Anda di halaman 1dari 33

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. ALAKASA EXTRUSINDO TBK


2 DESEMBER 2016
KESEHATAN KERJA DAN ERGONOMI

Disusun oleh:
KELOMPOK 2
Adelina Dwi Putri
Tri Annisa
Adji Indra Pramono
Muhamad Lutfi Rahmat
Noor Isty Fauzia Ulhaq
Anastasia Widha S
Anggie Pradetya Maharani
Cleine Michaela
Fifi Anggraeny
Siti Khoerum Milla

Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Kementrian Ketenagakerjaan Indonesia
Periode 28 November 5 Desember 2016
Jakarta
2016
0

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan Kerja mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran berserta praktiknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental,
maupun sosial dengan usaha-usaha promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif terhadap penyakit yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum untuk menuju peningkatan
produktivitas sebagaimana telah diamanatkan dalam UU no. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja. Seperti yang telah diketahui, kecelakaan kerja
tidak hanya menimbulkan korban jiwa, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi
pekerja dan pengusaha, mengganggu proses produksi perusahaan, dan
merusak lingkungan yang akhirnya berpengaruh terhadap masyarakat luas.
Oleh karena itu, upaya yang nyata untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) harus dilakukan secara
maksimal. Apabila analisis dilakukan secara mendalam, maka kecelakaan
kerja (seperti peledakan, kebakaran) dan PAK umumnya disebabkan oleh
ketidakpedulian akan sistem manajemen K3 (SMK3) yang baik dan benar.
Ergonomi merupakan salah satu hazard yang dapat berpotensi
menimbulkan PAK. Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergos = kerja
dan nomos = norma, aturan. Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya
berusaha menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau

sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang


setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya.
Laporan kunjungan perusahaan di PT. Keong Nusantara Abadi ini
dibuat sebagai salah satu syarat tugas pelatihan HIPERKES periode 31
Agustus - 05 September 2015, dalam rangka mempelajari K3 khususnya aspek
kesehatan dan ergonomi.

1.2. Dasar Hukum


Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha
demi tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada
beberapa landasan yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
1. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
2. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan.
3. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan.
4. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja.
5. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja.
6. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.
7.

Kepmenakertrans

No.68

tahun

2004

tentang

pencegahan

dan

penanggulangan HIV/AIDS di tempat kerja.


8. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan
narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja.
9. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi dokter perusahaan.
10. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes
bagi paramedic perusahaan.
11. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja.
2

12. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.


13. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang
makan.
14. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja.
15. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan di tempat kerja.

1.3 Profil Perusahaan


Nama perusahaan

PT. Alakasa Extrusindo Tbk.

Bidang dan kegiatan usaha

Produksi dan Pengolahan Alumina dan


Alumunium

Alamat perusahaan

Jl. Pulo Gadung No. 4,Kawasan Industri


Pulogadung Jakarta13930, Indonesia

Tanggal pendirian

1972

1.3.1 Sejarah Perusahaan


a. Sejarah Perusahaan

Perusahaan berdiri tahun 1972 danmemulai operasi komersial sebagai


perusahaan industri aluminium sejak tahun 1973. Tahun 2001,Perusahaan
melakukan restrukturisasi dengan mengalihkan kegiatan usahanya (spin-off)
kepada Entitas Anak, PT Alakasa Extrusindo. Sejak saat itu, kegiatan utama
Perusahaan adalah melakukan investasi pada beberapa Perusahaan yang
bergerak dalam bidang perdagangan yaitu Alakasa Company Limited yang
telah beroperasi komersial sejak tahun 2000, dan pada perusahaan industri
aluminium PT Alakasa Extrusindo beroperasi sejak tahun 2001.

b. Visi dan Misi Perusahaan


Visi
3

Menjadi perusahaan yang berkompeten didalam bisnis alumunium dari hulu


hingga ke hilir.
Misi
1. Melakukan riset penngembangan usaha dari hulu hingga ke hilir dalam
bisnis alumunium.
2. Melakukan pendayagunaan sumber daya potensial untuk mendukung
strategi pengembangan usaha.
3. Membangun profesionalisme melalu pengembangan kemampuan,
pemutakhiran proses, sistem operasional dan manajemen.
4. Memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, pelanggan, karyawan
dan masyarakat.
c. Jumlah pegawai perusahaan
Jumlah pekerja sebanyak 192 orang pekerja, 176 laki-laki dan 16 Perempuan
d. Jam Kerja
Office : 08.00 -16.30
Factory : shift pagi 08.00-16.00
Shift malam 00.00-08.00
e. Asuransi
BPJS Ketenagakerjaan
BPJS kesehatan
Asuransi Bumida
Dalam kasus emergensi perusahaan berkerjasama dengan RS. Antam dan RS.
Harapan Jayakarta.
f. Sertifikasi Perusahaan
Sudah sejak tahun 2012 PT.Alakasa Extrusindo mendapatkan akreditasi untuk
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 yang mencerminkan komitmen
untuk menyediakan kualitas produk dan jasa. Akreditasi PT. Alakasa
Extrusindo juga untuk produk Marine BV untuk memproduksi kapal industri

