan berlipatganda. Harapan
saya, semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Kritik
saran saya tunggu demi perbaikan karya saya ke depan. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................
ii
iii
iv
Daftar Isi..................................................................................................
vi
ix
xi
xii
Abstrak ..................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................
10
38
39
40
40
vi
41
42
44
44
46
49
53
54
56
58
62
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Tingkat pengetahuan dan sikap kelompok
perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol sebelum
dilakukan perlakuan.........................................................
67
68
vii
69
72
74
77
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan ........................................................................
78
79
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
viii
DAFTAR TABEL
44
48
58
58
58
59
60
61
61
62
62
63
ix
63
64
65
DAFTAR GAMBAR
39
40
41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
Puryanto
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyalahgunaan Narkoba
DenganMetode Bermain Peran Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Siswa
Kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo
ABSTRAK
Pengguna narkoba di Indonesia mengalami tren peningkatan dari tahun ke
tahun. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan meningkatkan pengetahuan dan
sikap siswa mengenai narkoba melalui pendidikan kesehatan dengan metode
bermain peran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba dengan metode bermain
peran terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan quasi
eksperimen dengan desain Pre-test dan post-test non equivalen control
groupdesign dengan teknik purposive sampling dengan jumlah 80 responden.
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan Chi-Square.
Hasil analisa data tidak ada perbedaan tingkat pengetahuan kelompok
perlakuan/eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan nilaipValue 0,522>0,05. Tidak ada perbedaan sikap kelompok perlakuan/eksperimen
dan kelompok kontrol setelah perlakuan dengan nilai p-Value 0,762>0,05.
Tidak ada perbedaan pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan narkoba
dengan metode bermain peran terhadap tingkat pengetahuan dan sikap siswa
apabila dilaksanakan pada kelompok besar dengan jumlah sasaran 40 responden
dan dalam proses belajarnya tidak melibatkan siswa untuk memerankan atau
mendemonstrasikan tingkah laku manusia.
Kata Kunci:Pendidikan Kesehatan, Penyalahgunaan Narkoba, Bermain
Pengetahuan, Sikap
Daftar Pustaka: 38 (2005-2014)
xiii
Peran,
Puryanto
Effect of Health Education of Drug Abuse with the Role Play Method on
Knowledge and Attitude of the Students in Grade X of State Senior
Secondary School 1 of Sukoharjo
ABSTRACT
The number of drug users in Indonesia has actually increased for the
recent years. One way to resolve this problem is by improving students
knowledge and attitude abaut drugs through health education with the role play
method. The objective of the research is to investigate the effect of the health
education of drug abuse with the role play method on the knowledge and attitude
of the students in Grade X of State Senior Secondary School 1 of Sukoharjo.
This research used the quasi experimental quantitative method with the
pre-test and post-test non equivalent control group design. The samples of
research consisted of 80 persons and the were taken by using the purposive
sampling technique. The data of research were analyzed by using the Chi-square
test.
The result of this research shows that following the treatment, the
knowledge level of the experimental and control groups was not different as
indicated by the p-Value = 0.522 which was greater than 0.05 and the attitude of
the experimental and control groups was not different as shown by the p-Value
0.762 which was greater than 0.05.
Thus, there was not any difference of the health education of drug abuse
with the role play method on the level of knowledge and attitude of students if the
target was in the large group i.e. 40 respondents and the learning process did not
involve the students to play or demonstrate human behavior.
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
seseorang
dengan
ketergantungan
dan
melibatkan
berbagai
pendekatan
dan
latar
belakang
profesi.Gangguan penggunaan narkoba merupakan masalah bio-psikososial-kultural yang sangat rumit sehingga perlu ditanggulangi secara
multidisipliner dan lintas sektoraldalam suatu program yang menyeluruh
(komprehensif)serta konsisten (Lamp.SK MENKES No 422, 2010).
Gangguan penggunaan narkoba merupakan masalah yang menjadi
keprihatinan
dunia
Immunodeficiency
Internasional
Virus/Acquaired
disamping
Immune
masalah
Deficiency
Human
Syndrome
kesehatan
adalah
suatu
kegiatan
atau
usaha
tidak pasif adalah bermain peran. Metode bermain peran adalah metode
yang baik untuk merubah sikap sesuai yang diperankan (Maulana, 2009).
