PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen)
sampai saat ini masih mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius,
baik dikalangan petani, pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun.
Walau hasil yang diperoleh petani mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila
penanganan setelah dipanen tidak mendapat perhatian maka hasil tersebut segera
akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti diketahui bahwa
produk hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan
produk pertanian yang lain.
Hal tersebut menjadi perhatian tersendiri, bagaimana agar produk
hortikultura yang telah dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat di
panen mencapai jumlah yang setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaikbaiknya dapat dipertahankan kesegarannya atau kualitasnya selama mungkin.
Sehubungan dengan hal tersebut maka sangatlah perlu diketahui terlebih dahulu
tentang macam-macam penyebab kerusakan pada produk hortikultura tersebut,
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap penyebab kerusakannya.
Kerusakan yang mempengaruhi produk pascapanen dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain kebutuhan pasar dan pembeli, penanaman yang baik,
pemanenan dan penanganan selama di lapang, pengemasan dan pengepakan,
pengangkutan, penanganan pemasaran, perlakuan terhadap produk pascapanen,
penyimapanan atau pendinginan, pengetahuan tentang mudah rusaknya produk
2.
3.
4.
Untuk
mengetahui
mempertahankan kualitas.
perlakuan
pasca
panen
yang
mampu
Ciri utama pada komoditas hortikultura, yaitu harga produk lebih ditentukan
dari kualitas. Semakin tinggi kualitas, maka semakin besar pula harga jualnya.
Maka dari itu, perlu diketahui indikator apa saja yang mempengaruhi kualitas
suatu komoditas. Kualitas hasil dapat dibagi menjadi 3 golongan utama :
inderawi, tersembunyi, dan kuantitatif. Suatu kualitas yang dapat dinilai dengan
inderanya disebut inderawi, contohnya warna, kilap, ukuran, dan bentuk. Sifat
yang tidak bisa dinilai dengan indera oleh konsumen merupakan sifat
tersembunyi, seperti nilai gizi, adanya zat yang merugikan dan beracun. Yang
terakhir yaitu kuantitatif, disebut juga mutu secara keseluruhan misalnya
rendemen akhir suatu produk hortikultura.
Produk pascapanen hortikultura berupa sayuran daun segar sangat
diperlukan oleh tubuh manusia sebagai sumber vitamin dan mineral namun sangat
mudah mengalami kemunduran yang dicirikan oleh terjadinya proses pelayuan
yang cepat (Ness dan Powles, 1996; Salunkhe et al., 1974). Banyak laporan
menyebutkan bahwa susut pascapanen relatif sangat tinggi yaitu berkisar 40-50%
khususnya terjadi di negara-negara sedang berkembang (Kader, 1985; Kader,
2002)
Kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan mutu produk segar
agar tetap prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan
karena
penyusutan
atau
kerusakan,
memperpanjang
daya
simpan
dan
masih belum cukup baik dilakukan oleh petani. Saat ini pascapanen di kalangan
petani masih cukup tradisional dengan alat yang sederhana.
Definisi pascapanen hortikultura yang baik adalah suatu kegiatan yang
meliputi
pembersihan,
pengupasan,
sortasi,
pengawetan,
pengemasan
cara
penanganan
pascapanen
hortikultura
yang
baik
meliputi
g. Penyimpanan
Penyimpanan
dilakukan
untuk mempertahankan
daya
simpan
IV.
(Terlampir)
B. Pembahasan
lainnya.
Pencucian
dilakukan
dengan
bersamaan
dengan
penyikatan. Penyikatan harus dengan cara halus agar tidak merusak komuditi
yang dicuci. Pengeringan dapat dilakukan dengan alat penirisan atau dengan
hembusan angin kearah komoditas yang dicuci.
4. Grading
Selama grading diusahakan agar terhindar dari kontak sinar matahari
langsung karena akan menurunkan bobot atau pelayuan dan akan
meningkatkan aktifitas metabolisme yang dapat mempercepat proses
pematangan
5. Pengemasan
Fungsi pengemasan adalah untuk mencegah kerusakan mekanis,
menciptakan daya tarik bagi konsumen dan memberikan daya tambah produk
dan memperpanjang daya simpan produk. Kemasan harus sesuaikan dengan
komoditi. Pengemasan yang umum digunakan diantaranya karton, kotak
kayu, keranjang bambum keranjang plastik, kantong plastik, jaring, dan lainlain.