1.3.2

Alur Produksi

Gambar 2. Alur Produksi PT. Alakasa Extrusindo


1. Extrusion and Aging Furnance
Alakasa menggunakan ekstrusi kualitas atas untuk menghasilkan berbagai
aplikasi industri dan komersial. Ini juga menggunakanAlummunium billet
kelas premium untuk produksi. Dalam ekstrusi, aluminium billet diekstrusi ke
profil sesuai dengan desain yang disediakan.
2. Anodizing and Powder Coating
Alakasa beroperasi anodizing dan powder coating lines menawarkan anodizes
yang jelas, anodizes yang berwarna dapat menyediakan berbagai berbagai
pilihan warna dan ketebalan film bertemu BS, SII, JIS dan standar
internasional lainnya. anodized dilapisi bubuk dan melewati pemeriksaan QC
ketat untuk memastikan bahwa semua spesifikasi yang diperlukan dan standar
kualitas terpenuhi.
3. Remelt
Kami memproduksi paduan custom-made bagi pelanggan yang memiliki
persyaratan non-standar - produk dari R & D dari material engineer. Alakasa
mendaur ulang produksi menjadi billet yang sesuai dengan standar
internasional. Operasi remelt kami memproduksi billet untuk kedua
infrastruktur dan penggunaan arsitektur.
4. Die Shop
5

Kami memproduksi lebih dari 10.000 manufaktur dari toko


manufaktur kami di tahun-tahun terakhir. Kami akan memasang peralatan
-membuat baru dari Jepang dan dari negara-negara lain, yang diharapkan akan
beroperasi pada Q2 2016. Sementara itu manufaktur kita impor dari Eropa dan
China.
Atas dasar kebutuhan kita melindungi hak-hak Kekayaan Intelektual desain
manufaktur bagi pelanggan kami memiliki persyaratan tersebut.
5. Fabrikasi
Alakasa berpengalaman dalam fabrikasi produk Aluminium selama lebih dari
30 tahun. Produk fabrikasi yang termasuk :

Sliding window, casement window, window wall

Swing door, hinged door, frameless door

Fencing,partition,curtain wall,amlimesh

Workstation, cabinet, meja

Komponen industri manufaktur

Welding dan bending work

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (International Labor
Organization/ILO) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu
rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia
secara optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada
prosesnya dibutuhkan kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia
(dokter dan paramedik), serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini
disebut segitiga ergonomi. Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan
kesejahteraan yang berkaitan erat dengan produktivitas dan kepuasan kerja.
Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,
informal, maupun tradisional.

2.2 Ergonomi
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin, dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat, dan nyaman. Dengan demikian, dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, dan proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik
dan mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja;
(2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas
kerjasama sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan
7

sistem kebersamaan dalam tempat kerja; dan (3) berkontribusi di dalam


keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi, dan
budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cidera, kepuasan kerja
meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi: (1)
tekhnik; (2) fisik; (3) pengalaman psikis; (4) anatomi, utamanya yang
berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian; (5)
anthropometri; (6) sosiologi; (7) fisiologi, terutama berhubungan dengan
temperatur tubuh, oxygen up take dan aktivitas otot; (8) disain; dan sebagainya.

2.2.1 Aplikasi Ergonomi pada Tenaga Kerja


a. Posisi kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki
tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
b. Proses kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
c. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.


Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
d. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dan lain-lain. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan.

2.2.2

Supervisi Tenaga Kerja


Semua pekerja secara kontinyu mendapat supervisi medis teratur.

Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain:


a. Pemeriksaan sebelum kerja bertujuan untuk menyesuaikan pekerja baru
terhadap beban kerjanya.
b. Pemeriksaan berkala bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
c. Nasihat harus diberikan tentang higiene dan kesehatan

2.3 Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23).
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggitingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat
yang berada di lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu


seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan
kerja sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:

Mengembangkan perilaku kerja sehat


Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja

yang disebabkan oleh alat/mesin dan masyarakat yang berada di sekitar


lingkungan kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada
saat melakukan pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif
diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan
antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi
kedua belah pihak. Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat
pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja,
sekaligus memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang
optimal. Penyakit yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi
tolak ukur dalam mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
Salah satu aspek yang harus diimplementasikan dalam kesehatan kerja adalah
adanya pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja, baik sejak awal sebelum
10

bekerja, selama bekerja, maupun sesudah bekerja. Tujuan dari pemeriksaan


kesehatan ini ditujukan agar selain tenaga kerja yang diterima di awal berada
dalam kondisi kesehatan setinggi-tingginya, juga untuk memantau status
kesehatan pekerja dan juga meminimalisir dan mendeteksi dini apakah ada
penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat proses produksi.
Sarana P3K di tempat kerja diatur dalam Permenakertrans RI No.
15/MEN/VIII/2008.

Dalam

Permenakertrans

tersebut,

dijabarkan

bahwa

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja (P3K) adalah upaya


memberikan

pertolongan

pertama

secara

cepat

dan

tepat

kepada

pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami


sakit atau cidera di tempat kerja.
Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi ruang P3K,
kotak P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat transportasi, fasilitas
tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja
yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus. Pengusaha wajib
menyediakan

ruang

P3K

dalam

hal

proses

produksi

mempekerjakan

pekerja/buruh 100 orang atau lebih atau kurang dari 100 orang dengan potensi
bahaya tinggi.
Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang harus
dekat dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan dekat
dengan tempat parkir kendaraan.
Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu terbuat dari
bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K
berwarna putih dengan lambang P3K berwarna hijau dengan isi kotak sesuai
dengan Permenakertrans yang mengatur. Penempatan kotak P3K juga harus pada
tempat yang mudah dilihat dan dijangkau dengan diberi tanda arah yang jelas dan
cukup cahaya serta mudah diangkat apabila digunakan dan disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja yang ada, dan dalam hal tempat kerja dengan unit kerja
berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak
P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

11

12

2.4 Gizi Kerja


Gizi kerja adalah gizi/nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan.
Gizi kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan
makan pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja
tentang gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan
tidak diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah:
Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
13

Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,


Pekerja tidak teliti
Efisiensi dan produktivitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi

gizi makanan atau pelaksanaan

pemberian gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan


produktivitas yang setinggi-tingginya.
2.5 Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat
Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease.
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23).
WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja:
a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis

b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma


Bronkhogenik.

c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktorfaktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.

d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada


sebelumnya, misalnya asma.
14

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan


pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization)
di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut Penyakit Akibat Kerja
sebagai berikut:
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan adalah penyakit yang
mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya penyakit
yang mempunyai e

tiologi kompleks

Penyebab beberapa penyakit tersebut timbul karena suatu faktor,


tergantung pada bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja
ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada
umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
- Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
- Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap,
gas, larutan, awan atau kabut.
- Golongan biologis : bakteri, virus atau jamur
- Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan
cara kerja
- Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stress.
Penyakit akibat kerja juga perlu dilakukan beberapa tahap diagnose,
yang sebelumnya perlu dilakukan pendekatan sistematis untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat yaitu sebagai
berikut :
1) Tentukan Diagnosis klinisnya
15

Diagnosis

klinis

harus

dapat

ditegakkan

terlebih

dahulu,

dengan

memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan


untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru
dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan
pekerjaan atau tidak.
2) Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah
esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk
ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan
teliti, yang mencakup:
- Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita
secara khronologis
- Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan Bahan yang diproduksi

- Materi (bahan baku) yang digunakan

- Jumlah pajanannya

- Pemakaian alat perlindungan diri (masker)

- Pola waktu terjadinya gejala

- Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala
serupa)
- Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS,
label, dan sebagainya)
3) Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung
pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika
dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal
tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika
16

dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara
khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).
4) Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5) Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya,
yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat
adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien
mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita
lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.
6) Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab
penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan
untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.
7) Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan
berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti
telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab
langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu
kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu
menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.

17

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit


telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi
pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
2.6 Narkoba dan HIV-AIDS
Banyak sekali orang mendengar kata narkoba,tetapi mereka tak tahu apa itu
narkoba,banyak yang mengartikan narkoba adalah kepanajangan dari kata
narkotika dan obat berbahaya,namun itu kepnjangan yang salah,yang benar adalah
singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan aditif lainnya.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain
"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesiaa adalah napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif .Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza",
mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi
penggunanya.

