Pertumbuhan ekonomi di indonesia telah menyerap banyak sumber daya alam. Hal ini
termasuk tujuan dalam menciptakan milenium development goal, yaitu untuk menciptakan
banyak lapangan kerja, menciptakan produktifitas, pekerjaan yang layak. Namun peningkatan
pertumbuhan ekonomi juga diiringi dengan meningkatnya angka kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja disebabkan kurangnya kesadaran keselamatan kerja. Kondisi tersebut
dapat mengakibatkan hilangnya kondisi kerja, daya saing, dan juga produktivitas kerja. Di
indonesia berdasarkan data dari PT Jamsostek pada tahun 2011, kecelakaan kerja sebanyak
96314 kasus kecelakaan, cacat total sebanyak 42 kasus, meninggal dunia sebanyak 2144
kasus.
Data dari ILO, kerugian akibat kecelakaan kerja adalah sebesar 4% dari PDB yaitu sebesar
4% x 7000 triliun adalah 280 triliun. Salah satu upaya untuk menekan angka kecelakaan kerja
adalah dengan menerapkan budaya K3 ( keselamatan dan kesehatan kerja )
Menerapkan safety briefing, bekerja sesuai standar operating prosedure, pemeriksaan dan
pemeliharaan peralatan, pemeriksaan dan pengujian, serta penggunaan APD yang tepat dan
benar. Pelaksanaan K3 yang optimal dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan keselamatan kerja dapat menciptakan tempat kerja yang aman efisien dan produktif.
Sehingga kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat dicegah
Kecelakaan tetap terjadi meskipun:
Sistem keamanan telah didesain sebaik mungkin. Meskipun sistem peralatan di lingkungan
kerja telah ditata sedemikian rupa, namun karena adanya kelalaian pekerja dalam menerapkan
K3 dan juga menaati SOP yang berlaku, maka kecelakaan di tempat kerja tidak dapat
dihindarkan
Pekerja telah melakukan pekerjaan sesuai prosedur
Pekerja telah terlatih dalam menangani kasus yang berhubungan dengan tegangan tinggi
Adanya kelalaian dalam menggunakan APD ataupun menganggap sepele standar dan operasi
yang berlaku dapat membuat peluang terjadinya kecelakaan menjadi lebih besar.
Empat langkah mengurangi jumlah kecelakaan :
Tanggung jawab
Instalasi yang aman
Praktek kerja yang benar
Pelatihan kerja
Tanggung Jawab
Tidak ada yang dapat menggantikan intuisi saat melakukan pekerjaan meskipun kita telah
mengikuti aturan ataupun prosedur yang berlaku. Menyadari adanya bahaya yang mungkin
terjadi tidak dapat dilakukan oleh orang lain, tetapi murni dari intuisi diri kita sendiri
sehingga orang yang paling bertanggung jawab terhadap keselamatan diri adalah diri kita
sendiri
Kecelakaan tidak akan pernah terjadi jika pekerja setidaknya telah memakai peralatan
keamanan yang menunjang ataupun telah mengikuti prosedur, atau dalam hal ini setidaknya
pekerja pernah mengecek keselamatan minimal sekali. Pekerja yang telah terlatih atau sering
melakukan perkerjaan pun jika lalai dalam melaksanakan standar operasi maka akan
terancam mengalami kecelakaan kerja. Jika kita ingin melaksanakan suatu pekerjaan, bacalah
standar dan operasi yang berlaku terlebih dahulu, minta pengawas pekerjaan untuk
mengawasi pekerjaan kita.
2. NC45a
Merupakan MCB model number yang ditentukan dari produsen MCB. Lain produsen berarti
lain model number. Sebagai tambahan informasi, model NC45a ini adalah MCB yang
diproduksi untuk keperluan perumahan secara umum.