6. Pemeraman
Pemeraman adalah teknik untuk merangsang pematangan buah atau sayuran agar
matang sevara merata dengan bentuan gas karbit atau etilen. Untuk komoditas
yang memerlukan pemeraman harus diperhatikan sifat biologis /fisiologisnya.
Jangan mencampurkan komoditas yang yang mempunyai karakteristik
fisiologis yang berbeda dalam satu tempat atau satu proses.
7. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan untuk mempertahankan daya simpan komoditi,
melindungi produk dari kerusakan, dan terkait erat dengan kebijakan
distribusi dan pemasaran seperti pengangkutan, pengeringan, penjualan, dan
Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan
erat dengan; kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai
nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa. Masa simpan produk segar dapat
diperpanjang
dengan
menempatkannya
dalam
lingkunngan
yang
dapat
atau
kehilangan
air
dipengaruhi
oleh
factor-faktor
internal
a. Metode yang berifat obyektif Yaitu metode evaluasi berdasarkan alat analisis
yang digunakan.
b. Metode yang bersifat subyektif Yaitu metode evaluasi berdasarkan penilaian
manusia ataupun dengan cara menggunakan skala.
Berikut adalah beberapa metode mengevaluasi sekaligus alat evaluasi yang
digunakan untuk mengevaluasi masing-masing komponen kualitas yang telah
dibicarakan seperti kualitas penampilan, kualitas tekstur, kualitas rasa, kualitas
nutrisi, dan kualits keamanan.
1. Kualitas Penampilan (Visual)
a. Ukuran Dimensi : diukur dengan cincin (ring) pengukur, jangka sorong
Bobot : umumnya menghubungkan antara ukuran dan berat. Ukuran juga
dapat dinyatakan sebagai jumlah komoditi tiap unit beratnya, misalnya 10
apel/kg. Volume : diketahui melalui pencelupan dalam air atau melalui
pengukuran dimensi.
b. Bentuk (shape) Perbandingan dimensi seperti perbandingan antara diameter
dengan kedalaman digunakan sebagai indek bentuk buah. Model
(diagramgambar) merupakan suatu alat evaluasi kualitas bentuk.
c. Warna Keseragaman dan intensitas, merupakan kualitas penampilan yang
sangat penting.
d. Kandungan pigmen, merupakan cara mengevaluasi komoditi berdasarkan
kandungan pigmen seperti klorofil, karotenoid (karotin, licopen, xantopil)
dan flavonoid (anthosianin).
e. Kilau (gloss atau bloom), merupakan kualitas penampakan dari kilap atau
kilau permukaan produk. Contoh alat Gloos Meter.
f. Adanya cacat (eksternal dan internal). Jumlah intensitas cacat dievaluasi
dengan menggunakan sistim skoring dari
2. Kualitas Tekstur
a. Yielding Quality (kualitas kelenturan) Hand Held Tester, menentukan tenaga
yang diperlukan untuk menetrasi bahan..
b. Fibrousness dan Toughness (serat dan kekerasan) diukur berdasarkan
pengukuran tenaga yang digunakan untuk memotong.
c. Succulence dan Juiceness. Ukuran kandungan air, sebagai indikator dari
sukulensi atau turgidutas. Ukuran juice yang dapat diekstrak, sebagai
indikator juiceness.
d. Textural Qualities (grittiness, crispness, mealness, dan chewiness). Prosedur
evaluasi sensory
3. Kualitas Rasa (flavor)
a. Sweetness Kandungan gula, diukur melalui prosedur analisis kimia untuk
total gula dan gula reduksi. Total soluble solid content (kandungan total
bagian padat terlarut) dikur dengan menggunakan Refractometer atau
Hidrometer, dapat sebagai indikator tingkat kemanisan, karena gula
merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut.
nutrisi
dievaluasi
dengan
cara
uji
laboratorium
dengan
A. Kesimpulan
1. Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk untuk memuaskan kebutuhan
dan harapan konsumen.
2. Produk yang disimpan dalam suhu dingin memiliki daya simpan yang lebih
lama dibandingkan dengan produk yang dikemas dan yang tidak dikemas pada
suhu ruang.
3. Kadar gula yang terkandung di dalam duku lebih tinggi dibandingkan dengan
kadar gula yang terdapat dalam produk yang lainnya.
4. Tomat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi dibandingkan produk
yang lainnya.
B. Saran
Saat melakukan pengukuran kadar gula dan tingkat kekerasan dari produk
pasca panen harus dilakukan secara cermat dan teliti. Praktikan disarankan untuk
mengikuti pengamatan sesering mungkin agar tujuan praktikum dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA