4. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berujud konsolidasi pemanfaatan tanah
melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu
kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil (Pasal 1 PP No. 16 Tahun 2004
tentang Penatagunaan Tanah). Tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentukan alami maupun buatan manusia. Pemanfaatan tanah adalah kegiatan
untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya.
Sedangkan pengertian penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang,
kelompok orang atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU No. 5 Tahun 1960 pengertian bumi, selain
permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi dibawahnya serta yang berada dibawah air.
Sedangkan tanah menurut PP 16 Tahun 2004 ialah wujud tutupan permukaan bumi baik yang
merupakan bentukan alami maupun buatan manusia.
Penatagunaan tanah merupakan bagian dari sub sistem penataan ruang wilayah yang
dituangkan dalam rencana tata ruang wilayah. Rencana tata ruang wilayah ialah hasil
perencanaan tata ruang berdasarkan aspek administrative dan atau aspek fungsional yang
telah ditetapkan.
a.
Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah yang disebut juga pola
mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan
d.
ekonomis
yang
sebesar-besarnya
kepada
orang
yang
menggunakan/
tanah bukan milik masyarakat sekarang saja, tetapi tanah milik dari masyarakat dulu
masyarakat sekarang dan masyarakat yang akan datang).
2.Optimal
Pemanfaatan tanah harus mendatangkan hasil atau keuntungan ekonomis yang
setinggi-tingginya.
3.Serasi dan seimbang
Suatu ruang atas tanah harus dapat menampung berbagai macam kepentingan pihakpihak, sehingga dapat dihindari adanya pertentangan atau konflik dalam penggunaan tanah.
Asas tata guna tanah untuk daerah perkotaan (urban land use planning)
1.Aman
Maksudnya aman dari: bahaya kebakaran, dari tindak kejahatan, bahaya banjir,
bahaya kecelakaan lalu lintas dan aman dari ketunakaryaan.
2.Tertib
Maksudnya tertib dalam bidang pelayanan, dalam penataan wilayah perkotaan, dalam
lalu lintas, dan dalam hukum.
3.Lancar
Maksudnya lancar dalam pelayanan, lancar berlalu lintas, dan lancar dalam
komunikasi.
4.Sehat
Maksudnya sehat dari segi jasmani dan sehat dari segi rohani.
Sedangkan asas penatagunaan tanah menurut PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah ialah keterpaduan, berdayaguna dan berhasilguna, serasi, selaras, seimbang,
berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum (Pasal 2).
5. KEDUDUKAN PGT DI DALAM PEMBANGUNAN DI BIDANG PERTANAHAN
Saat ini tanah merupakan resource yang memiliki posisi strategis dalam kontek
pembangunan nasional. Segala bentuk pembangunan hampir seluruhnya memerlukan tanah
untuk aktifitasnya. Dalam kaitan tersebut, diperlukan upaya untuk lebih meningkatkan peran
penatagunaan tanah untuk dapat mewujudkan pembangunan yang sustainable.
Seperti yang telah dimaklumatkan dalam Pasal 1, PP No. 16/2004 Tentang
Penatagunaan Tanah, yang dimaksudkan penatagunaan tanah adalah sama dengan pola
pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait
dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara
adil. Penatagunaan tanah ini merujuk pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
yang telah ditetapkan seperti tercantum pada pasal 3 mengenai tujuan dari penatagunaan
tanah. Dari sini dapat kita telaah bahwasannya, penatagunaan tanah merupakan ujung tombak
dalam mengimplementasikan RTRW di lapangan. Hal ini didasarkan bahwa, dalam setiap
jengkal tanah, pada hakekatnya telah melekat hak kepemilikan tanah. Sehingga untuk
mewujudkan RTRW dalam setiap jengkal tanah mau tidak mau harus berinteraksi dengan
pemegang hak atas tanah tersebut.
Posisi penatagunaan tanah juga semakin jelas seperti yang termaktub dalam Pasal 33
UU No.26/2007 Tentang Penataan Ruang, dimana pemanfaatan ruang mengacu pada rencana
tata ruang yang dilaksanakan dengan penatagunaan tanah, penatagunaan air, dan
penatagunaan udara. Pada hakekatnya, tanah sebagai unsur yang paling dominan dalam
penataan ruang, telah dilandasi dengan PP, memiliki peran yang paling strategis dalam
mewujudkan penataan ruang. Namun demikian, penatagunaan tanah belum begitu dilibatkan
dalam proses penyusunan, implementasi maupun pengawasan penataan ruang. Menurut saya,
proses penataan ruang di Indonesia saat ini memang pada level yang bervariasi. Namun
demikian, secara umum dapat dilihat bahwa, penataan ruang masih bergerak dilevel dasar,
yaitu proses euphoria penyusunan tata ruang. Hal ini terbukti dari banyaknya tata ruang yang
tidak dilaksanakan di lapangan. Seharusnyalah, mulai sekarang, kita bersama-sama harus
lebih memikirkan juga bagaimana implementing di lapangan.