3. C16
Kode ini menjelaskan tripping curve MCB yaitu tipe C, dengan proteksi magnetic trip
sebesar 5-10In (In : arus nominal atau rating arus dari MCB) dan angka 16 adalah rating
arus dari MCB sebesar 16A. Rating arus ini adalah kode paling penting dalam MCB dan
berguna saat pembelian MCB. Penjelasan selanjutnya mengenai rating arus ada di bagian
berikutnya.
4. 230/400V
Menjelaskan rating tegangan dalam operasi MCB yaitu 230V atau 400V sesuai dengan
tegangan listrik PLN 220V.
5. 4500 dan 3
4500 menunjukkan rated breaking capacity MCB, yaitu kemampuan kerja MCB masih baik
sampai arus maksimal 4500A, yang biasanya terjadi saat hubung singkat arus listrik. Dimana
diatas angka ini MCB akan berpotensi rusak. Dan angka 3 adalah I2t classification, yaitu
karakteristik energi maksimum dari arus listrik yang dapat melalui MCB.
6. 12002
Catalog Number dari produsen MCB yang tujuannya sebagai nomor kode saat pembelian.
7. LMK; SPLN 108; SLI 175 dan IEC 898
Menandakan bahwa MCB ini sudah lolos uji di LMK PLN (LMK : Lembaga Masalah
Kelistrikan). Sedangkan tiga kode selanjutnya menyatakan bahwa MCB dibuat dengan
mengacu kepada standard-standard teknis yang ditetapkan baik nasional maupun
internasional.
8. I-ON pada toggle switch
Menandakan bahwa MCB pada posisi ON. Untuk posisi OFF maka simbolnya adalah
O-OFF.
9. SNI
MCB ini sudah mendapatkan sertifikat SNI (Standard Nasional Indonesia).
Instalasi, peralatan harus dipasang dengan aman dan bekerja sesuai sensitifitasnya. Ruang
kosong harus disediakan untuk keselamatan. Jika perlu tembok pengaman juga dapat
ditambahkan, pemasangan alat elektrik seharusnya tidak dicampurkan dengan area yang
digunakan untuk ruang publik.
Peralatan proteksi elektrik. Peralatan proteksi seperti circuit Breaker, Fuse, dan saklar
seharusnya dapat menerima arus yang telah ditentukan sesuai ratingnya. NEC telah
memberikan ketentuan ukuran proteksi yang dibutuhkan pada peralatan proteksi.
Perbaikan. Peralatan yang tidak bekerja sesuai rating sangat berbahaya. Sebagai contoh,
circuit breaker dapat meledak secara tiba tiba jika tidak dilakukan perbaikan. Setiap peralatan
harus dilakukan pengecekan dan pengetesan secara berkala.
Skema operasi. Beberapa kecelakaan secara personal dapat dicegah jika sistem telah didesain
secara aman sesuai standar prosedur yang berlaku.
Peralatan pembantu seperti switchgear yang mampu mematikan percikan dan busur listrik
dapat dipasang untuk mengurangi kemungkinan adanya percikan elektrik dan juga dilengkapi
sistem pelepas tekanan yang dapat mengarahkan busur listrik, ledakan, dan energi yang
tersebar sehingga dapat mengamankan pekerja.
Peralatan seperti circuit breaker, saklar, dan peralatan elektrik lainnya harus dilengkapi
dengan kontrol operasi jarak jauh sehingga memungkinkan pekerja dapat mengoperasikan
peralatan yang diduga dapat mengakibatkan kecelakaan dari jarak jauh.
Panel kontrol seharusnya dirancang dengan proteksi hambatan untuk mencegah bahaya
sengatan dan mengandung percikan busur listrik.
Kalibrasi. Peralatan pada umumnya harus dikalibrasi ulang. Sebagai contoh, alat proteksi
seharusnya dikalibrasi sehingga perlatan tersebut dapat bekerja meskipun dalam kondisi
dibawah keadaan normal. Kalibrasi dilakukan untuk mencegah adanya kesalahan pembacaan
dalam melakukan pengukuran sehingga dapat membahayakan keselamatan pekerja.
Jika korban berada dalam bahaya, ia harus dipindahkan ke posisi yang aman.