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan bermain peran pernah
dilakukan di SMP Muhammadiyah 4 Tangerang dengan judul pengaruh
metode role playing terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep gerak
pada tumbuhan dengan kesimpulan bahwa penggunaan metode bermain
peran membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi
siswa (Khaerani, 2010).
Berdasarkanstudi pendahuluanyang dilakukan peneliti pada tanggal 13
Januari 2015 di SMA Negeri 1 Sukoharjo adalah salah satu sekolah favorit
dengan akreditasi A.Sekolah ini terletak di tengah kota, dekat dengan alunalun,pasar tradisional, pasar modern (mall) dan hotel atau tempat
penginapan. Disamping itu tidak terlalu jauh terdapat pabrik alkohol (ciu),
terminal, kampus, pusat-pusat hiburan malam mulai bermunculandanjuga
berbatasan langsung dengan kota besar Surakarta, selain itu tiap tahun ada
kasus narkoba yang tertangkap di Sukoharjo, yang semua itu menjadi rawan
terjadi pengedaranpenyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan data dari gurudan karyawan tata usaha SMA Negeri 1
Sukoharjo bahwa belum pernah ada penyuluhan tentang penyalahgunaan
narkoba dengan metode bermain peran kepada siswa, yang pernah ada
penyuluhan dengan cara ceramah. Dari hasil wawancara dengan 5 siswa
kelas X didapatkan hasil bahwa 5 siswa itu belum pernah mendapat
penyuluhan
dengan
metode
bermain
peran.
Menurut
pendapat
umumnya
penyuluhan
itu
dengan
metode
ceramah
yang
Mengetahui
tingkatpengetahuandansikapkelompokperlakuan/
eksperimendankelompok kontrolsebelumdilakukanperlakuan.
3.
Mengetahuitingkatpengetahuandansikapkelompokperlakuan/
eksperimen dankelompok kontrol setelah dilakukan perlakuan.
4.
5.
6.
penelitian
pengetahuan tentang
ini
diharapkan
dapat
menambah
tingkat
gelar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
induvidu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat,
kelompok atau induvidu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan
dapat
membawa
akibat
terhadap
perubahan
perilaku
sasaran
(Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai
masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses pendidikan
kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni perubahan
perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut adalah faktor
masukannya
sendiri/sasaran
pendidikan,
faktor
metode,
faktor
10
11
2.
garis
besar
alat
bantu
pendidikan
menurut
b.
c.
12
tokoh
b.
13
c.
d.
b.
Memilih peran
Dengan menentukan siapa yang akan bermain peran dan
mengelompokkan sebagai kelompok pemain peran. Kemudian
membahas materiyang akan diperankan.
c.
d.
Menata panggung.
Dengan mendiskusikan dengan siswa bagaimana peran itu akan
dimainkan dan apa saja kebutuhan yang diperlukan untuk bermain
peran.
e.
Memainkan peran
Permainan peran dimulai.
14
f.
g.
h.
i.
b.
c.
15
d.
e.
Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar
mudah dipahami orang lain.
f.
Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran mereka menjadi
kurang kreatif
b.
c.
d.
Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton
yang kadang-kadang bertepuk tangan, dan lain-lain.
2.1.3. Narkoba
1.
Pengertian
Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional
(BNN) No. SE /03/IV/ 2002 adalah singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat-zat alami
16
menghilangkan
rasa nyeri
dan dapat
menimbulkan
yang
penggunaannya
dapat
menimbulkan
17
2. Penggolongan narkoba
Dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan
Undang-Undang
Nomor
tahun
1997
tentang
Psikotropika,
Narkotika
1) Narkotika golongan I
Berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan tidak
digunakan untuk terapi pengobatan, Contoh : heroin, kokoin
dan ganja.
2) Narkotika golongan II
3) Berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Digunakan
sebagai terapi pengobatan sebagai pilihan terakhir, Contoh :
morfin, petidin, metadon.
