Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN.

I DENGAN
DENGUE HAEMORAGIK FEVER DI RUANG ANGGREK
RUMAH SAKIT KEPOLISIAN PUSAT
RADEN SAID SUKANTO
JAKARTA

DISUSUN OLEH :

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT POLPUS R.S. SUKANTO


JAKARTA
2008

BAB I
PENDAHULUAN

Dengue Haemorargik Fever ( DHF ) merupakan salah satu masalah


kesehatan di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung
meningkat dan penyebarannya bertambah luas.
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari ruang Anggrek Rumah
Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta dari bulan Januari
sampai Juni 2008 pasien DHF sebanyak 380 orang dengan persentasi 42,
8 % dari jumlah keseluruhan 887 pasien yang dirawat di ruang Anggrek
Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta.
Dengue Haemoragik fever ( DHF ) di Indonesia menjadi penyakit
dengan angka penderita tertinggi dan jika tidak dirawat dengan baik
berakhir dengan kematian. Penyebarannya melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti.
Meningkatnya angka penderita DHF, maka peran perawat sangat
dibutuhkan untuk mengurangi jumlah penderita DHF, yaitu mlelalui
tindakan promotif dengan memberikan penyuluhan kesehatan, tindakan
preventif dengan cara pencegahan terhadap penyakit DHF, tindakan
kuratifnya yaitu pemberian obat-obatan, pemberian cairan. Dan tindakan
rehabilitasi yaitu perawatan pasien dirumah.
Berdasarkan kompleksnya masalah yang terjadi dan pentingnya
perawatan pasien dengan DHF, maka penulis tertarik untuk menguraikan
tentang Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan DHF di Ruang
Anggrek Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta
untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak
dengan DHF yang sudah dilaksanakan di Ruang Anggrek Rumah Sakit
Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta?

BAB II
TINJAUAN
TEORITIS

Pengertian
Dengue Haemoragik Fever ( DHF ) merupakan penyakit yang
disebabkan karena virus dengue termasuk golongan Arbovirus
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Penyakit ini lebih
dikenal dengan Demam Berdarah Dengue ( DBD ) ( A. Aziz
Alimul Hidayat, 2006 ).

Penyebab
virus dengue ( group B Arthropodborne virus) ( Sri rezeki H.
Hadinegoro, dkk, 2005 ).

Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti lalu bereaksi dengan antibodi sehingga klien mengalami
gejala viremia seperti demam, anoreksia, mual, muntah, sakit kepala,
nyeri ulu hati dan nyeri otot, manifestasi perdarahan terjadi
pembesaran hati (hepatomegali) dan trombositopenia. Adanya reaksi
imunologi maka terbentuklah kompleks virus antibodi dalam sirkulasi
dan akan mengaktivasi sistem komplemen melepas antihistamin yang
dapat menyebabkan permeabilitas membran meningkat yang akan
menimbulkan kebocoran plasma. Kebocoran plasma dan perdarahan
dapat menimbulkan hipovolemik, apabila hipovolemia berlangsung
lama dapat menyebabkan hipotensi, syok, hipoksia jaringan, dan
kematian bila tidak segera diatasi dengan baik (Suriadi, dkk, 2006).
.

Manifestasi Klinik
demam mendadak 2-7 hari tanpa sebab yang jelas disertai
lemah
nafsu makan berkurang, muntah
nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut.

muncul perdarahan dibawah kulit, seperti : ptechie/ekimosis,


perdarahan gusi, epitaksis, perdarahan lambung, melena dan juga
hematuri massif
syok biasanya pada saat demam turun hari ke-3 dan ke-7
( Ngastiyah, 2005 ).

Komplikasi
edema paru dan gagal jantung
syok

Diagnosa keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, tidak nafsu makan
Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan keperawatan dimulai dari tanggal 23 25 Juni 2008.

Identitas :
Klien bernama An. I lahir 22 Oktober 2008, saat ini berusia 7
tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama Islam, Suku bangsa
Jawa, bahasa yang digunakan sehari-hari Indonesia, Pendidikan
sekolah dasar (SD). Klien tinggal di Kp. Petanian Rt 06/03 No.
16 Klender, Jakarta Timur.

