Anda di halaman 1dari 7

Resume Buku

Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah

Judul : Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah


Pengarang : Fathi Yakan
Penerjemah : Khozin Abu Faqih, Lc
Penerbit : Al Itishom Cahaya Umat (Cetakan Kesembilan, April 2007)
Pengantar : Abu Ridho
BAGIAN PERTAMA
FENOMENA BERJATUHAN DI MASA KENABIAN

Perang Tabuk tidak diikuti oleh beberapa orang munafiq dan 3 orang muslimin (Kaab bin
Malik, Murarah bin Rabi, dan Hilal bin Umayyah) sehingga Rasulullah membiarkan dalih dari
orang-orang munafiq dan menghukum 3 orang muslimin tadi dengan melarang para sahabat
berbicara dengan mereka.

Kaab bin Malik tidak mengikuti Perang Tabuk tanpa alasan (udzur) dan berkata jujur kepada
Rasulullah sementara munafiq yang lain beralasan dengan sumpah-sumpah, sehingga Kaab
beserta dua muslimin lainnya dihukum oleh Rasulullah dan ditangguhkan taubatnya hingga
terasa sempit bumi bagi mereka dan jiwa mereka pun telah sempit serta mengetahui bahwa
tidak ada tempat lari dari siksa Allah kecuali kepada-Nya.

Saat Rasulullah akan berangkat ke Mekkah, Hathib bin Abi Baltaah mengirimkan sepucuk
surat kepada orang-orang Quraisy untuk memberitahukan hal tersebut melalui seorang wanita.
Peristiwa ina dianggap sebagai pembocoran rahasia dan pengkhianatan besar, sehingga muncul
sikap antipasti dari massa dan sikap pemaaf dari Rasulullah.

Sebagian orang-orang munafiq berpura-pura menampakkan keislamannya, bermaksud


memecah belah barisan kaum muslimin dengan membangun masjid yang nampak penuh kasih
sayang, padahal hakikatnya adalah tipu muslihat, maka Rasulullah menginstruksikan agar
Masjid Dlirar tersebut dirobohkan.

Para pembohong dan penghasut dari kalangan munafiqin berusaha mencemarkan


kehormatan Rasulullah dengan menyebarkan fitnahsaat melihat Aisyah r.a. datang berdua
bersama Ibnu Muathal. Rasulullah berpaling dari Aisyah karenanya dan Al Quran memberikan
bantahan atas gossip tersebut. Sang pembawa berita gosip Hassan bi Tsabit berserta
shabatnya, Abdullah bin Ubay beserta rekan-rekannya, ikut andil pula Hamnah binti Jahsy
(saudari istri Rasulullah, Zainab binti Jahsy) dan Misthah (Bibi Abu Bakar). Abu Bakar berniat
menghentikan nafkah kepada Misthah, tapi Allah melarang menghentikan nafkah kepada
kerabat dan memerintahkan untuk memaafkannya, karena Allah Maha Pengampun.

Rasulullah mengutus Abu Lubabah bin Abdul Mundzir untuk menemui tokoh Bani Quraidloh
setelah mereka melakukan pengkhianatan, tetapi Abu Lubabah melakukan pengkhianatan
kepada Rasulullah, marah terhadap diri sendiri, dan menyesal, hingga mengikat dirinya pada
salah satu tiang masjid sebagai tebusan hinga enam malam dan taubatnya diterima oleh Allah.

Fenomena berguguran di masa permulaan Islam sangat terbatas dan kebanyakan berakhir
dengan kesadaran pelakunya untuk bertaubat.

Hal ini menggambarkan kejernihan hati , kebersihan tujuan, kemurnian pembawaan, dan
keinginan kuat untuk menjaga kesatuan barisan dan komitmen pada jamaah serta sikap seluruh
anggota jamaah dalam mengingkari orang-orang yang keluar dari aturan jamaah.

Saat ini medan perjuangan Islam banyak menyaksikan model manusia yang bila berbeda
pendapat berubah menjadi buas, kejam, penuh dengki, dan pendendam.

Rusaknya sifat amanah, timbulnya ambisi kekuasaan, minimnya kesetiaan, pengingkaran


terhadap kebaikan, pergunjingan dan adu domba, kebencian dan iri hati, bangga diri, ekstrem,
serta berbagai penyakit yang lain menggerogoti dan meracuni bangunan Islam yang bermula
pada penyimpangan pendidikan dan buruknya kepribadian.