4) Narkotika golongan III
Berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak
digunakan sebagai terapi pengobatan, Contoh : kodein.
b.
Psikotropika
1) Psikotropika golongan I
Amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan
terapi pengobatan, Contoh : MDMA (ektasi), LS.
18
2) Psikotropika golongan II
Kuat menyebabkan ketergantungan,digunakan amat terbatas
pada terapi pengobatan, Contoh : amfetamin, metamfetamin
(shabu), fensiklidin dan ritalin.
3) Psikotropika golongan III
Potensi
sedang
menyebabkan
ketergantungan,
banyak
19
3) Nikotin
Nikotin adalah salah satu zat yang terdapat pada tembakau
yang merupakan zat paling adiktif di dunia.
4) Kafein
Kafein merupakan zat perangsang yang terdapat pada kopi.
3. Jenis-jenis narkotika
Menurut BNN (2007), jenis narkotika yang sering disalahgunakan
sebagai berikut :
1. Narkotika
a. Heroin dan morfin dikenal dengan nama putaw atau PTW
Bentuk : berupa serbuk.
Efek : menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan dungu, jalan
mengambang, rasa sakit seluruh badan, badan gemetar,jantung
berdebar-debar, susah tidur, nafsu makan berkurang, mata berair
dan hidungnya selalu ingusan/berlendir, tertular hepatitis,
HIV/AIDS, menimbulkan kematian bila over dosis.
b. Ganja dikenal dengan nama mariyuana, hashish, gelek, budha
stick, cimeng
Bentuk : berupa tanaman yang dikeringkan.
Efek : denyut jantung cepat, nafsu makan bertambah, daya tahan
menghadapi masalah menjadi lemah, malas, apatis, kehilangan
semangat
belajar
maupun
bekerja,
persepsi
waktu
dan
20
tekanan
darah
meningkat,
21
c. Obat penenang yang dikenal obat tidur, pil koplo, BK, nipam,
valium, lexotan dan lain-lain.
Bentuk : berupa tablet.
Efek : bicara menjadi pelo, jalannya jadi sempoyongan, persepsi
terganggu, memperlambat kerja otak, gangguan pernafasan dan
jantung.
Penggunaan
campuran
dengan
alkohol
akan
22
23
b.
Bagi keluarga
1) Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah, bahkan
kadang-kadang sampai putus asa.
2) Suasana kekeluargaan berubah menjadi tidak terkendali karena
sering terjadi pertengkaran, saling mempersalahkan, marah,
bermusuhan, dan lain-lain.
3) Uang dan harta habis terjual, serta masa depan anak tidak jelas
karena putus sekolah dan menganggur.
c.
Bagi masyarakat
1) Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba.
2) Kriminalitas dan kekerasan meningkat.
3) Ketahanan kewilayahan menurun (Waluyo, 2007).
24
25
Pencegahan primer
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan yang ditujukan kepada :
1) Anak-anakdangenerasimudayangbelum
pernahmenyalahgunakan narkoba.
2) Semuasektor masyarakat yang berpotensi membantu generasi
muda untuk tidak menyalahgunakan narkoba.
b) Kegiatan
Kegiatan
pencegahan
primer
terutama
dilaksanakan
26
konseling
perorangan
dan
keluarga
pengguna,
27
menguntungkan
bekas
korban
untuk
mantapnya
menyalahgunakan
(Waluyo, 2007).
narkoba
lagi
(kambuh
lagi)
28
b.
c.
d.
e.
f.
29
2.1.4. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
penginderaan suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan
merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja
dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2007).
2. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo (2007), menyebutkan bahwa pengetahuan yang tercakup
dominan kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, sebagai berikut :
30
a.
Tahu (know)
Tahu (know) diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini
adalah nengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d.
Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
e.
Sintesis(synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau
menghubungkan
bagian-bagian
dalam
suatu
bentuk
31
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Mubarak
(2007),
menyebutkan
bahwa
pengetahuan
seseorang
32
33
2.1.5. Sikap
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
MenurutSujanto(2006),sikap merupakanarahdaripada energi psikis
umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia
terhadap dunianya. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia
sekitarnya, namun dalam mengadakan orientasi setiap orang memiliki
cara yang berbeda. Arah orientasi manusia terhadap dunianya ini dapat
keluar ataupun kedalam.