Pengkajian Keperawatan

Data Subjektif
Klien mengatakan

lemas

umum lemah

bu klien mengatakan klien


Ibu klien mengatakan tahu

kesadaran

makan habis porsi

komposmentis
observasi

tentang DHF mengenai

TTV , TD : 100/80 mmHg, Nd :

pengertian, penyebab, tanda dan

88 x/menit, Sh : 36 o C,Rr : 22

gejala dan pencegahannya

x/menit

Klien mengatakan

sebelum sakit : 19 kg, BB

Klien mengatakan

sekarang : 17 kg, BB normal :


22 kg

sedihingin cepat pulang, ingin


bermain bola dengan teman-

BB

takut bila melihat perawat

makan

temannya

Data Objektif
Keadaan

habis porsi
Ibu klien

mukosa

mengatakan balitan infuse

bibir

belum diganti sejak pertama kali

unemis

masuk ( sudah 3 hari yang lalu )

kering,

konjungtiva
klien diam

dan kontak mata kurang saat


komunikasi dengan perawat

lidah kotor

hasil

uji

tourniquet ( - ), tidak timbul


ptechie
intake

cairan 3415 cc dan output


cairan 3491 cc, balance -76 cc
pemeriksaa

n lab hematologi hasil Hb : 11,3


g/dl, Leu : 6300 /ul, Ht : 38 %,
Tr : 71000 /ul
Terapi yang

diberikan Cefadroxyl tab 3 x


250 mg
terpasang

IVFD RL 18 tetes/menit di
tangan sebelah kiri, balutan
infus kotor
diit makan

lunak

Diagnosa keperawatan
Kurang

volume

cairan

berhubungan

dengan

peningkatan

permeabilitas dinding kapiler, ditandai dengan :


DS : Klien mengatakan lemas
DO:Keadaan umum lemah, Observasi TTV,hasil TD : 100/80 mmHg,
Nd : 88 x/menit, S

: 36 oC, Rr : 22 x/menit, Mukosa bibir

kering, Intake :3415 cc Output:3491 cc Balance: -76 cc,


Pemeriksaan lab, hasil Tr : 71000 /ul, Ht :34 %, Hb :11,3 g/dl

Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tujuan

:setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24

jam diharapkan kebutuhan cairan terpenuhi.


Kriteria hasil: ntake dan output cairan seimbang,Tr N (150000450000/ul), Ht N (40-48 %), Hb N (13-16 g/dl) dan mukosa bibir
lembab.
Rencana

- Observasi TTV setiap 4 jam.


Rasional : mengetahui keadekuatan volume sirkulasi.
- Kaji tanda-tanda kekurangan cairan : turgor kulit tidak elastis,
produksi urine menurun, mukasa bibir kering setiap 6 jam.
Rasional : mengetahui terjadinya kekurangan cairan.
- Anjurkan ibu untuk memberi banyak minum pada anak ( 25003000 cc/hari ).
Rasional : mencegah terjadinya kekurangan cairan.
- Monitor intake dan output cairan setiap 24 jam.
Rasional : memberikan pedoman untuk pemberian cairan.
- Monitor hasil laboratorium trombosit dan hematrokit setiap 24
jam.
- Berikan terapi cairan intravena IVFD RL 18 tetes/menit.
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi sampai masukan
oral dapat.
- Berikan terapi cefadroxyl tab 3 x 250 mg.
Rasional : sebagai pengobatan.
Implementasi :
Tanggal 23 Juni 2008 :