Jika korban tidak responsif, pastikan kondisi dan tanggapan yang terjadi pada korban.
Jika korban responsif, buat korban senyaman mungkin dan panggilah bantuan. Jangan
meninggalkan korban sampai bantuan tiba.
Terus-menerus pantau kondisi korban. Sengatan listrik dapat menyebabkan kondisi korban
yang tidak terdeteksi dan penyimpangan detak jantung.
Upaya penyelamatan korban telah diatur dalam PUIL 2000, dan telah ditetapkan ole oleh
Kepmenakertrans No. 75/Men/2002 sehingga menjadi sebuah kewajiban bagi setiap orang
atau pun perusahaan yang menggunakan/ membangkitkan/ menyalurkan Instalasi Listrik
dalam menaati SOP yang berlaku.
1 Ketentuan
Pada peristiwa kecelakaan terkena aliran listrik, biasanya penderita terjatuh setelah aliran
listrik putus. Jika tempat kejadian itu membahayakan, misalnya di atas tiang, atap yang
landai, atau kuda-kuda bangunan, sering orang mengalami kecelakaan yang lebih berat.
Dalam hal ini pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) yang dilakukan oleh seorang ahli
atau pembantu dokter, tidak dimaksudkan untuk mengambil alih tugas dokter melainkan
semata-mata merupakan pertolongan darurat sampai dokter datang.
2 Cara membebaskan penderita dari aliran listrik
2.1 Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan penghantar, dilakukan cara seperti
berikut:
c) Penghantar dilepaskan dari tubuh penderita dengan tangan yang dibungkus dengan
pakaian kering yang dilipat-lipat;
Jika korban tidak responsif, anda harus melakukan pengecekan langsung untuk menentukan
kondisinya.
Tabel 7.8 merupakan daftar ABC saat pertolongan pertama. Perangkat memori ini dapat
membantu kita saat pemberi pertolongan pertama untuk mengingat prosedur yang tepat
ketika memeriksa korban yang tidak responsif
Beri alur pernapasan dari seorang pekerja terluka (Airway)
Dengarkan baik-baik bunyi pernafasan dari seorang pekerja terluka (Breathing)
Melakukan pemeriksaan terhadap sirkulasi pernafasan (Circulation)
langkah yang harus diambil untuk berbagai masalah kombinasi sirkulasi orang terluka yang
dapat ditemukan.
Panggil Dokter.
Jika upaya memberikan alur pernafasan tidak berhasil, pemberi pertolongan pertama lebih
baik meminta bantuan yang lebih berkualifikasi meskipun keadaan korban belum stabil
yaitu bahaya sentuhan langsung dengan bagian konduktif yang aktif atau bagian yang secara
normal memiliki arus atau bertegangan) dan bahaya sentuhan tidak langsung, yang terjadi
akibat adanya kegagalan yang mengakibatkan bagain tidak bertegangan menjadi bertegangan
karena adanya arus bocor
Prosedur pertolongan untuk luka bakar akibat listrik juga telah diatur dalam PUIL 2000
3 Pertolongan pertama pada penderita luka
3.1 Luka tidak boleh disentuh dengan tangan
Basuhlah luka dengan air dan obat antiseptik bila luka tampak kotor. Tutuplah segera luka
dengan pembalut luka yang steril dan kering; jangan membalut luka dengan bahan kain lain
seperti saputangan, kain bekas, atau pita. Apabila bahan yang steril tidak tersedia, lebih baik
luka dibiarkan terbuka. Pembalut luka hanya dapat menahan luka yang dangkal. Pada waktu
membalut luka, usahakan agar bagian badan yang terluka diangkat ke atas. Apabila luka
sangat dalam dan banyak mengeluarkan darah, cegahlah pendarahan seperti itu dengan cara
tersebut dalam poin-poin 3.2;
3.2 Macam-macam luka
a) Pendarahan arteri : Pendarahan arteri dapat diketahui karena darah memancar dari
luka. Cobalah menghentikannya dengan membalut luka kuat-kuat dengan pembalut
steril. Jika dengan cara ini tidak berhasil, tekuklah bagian badan yang terluka itu pada
sendinya, misalnya pada lutut, siku, atau sendi paha, sampai batas maksimum; kemudian
sementara ditekuk, tepat di atas luka ikatlah bagian badan itu dengan pita kain atau
sabuk. Jika masih belum juga berhasil, gunakanlah torniquet. Jika torniquet tidak ada,
himpitlah arteri bersangkutan dengan kedua ibu jari yang diletakkan sejajar pada tempat
tersebut.