At-Thabrani meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah r.a., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya (Islam) ini agama yang kuridhai untuk diriku, dan tak layak baginya kecuali
kedermawanan dan baiknya akhlaq, maka muliakanlah agama ini dengan kedua akhlaq tersebut
selama kau masih bersamanya.

BAGIAN KEDUA
SEBAB-SEBAB TASAQUTH

Pertama
Sebab-sebab yang bersumber dari Pergerakan
1. Lemahnya Aspek Tarbiyah
Aspek tarbiyah atau pendidikan terkadang mendapat posisi yang terbatas jika dibandingkan
dengan administrasi organisasi dan politik. Situasi ini mengakibatkan sifat beku dan kering yang
selalu menimbulkan ketegangan dan perasaan sensitif. Ia tidak menyadari bahwa kehampaan
jiwa dan ruhnya, kemunduran tarbiyahnya serta kerapuhan iman menghantui dalam
kehidupannya. Padahal Islam mengharuskan umatnya untuk selalu memperhatikan diri, merasa
selalu dipantau oleh Robbnya, menjaga perilakunya, dan menyuburkan keimanannya. Karena
itu, manhaj(metode) pembinaan harus selalu dikaji, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan
situasi yang dilalui oleh pergerakan. Ikatan individu dengan pergerakan harus dibangun di atas
ikatannya dengan Allah dan ajaran Islam. Karena pergerakan hanya sarana, bukan tujuan.
Ambisi pribadi dan egoisme haruslah terlebur untuk mencapai tujuan Islam. Termasuk dalam
amal, Allah tidak menerima segala amal yang dengannya ia disekutukan (riya atau beramal
karena Allah bersamaan dengan ingin dipuji orang).
2. Tidak Proporsional dalam Memosisikan Anggota
Pergerakan yang profesional dan matang adalah pergerakan yang mengetahui kemampuan,
kecenderungan, dan bakat para anggotanya. Juga, mengenal titik-titik kekuatan dan kelemahan
mereka. Serta mampu merencanakan aktivitasnya pada program yang teruji dan terencana
dengan skala prioritas.
Lembaga pergerakan harus menentukan langkah sebanding dengan potensi yang dimiliki agar
tidak lepas kendali, terkontrol, dan sesuai kapasitasnya. Proses pemilihan posisi yang sesuai
bagi anggota harus didasarkan pada studi yang teliti, mendalam, dan jauh dari sifat karbitan,
emosional serta ketegasan. Pergerakan harus memulai dengan menentukan marhalah yang
dilalui dan memahami hal-hal yang dibutuhkannya. Dan setiap marhalah harus disediakan
sumber dayanya.
3. Tidak Memberdayakan Semua Anggota
Aktivitas yang menumpuk pada kelompok tertentu sedangkan kelompok mayoritas lain tidak
mendapat tugas, sementara waktu terus berjalan, akal dan hati pun berubah-ubah , anggota
pergerakan merasa tidak produktif karena lemahnya ikatan keanggotaan. Di sisi lain, berbagai
daya tarik, kesibukan, dan pesona yang beraneka ragam membayang di depannya, akhirnya,
semangat dan motivasi jihad yang ada dalam hatinya melemah, lantas ia menghilang dari
pentas dakwah, dan terhanyut dalam arus masyarakat serta kesiasiaan yang ada di dalamnya.
4. Lemahnya Kontrol
Sebagaimana umumnya manusia, anggota pergerankan juga menghadapi situasi sulit dan
aneka masalah. Baik masalah kejiwaan, keluarga, ekonomi atau lainnya. Agar mampu
mengontrol anggotanya, maka lembaga pergerakan harus menyeimbangkan perluasan daerah
dan penambahan anggota dengan penyediaan jaringan kepemimpinan yang (dalam kondisi

