Disusun oleh:
KELOMPOK 2
Adelina Dwi Putri
Tri Annisa
Adji Indra Pramono
Muhamad Lutfi Rahmat
Noor Isty Fauzia Ulhaq
Anastasia Widha S
Anggie Pradetya Maharani
Cleine Michaela
Fifi Anggraeny
Siti Khoerum Milla
BAB I
PENDAHULUAN
Kepmenakertrans
No.68
tahun
2004
tentang
pencegahan
dan
Alamat perusahaan
Tanggal pendirian
1972
1.3.2
Alur Produksi
Fencing,partition,curtain wall,amlimesh
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (International Labor
Organization/ILO) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu
rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada
prosesnya dibutuhkan kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia
(dokter dan paramedik), serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini
disebut segitiga ergonomi. Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan
kesejahteraan yang berkaitan erat dengan produktivitas dan kepuasan kerja.
Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,
informal, maupun tradisional.
2.2 Ergonomi
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin, dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat, dan nyaman. Dengan demikian, dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, dan proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik
dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja;
(2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
7
2.2.2
Dalam
Permenakertrans
tersebut,
dijabarkan
bahwa
pertolongan
pertama
secara
cepat
dan
tepat
kepada
ruang
P3K
dalam
hal
proses
produksi
mempekerjakan
pekerja/buruh 100 orang atau lebih atau kurang dari 100 orang dengan potensi
bahaya tinggi.
Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang harus
dekat dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan dekat
dengan tempat parkir kendaraan.
Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu terbuat dari
bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K
berwarna putih dengan lambang P3K berwarna hijau dengan isi kotak sesuai
dengan Permenakertrans yang mengatur. Penempatan kotak P3K juga harus pada
tempat yang mudah dilihat dan dijangkau dengan diberi tanda arah yang jelas dan
cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan dan disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja yang ada, dan dalam hal tempat kerja dengan unit kerja
berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak
P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.
11
12
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktorfaktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
tiologi kompleks
Diagnosis
klinis
harus
dapat
ditegakkan
terlebih
dahulu,
dengan
- Jumlah pajanannya
- Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
- Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS,
label, dan sebagainya)
3) Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika
dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika
16
dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara
khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
4) Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5) Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya,
yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat
adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien
mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita
lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.
6) Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab
penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan
untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
7) Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab
langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu
kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu
menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.
17
Menurut
pakar
kesehatan,narkoba
sebenarnya
adalah
dan
keselamatan
manusia.
Masalahnya,
apabila
narkoba
Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bahan tanaman,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga
memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan), ketiga sifat
narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari
cengkramannya.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun sintesis,
yang memiliki sifat proaktif melalui pengaruh selektif pda susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.
Psikotropika adalah obat yang dugunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan
jiwa (psyche). Berdasarkan undang-undang no. 5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokan ke dalam 4 golongan.
Golongan petama adalah psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang di teliti khasiatnya.
Contoh adalah Ekstasi.
Golongan kedua adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin,
metakualon, dan sebagainya.
Golongan ketiga adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumbal, buprenorsina,
flenitrazepam, dan sebagainya.
Golonga keempat adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contonya adalah nitrazepan (mogadon,
dumolid), diazepam, dan lain-lain.
3. Prekursor narkotika
Prekursor narkotika adalah zat atau bahn pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika
4. Bahan adiktif lainnya
Golongan
adiktif
lainnya
adalah
zat-zat
yang
dapat
menimbulkan
19
HIV/AIDS
Prinsip prinsip kunci dari ILO tentang HIV/AIDS dan dunia kerja yang berlaku
bagi semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja, termasuk sektor kesehatan:
1. Isu Tempat Kerja
HIV/ AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi angkatan kerja,
dan karena tempat kerja dapat memainkan peran vital dalam membatasi penularan
dan dampak epideminya.
2. Non Diskriminasi
Tidak ada diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan status HIV yang nyata
atau dicurigai.
3. Kesetaraan gender
Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan wanita adalah penting
untuk mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat mengelola dampaknya
4. Lingkungankerjayangsehat
Tempat kerja harus meminimalkan risiko pekerjaan, dan disesuaikan dengan
kesehatan dan kemampuan pekerja.
5. DialogSosial
Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan kerjasama dan
saling percaya antara pengusaha, pekerja dan pemerintah
6. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrutmen Tes HIV di tempat
kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan rahasia, tidak boleh digunakan untuk
menskrining pelamar atau pekerja.