b) Luka pada mata : Tutuplah kedua mata dengan kasa steril meskipun cuma satu
mata yang terluka. Jika luka disebabkan oleh bahan kimia seperti soda, asam keras,
amonia, cucilah mata dengan air bersih. Gunakan ibu jari dan telunjuk untuk membuka
mata selebarlebarnya.
c) Luka bakar : Jika pakaian dari orang yang bersangkutan masih terbakar, cegahlah
orang tersebut berlari-lari. Lemparkan ke tanah, matikan nyala api dengan membungkus
orang tersebut dengan selimut, atau menggulingkan badan orang tersebut ke tanah.
Bekas bekas pakaian terbakar yang masih menempel pada badan tidak boleh
dihilangkan. Kulit yang melembung tidak boleh disudat/dipecahkan. Balutlah luka bakar
dengan pembalut khusus untuk luka bakar (konsteril) dan balut longgar. Cegah
penggunaan tepung, minyak atau salep untuk luka bakar. Apabila luka bakar sangat luas,
tidak boleh dipakai pembalut sama sekali. Usahakan melindungi penderita luka bakar
dari kedinginan (di tempat-tempat yang berhawa dingin) dengan menyelimutinya dan
menjaga agar selimut tidak kena luka bakar. Bila penderita shock, baringkan korban
dengan kepala lebih rendah dan segera kirim ke rumah sakit.
d) Luka bakar karena bahan kimia : Apabila luka bakar di bagian luar, maka buka
pakaian penderita dan segera siram dengan air bersih yang banyak untuk melarutkan
bahan-bahan kimia tersebut. Setelah itu balut luka seperti halnya luka bakar api. Apabila
luka bakar di dalam, misalnya penderita telah terminum asam keras, segera penderita
beri minum air atau air teh dan secepatnya bawa ke rumah sakit.
e) Dalam keadaan pendarahan di dalam badan (dari paru-paru atau perut) baringkan
penderita dan jaga agar penderita tetap tenang. Hanya dokter yang dapat menolong atau
kirim segera penderita ke rumah sakit. Apabila luka di dalam badan akibat pukulan yang
keras pada perut atau kepala, biasanya penderita merasa mual dan muntah, penderita
tidak boleh diberik minum atau makan. Kirimkan penderita segera ke rumah sakit
dengan mengusahakan agar penderita selalu diam dalam keadaan berbaring.
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa semakin cepat bantuan resusitasi, maka kemungkinan
menyelamatkan hidup seseorang akan semakin baik. Semakin lama bantuan resusitasi
diberikan, maka kurva akan semakin merosot tajam dan kemungkinan pemberian pertolongan
oleh tim medis akan berkurang. Idealnya pemberian resusitasi buatan dilakukan antara 1-2
menit setelah terjadi kecelakaan kerja. Namun faktanya, menurut survey kesehatan sebuah
rumah sakit di australia, hanya sebesar 14% penduduk australia yang mengetahui teknik
resusitasi atau mengetahui bagaimana tindakan yang harus dilakukan ketika terdapat korban
yang membutuhkan pertolongan. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat bahwa waktu
pertolongan kepada korban merupakan hal yang sangat krusial dalam memberikan
pertolongan, sehingga diharapkan semua orang setidaknya mengetahui prinsip umum dalam
memberikan pertolongan.