Menurut

pakar

kesehatan,narkoba

sebenarnya

adalah

senyawasenyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat


hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu.
Melalui pertolongan dokter, banyak jenis narkoba yang bermanfaat untuk
kesembuhan

dan

keselamatan

manusia.

Masalahnya,

apabila

narkoba

disalahgunakan, bukan manfaat yang didapat, melainkan malapetaka. Jadi,yang


harus hindari adalah penyalahgunaannya, bukan narkobanya. Jasa narkotika dan
psikotropika sangat besar dimasa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Tindakan oprasi (pembedahan) yang dilakukan oleh dokter harus didahului
dengan pembiusan, padahal obat bius tergolong narkotika. Kemudian, Orang yang
mengalami stress atau gangguan jiwa diberi obat-obatan yang tergolong
psikotropika oleh dokter agar dapat sembuh.
Dengan perhatian seperti itu, narkoba tidak selalu memberikan dampak buruk.
Banyak sekali jenis-jenis narkoba yang bermanfaat dalam bidang kedokteran.
Maka, sikap anti narkoba adalah keliru, yang benar adalah anti penyalahgunaanya.
Jadi, yang harus kita hindari bukanlah narkoba, melainkan penyalahgunaannya.
Jenis-Jenis Narkoba
Narkoba memiliki berbagai jenis diantaranya narkotika, psikotropika, dan bahan
aditif lainnya.
1. Narkotika
18

Narkotika adalah zat atau obat yang bersal dari tanaman atau bahan tanaman,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga
memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan), ketiga sifat
narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari
cengkramannya.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alami maupun sintesis,
yang memiliki sifat proaktif melalui pengaruh selektif pda susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan perilaku.
Psikotropika adalah obat yang dugunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan
jiwa (psyche). Berdasarkan undang-undang no. 5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokan ke dalam 4 golongan.
Golongan petama adalah psikotropika dengan daya aditif yang sangat kuat,
belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang di teliti khasiatnya.
Contoh adalah Ekstasi.
Golongan kedua adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin, metamfetamin,
metakualon, dan sebagainya.
Golongan ketiga adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumbal, buprenorsina,
flenitrazepam, dan sebagainya.
Golonga keempat adalah psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contonya adalah nitrazepan (mogadon,
dumolid), diazepam, dan lain-lain.
3. Prekursor narkotika
Prekursor narkotika adalah zat atau bahn pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika
4. Bahan adiktif lainnya
Golongan

adiktif

lainnya

adalah

zat-zat

yang

dapat

menimbulkan

ketergantungan. Contohnya rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang


memabukkan dan menimbulkan ketagihan, dan thinner dan zat-zat lainnya.

19

HIV/AIDS
Prinsip prinsip kunci dari ILO tentang HIV/AIDS dan dunia kerja yang berlaku
bagi semua aspek pekerjaan dan semua tempat kerja, termasuk sektor kesehatan:
1. Isu Tempat Kerja
HIV/ AIDS adalah isu tempat kerja, karena dia mempengaruhi angkatan kerja,
dan karena tempat kerja dapat memainkan peran vital dalam membatasi penularan
dan dampak epideminya.
2. Non Diskriminasi
Tidak ada diskriminasi terhadap pekerja berdasarkan status HIV yang nyata
atau dicurigai.
3. Kesetaraan gender
Hubungan gender yang lebih setara dan pemberdayaan wanita adalah penting
untuk mencegah penularan HIV dan membantu masyarakat mengelola dampaknya

4. Lingkungankerjayangsehat
Tempat kerja harus meminimalkan risiko pekerjaan, dan disesuaikan dengan
kesehatan dan kemampuan pekerja.
5. DialogSosial
Kebijakan dan program HIV/AIDS yang sukses membutuhkan kerjasama dan
saling percaya antara pengusaha, pekerja dan pemerintah
6. Tidak boleh melakukan skrining untuk tujuan rekrutmen Tes HIV di tempat
kerja harus dilaksanakan secara sukarela dan rahasia, tidak boleh digunakan untuk
menskrining pelamar atau pekerja.
7. Kerahasiaan
Akses kepada data perseorangan, termasuk status HIV pekerja, harus dibatasi oleh
aturan dan kerahasiaan.
8. Melanjutkanhubunganpekerjaan
Pekerja dengan penyakit yang berkaitan dengan HIV harus dibolehkan bekerja
dalam kondisi yang sesuai selama dia mampu secara medik.
9. Pencegahan
20

Mitra sosial mempunyai posisi yang unik untuk mempromosikan upaya


pencegahan melalui informasi, pendidikan dan dukungan bagi perubahan perilaku.
10. Kepedulian dan dukungan
Pekerja berhak mendapat pelayanan kesehatan yang terjangkau.

BAB II
PELAKSANAAN
2.1. Tanggal dan Waktu Pengamatan
Kunjungan perusahaan ke PT Alakasa Extrusindo ini dilakukan pada hari Jumat, 2
Destember 2016 pukul 14.00-16.00.
2.2. Lokasi Pengamatan
PT Alakasa Extrusindo, Jl. Pulo Gadung No. 4,Kawasan Industri Pulogadung
Jakarta

21

BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di PT ALAKASA EXTRUSINDO


yaitu 1 klinik kesehatan dimana hanya terdapat 1 dokter umum. Pada klinik
tersebut terdapat 1 ruangan yaitu ruangan periksa sekaligus ruangan tindakan.
Ruangan tersebut memiliki satu tempat tidur periksa dan 1 meja dokter. Jam kerja
dokter tersebut yaitu dua kali per minggusetiap hari senin dan kamis mulai dari
pukul 08.00 s/d 16.00 WIB.

22

Gambar 3. Klinik Dokter PT. Alakasa Extrusindo


3.2 Personil Kesehatan

Pada perusahaan PT. Alakasa Extrusindo personil kesehatan hanya terdiri dari
1 orang dokter perusahaan yang sudah bersertifikasi, tidak terdapat paramedis dan
tidak terdapat petugas P3K. Dokter tersebut hanya menjalankan praktek
kedokteran pada hari selasa dan kamis. Apabila terjadi penyakit akibat kerja,
dokter dapat melakukan pengobatan dengan memberikan resep dan pekerja dapat
menebus obat pada Apotek yang bekerja sama dengan perusahaan. Jika terjadi
kecelakaan kerja, dokter dapat melakukan tindakan sesuai dengan jam praktek.
Apabila di luar jam praktek, pasien akibat kecelakaan kerja dapat di bawa ke RS
ANTAM yang berada di dekat perusahaan. Pemeriksaan kesehatan pada pekerja
hanya dilakukan pemeriksaan awal, sedangkan pemeriksaan berkala dan khusus
untuk saat ini belum berjalan.
3.3 Program Kesehatan

1. Program Promotif
Pada saat kunjungan, kelompok kami melihat beberapa poster berada di
lingkungan tempat kerja, poster tersebut berisi antara lain tentang pemakaian alat
pelindung diri, larangan merokok ditempat kerja, dan kebiasaan hidup bersih
seperti membuang sampah pada tempatnya. Tetapi masih banyak para pekerja
yang tidak mematuhi hal hal tersebut salah satunya tentang pemakaian alat
pelindung diri. Perusahaan pun tidak memberikan penyuluhan tentang pentingnya
pemakaian alat pelindung diri ataupun tentang kebiasaan hidup bersih, dan tidak
23

pernah mengadakan seminar tentang kesehatan, perusahaan hanya memberikan


arahan kepada kepala setiap bagian untuk mengingatkan pekerja agar memakai
alat pelindung diri. Edukasi yang diberikan hanya kepada pekerja yang datang ke
poliklinik untuk mengobati keluhan yang dirasakan oleh pekerja.

Gambar 4. Upaya Promotif pada PT. Alakasa Extrusindo


2. Program Preventif
Perusahaan mengharuskan dilakukannya pemeriksaan awal untuk mengetahui
status kesehatan bagi calon tenaga kerja yang baru. Perusahaan biasanya
melakukan program preventif apabila sudah terjadi wabah penyakit di lingkungan
kerja yang mengenai para pekerja, salah satunya pada bulan mei para pekerja
terkena DBD, perusahaan melakukan tindakan seperti menghindari tempat tempat
yang bisa tergenangi air yang dapat menjadi sarang jentik jentik nyamuk.
3. Program Kuratif
Perusahaan menyediakan poliklinik bagi karyawan yang ingin memeriksakan
kesehatan serta kerja sama dengan apotik untuk penyediaan obat bagi pekerja.
perusaan juga mempunyai 2 rumah sakit yang bekerja sama dengan perusahaan,
rumah sakit ini berfungsi jika terjadi kecelakaan kerja dan poliklinik perusahaan
tidak dapat menangani. Para pekerja juga di berikan jaminan kesehatan berupa
BPJS kesehatan.
4. Program Rehabilitatif
Apabila terjadi kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja maka karyawan
tersebut akan diberikan kompensasi oleh perusahaan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
24

