Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keaadan kehilangan kendalinya perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri,orang lain,atau lingkungan.perilaku kekerasan pada diri
sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membirkan diri dalam bentuk pen
elantaraan diri.perilakukekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk m
elukai atau membunuh orang lain. Perlaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku
merusak lingkungan,melempar kaca,genting,dan semua yang ada dilingkungan.pasien yang di
bawa kerumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan dirumah. Perawat harus
jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakuka
n selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari tentang respon marah yang paling maldakti
f,yaitu amuk.marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecem
asan(kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(stuart&sundeen.1991)
Berdasarkan data pencatatan Rekam Medis (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
pada periode bulan Januari sampai Maret 2015, ditemukan masalah keperawatan pada klien
rawat inap yaitu Halusinasi 4.021 klien,Resiko Perilaku Kekerasan 3.980 klien, Defisit
Perawatan Diri 1.026 klien dan Waham 401 klien. Dari data di atas kasus Perilaku Kekerasan
menempati urutan ke dua di Rumah Sakit Jiwa Surakarta pernyatan petugas di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta mengalami peningkatan yang paling pesat.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa/i mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan


resiko perilaku kekerasan
1.1.1.2.2
Tujuan khusus
1. Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
resiko perilaku kekerasan
2. Agar mahasiswa/i mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
resiko perilaku kekerasan
3. Agar mahasiswa/i mampu membuat rencana keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan Agar mahasiswa/i mampu melakukan implementasi keperawatan
pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
4. Agar mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan

BAB 2
Tinjauan Teori

2.1.Defenisi
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang
dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka
penanganan

pasien

dengan

perilaku

keker

asan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.(Eko
Prabowa.2014)
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
diamana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membayangkan/menciderai diri
sendiri,orang lain bahkan merusak lingkungan. (Eko Prabowa.2014)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri,orang lain,atau lingkungan.perilaku kekerasan pada diri sendiri
dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk
penelantaran diri. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman. Amuk
atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Yusuf.2015)
.
2.2.Etiologi
Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu
1. Harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri
2. Hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan
3. Gangguan ini dapat situasional maupun kronik
Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan perilaku
kekerasan.

2.3.Karakteristik

Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif, seperti


rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).
ADAPTIF

Asertif

MALADAPTIF

Frustasi

Pasif

Agresif

Amuk / PK

1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan ataudi ungkapkan tanpa
menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan
masalah.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak
ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan dan terlihat pasif.
3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu,
pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak dapat berupa : muka
masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri.
Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.
2.4.Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dengan pengobatan yang tepat.ada pun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi,contoh nya:
cloropromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotor nya.bila tidak ada
juga maka dapat digunakan trasquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroloptika
tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang,anti cemas dan anti
agitasi.
b. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja,terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
kemampuan berkomunikasi,karena itu dalam terapi ini harus diberikan kegiatan seperti

membaca koran,main catur dan melakukan kegiatan berdiaolog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan itu bagi dirinya.
c. Peran keluarga
Keluarga merupakan sisten pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pda setiap keadaan(sehat sakit)pasien.perawat membantu keluarga agar dapat melakukan
5 tugas kesehatan yaitu:mengenal masalah kesehatan,membuat keputusan tindakan
kesehatan,memberi perawatan pada anggota keluarga,meniptakan lingkungan keluarga
yang sehat dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat.
(Eko Prabowo.2014)
2.5.Pengkajian
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang,baik secara fisik maupun psikologis.berdasarkan defenisi ini,perilaku kekerasan
dapat

dilakukan

secara

verbal,diarahkan

pada

diri

sendiri,orang

lain,dan

lingkungan.perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk,yaitu:perilaku jejerasan


saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu
Tanda dan gejala yang ditemui pada pasien melalui observasi atau wawancara tentang
perilaku adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.

Muka merah dan tegang


Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Jalan mondar-mandir
Bicara kasar
Suara tinggi,menjerit atau berteriak
Mengancam secara verbal atau fisik
Melempar atau memukul benda/orang lain
Merusak barang atau benda
Tidak memiliki kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan
Postur tubuh kaku
Mengumpat dengan kata-kata kotor
Menyerang orang lain
Amuk/agresif
Merasa diri berkuasa
merasa diri benar
mengkritik pendapat orang lain
menyinggung perasaan orang lain (Keliat B.A, 2009).

2.6.Pohon masalah
Resiko bunuh diri

efek

Resiko perilaku kekerasan

CP

Halusinasi

Isolasi sosial
Sebab
Regiken terapeutik inefektif

Harga diri rendah

Kooping individu inefektif,


Kooping keluarga inefektif

2.7.Diagnosa keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan yang berhubungan dengan
perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
(Yusuf 2015)
2.8.Strategi
SP.1:Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke
dua(evaluasi latihan napas dalam,latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
kedua{pukul kasur dan bantal}menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua)
SP.2:membantu pasien latihan mengendalikan perasaan dengan obat cloropromazine HCL
(bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar{benar nama pasien,benar
nama obat,benar cara minum obat,benar waktu minum obat,benar dosis obat}disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat,susun jadwal minum obat teratur)
SP.3:membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal(evaluasi jadwal harian tentang 2 cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan,latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal{menolak dengan baik,meminta
dengan baik,mengungkapkan perasaan dengan baik},susun jadwal latihan mengungkapkan
marah secara verbal)

SP.4:bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spritual(diskusikan hasil


latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal,latihan beribadah dan
berdoa,buat jadwal latihan ibadah/berdoa).(Keliat.2009)
1. Masalah:
2.
3. Perilaku kekerasan
Pertemuan: Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-marah
dan memecahkan piring dan gelas.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. Tujuan : a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab marah
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Budi Anna. Panggil saya suster Budi. Namanya
siapa, senang dipanggil apa? Saya akan merawat Ali.
b. Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-hal yang
menyebabkan Ali marah

Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di kamar


perawat?

Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit


2. Kerja
a. Apa yang membuat Ali membanting piring dan gelas?
b. Apakah ada yang membuat Ali kesal?
c. Apakah sebelumnya Ali pernah marah?
d. Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
e. Baiklah, jadi ada . (misalnya 3) penyebab Ali marah-marah.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab Ali marah. Bagus sekali.

c. Rencana Tindak Lanjut


Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Ali ingat lagi, penyebab Ali marah yang
belum kita bicarakan.
d. Kontrak
Topik: Nanti akan kita bicarakan perasaan Ali pada saat marah dan cara marah

yang biasa Ali lakukan.


Tempat: Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
Waktu: Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.

4. Masalah: Perilaku kekerasan


Pertemuan: Ke 2 (dua)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebabkan penyebab marah.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. Tujuan: 3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang Ali.
b. Evaluasi/ validasi

Bagaimana perasaan Ali saat ini?


Apakah masih ada penyebab kemarahan Ali yang lain?

c. Kontrak

Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Ali saat sedang marah
Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?

2. Kerja
a.
b.
c.
d.
e.

Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Ali rasakan?
Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?
Lalu apa biasanya yang Ali lakukan?
Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
Ali, coba dipraktekkan cara marah Ali pada suster Budi. Anggap suster budi adalah

f.
g.
h.
i.

Ibu yang membuat Ali jengkel. Wah bagus sekali.


Nah, bagaimana perasaan Ali setelah memukul meja?
Apakah masalahnya selesai?
Apa akibat perilaku Ali?
Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan akhirnya dibawa
ke rumah sakit

j. Bagaimana Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat?
k. Baiklah, waktu kita sudah habis.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif

Apa saja yang kita bicarakan?


Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
Lalu cara marh yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.

c. Rencana Tindak Lanjut


Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat lagi
perasaan Ali sewaktu marah, dan cara Ali marah serta akibat yang terjadi. Kalau di
runah sakit ada yang membuat Ali marah, langsung beritahu suster.
d. Kontrak

Waktu: Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?


Tempat: Bagaimana kalau disini lagi?
Topik: Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat. Sampai
besok.

5. Masalah: Perilaku kekerasan


Pertemuan: Ke 3 (tiga)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang
biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. Tujuan : a. Memilih satu cara marah yang konstruktif
b. Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Ali.
b. Evaluasi/ validasi
c. Bagaimana perasaan Ali saaty ini? Wah bagus.
d. Apakah ada yang membuat Ali marah sore dan malam kemarin?

e. Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Ali, masih ada
tambahan (jika perlu ulang satu-satu).
2. Kontrak
a. Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan latihan cara
marah yang sehat.
b. Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
c. Waktu : Mau berapa lama? 15 menit ya Ali.
3. Kerja
a.
b.
c.
d.

Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
Baiklah, kita latihan nafas dalam
Jadi, kalau Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar

cara marah yang lama tidak terjadi.


e. Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak. Lalu tarik napas dari hidung
dan keluarkan dari mulut.
f. Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan sebentar, dan tiup dari mulut.
Oke, ulang sampai 5 kali.

4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
b. Evaluasi Obyektif

Coba apa yang sudah kita pelajari?


Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
Ya benar, 5 kali.

c. Rencana Tindak Lanjut


Nah, berapa kali sehari Ali mau latihan? Bagaimana kalau 3 kali?
Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur, lalu siang sebelum makan
dan malam sebelum tidur
Juga lakukan kalau ada yang membuat kesal
Bagimana kalau kita buat jadwal kegiatannya? Baik, nanti kalau sudah dijalankan
di cek list. Nah, ini caranya.
d. Kontrak

Topik: Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain.
Waktu: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00
Tempat: Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti.

2.9.Terapi modalitas
Resiko perilaku kekerasan pada individu dengan gangguan jiwa diawali dengan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan perilaku asertif dimana seseorang mampu
untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan terhadap orang lain
tanpa menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Salah satu tindakan
keperawatan yang dapat meningkatkan perilaku asertif pada klien gangguan jiwa dengan
riwayat resiko perilaku kekerasan adalah pemberian terapi Social Skill Training (SST).
Latihan asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta
perasaan orang lain. Latihan asertif ini diberikan pada individu yang mengalami kecemasan,
tidak mampu mempertahankan hak-haknya, terlalu lemah, membiarkan orang lain
melecehkan dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat
tersinggung.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu berlaku asertif, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengetahui pikiran dan perasaan diri sendiri.


Berfikir secara realistis.
Berbicara tentang diri sendiri
Berkomunikasi dengan apa yang di inginkan
Bersikap positif terhadap orang lain
Bebas beladiri
Menggunakan jumlah kekuatan yang tepat
Mengetahui batasan diri dan orang lain

Langkah-langkah Strategi Latihan Asertif


Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur bermain peran. Kecakapan-kecakapan
bergaul yang baru akan diperoleh sehingga individu-individu diharapkan mampu belajar
untuk mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka.31
Adapun langkah-langkah dalam strategi latihan asertif adalah sebagai berikut:
1. Rasional strategi. Yaitu konselor memberikan rasional/ menjelaskan maksud
penggunaan strategi. Konselor memberikan overview tahapan-tahapan implementasi
strategi.
2. Identifikasi keadaan yang menimbulkan persoalan.Yaitu konselor meminta klien
menceritakan secara terbuka permasalahan yang dihadapi dan sesuatu yang dilakukan
3.

atau dipikirkan pada saat permasalahan timbul.


Membedakan perilaku asertif dan tidak asertif serta mengeksplorasi target. Yaitu
konselor dank lien membedakan perilaku asertif dan perilaku tidak asertif serta
menentukan perubahan perilaku yang diharapkan.

4. Bermain peran, pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang lebih
baik. Klien bermain peran sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Konselor
member umpan balik secara verbal, pemberian model perilaku yang lebih baik,
5.

pemberian penguat positif dan penghargaan.


Melaksanakan latihan dan praktik Klien mendemonstrasikan perilaku yang asertif

sesuai dengan target perilaku yang diharapkan.


6. Mengulang latihan Klien mengulang latihan kembali tanpa bantuan pembimbing
7. Tugas rumah dan tindak lanjut Konselor member tugas rumah pada klien, dan
meminta klien mempraktekkan perilaku yang diharapkan dan memeriksa perilaku
target apakah sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Terminasi Konselor menghentikan program bantuan.

2.10.Evaluasi
1. Pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab tanda da gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan serta akibat yang biasa dari perilaku
kekerasan yang dilakukan
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur
sesuai jadwal yang meliputi;
secara fisik
secara sosial/verbal
secara spritual
2. Pada keluarga
a. keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
b. keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
c. keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasan
d. keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada
perawat (yusuf.2015)

BAB 3
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas mengenai perilaku kekerasan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap klien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan
ditemukan perilaku mudah marah dan emosi labil, sehingga perlu dilakukan pendekatan
secara terus menerus dan bertahap mengunakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan untuk terjalinnya hubungan saling percaya.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan peran serta
keluarga sangatlah penting, untuk mendukung proses penyembuhan klien. Disamping itu
perawat atau petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam membina
kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA
Prabowo Eko.(2014).Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Nuha Medika
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : Revika Aditama.
Yusuf.(2015).Kesehatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika
Keliat.(2011).Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakerta:EGC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN


/ PERILAKU KEKERASAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
CHRISTINE SIHOMBING
FEBRIANI SAGALA
IMAN SETIA P.GULO
MELVA SIHOMBING
MISI INGGRID ZEGA
YESSIE SITORUS

Program Studi Ners Tahap Akademik


STIKes Santa Elisabeth Medan
2016

Anda mungkin juga menyukai