2. Komponen sikap
Menurut Niven dalam Wisudiyanto (2008), ada 3 komponen yang
membentuk sikap yaitu :
a. Komponen Kognitif
Pengetahuan tentang objek tertentu.
b. Komponen Afektif
Melibatkan perasaan senang dan tidak senang serta perasaan
emosional lain sebagai akibat proses evaluatif yang dilakukan.
34
c. Komponen Perilaku
Sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untuk berpola perilaku
tertentu.
3. Tingkatan sikap
Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari beberapa tingkatan
yaitu :
a.
Menerima (Receiving)
Menerima
diartikan
bahwa
seseorang
atau
subjek
mau
Merespon (Responding)
Menanggapi diartikan memberi jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi. Memberikan jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi dari sikap.
c.
Menghargai (Valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus. Dalam arti membahasnya
dengan orang lain dan bahkan mengajak atau memengaruhi orang
lain.
35
d.
Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan
lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi
dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b.
c.
Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai
sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi
corak pengalaman induvidu-induvidu masyarakat asuhannya.
36
d.
Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar, radio maupun media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap konsumennya.
e.
sangat
menentukan
sistem
kepercayaan,
tidaklah
Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau penyaluran bentuk mekanisme pertahanan ego.
5. Sifat Sikap
a.
Sikap Positif
Terdapat
kecenderungan
untuk
mendekati,
menyenangi,
Sikap Negatif
Terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, tidak
menyukai objek tertentu (Wawan&Dewi, 2011).
37
38
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
HasilPenelitian
Mardiani
Purba,
20013
Pengaruh
Pendidikan
Kesehatan
Tentang
Narkoba
Terhadap
Pengetahuan
dan Sikap
Remaja di
SMA Negeri 5
Pematang
Siantar tahun
2013
Menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
metode quasi
eksperimen
dengan rancangan
kontrol group
design with pretest dan post-test.
Uji analisa data
dengan paired
test.
Menunjukkan
pada
kelompok perlakuan ada
peningkatan pengetahuan
tentang narkoba dari 7,86
menjadi
13,56
setelah
diberikan
pendidikan
kesehatan dengan nilai p =
0,000 dan ada peningkatan
sikap dari 46,16 menjadi
58,28 dengan nilai p =
0,000. Sedangkan pada
kelompok kontrol tidak
ditemukan perubahan yang
signifikan
pada
pengetahuan dan sikap
tentang narkoba.
Cahya
khaerani,
2010
Pengaruh
metode role
playing
terhadap hasil
belajar biologi
siswa pada
konsep gerak
pada
tumbuhan
Menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
metode quasi
eksperiman
sampel diambil
secara purposive
sampling.
Instrumen
penelitian yang
digunakan adalah
tes hasil belajar
dan hasilnya diuji
melalui statistik
tes t.
39
Pendidikan kesehatan
tentang narkoba :
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian
Penggolongan
Jenis narkoba
Akibat/dampak
Ciri-ciri
pengguna
6. Pencegahan
7. Caramenghindari
diri
8. Tempat yang
rawan narkoba
1.
2.
3.
4.
5.
Pengalaman Pribadi
Pengaruh Orang Lain
Kebudayaan
Media massa
Lembaga
Pendidikan/Agama
6. Faktor Emosional
Metode :
Pendidikan
Kesehatan
1. Bermain
peran
2. Ceramah
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Minat
Pengalaman
Kebudayaan Lingkungan
sekitar
Sikap Siswa :
1.
2.
3.
4.
Menerima
Merespon
Menghargai
Bertanggung
jawab
Pengetahuan Siswa :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
40
Variabel pengganggu
1. Informasi
2. Pengalaman pribadi
Variabel bebas/independen
Variabel terikat/dependen
41
BAB III
METODE PENELITIAN
O2
O3
O4
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian Quasi Eksperimen
Keterangan :
O1 = Kelompok perlakuan/eksperimen pre-test sebelum diberi pendidikan
kesehatan dengan metode bermain peran.
