Perang Tabuk tidak diikuti oleh beberapa orang munafiq dan 3 orang muslimin (Kaab bin
Malik, Murarah bin Rabi, dan Hilal bin Umayyah) sehingga Rasulullah membiarkan dalih dari
orang-orang munafiq dan menghukum 3 orang muslimin tadi dengan melarang para sahabat
berbicara dengan mereka.
Kaab bin Malik tidak mengikuti Perang Tabuk tanpa alasan (udzur) dan berkata jujur kepada
Rasulullah sementara munafiq yang lain beralasan dengan sumpah-sumpah, sehingga Kaab
beserta dua muslimin lainnya dihukum oleh Rasulullah dan ditangguhkan taubatnya hingga
terasa sempit bumi bagi mereka dan jiwa mereka pun telah sempit serta mengetahui bahwa
tidak ada tempat lari dari siksa Allah kecuali kepada-Nya.
Saat Rasulullah akan berangkat ke Mekkah, Hathib bin Abi Baltaah mengirimkan sepucuk
surat kepada orang-orang Quraisy untuk memberitahukan hal tersebut melalui seorang wanita.
Peristiwa ina dianggap sebagai pembocoran rahasia dan pengkhianatan besar, sehingga muncul
sikap antipasti dari massa dan sikap pemaaf dari Rasulullah.
Rasulullah mengutus Abu Lubabah bin Abdul Mundzir untuk menemui tokoh Bani Quraidloh
setelah mereka melakukan pengkhianatan, tetapi Abu Lubabah melakukan pengkhianatan
kepada Rasulullah, marah terhadap diri sendiri, dan menyesal, hingga mengikat dirinya pada
salah satu tiang masjid sebagai tebusan hinga enam malam dan taubatnya diterima oleh Allah.
Fenomena berguguran di masa permulaan Islam sangat terbatas dan kebanyakan berakhir
dengan kesadaran pelakunya untuk bertaubat.
Hal ini menggambarkan kejernihan hati , kebersihan tujuan, kemurnian pembawaan, dan
keinginan kuat untuk menjaga kesatuan barisan dan komitmen pada jamaah serta sikap seluruh
anggota jamaah dalam mengingkari orang-orang yang keluar dari aturan jamaah.
Saat ini medan perjuangan Islam banyak menyaksikan model manusia yang bila berbeda
pendapat berubah menjadi buas, kejam, penuh dengki, dan pendendam.
At-Thabrani meriwayatkan dari Jabir bin Abdillah r.a., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya (Islam) ini agama yang kuridhai untuk diriku, dan tak layak baginya kecuali
kedermawanan dan baiknya akhlaq, maka muliakanlah agama ini dengan kedua akhlaq tersebut
selama kau masih bersamanya.
BAGIAN KEDUA
SEBAB-SEBAB TASAQUTH
Pertama
Sebab-sebab yang bersumber dari Pergerakan
1. Lemahnya Aspek Tarbiyah
Aspek tarbiyah atau pendidikan terkadang mendapat posisi yang terbatas jika dibandingkan
dengan administrasi organisasi dan politik. Situasi ini mengakibatkan sifat beku dan kering yang
selalu menimbulkan ketegangan dan perasaan sensitif. Ia tidak menyadari bahwa kehampaan
jiwa dan ruhnya, kemunduran tarbiyahnya serta kerapuhan iman menghantui dalam
kehidupannya. Padahal Islam mengharuskan umatnya untuk selalu memperhatikan diri, merasa
selalu dipantau oleh Robbnya, menjaga perilakunya, dan menyuburkan keimanannya. Karena
itu, manhaj(metode) pembinaan harus selalu dikaji, serta disesuaikan dengan kebutuhan dan
situasi yang dilalui oleh pergerakan. Ikatan individu dengan pergerakan harus dibangun di atas
ikatannya dengan Allah dan ajaran Islam. Karena pergerakan hanya sarana, bukan tujuan.
Ambisi pribadi dan egoisme haruslah terlebur untuk mencapai tujuan Islam. Termasuk dalam
amal, Allah tidak menerima segala amal yang dengannya ia disekutukan (riya atau beramal
karena Allah bersamaan dengan ingin dipuji orang).
2. Tidak Proporsional dalam Memosisikan Anggota
Pergerakan yang profesional dan matang adalah pergerakan yang mengetahui kemampuan,
kecenderungan, dan bakat para anggotanya. Juga, mengenal titik-titik kekuatan dan kelemahan
mereka. Serta mampu merencanakan aktivitasnya pada program yang teruji dan terencana
dengan skala prioritas.