7. Kerahasiaan
Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus dibatasi oleh
aturan dan kerahasiaan.
8. Melanjutkanhubunganpekerjaan
Pekerja dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV harus dibolehkan bekerja
dalam kondisi yang sesuai selama dia mampu secara medik.
9. Pencegahan
20
BAB II
PELAKSANAAN
2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan
Kunjungan perusahaan ke PT Alakasa Extrusindo ini dilakukan pada hari Jumat, 2
Destember 2016 pukul 14.00-16.00.
2.2. Lokasi Pengamatan
PT Alakasa Extrusindo, Jl. Pulo Gadung No. 4,Kawasan Industri Pulogadung
Jakarta
21
BAB III
HASIL PENGAMATAN
22
Pada perusahaan PT. Alakasa Extrusindo personil kesehatan hanya terdiri dari
1 orang dokter perusahaan yang sudah bersertifikasi, tidak terdapat paramedis dan
tidak terdapat petugas P3K. Dokter tersebut hanya menjalankan praktek
kedokteran pada hari selasa dan kamis. Apabila terjadi penyakit akibat kerja,
dokter dapat melakukan pengobatan dengan memberikan resep dan pekerja dapat
menebus obat pada Apotek yang bekerja sama dengan perusahaan. Jika terjadi
kecelakaan kerja, dokter dapat melakukan tindakan sesuai dengan jam praktek.
Apabila di luar jam praktek, pasien akibat kecelakaan kerja dapat di bawa ke RS
ANTAM yang berada di dekat perusahaan. Pemeriksaan kesehatan pada pekerja
hanya dilakukan pemeriksaan awal, sedangkan pemeriksaan berkala dan khusus
untuk saat ini belum berjalan.
3.3 Program Kesehatan
1. Program Promotif
Pada saat kunjungan, kelompok kami melihat beberapa poster berada di
lingkungan tempat kerja, poster tersebut berisi antara lain tentang pemakaian alat
pelindung diri, larangan merokok ditempat kerja, dan kebiasaan hidup bersih
seperti membuang sampah pada tempatnya. Tetapi masih banyak para pekerja
yang tidak mematuhi hal hal tersebut salah satunya tentang pemakaian alat
pelindung diri. Perusahaan pun tidak memberikan penyuluhan tentang pentingnya
pemakaian alat pelindung diri ataupun tentang kebiasaan hidup bersih, dan tidak
23
Penyakit terbanyak yang diderita tenaga kerja perusahaan PT. Alakasa extrusindo
yaitu;
25
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jenis Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Baawah
Uriticaria
Diabetes Melitus
Hernia
Gastritis
Kolesterol
Rhinitis
Myalgia
Dermatitis
Lain-lain
Jumlah
1
1
4
1
3
2
9
5
6
25
cara
pencegahan
HIV/AIDS,
dan
bahaya
26
3.10
a. Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan
tidak sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan tidak disediakannya
kursi untuk duduk selama proses pengelasan sehingga karyawan dapat bekerja
dengan waktu yang lama dan posisi yang statis.
b. Cara Kerja
Hasil pengamatan mengenai cara kerja, tenaga kerja lebih banyak
bekerja dengan kegiatan yang lebih banyak jongkok, berdiri, berjalan dan
membungkuk serta cara kerja yang monoton. Cara kerja diamati dari 2 sisi
yaitu;
1. Posisi kerja di bagian office belum sesuai karena ditemukan adanya
karyawan yang duduk kurang tegak.
2. Proses kerja didapatkan tidak digunakannya masker selama proses
powder coating meskipun telah terdapat peringatan area wajib
menggunakan masker.
c. Beban Kerja
Hasil pengamatan didapatkan, karyawan pabrik bekerja dari hari Senin
sampai Jumat dengan jam kerja: bagian office 08.00-16.30 danbagian pabrik
dibagi 2 shift, shift 1 08.00-16.00 WIB ;shift2 00.00 08.00 WIB, break:
bagian office 1x 30pukul 12.00-13.00, sertabagianpabrik 1 x 15 pukul
12.00-12.30.
d. LingkunganKerja
Lingkungan kerja karyawan office cukup luas sehingga karyawan
dapat bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk juga sudah
diatur dan sudah disediakan pendingin ruangan. Lingkungan kerja karyawan
pabrik dipenuhi dengan mesin pembuatan alumunium sehingga menghasilkan
27
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
No Unit Keja
1.
Permasalahan
Dasar Hukum
-
Saran
-
Pengusaha/pengurus
perusahaan dan dokte
membuat
pedoman
pemeriksaan kesehatan
yang
mengikut
kemampuan perusahaa
serta kemajuan ilmu
kedokteran
dalam
kesehatan
da
keselamatan kerja
Pengusaha
perl
menyediakan
dan
dalam
melakuka
pemeriksaan kesehata
secara berkala mapun
khusus untuk tenag
kerja
pemeriksaan
yang
dilakukan disesuaika
dengan jenis pekerjaa
& faktor bahaya pad
setiap tenaga kerja
28
2.
Personil
kesehatan
Personilkesehatan
perusahaan ini
terdapat 1 dokter
perusahaan namun
hanya
menjalankan
pelayanan
kesehatan. Tidak
terdapat
paramedis dan
petugas P3K
Peraturan
Kementerian
Ketenagakerjaan
No.3Tahun 1982
(Pasal1 dan 2)
mewajibkan untuk
melindungi,
meningkatkan
kesehatan,
pengobatan dan
pengawasan kepada
pekerja
Kepdirjen No. 22
tahun 2008
Pekerja di bagian
produksi bekerja
dalam posisi berdiri
selama jam kerja
tanpa foot rest
3.
Kesesuaian
pekerja
dengan alat
Masukan
untu
perusahaan yang terkai
dengan masalahpersoni
kesehatan kerja ini yaitu
dokter
perusahaa
wajib
menjalankan
PerMentaker
No.
tahun
1982
da
diharapkan
dokte
stand by di wilayah
kerja perusahaan
Menambah
tenag
kesehatan
untu
mengawasi kecelakaa
kerja.
4.
Pencegahan
HIV AIDS
dan narkoba
Kurangnya kegiatan
penyuluhan
mengenai HIV
AIDS dan narkoba
-Permenakertrans no
11/MEN/VI/2005 tentang
Pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika,
dan zat aditif lainnya di tempat
kerja
- Kepmenakertrans no.
68/MEN/2004 tentang
Pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja
Pemberian informasi
kepad
tenaga kerja melalui penyuluha
berkala dari dokter perusahaa
atau melalui media cetak sepert
pembagian
brosur
maupu
pemasangan poster di lingkunga
kerja
5.
Sarana P3K
Tidak terdapat
petugas P3K .
terdapat kotak P3K
disetiap
departemen namun
letaknya sulit
dijangkau . Tidak
disediakannya alat
transportasi untuk
mengevakuasi
pekerja dalam
keadaan darurat.
Permenkes.15/MEN/VIII/2008
tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan di tempat
kerja.
29
6.
Sarana
Kantin dan
Ruang
Makan
7.
PAK
(Penyakit
Akibat
Kerja)
Pada perusahaan
tidak terdapat
adanya ruang
makan maupun
kantin. Pekerja
membawa/membel
i makanan sendiri
Belum ada
pelaporan data
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan
yang dapat ditarik adalah :
-
Dari aspek ergonomi masih belum sesuai dengan tenaga kerja, tidak
dilakukan penyuluhan bagaimana posisi yang ergonomis dalam
melakukan pekerjaan mengingat banyak perkerja yang melakukan
pekerjaan secara repetitif dan tidak disediakannya kursi.
30
Ditinjau dari segi sarana P3K sudah tersedia namun belum ada
penunjuk lokasi P3K yang mudah terlihat dan belum ada ambulance
Ditinjau dari segi personil kesehatan sudah ada dokter namun tidak
standby setia hari di perusahaan.
5.2. Saran
Dari hasil walkthrough survey yang kami lakukan, maka kami ajukan
beberapa saran yaitu :
-
Melakukan
sosialisasi
kelangsungan
program
dan
pelatihan
kesehatan
petugas
(promotif,
kesehatan
preventif,
demi
kuratif,
rehabilitatif)
-
31
BAB VI
PENUTUP
PT. Alakasa Extrusindo Tbk adalah sebuah perusahaan yang
menjalankan usaha dalam bidang produksi pengolahan alumina dan
alumunium. PT. Alakasa Extrusindo Tbk sudah memiliki sertifikasi ISO 9001
tentang quality management. Perusahaan ini telah mengimplementasikan
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3), tetapi masih
terdapat kekurangannya.
Dari hasil walkthrough survey yang kami laksanakan, masih ada
beberapa hal yang belum sempurna dan butuh perbaikan. Semoga makalah ini
dapat membantu dalam menyikapi permasalahan yang ada dan perbaikan
perusahaan dalam aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
32