O2 = Kelompok perlakuan/eksperimen post-test sesudah diberi pendidikan
kesehatan dengan metode bermain peran.
42
43
O3 = Kelompok
44
1+()2
Keterangan :
n = Jumlah sampel.
N = Jumlah populasi.
d = Tingkat signifikasi.
n=
376
1+376(0,1)2
45
3.3.
Variabel
Variabel
independen/
bebas:
Pendidikan
kesehatan
tentang
penyalahgu
naannarkoba
Tabel 3.1
Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Definisi
Parameter/Indikator
Alat Ukur
Operasional
Penilaian dan skor
Memberikan
1. Memberikan
informasi atau
pendidikan kesehatan
pesan tentang
tentang
narkoba
narkoba dengan
dengan
metode
metode bermain
bermain peran, yang
peran dan
dimainkan oleh tim
ceramah
peneliti danlamanya
bermain peran 60
menit.
2. Memberikan
pendidikan kesehatan
tentang
narkoba
dengan
metode
ceramah dengan slide
laptop selama 60
menit.
Skala Data
-
46
Variabel
Variabel
dependen :
Pengetahuan
Variabel
dependen :
Sikap
Definisi
Operasional
Pemahaman
responden tentang
penyalahgunaan
narkoba.
Tanggapan
responden tentang
penyalahgunaan
narkoba.
Parameter/Indikator
Alat Ukur
Penilaian dan skor
Menggunakan
Kuesioner
kuesioner
dengan
jumlah pertanyaan 15
dalam
bentuk
multiplechoice dengan
skoring benar nilai 1
dan salah nilai 0.
Dengan kategori :
Baik = (x) >mean+
1SD
Cukup = mean 1SD
x mean + 1SD.
Kurang = (x) < mean1SD.
Menggunakan kuesioner Kuesioner
dengan jumlah pertanyaan
15 dengan skalaLikert.
Pertanyaan
positif
(favorable) berjumlah 8
dengan skoring :
Sangatsetuju = 4Setuju =
3
Tidak setuju
=2
sangat tidak setuju=1
Pertanyaan
negatif
(unfavorable)berjumlah 7
dengan skoring :
Sangat
tidak
setuju=4tidak setuju = 3
setuju = 2
sangat tidak setuju = 1
Hasil ukur adalah
Nilai tertinggi 60
Nilai terendah 15
Bila dikonversikan dalam
0-100 dengan rumus
100
A = total skore
B = skore
Sikap positif jika nilai
total nilai mean
Sikap negatif jika nilai
total < .
Skala Data
Ordinal
Nominal
47
Variabel
Definisi
Operasional
Variabel
1. Responden
perancu/
yang telah
mendapatkan
pengganggui
nformasi
informasi
tentang
narkoba
sebelumya
sehingga
sudah
mengerti
tentang
penyalahgu
naan narkoba
Parameter/Indikator
Penilaian dan skor
Cara ukur : menggunakan
1 item pertanyaan tentang
sumber informasi.
Hasil ukur :
1. Belum pernah dapat
informasi
2. Pernah dapat
informasi dari :
a. Koran/majalah
b. Televisi.
c. Radio.
d. Internet.
e. Penyuluhan
kesehatan.
f. Dari lainnya.
pengalaman
pribadi
2. Responden
yang pernah
mencoba
narkoba
Alat Ukur
Skala Data
Kuesioner
Nominal
Nominal
tulis,
ballpoint,
pensil,
untuk
mencatat
penghapus
dan
lain-lain,
yang digunakan
48
Choice
untuk
sangat
setuju
mendapatkan
nilai
1,
jawaban
setuju
49
narkoba, akibat narkoba, tempat yang rawan narkoba, cara menghindari diri
dari narkoba serta sikap siswa terhadap narkoba.
Kuesioner untuk menggali informasi dan pengalaman pribadi
disusun sendiri oleh peneliti dengan mengetahui data identitas responden.
Kuesioner terdiri dari 5 pertanyaan.