Lembaga pergerakan harus menentukan langkah sebanding dengan potensi yang dimiliki agar
tidak lepas kendali, terkontrol, dan sesuai kapasitasnya. Proses pemilihan posisi yang sesuai
bagi anggota harus didasarkan pada studi yang teliti, mendalam, dan jauh dari sifat karbitan,
emosional serta ketegasan. Pergerakan harus memulai dengan menentukan marhalah yang
dilalui dan memahami hal-hal yang dibutuhkannya. Dan setiap marhalah harus disediakan
sumber dayanya.
3. Tidak Memberdayakan Semua Anggota
Aktivitas yang menumpuk pada kelompok tertentu sedangkan kelompok mayoritas lain tidak
mendapat tugas, sementara waktu terus berjalan, akal dan hati pun berubah-ubah , anggota
pergerakan merasa tidak produktif karena lemahnya ikatan keanggotaan. Di sisi lain, berbagai
daya tarik, kesibukan, dan pesona yang beraneka ragam membayang di depannya, akhirnya,
semangat dan motivasi jihad yang ada dalam hatinya melemah, lantas ia menghilang dari
pentas dakwah, dan terhanyut dalam arus masyarakat serta kesiasiaan yang ada di dalamnya.
4. Lemahnya Kontrol
Sebagaimana umumnya manusia, anggota pergerankan juga menghadapi situasi sulit dan
aneka masalah. Baik masalah kejiwaan, keluarga, ekonomi atau lainnya. Agar mampu
mengontrol anggotanya, maka lembaga pergerakan harus menyeimbangkan perluasan daerah
dan penambahan anggota dengan penyediaan jaringan kepemimpinan yang (dalam kondisi
apapun) mampu menguasai massa, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan mereka yang terus
berkembang.
Hubungan antar anggota dalam lembaga haruslah sebagaimana sabda Rasulullah, bahwa
orang-orang mukmin adalah perumpamaan satu tubuh, apabila salah satu sakit maka timbul
simpati dan sakitlah semuanya.
Kontrol dapat dilakukan secara struktural, melalui seluruh jaringan dan dari sisi persaudaraan,
melalui individu-individu.
5. Kurang Sigap dalam Menyelesaikan Persoalan
Sebuah masalah terkadang mulanya dipicu oleh persoalan yang kecil dan terbatas.tetapi, bila
dibiarkan akan menjadi besar dan menyebabkan munculnya maslah lain. Terkadang suatu
masalah hanya membutuhkan tidak lebih dari satu kata, satu keputrusan, satu kunjungan, sekali
pertemuan, sekali pemberian maaf sekali teguran, sekali nasehat, sekali bantuan, sekali
penjelasan, sekali pengungkapan, atau hal-hal sederhana lainnya. Tapi ketika persoalan itu
dibiarkan dan ditangguhkan, maka akan banyak menyedot energi dan waktu.
Ketidaksigapan pergerakan dalam menyelesaikan masallah disebabkan oleh beberapa hal:
Jajaran pimpinan yang tidak mampu memberikan solusi yang tepat dan cepat
Rutinitas yang melalui alur struktural yang rumit dalam menyelesaikan masalah
Luasnya basis massa, minimnya pemimpin, dan kuranya kemampuan pemimpin dalam
memenuhi tuntutan
6. Konflik Internal
Sebab-sebab munculnya konflik internal, antara lain :
Lemahnya pemimpin dalam mengendalikan barisan dan mengatur berbagai urusan
Adanya tangan-tangan tersembunyi dan kekuatan eksternal yang sengaja mengobarkan fitnah
Perbedaan watak dan kecenderungan antar anggota yang disebabkan ketidak singkronan
antara tarbiyah dan lingkungan
Persaingan untuk mendapatkan kedudukan atau posisi struktural maupun politis
Tidak adanya komitmen pada kebajikan, kaidah-kaidah serta prinsip prinsip pergerakan,
ketidaktaatan pada keputusan jajaran pimpinan, dan munculnya sikapsikap infradi (mengabaikan sistem syara)
Kosongnya aktivitas dan mandulnya produktivitas, padahal keduanya seharusnya menjadi
kesibukan satu-satunya para aktivis dakwah dan penguras tenaga mereka.
6. Pemimpin yang Lemah
Faktor lemahnya pemimpin
Lemahnya daya nalar dan intelektual
Lemahnya kemampuan strutural
Sifat-sifat yang harus dimiliki Pemimpin Pergerakan
Mengenal Dakwah
Mengenal Diri
Menyerahkan persoalan pada kebijakan imam dan jamaatulmuslimin (Khilafah Islam), bukan
pada perorangan atau masyarakat umum
Ketiga
Sebab-sebab Eksternal