apapun) mampu menguasai massa, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan mereka yang terus
berkembang.
Hubungan antar anggota dalam lembaga haruslah sebagaimana sabda Rasulullah, bahwa
orang-orang mukmin adalah perumpamaan satu tubuh, apabila salah satu sakit maka timbul
simpati dan sakitlah semuanya.
Kontrol dapat dilakukan secara struktural, melalui seluruh jaringan dan dari sisi persaudaraan,
melalui individu-individu.
5. Kurang Sigap dalam Menyelesaikan Persoalan
Sebuah masalah terkadang mulanya dipicu oleh persoalan yang kecil dan terbatas.tetapi, bila
dibiarkan akan menjadi besar dan menyebabkan munculnya maslah lain. Terkadang suatu
masalah hanya membutuhkan tidak lebih dari satu kata, satu keputrusan, satu kunjungan, sekali
pertemuan, sekali pemberian maaf sekali teguran, sekali nasehat, sekali bantuan, sekali
penjelasan, sekali pengungkapan, atau hal-hal sederhana lainnya. Tapi ketika persoalan itu
dibiarkan dan ditangguhkan, maka akan banyak menyedot energi dan waktu.
Ketidaksigapan pergerakan dalam menyelesaikan masallah disebabkan oleh beberapa hal:
Jajaran pimpinan yang tidak mampu memberikan solusi yang tepat dan cepat
Rutinitas yang melalui alur struktural yang rumit dalam menyelesaikan masalah
Luasnya basis massa, minimnya pemimpin, dan kuranya kemampuan pemimpin dalam
memenuhi tuntutan
6. Konflik Internal
Sebab-sebab munculnya konflik internal, antara lain :
Lemahnya pemimpin dalam mengendalikan barisan dan mengatur berbagai urusan
Adanya tangan-tangan tersembunyi dan kekuatan eksternal yang sengaja mengobarkan fitnah
Perbedaan watak dan kecenderungan antar anggota yang disebabkan ketidak singkronan
antara tarbiyah dan lingkungan
Persaingan untuk mendapatkan kedudukan atau posisi struktural maupun politis
Tidak adanya komitmen pada kebajikan, kaidah-kaidah serta prinsip prinsip pergerakan,
ketidaktaatan pada keputusan jajaran pimpinan, dan munculnya sikapsikap infradi (mengabaikan sistem syara)
Kosongnya aktivitas dan mandulnya produktivitas, padahal keduanya seharusnya menjadi
kesibukan satu-satunya para aktivis dakwah dan penguras tenaga mereka.
6. Pemimpin yang Lemah
Faktor lemahnya pemimpin
Lemahnya daya nalar dan intelektual
Lemahnya kemampuan strutural
Sifat-sifat yang harus dimiliki Pemimpin Pergerakan
Mengenal Dakwah
Mengenal Diri

Perhatian yang Utuh


Teladan yang Baik
Pandangan yang Tajam
Kemauan yang Kuat
Fitrah yang Mengundang Simpati
Optimisme
Kedua
Sebab-sebab yang Bersumber dari Individu
1. Waktu yang Indisipliner
Ada beberapa orang yang tertarik pada pergerakan dalam situasi tertentu, atau karena suatu
sebab tertentu sehingga diantara mereka tak mampu beradaptasi dengan kebijakan
pergerakan, serta tidak mampu mendengar dan taat kepadanya. Diantaranya ada dua
penyebab:
Tidak siap memikul beban tugas struktural
Engan meleburkan diri dalam bangunan jamaah dan berkeinginan kuat menjaga
kepribadiannya
2. Takut Mati dan Miskin
Setan akan menakut-nakuti mengancam, dan memberikan angan-angan kosong mereka
kepada pelaku dakwah:
Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-anagan kosong
kepada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan
belaka (An-Nisaa: 120)
3. Sikap Ekstrem dan Berlebihan
Orang yang membebani diri melebihi kemampuannya, tidak menerima sikap moderat, dan
bersikeras untuk berlebih-lebihan dalam segala hal, pasti akan mengalami frustasi kejiwaan dan
keimanan. Sesungguhnya, jiwa manusia itu lemah.
Mungkin ia mampu memikul kewajiban di satu waktu, tetapi tidak mempu memikulnya dalam
semua waktu. Terkadang secara bertahap ia mampu memikulnya sekaligus. Ini menunjukkan
bahwa kemampuan manusia tidaklah sama.
4. Sikap Mempermudah dan Menganggap Enteng
Orang yang mempermudah pelaksanaan hukum Allah swt. Dan menganggap enteng komitmen
pada hukum-hukum syariat, akan merasa termotivasi untuk bersikap longgar dalam suatu
msalah pada awalnya, lalu meningkat pada hal-hal besar, hingga setan menguasainya.
Dari Ana ra. Ia berkata, Sesungguhnya kamu melakukan beberapa amalan (dosa) yang
menurut pandangan mata kamu lebih halus daripada rambut, sedang kami pada masa
RAsulullah saw. mengannggapnya sebagai hal-hal yang membinasakan. (HR Bukhari)