Tabel 3.2
Kisi-kisi soal pertanyaan tentang penyalahgunaan narkoba
Pernyataan
Pernyataan
Variabel
Indikator
favorabel
nonfavorabel
1,2,3,4,5,6,7,8,9,1
Dependen Pengetahuan
0,11,12,13,14, 15
Dependen
Sikap
1,2,3,4,5,6,7,8
9,10,11,12,13,
14,15
Jumlah
skore
15
60
50
persetujuan
(informed
consent)
dan
untuk
melakukan
post-test
pada
kelompok
perlakuan/
51
3.6.
(XY) (Y)
Keterangan :
r = product momen.
N = Jumlah teruji.
Y = Skor total.
X = Nilai tiap pertanyaan.
Hasil uji validitas telah dilakukan di SMA Negeri 3 Sukoharjo
dengan responden berjumlah 30 responden pada tanggal 3 Februari 2015.
Kuesioner pengetahuan sebelum dilakukan uji validitas sebanyak 22
pertanyaan. Hasil uji validitas pada kuesioner pengetahuan, diketahui
memiliki koefisiensi korelasi terendah 0,115 dan tertinggi 0,787. Dari
harga tersebut terdapat 3 pertanyaan yang harganya dibawah 0,361
sehingga dinyatakan tidak valid. Pertanyaan tersebut adalah nomor 6
52
menunjukkan
dapat
pada
dipercaya
suatu
untuk
pengertian
digunakan
bahwa
sebagai
alat
yang
yang
benar
dan
salah).
Dengan
menggunakan
53
Keterangan :
11 = Reliabilitas instrumen.
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal.
2 = Jumlah varian butir.
2 = Jumlah varian total.
Kuesioner pengetahuan yang sudah valid sebanyak 19 pertanyaan
kemudian dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan 15 pertanyaan yang
reliabel dengan harga alpha cronbach sebesar 0,849, kemudian
dibandingkan dengan nilai alpha yaitu 0,7. Karena harga alpha cronbach>
0,7, maka disimpulkan bahwa kuesioner pengetahuan sudah reliabel. 4
pertanyaan yang tidak reliabel kemudian dihapus dari kuesioner.
Pertanyaan tersebut adalah nomor 7 (0,352), 11 (0,304), 15 (0,356) dan 21
(0,278).
Kuesioner sikap yang sudah valid sebanyak 17 pertanyaan kemudian
dilakukan uji reliabilitas dan didapatkan 15 pertanyaan yang reliabel
dengan harga alpha cronbach sebesar 0,871, kemudian dibandingkan
dengan nilai alpha yaitu 0,7. Karena harga alpha cronbach> 0,7, maka
disimpulkan bahwa kuesioner sikap sudah reliabel. 2 pertanyaan yang
tidak reliabel kemudian dihapus dari kuesioner. Pertanyaan tersebut adalah
nomor 8 (0,358) dan 20 (0,357).
54
data
yang
terdiri
atas
beberapa
kategori.
Pada
mendapatkan
nilai
1. Penyataan
sikap negatif
setuju mendapatkan
nilai 2, jawaban
tidak
setuju
data
yang telah
55
merupakan
proses
mengklarifikasi
data
menurut
kelompok
perlakuan/eksperimen
perlakuan.
dan
kelompok
kontrol
setelah
56
perbedaan
tingkat
pengetahuan
pada
kelompok
merupakan
57
membuat
informed consent
atau
surat
persetujuan
kebebasan dalam
menentukan dirinya,
58
dalam
penggunaan
subjek
penelitian
dengan
cara
tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya (Hidayat, 2007).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Usia
15 th
16 th
Total
Tabel 4.1.
Distribusi responden berdasarkan usia
Frekuensi
Persentase
33
41,3
47
58,8
80
100
4.2
menunjukkan
responden
terbanyak
berjenis
kelaminperempuan.
4.1.3. Distribusi Asal Sumber Informasi
Tabel 4.3.