Pukul 10.55 WIB melakukan observasi TTV hasil : TD : 100/80


mmHg, Nd : 88 x/menit, Rr : 22 x/menit, S : 36o C,
pukul 11.05 WIB mengkaji tanda-tanda kekurangan cairan hasil :
mukosa bibir kering
pukul 11.15 WIB Memonitor intake dan output hasil : intake 3415
cc dan output 3491 cc balance -76 cc
pukul 12.15 WIB memberikan obat oral Cefadroxyl tab 250 mg
hasil : obat sudah diminum dan klien tidak muntah
pukul 14.30 WIB menganjurkan klien banyak minum hasil :
minum habis 150 cc
pukul 17.15 WIB memberikan obat oral Cefadroxyl tab 250 mg
hasil : obat sudah diminum dan klien tidak muntah.
Tanggal 24 Juni 2008 :
Pukul 05.15 WIB mengambil darah vena 3 cc untuk pemeriksaan
H2TL hasil darah vena sudah diambil 3 cc
pukul 06.00 WiB mengkaji tanda-tanda kekurangan cairan hasil :
mukosa bibir agak kering dan lemas klien berkurang
pukul 06.45 WIB melakukan observasi TTV hasil : TD : 95/60
mmhg, Nd : 82 x/ menit, Rr : 24 x/menit, S : 36 o C, pukul 07.00
memonitor intake dan output hasil : intake : 2665 cc dan output
1991 cc balance + 674 cc
pulul 07.15 WIB mengambil hasil pemeriksaan laboratorium
hasil : Hb : 11,7 g/dl, Leu : 7200 /ul, Ht : 36 %, Tr : 142000 /ul,
pukul 08.00 WIB menganjurkan klien banyak minum hasil :
minum habis 150 cc
pukul 10.30 WIB melepas infus ( hasil kolaborasi dengan dokter
kebutuhan cairan sudah terpenuhi sehingga infus dilepas ) hasil :
jarum infus sudah dilepas karena kebutuhan cairan sudah terpenuhi
dan tidak ada tanda-tanda infeksi
pukul 10.45 WIB mengkaji tanda-tanda kekurangan cairan hasil :
mukosa bibir lembab dan lemas klien berkurang
pukul 12.30 WIB klien pulang.
Evaluasi :
Tanggal 24 Juni 2008, pukul 07.30 WIB :
S : klien mengatakan lemas berkurang.

O : observasi TTV TD : 95/60 mmHg, Nd : 82 x/menit, Rr : 24


x/menit, S : 36 oC, intake 2665 cc, output : 1991 cc, balance : + 674
cc, mukosa bibir klien agak kering, pemeriksaan lab Tr : 142000 /ul
dan Ht : 36 %.
A : tujuan tercapai sebagian masalah belum teratasi.
P : tindakan keperawatan dilanjutkan.
Tanggal 24 Juni 2008, pukul 12.30 WIB :
S : klien mengatakan lemas berkurang.
O : hasil kolaborasi dengan dokter kebutuhan cairan sudah terpenuhi
sehingga infus dilepas, pemeriksaan lab Tr : 142000 /ul dan Ht : 36 %
dan mukosa bibir lembab dan lemas klien berkurang,
A : tujuan tercapai masalah teratasi ( klien pulang ).
P : tindakan keperawatan dihentikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pengkajian Keperawatan
Tanda dan gejala pada kasus tetapi tidak pada teori yaitu : mukosa
bibir kering, tidak timbul ptechie, uji tourniquet ( - ), intake dan
output tidak seimbang. Mukosa bibir kering, intake dan output tidak

seimbang muncul karena masih ada masalah kekurangan cairan yang


belum teratasi.
faktor penghambat :
klien merasa takut saat wawancara, terkesan kurang kooperatif.
Alternatif yaitu pendekatan sesering mungkin dengan klien.
faktor pendukung :
data yang didapat lengkap dan kerjasama dari klien dan keluarga
baik.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada teori tetapi tidak pada kasus : Perubahan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.


Diagnosa ini tidak muncul karena pada klien hanya terjadi
trombositopenia, perubahan perfusi jaringan hanya terjadi bila
perdarahan semakin meluas sehingga mengakibatkan kegagalan
sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit lembab dan dingin,
tekanan darah turun, gelisah, nadi cepat dan lemah.
Diagnosa pada kasus tidak ada pada teori : Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.