Penatagunaan tanah memiliki dua peran utama dalam mewujudkan rencana tata ruang
guna kepentingan masyarakat secara adil. Pertama, peran secara makro, penatagunaan tanah
bersama-sama dengan instansi lain baik pusat maupun daerah, bekerja sama untuk
merumuskan kebijakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
Hal ini terwujud dalam pembentukan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)
maupun didaerah (BKPRD). Perlu diketahui bahwa sampai dengan hari ini, penatagunaan
tanah yang diemban oleh Badan Pertanahan Nasional (Direktorat Penatagunaan Tanah),
masih merupakan instansi vertikal. Kondisi ini lebih memudahkan kontrol maupun
koordinasi antara penatagunaan tanah nasional maupun daerah. Selain itu penatagunaan tanah
juga bertugas untuk menyusun neraca penatagunaan tanah. Di dalam neraca ini terdapat
evalusai kesesuaian RTRW dengan penggunaan tanah saat ini, serta ketersediaan tanah untuk
pembangunan didasarkan pada RTRW, penggunaan, dan penguasaan tanah. Neraca ini
tentunya sangat berguna dalam revisi dan evaluasi RTRW.
b.
Tekanan dari komoditas pertanian dari luar negeri akibat dibukanya mekanisme impor
Terfragmentasinya lahan pertanian yang didorong dengan laju konversi lahan pertanian
2)
3)
4)
lingkungan.
Point 1) ini biasanya sering diabaikan yaitu perubahan fungsi dari tanah pertanian menjadi
tanah kering untuk lokasi perusahaan. Perubahan yang demikian biasanya didasarkan pada
pertimbangan:
Kepentingan nasional memang menghendaki perubahan tanah pertanian menjadi lokasi
perusahaan.
Perubahan ini harus mendatangkan keuntungan ekonomis yang lebih tinggi
Perusahaan yang bersangkutan harus dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin.
Sedapat mungkin digunakan tanah-tanah yang tidak atau kurang produktif.
Hendaknya dihindari pemindahan penduduk yang tanahnya masuk dalam lokasi proyek.
Harus memperhatikan persyaratan untuk mencegah terjadinya pengotoran/pencemaran
lingkungan.
d. Penetapan luas tanah yang diperlukan
Ditentukan bahwa luas tanah yang diperlukan luasnya disesuaikan dengan kebutuhan
yang nyata artinya kebutuhan yang benar-benar diperlukan untuk menyelenggarakan
usahanya dan kemungkinan perluasan usahanya dikemudian hari. Penetapan luas tanah yang
diperlukan perusahaan harus dilakukan secara tepat dan cermat, hal ini untuk menghindari
akibat-akibat yang tidak baik:
1) Luas tanah yang diberikan melebihi luas yang benar-benar diperlukan.
Ini mengakibatkan ada sebagian tanah yang tidak dimanfaatkan/ditelantarkan dimana hal ini
bertentangan dengan asas optimal dan fungsi sosial hak atas tanah.
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut terkandung prinsip-prinsip sebagai
berikut:
Bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai oleh negara.
Bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia harus menggunakan
UU No. 51 Prp Tahun 1960 tentang Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang berhak atau kuasanya.
Instruksi Mendagri No. 2 Tahun 1982 tertanggal 30 Januari 1982
Keputusan Mendagri No. 268 Tahun 1982 tertanggal 17 Januari 1982
PP No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Menurut Mieke Komar Kantaatmadja, selain aspek-aspek tujuan penataan ruang,
penatagunaan tanahpun harus mengacu pada kebijaksanaan dasar mengenai pertanahan yang
terkandung dalam UUPA dan undang-undang lain yang berkaitan dengan penggunaan tanah.
Dasar-dasar penatagunaan tanah itu adalah:
a)
yang sifatnya dinamis, karena penatagunaan tanah bersifat dinamis dan sibernetik;
Penyelenggaraan penatagunaan tanah merupakan tugas pemerintah pusat yang
pelaksanaannya di daerah berdasarkan dekonsentrasi atau medebewind.
Salah satu sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan tata guna tanah adalah
terjadinya penatagunaan tanah yang terdapat di perkotaan dan pedesaan sehingga akan
muncul suatu konsep penataan tanah yang baik serta serasi dari aspek lingkungan. Konsep
yang dimaksud untuk menata penggunaan tanah di perkotaan dan pedesaan ialah Konsolidasi
Tanah.
Sumber:
http://dokumen.tips/download/link/tata-guna-tanah-559393d0aa01e
diakses
tanggal
27
diakses tanggal