3.4 Sarana P3K

P3K adalah upaya pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban


kecelakaan sebelum ditangani lebih lanjut oleh dokter atau paramedik. Perusahaan
telah menyediakan sarana P3K di setiap departemen bagian pekerjaan, di setiap
lantai dan di klinik. Adapun isi dari kotak P3K tersebut terdiri dari : pembalut
steril (kassa gulung steril), plester, betadine, kapas, gunting, alkohol 70% dan
obat-obatan. Kotak P3K digunakan jika terjadi kecelakaan akibat kerja yang dapat
ditangani sendiri dengan bantuan alat P3K atau sebelum dirujuk ke Rumah Sakit
terdekat.
3.5 Pemeriksaan Kesehatan

Pada perusahaan tidak terdapat adanya pemeriksaan awal, berkala maupun


khusus. Calon pekerja hanya membawa surat keterangan sehat yang berasal dari
pemeriksaan kesehatan mandiri serta belum terdapat pedoman pemeriksaan dari
pihak perusahaan. Pengusaha atau pengurus perusahaan dan dokter wajib
menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan awal yang menjamin penempatan
tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan yang akan dilakukannnya.
Pemeriksaan kesehatan awal meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru, dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu sesuai dengan jenis pekerjaan. Perusahaan harus melakukan
pemeriksaan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen
paru-paru, dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu
sesuai dengan jenis pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dokter
perusahaan secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu.
Pengurus perusahaan wajib membuat laporan dan menyampaikan selambatlambatnya 2 bulan sesudah pemeriksaan kesehatan, lapoaran ditujukan pada
Direktur Jenderal pengawasan Ketenagakerjaan melalui Dinas Tenaga Kerja
setempat
3.6 10 Besar Penyakit Pada Pelayanan Kesehatan

Penyakit terbanyak yang diderita tenaga kerja perusahaan PT. Alakasa extrusindo
yaitu;

25

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Baawah
Uriticaria
Diabetes Melitus
Hernia
Gastritis
Kolesterol
Rhinitis
Myalgia
Dermatitis
Lain-lain

Jumlah
1
1
4
1
3
2
9
5
6
25

3.7 Penyakit Akibat Kerja yang Terjadi


Penyakit akibat kerja yang terjadi di PT Alakasa Extrusindo sampai saat ini belum
ada pelaporan data.

3.8 Pencegahan HIV AIDS dan Narkoba

Dari hasil kunjungan perusahaan di PT. Alakasa Extrusindo


didapatkan bahwa tidak terlaksananya upaya terkait pencegahan HIV/AIDS
dan narkoba. Hal ini terlihat daritidak adanya kampanye poster mengenai
bahaya HIV/ AIDS, dan berdasarkan wawancara didapatkan bahwa tidak
ada penyuluhan tentang

cara

pencegahan

HIV/AIDS,

dan

bahaya

penggunaan narkoba. PT. Alakasa Extrusindo juga tidak pernah melakukan


kegiatan penyuluhan berkenaan dengan HIV/AIDS dan narkoba.
3.9 Program Pemenuhan Gizi

26

Perusahaan tidak menyediakan konsumsi kepada pekerja baik shift


pagi yang bekerja mulai pukul 08.00-16.00 maupun shift malam bekerja pukul
00.00 08.00. Pada perusahaan juga tida terdapat ruang makan maupun
kantin. Sehingga para pekerja membeli makanan di sekitar lingkungan
perusahaan.

3.10

Kesesuaian Pekerja dengan Alat

a. Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan
tidak sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan tidak disediakannya
kursi untuk duduk selama proses pengelasan sehingga karyawan dapat bekerja
dengan waktu yang lama dan posisi yang statis.
b. Cara Kerja
Hasil pengamatan mengenai cara kerja, tenaga kerja lebih banyak
bekerja dengan kegiatan yang lebih banyak jongkok, berdiri, berjalan dan
membungkuk serta cara kerja yang monoton. Cara kerja diamati dari 2 sisi
yaitu;
1. Posisi kerja di bagian office belum sesuai karena ditemukan adanya
karyawan yang duduk kurang tegak.
2. Proses kerja didapatkan tidak digunakannya masker selama proses
powder coating meskipun telah terdapat peringatan area wajib
menggunakan masker.
c. Beban Kerja
Hasil pengamatan didapatkan, karyawan pabrik bekerja dari hari Senin
sampai Jumat dengan jam kerja: bagian office 08.00-16.30 danbagian pabrik
dibagi 2 shift, shift 1 08.00-16.00 WIB ;shift2 00.00 08.00 WIB, break:
bagian office 1x 30pukul 12.00-13.00, sertabagianpabrik 1 x 15 pukul
12.00-12.30.
d. LingkunganKerja
Lingkungan kerja karyawan office cukup luas sehingga karyawan
dapat bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk juga sudah
diatur dan sudah disediakan pendingin ruangan. Lingkungan kerja karyawan
pabrik dipenuhi dengan mesin pembuatan alumunium sehingga menghasilkan
27

kebisingan, debu dan berbau sehingga diperlukan pemakaian APD selama


bekerja di lingkungankerja.