Diagnosa ini muncul karena data yang mendukung BB klien 17 kg,
sedangkan BB N 22 kg, keadaan umum

lemah, nafsu makan

menurun, makan hanya habis porsi. Hal ini dikategorikan


gangguan dan harus segera diatasi. Karena nutrisi berperan penting
bagi tubuh sebagai penghasil energi, bila seseorang tidak
mempunyai simpanan energi yang didapat dari nutrisi, seseorang
tidak akan dapat melakukan aktifitas.

Perencanaan Keperawatan
Pada kasus diagnosa prioritas kedua : gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
sedangkan pada teori perencanaan keperawatan diagnosa prioritas
kedua: perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
Diagnosa ini muncul karena data yang mendukung BB klien 17 kg,
sedangkan BB N 22 kg, keadaan umum lemah, nafsu makan menurun,

makan hanya habis porsi. Hal ini sudah dikategorikan gangguan


dan harus segera diatasi.
faktor penghambat :
secara keseluruhan tujuan pada kasus cukup efektif yang dilakukan
dalam waktu 1 x 24 jam sampai 3 x 24 jam. Hal ini karena
keterbatasan waktu dan kondisi pasien yang membaik. Alternatif yaitu
: memperhatikan kebutuhan dasar yang utama, bekerjasama dengan
perawat di ruangan dan tenaga kesehatan lainnya.
Faktor pendukung :
dalam menyusun perencanaan yaitu buku sumber, catatan medik
dan catatan keperawatan.

Pelaksanaan Keperawatan
Untuk diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler, dlakukan observasi TTV
dengan mengukur suhu tubuh klien. Sesudah pemakaian thermometer
sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan air sabun, air bersih dan
air lysol agar tidak terjadi infeksi silang, tetapi pelaksanaannya
pemakaian thermometer dipakai dari satu pasien ke pasien lain tanpa
dibersihkan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan keterbatasan
thermometer dan juga keterbatasan tenaga perawat diruangan.
faktor penghambat :
keterbatasan penulis tidak berada di ruangan

selama 24 jam

sehingga tidak semua implementasi dapat dilakukan, alternatif yang


dilakukan yaitu bekerjasama dengan perawat ruangan dan untuk
pelaksanaan rencana tindakan keperawatan penulis melihat catatan
keperawatan di ruangan.
faktor pendukung :
kerjasama dengan perawat ruangan dan dukungan dari sikap klien
dan keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan bersama penulis.

Evaluasi Keperawatan
Dari 5 diagnosa keperawatan yang muncul masalah sudah teratasi
sesuai dengan rencana tujuan dan masalah dapat di evaluasi dengan
efektif.

faktor pendukung
kerjasama yang baik antara penulis dengan perawat ruangan dan
yang utama antara penulis dengan klien dan keluarga .

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Tanda dan gejala pada kasus tetapi tidak pada teori data yang
didapat yaitu : mukosa bibir kering, tidak timbul ptechie, uji
tourniquet ( - ), intake dan output tidak seimbang

Diagnosa

pada teori tetapi tidak pada kasus : Perubahan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan


Pada kasus diagnosa prioritas kedua : gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
sedangkan pada teori perencanaan keperawatan diagnosa prioritas
kedua: perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
Untuk diagnosa kurang volume cairan berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler, dilakukan observasi TTV
dengan mengukur suhu tubuh klien. Sesudah pemakaian thermometer
sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan air sabun, air bersih dan
air lysol agar tidak terjadi infeksi
Dari 5 diagnosa keperawatan yang muncul masalah sudah teratasi
sesuai dengan rencana tujuan dan masalah dapat di evaluasi dengan
efektif.

Saran
Untuk perawat :
Dalam

melakukan

tindakan

keperawatan

perawat

sebaiknya

memperhatikan kebersihan alat untuk mencegah terjadinya infeksi


silang seperti dalam pemakaian thermometer sebaiknya dibersihkan
dahulu dengan menggunakan

air bersih, air sabun, dan air lysol

sebelum digunakan ke pasien lain.


Untuk mengurangi dampak hospitalisasi pada anak yang dirawat
sebaiknya lebih sering dilakukan pendekatan dengan klien seperti
mengajak klien bercerita mengenai hobynya atau sekolahnya agar
terbina hubungan saling percaya.

Anda mungkin juga menyukai