Distribusi data asal sumber informasi
Sumber Informasi
Frekuensi
Persentase
Koran/Majalah
1
1,3
Televisi
13
16,3
Internet
28
35,0
Radio
14
17,5
Penyuluhan
22
27,5
Lainnya
2
2,5
Total
80
100
59
60
Mean
SD
Kontrol
11,95
1,19
Eksperimen
11,98
0,94
Nilai
Min Max
9
14
10
14
Tingkat pengetahuan
Kurang Cukup
Baik
5
34
1
12,5%
85%
2,5%
2
38
0
5%
95%
0,0%
61
perlakuan/eksperimen.
b. Data Pos-test
Data pos-test tentang tingkat pengetahuan responden dari kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil
deskripsi sebagai berikut:
Tabel 4.6
Data pos-test tentang pengetahuan
Kelompok
Mean
SD
Kontrol
13,13
1,38
Eksperimen
13,35
1,47
Nilai
Min Max
9
15
9
15
Tingkat pengetahuan
Kurang Cukup
Baik
4
29
7
10,0%
72,5% 17,5%
2
24
14
5,0%
60,0% 35.0%
setelah
dilakukan
perlakuan
mayoritas
tingkat
62
a. Data Pre-test
Data pre-test tentang sikap responden dari kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Data pre-test tentang sikap
Kelompok
Mean
SD
Kontrol
49,68
2,88
Eksperimen
48,78
3,63
Nilai
Min
Max
45
57
38
56
Tingkat Sikap
Positif Negatif
24
16
60,0%
40,0%
24
16
60,0%
40,0%
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sikap kedua kelompok sebelum
dilakukan perlakuanmayoritas dengan sikap kategori positif pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen).
b. Data Pos-test
Data pos-test tentang sikap responden dari kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan (eksperimen) diperoleh hasil deskripsi sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Data pos-test tentang sikap
Kelompok
Mean
SD
Kontrol
49,60
2,67
Eksperimen
49,80
2,53
Nilai
Min
Max
43
53
43
53
Tingkat Sikap
Positif Negatif
33
7
82,5%
17,5%
34
6
85,0%
15,0%
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sikap kedua kelompok setelah
dilakukan perlakuanmayoritas dengan sikap kategori positif pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan/eksperimen
63
pengetahuan
dan
sikap
kelompok
Tabel 4.9.
Data analisa bivariat tingkat pengetahuan
kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.
Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Pre-test
0
38
Pos-test
14
24
Kurang
p-Value
0,02
Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-test
dan pos-test pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen dengan
menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar
0,02. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa
harga Signifikansi < 0,05 (0,02 < 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan pada kelompok perlakuan/eksperimen sebelum dan
sesudah perlakuan terdapat perbedaaan.
Tabel 4.10
Data analisa bivariat kategori sikap
kelompokperlakuan/eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan.
Kategori Sikap
Positif
Negatif
Pre-test
24
16
Pos-test
34
6
p-Value
0,013
Dari tabel 4.10 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pre-test
dan pos-test sikap pada kelompok perlakuan dengan menggunakan uji
Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,013. Karena harga
signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi <
0,05 (0,013 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap padakelompok
64
perlakuan/eksperimen sebelum
dan sesudah
perlakuan terdapat
perbedaan.
4.2.2. Perbedaantingkat pengetahuan dan sikap kelompok kontrol sebelum
dan sesudah perlakuan.
Tabel 4.11
Data analisa bivariat
tingkat pengetahuan kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan.
Tingkat Pengetahuan
Baik
Cukup
Pre-test
1
34
Pos-test
7
29
Kurang
p-Value
0,09
Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pretest dan pos-test pengetahuan pada kelompok kontrol dengan
menggunakan uji Marginal Homogeniti diperoleh nilai p-Value sebesar
0,09. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa
harga Signifikansi > 0,05 (0,09 > 0,05 ). Jadi dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah
perlakuan tidak terdapat perbedaan.
Tabel 4.12
Data analisa bivariat
kategori sikapkelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan.
Kategori Sikap
Positif
Negatif
Pre-test
24
33
Pos-test
16
7
p-Value
0,004
Dari tabel 4.12 di atas menunjukkan hasil uji perbedaan skor pretest dan pos-test sikap pada kelompok kontrol dengan menggunakan uji
Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar 0,004. Karena harga
signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga Signifikansi
65
<0,05 (0,004 < 0,05). Jadi dapat disimpulkan sikap kelompok kontrol
sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan.