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Keja
1.

Permasalahan

Pemeriksaan Berdasarkan hasil


Kesehatan
pengamatan pada
Tenaga Keja perusahaan tidak
didapatkan adanya
pedoman
pemeriksaan dari
pengusaha
maupun dokter.
Selain itu pada
perusahaan tidak
terdapat adanya
pemeriksaan awal
berkala mapun
khusus pada
tenaga kerja

Dasar Hukum
-

UU No. 1 tahun 1970


tentang Keselamatan
Kerja
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan
Koperasi No. Per.
01/MEN/1976
Permenakertrans No.
3 tahun 1982 tentang
Pelayanan Kesehatan
Kerja
Permenaker No.
02/MEN/1980
tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga
Kerja dalam
Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja

Saran
-

Pengusaha/pengurus
perusahaan dan dokte
membuat
pedoman
pemeriksaan kesehatan
yang
mengikut
kemampuan perusahaa
serta kemajuan ilmu
kedokteran
dalam
kesehatan
da
keselamatan kerja
Pengusaha
perl
menyediakan
dan
dalam
melakuka
pemeriksaan kesehata
secara berkala mapun
khusus untuk tenag
kerja
pemeriksaan
yang
dilakukan disesuaika
dengan jenis pekerjaa
& faktor bahaya pad
setiap tenaga kerja
28

2.

Personil
kesehatan

Personilkesehatan
perusahaan ini
terdapat 1 dokter
perusahaan namun
hanya
menjalankan
pelayanan
kesehatan. Tidak
terdapat
paramedis dan
petugas P3K

Peraturan
Kementerian
Ketenagakerjaan
No.3Tahun 1982
(Pasal1 dan 2)
mewajibkan untuk
melindungi,
meningkatkan
kesehatan,
pengobatan dan
pengawasan kepada
pekerja
Kepdirjen No. 22
tahun 2008

Pekerja di bagian
produksi bekerja
dalam posisi berdiri
selama jam kerja
tanpa foot rest

-UU no. 1 tahun 1970 tentang


Keselamatan kerja
-UU RI no. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
-PP no. 50 tahun 2012 tentang
penerapan SMK3
-Permenakertrans
PER/03/MEN/1982 tentang
Pelayanan kesehatan kerja
-PMP NO.7 Tahun 1964

3.

Kesesuaian
pekerja
dengan alat

Masukan
untu
perusahaan yang terkai
dengan masalahpersoni
kesehatan kerja ini yaitu
dokter
perusahaa
wajib
menjalankan
PerMentaker
No.
tahun
1982
da
diharapkan
dokte
stand by di wilayah
kerja perusahaan
Menambah
tenag
kesehatan
untu
mengawasi kecelakaa
kerja.

Pekerja diberikan foot res


dengan
disediakanny
kursi
untu
mengistirahatjkan kaki
Melakukan penyuluha
mengenai
posis
ergonomis dalam

4.

Pencegahan
HIV AIDS
dan narkoba

Kurangnya kegiatan
penyuluhan
mengenai HIV
AIDS dan narkoba

-Permenakertrans no
11/MEN/VI/2005 tentang
Pencegahan dan
penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika,
dan zat aditif lainnya di tempat
kerja
- Kepmenakertrans no.
68/MEN/2004 tentang
Pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS di
tempat kerja

Pemberian informasi
kepad
tenaga kerja melalui penyuluha
berkala dari dokter perusahaa
atau melalui media cetak sepert
pembagian
brosur
maupu
pemasangan poster di lingkunga
kerja

5.

Sarana P3K

Tidak terdapat
petugas P3K .
terdapat kotak P3K
disetiap
departemen namun
letaknya sulit
dijangkau . Tidak
disediakannya alat
transportasi untuk
mengevakuasi
pekerja dalam
keadaan darurat.

Permenkes.15/MEN/VIII/2008
tentang pertolongan pertama
pada kecelakaan di tempat
kerja.