4. alirkan udara yang dihasilkan oleh kita melalui mulut selama 1-2 detik, selama pemberian
bantan pernafasan, perhatikan apakah bagian dada korban mengembang setelah kita alirkan
bantuan pernafasan
5. berhenti memberikan bantuan pernaafasan, dan lihat reaksi pernafasan korban apakah
mengeluarkan pernafasan atau tidak
6. lakukan bantuan pernafasan selama 2 kali
7. hentikan prosedur dan lihat reaksi korban selama 5-10 detik untuk melihat apakah korban
bisa bernafas dengan sendiri atau tidakk
8. Jika korban tidak dapat bernafas dengan normal, lakukan pemberian bantuan pernafasan
kembali sampai korban dapat bernafas secara normal, atau hingga petugas yang berkualifikasi
datang membantu anda.
7 Pernafasan buatan
Penyelamatan pada korban kecelakaan kejut listrik dapat mengagetkan korban dan
menghentikan nafas korban. Berikut langkah-langkah ditempuh untuk memberikan
pernafasan buatan:
c) periksa reaksi, goyang dengan pelan dan teriak dengan keras, bila tidak ada reaksi,
maka lakukan hal sebagai berikut:
Pertama
- letakkan korban pada sisinya,
- buka mulutnya dan periksa benda-benda asing,
- bila ada, bebaskan jalan pernafasan dengan jari.
Kedua
- baringkan korban pada punggungnya,
- angkat kepalanya ke belakang dan angkat dagunya ke depan.
Ketiga
- periksa nafas, periksa gerakan di dada, dengarkan dan rasakan adanya nafas,
- bila tidak ada nafas, maka pencet hidung sampat tertutup dengan ibu jari dan telunjuk,
- tiup ke dalam mulut korban.
Keempat
Berikan dengan cepat 5 kali tiupan pernafasan, dan diikuti dengan satu pernafasan setiap 5
detik (12 kali/menit).
Keenam
- Bila denyut korban dan pernafasan alamiah telah kembali, hentikan penyadaran
kembali, dan letakkan korban pada posisi recovery atau posisi koma.
- Perhatikan terus korban, untuk memastikan dia tidak berhenti bernafas lagi, sampai perawat
ahli mengambil alih.
Chest Compressions
Jika korban tidak memiliki denyut nadi, kompresi dada harus menemani bernapas
penyelamatan
Alternatif posisi tangan dalam menerapkan CPR.
Resusitasi Jantung dan Paru Paru
Resusitasi jantung-paru paru juga disebut resusitasi kardiopulmonary (CPR).
Teknik ini harus diterapkan ketika korban tidak memiliki denyut nadi dan pernafasan.
Prosedur harus dimulai sesegera mungkin untuk memaksimalkan kemungkinan berhasil
dalam memulihkan fungsi pernafasan korban.
7.3 Teknik Umum Penyelamatan
Prioritas pertama dalam keadaan darurat adalah untuk menyelamatkan korban hidup dari
daerah bahaya jika mereka tidak dapat melarikan diri sendiri. Prosedur ini disebut
penyelamatan.
Dalam beberapa kasus penyelamat akan mempertaruhkan hidupnya untuk menyelamatkan
korban. Keputusan untuk risiko kehidupan seseorang adalah pribadi dan tidak dapat diatur
oleh prosedur standar apapun.
Menurut Palang Merah Amerika, metode penyelamatan dapat dilihat pada Tabel 7.14
Elevated Rescue
Teknik-teknik fisik yang digunakan untuk semua jenis penyelamatan harus dipelajari dan
dipraktekkan dalam lingkungan yang terkendali di bawah arahan berpengalaman, pelatihan
personil yang berkualitas.
Penyelamatan dalam ruang terbatas
Penyelamatan dalam ruang terbatas menjadi lebih kompleks karena terdapat dua masalah
dasar yaitu :
Pertama, ruang terbatas dapat menjadi ruang yang dipenuhi gas yang tidak dapat dihirup
untuk bernafas atau lebih buruk lagi, terdapat gas beracun yang berbahaya bagi kehidupan
manusia.