4.2.3. Perbedaan
tingkat
pengetahuan
dan
sikap
kelompok
Kontrol
7
29
4
Eksperimen
14
24
2
p-Value
0,522
sesudah
perlakuan
dengan
menggunakan
uji
Kontrol
33
7
Eksperimen
34
6
p-Value
0,762
66
BAB V
PEMBAHASAN
68
69
70
perlakuan/eksperimen
dengan
menggunakan
uji
Marginal
71
72
73
dilihat bahwa harga Signifikansi > 0,05 (0,09>0,05). Jadi dapat disimpulkan
bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan,
artinya tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyalahgunaan
narkoba dengan menggunakan metode ceramah terhadap pengetahuan siswa
kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada saat dilakukan
pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah kurang antusias.
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan
sekelompok pengunjung atau pendengar (Maulana, 2009).
Kekurangan dari metode ceramah antara lain: menghalangi respon
dari pendengar, hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang
baik, pembicara harus menguasai pokok pembicaraan, dapat menjadi kurang
menarik, pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengar, sulit digunakan
untuk anak-anak, daya ingat biasanya terbatas, biasanya hanya satu indra
yang dipakai, pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar
(Maulana, 2009).
Penelitian ini pernah dilakukan sebelumnya oleh Nugraheni (2012)
efektifitas metode pembelajaran role playing lebih tinggi dibandingkan
dengan metode ceramah.
Hasil uji perbedaan skor pre-test dan pos-test sikap pada kelompok
kontrol dengan menggunakan uji Mc Nemar diperoleh nilai p-Value sebesar
0,004. Karena harga signifikansi yaitu 0,05, maka dapat dilihat bahwa harga
Signifikansi < 0,05 (0,004<0,05). Jadi dapat disimpulkan sikap kelompok
74
75
beberapa
teori
seharusnya
metode
bermain
peran
memberikan hasil yang lebih baik dari metode ceramah tetapi dalam
penelitian ini dengan hasil yang berbeda, ini bisa saja terjadi karena bermain
peran cocok untuk kelompok kecil dengan sasaran kurang dari 15 orang
(Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini respondennya berjumlah 40
responden yang termasuk dalam kelompok besar. Bermain peran dengan
kelompok besar banyak sekali hambatan atau kendala dalam komunikasi.
Hambatan-hambatan dalam komunikasi akan mengganggu efektifitas proses
komunikasi. Faktor tersebut yaitu faktor ekologis meliputi
waktu yang
diijinkan pada penelitian ini sore hari sehingga ruangan kurang terang
cahanyanya, diluar ada suara gaduh siswa lain yang sedang latihan pramuka
76
dan siswa yang latihan pramuka sudah mulai pulang sehingga mengganggu
konsentrasi siswa yang didalam. Faktor lainnya yaitu faktor penerima pesan
dalam
menafsirkan
pesan
yaitu
munculnya
kesalahpahaman
dalam
yang
melibatkan
siswa
untuk
memerankan
atau
uji
perbedaan
skor
pos-test
sikap
pada
kelompok
77
78
2.
3.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah diuraikan di atas, maka
kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
79
80
5.
6.
Tidak
ada
perbedaan
tingkat
pengetahuan
kelompok
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka pada penelitian ini
dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
6.2.1. Bagi Institusi Sekolah
Diharapkan sekolah dapat meningkatkan metode pendidikan
yang sesuai dalam memberikan penyuluhan terhadap para siswa tentang
bahaya narkoba dan perilaku negatif lainnya. Dengan metode tertentu
yang sesuai, maka akan dapat memberikan efek positif terhadap siswa,
yaitu peningkatan pengetahuan dan sikap siswa.
6.2.2. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian tersebut masih perlu dikaji ulang. Untuk itu
peneliti yang akan datang dapat melakukan penelitian yang sama
dengan topik permasalahan pada penelitian ini. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
81
1.
Dalam
menyusun
angket
yang
akan
digunakan
untuk
3.
DAFTAR PUSTAKA
Pendekatan
Kuantitatif,