Masukan untuk perusahaan agar


terdapat petugas P3K sesuai
dengan potensi bahaya kerja.
Peletakan kotak P3K ditempat
yang mudah dijangkau.
Disediakannya transportasi
seperti ambulance atau
kendaraan khusus untuk P3K.

29

6.

Sarana
Kantin dan
Ruang
Makan

7.

PAK
(Penyakit
Akibat
Kerja)

Pada perusahaan
tidak terdapat
adanya ruang
makan maupun
kantin. Pekerja
membawa/membel
i makanan sendiri
Belum ada
pelaporan data

-surat edaran Menteri Tenaga


Kerja dan Transmigrasi
No.01/Men/1979 tentang
pengadaan kantin dan ruang
makan

Perusahaan menyediakan ruang


makan untuk para pekerja.

-UU No1 tahun 1970 tentang


keselamatan kerja
-Kepres RI No 22 tahun 1993
tentang PAK
-Permenakertrans No 1 Tahun
1981 tentag kewajiban
melapor PAK
-Kepmenaker No 333 Tahun
1989 tentang diagnosis dan
pelaporan PAK
-Permenakerrans No 25 Tahun
2008
-Kepmenakertrans No 79
Tahun 2003
Kepmenakertrans No 609
Tahun 2012

Perlu adanya pelaporan data


PAK dengan dilakukannya
pemeriksaan kesehata awal,
berkala dan khusus

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan, maka kesimpulan
yang dapat ditarik adalah :
-

Dari aspek ergonomi masih belum sesuai dengan tenaga kerja, tidak
dilakukan penyuluhan bagaimana posisi yang ergonomis dalam
melakukan pekerjaan mengingat banyak perkerja yang melakukan
pekerjaan secara repetitif dan tidak disediakannya kursi.

Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, belum tersedia ruang makan


maupun kantin dikarenakan jumlah pegawai hanya mencapai192
orang.

Dari aspek pemeriksaan kesehatan belum sesuai dengan aturan, karena


hanya dilakukan pemeriksaan kesehatan awal saja pada saat

30

penerimaan pekerja meliputi wawancara tentang riwayat kesehatan


pekerja, pemeriksaan fisik, darah rutin
-

Dari aspek program kesehatan, perusahaan belum mengadakan


penyuluhan berkala, hanya berupa edukasi tentang penyakit yang
dikeluhkan pekerja saat pekerja tersebut datang ke poliklinik
perusahaan, selain itu data mengenai program preventif, kuratif dan
rehabilitative juga tidak jelas.

Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan kurang


menjalankan program sesuai dengan peraturan yang terkait.

Ditinjau dari segi sarana P3K sudah tersedia namun belum ada
penunjuk lokasi P3K yang mudah terlihat dan belum ada ambulance

Ditinjau dari segi personil kesehatan sudah ada dokter namun tidak
standby setia hari di perusahaan.

5.2. Saran
Dari hasil walkthrough survey yang kami lakukan, maka kami ajukan
beberapa saran yaitu :
-

Pengusaha perlu menyediakan dana dalam melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala mapun khusus untuk tenaga kerja


Dokter perusahaan standby setiap hari di perusahaan

Melakukan

sosialisasi

kelangsungan

program

dan

pelatihan

kesehatan

petugas

(promotif,

kesehatan
preventif,

demi
kuratif,

rehabilitatif)
-

Melakukan penelitian epidemiologi untuk mengetahui 10 penyakit


terbanyak dan penyakit akibat kerja yang ada di perusahaan lebih
terbaru.

Pemberian kursi dengan yang memiliki sandaran guna mencegah


terjadinya PAK

31

Penyuluhan tentang penggunaan masker yang baik dan benar, posisi


yang ergonomis dalam melakukan pekerjaan, HIV-AIDS dan narkoba,
dan gizi kerja.

Perusahaan memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi P3K di


tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.

Perusahaan melaporkan setiap PAK yang terjadi.

BAB VI
PENUTUP
PT. Alakasa Extrusindo Tbk adalah sebuah perusahaan yang
menjalankan usaha dalam bidang produksi pengolahan alumina dan
alumunium. PT. Alakasa Extrusindo Tbk sudah memiliki sertifikasi ISO 9001
tentang quality management. Perusahaan ini telah mengimplementasikan
sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3), tetapi masih
terdapat kekurangannya.
Dari hasil walkthrough survey yang kami laksanakan, masih ada
beberapa hal yang belum sempurna dan butuh perbaikan. Semoga makalah ini
dapat membantu dalam menyikapi permasalahan yang ada dan perbaikan
perusahaan dalam aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

32

Anda mungkin juga menyukai