5. Ghurur dan Senang Tampil


Orang yang suka tampil, menyombongkan diri, hingga tidak dapat mengenal hakikat dirinya,
membutuhkan teguran keras yang dapat membangunkannya sebelum terlambat. Para aktivis
dakwah harus memahami, bahwa orang-prang seperti itu tidak layak memikul amanah dakwah.
Seorang daI perlu duduk-duduk bersama dengan jamaahnya, bersikap tawadlu, memberi
pelayanan, dan lemah lembut terhadap mereka, serta menerima kritik dan nasehat dari mereka.
6. Cemburu Terhadap Orang Lain
Cemburu terhadap orang-orang yang terdepan, terpandang, sukses, dan dikaruniai keahlian
yang tidak dimiliki orang lain menjadi hal yang sering dicemburui. Padahal setiap aktivis dakwah
harusnya memahami bahwa faktor kecerdasan, pengetahuan, kemampuan menulis dan
berceramah yang bertingkat-tingkat, yang membuat para aktivis dakwah berbeda dalam
produktivitas, pengaruh, dan interaksi merupakan hal yang lumrah. Hal ini seperti yang
dicontohkan melalui kisah Qabil dan Habil.
7. Fitnah Senjata
Berikut adalah berbagai kerancuan yang terkait dengan penggunaan kekuatan, yang masih
menjadi perselisihan di kalangan para aktivis :
Tidak Jelasnya Tujuan Pembentukan Kekuatan
Tujuan pembentukan kekuatan (apapun terbentuknya) adalah agar terealisasinya perubahan
Islami, terlaksananya perintah Allah, diterapkannya syariat, dan dimulainya kehidupan Islami.
Tidak Memenuhi Syarat Penggunaan Kekuatan :

Mengoptimalkan penggunaan sarana-sarana lain terlebih dahulu, sehingga penggunaan


kekuatan fisik menjadi penyelesaian terakhir

Menyerahkan persoalan pada kebijakan imam dan jamaatulmuslimin (Khilafah Islam), bukan
pada perorangan atau masyarakat umum

Tidak mengundang kerusakan atau fitnah

Tidak melanggar kebijakan syariat

Disesuaikan dengan skala prioritas

Dipersiapkan dengan benar dan matang

Tidak gegabah dan reaksioner

Tidak menjerumuskan umat Islam pada pertarungan yang tidak seimbang

Ketiga
Sebab-sebab Eksternal

1. Tekanan Tribulasi (Penyiksaan Fisik)


Al-Quran menyatakan dengan tegas bahwa tribulasi pasti terjadi dalam kehidupan orang-orang
yang beriman (Al Ankabut : 1-3). Ada diantara mereka yang teguh dan sabar dalam
menhadapinya (Ali Imran : 173). Di antara mereka juga ada yang lemah, tidak mampu bertahan,
dan akhirnya gugur dan menghilang (Al Ankabut : 10-11). Dan bahwa ujian ini adalah
keniscayaan dan tidak dapat dielakkan (Ali Imran : 186)
2. Tekanan Keluarga
Allah telah memperingatkan dalam surat At Taubah : 24 agar kita tetap teguh dan tegar dalam
jihad.
3. Tekanan Lingkungan
Faktor yang menyebabkan seseorang kalah dengan lingkungan :
Dasar pembinaan yang tidak benar
Komitmen ketika di lingkungannya di dorong rasa malu, taklid, dan ikut-ikutan bukan berdasar
kesadaran, kepahaman, dan keimanan
Di lingkungan kedua ia meninggalkan dunia dakwah dan para aktivisnya lalu kembali ke
lingkungan jahiliyah dan bergaul dengan teman-teman yang buruk
4. Tekanan Gerakan Dekstruktif
Keragaman dalam perjuangan Islam tidak dianggap sebagai fenomena sehat, karena
dampaknya terhadap perjuangan Islam sangat merugikan. Para pemuda yang masih belia
terkadang tidak mampu bertahan menghadapi gempuran propaganda yang mendiskreditkan
pergerakan Islam, karena pembinaannya belum sempurna dan keimanannya belum kuat. Ada
juga pergerakan-pergerakan yang memfokuskan perhatian pada bidang-bidang tertentuhingga
terkesan dialah yang paling mampu dalam bidang tersebut, tanpa memperhatikan kelemahan
dan kebangkrutannya di bidang lain.
5. Tekanan dari Figuritas
Hal ini dapat diakibatkan penyakit ujub (bangga diri), ghurur (tertipu), terlalu mencintai diri
sendiri, sombong, dan egois.

Anda mungkin juga menyukai