Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK

Latar Belakang : Pneumonia adalah penyakit yang terjadi karena adanya infeksi
akut pada jaringan paru. Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia
lima tahun pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian balita di
dunia. Salah satu faktor resiko yang selalu ada mempengaruhi kejadian pneumonia
adalah tidak mendapat ASI Eksklusif.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
dengan kejadian Pneumonia pada balita usia 6-59 bulan di puskesmas Sangurara Kota
Palu Tengah tahun 2015.
Metode : Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan
desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien balita yang
datang ke Puskesmas Sangurara priode januari-desember 2015 yang berjumlah 1.782
anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak berusia 6-59 bulan, diperoleh
dengan cara purposive sampling. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter berdasarkan pedoman pengobatan
dipuskesmas. Status pemberian ASI Eksklusif didapatkan dari Kartu Menuju Sehat
(KMS). Analisis data yang digunakan adalah uji statistic Chi Square, jika H1 diterima
maka dilakukan uji Phi untukmengetahui kekuatan hubungan.
Hasil : Pada penelitian ini diperoleh bahwa balita yang menderita pneumonia dan
mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 4 anak (15,4%), sedangkan balita pneumonia
yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 51 anak (73,9%). Balita yang tidak
mengalami pneumonia serta mendapatkan ASI Eksklusif sebanyak 22 anak (84,6%)
sedangkan 18 balita (26,1%) tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan tidak mengalami
pneumonia. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p 0,0001 sehingga terdapat
hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian pneumonia. Nilai uji Phi -0,529
menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan korelasi kuat.

Simpulan : Ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif terhadap
kejadian pneumonia pada balita usia 6-59 bulan di puskesmas Sangurara Tahun 2015

Kata Kunci : Pneumonia, ASI Eksklusif


ABSTRACK
Background: Pneumonia is a disease that occurs because of an acute infection of the
lung tissue. Pneumonia kills approximately 935.000 children under five years old in
2013, accounting for 15% of all children under five deaths in the world. One risk
factor is always there affects the incidence of pneumonia is not exclusive
breastfeeding.
Objective: To determine the relationship between exclusive breastfeeding with the
incidence of pneumonia in children under five aged 6-59 months in puskesmas
Sangurara Palu in 2015.
Methods: This research is observational analytic research with cross sectional
design. Population in this study were all patients children under five who come to the
Puskesmas Sangurara period January-December 2015 amounted to 1.782 children.
Sample was 95 children aged 6-59 months, obtained by purposive sampling.
Diagnosis is made by history and physical examination performed by a physician
based on the treatment guidelines for primary health care. Exclusive breastfeeding
status was obtained from Kartu Menuju Sehat (KMS). Data analysis used is the
statistical test Chi Square to know the relationship between two variables.
Results: In this study, data showed that children under five suffering pneumonia and
receive Exclusive breastfeeding were 4 children (15.4%), while children under five
with pneumonia who did not receive exclusive breastfeeding were 51 children
(73.9%). Children under five who did not have pneumonia and get exclusive breast
feeding were 22 children (84.6%), while 18 children under five (26.1%) did not

receive exclusive breastfeeding and did not suffering pneumonia. Result of statistic
Chi Square test obtained p-value 0,0001 so that there is a relationship between
exclusive breastfeeding with pneumonia. Phi test value is -0,529 indicating that
negative correlation with the strength of a strong correlation.
Conclusion : There is significant correlation between exclusive breastfeeding with
the incidence of pneumonia in children under five aged 6-59 months in Puskesmas
Sangurara in 2015

Keywords: Pneumonia, exclusive breastfeeding

PENDAHULUAN
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
dan mempunyai gejala batuk, sesak napas, ronki, dan infiltrant pada foto rontgen

(Sugihartono & Nurjazuli,2012). Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas


dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita) Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal
setiap tahun akibat pneumonia. 70 % kasus pneumonia terjadi di sub - Sahara Afrika
dan Asia Tenggara. (Rahajoe dkk, 2013).
Di Indonesia terjadi kecenderungan yang meningkat untuk periode prevalence
pneumonia dari 2,1 persen pada tahun 2007 menjadi 2,7 persen pada tahun 2013.
Sulawesi Tengah termasuk lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi
pneumonia tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 29.257 balita yang mengalami
pneumonia. (Riskesdas,2013)
Kota Palu merupakan salah satu wilayah dengan kejadian pneumonia tertinggi
di Sulawesi Tengah, pada tahun 2010 cakupan pneumonia sebanyak 3.725 kassus dan
tahun 2014 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 4.050 kasus. Puskesmas
Sangurara merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kota Palu. Wilayah Kerja
Puskesmas Sangurara meliputi 5 kelurahan dan merupakan salah satu wilayah dengan
penderita Pneumonia terbanyak pada tahun 2014 yaitu mencapai 468 kasus. (Dinkes
Kota Palu,2014)
Umumnya, semua anak di bawah usia 5 tahun mengalami peningkatan risiko
terkena pneumonia. Anak yang diberikan ASI selama 6 bulan memiliki risiko yang
rendah terjangkit penyakit. .(Nira dkk,2013). ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air
susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
(Purwanti,2004). Pemberian ASI eksklusif pada balita di Kota Palu tahun 2014
mencapai 1.533, sedangkan Pemberian ASI eksklusif pada balita di Puskesmas
Sangurara pada tahun 2014 mencapai 216 balita. (Dinkes Kota Palu,2014)

Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi karena di
dalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakitpenyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi pertama karena
ASI mengandung berbagai zat kekebalan tubuh antara lain immunoglobulin. (Umboh
et al,2013)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) eksklusif dengan kejadian Pneumonia pada balita usia 6-59 bulan di
puskesmas Sangurara Kota Palu Tengah tahun 2015
Metode
Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien balita
yang datang ke Puskesmas Sangurara priode januari-desember 2015 yang berjumlah
1.782 anak.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 95 anak yang berusia 6-59 bulan.
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh dokter berdasarkan pedoman pengobatan dipuskesmas. Status
pemberian ASI Eksklusif didapatkan dari Kartu Menuju Sehat (KMS). Jumlah sampel
diperoleh dengan cara purposive sampling yang memenuhi kriteria yaitu :
1. Kriteria Inklusi :
a. Balita Usia 6-59 bulan
b. Datang ke Puskesmas Sangurara Tahun 2015
c. Imunisasi Lengkap sesuai umur pada saat dilakukan penelitian
d. Balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Sangurara
2. Kriteria Eksklusif :
a. BBLR
b. Pasien dengan data rekam medis tidak lengkap (tidak terdapat nama,usia, dan
alamat)
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan karakteristik masingmasing variabel yang diteliti. Analisis data bivariat yang digunakan adalah uji
statistik Chi Square untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel. Jika H1 diterima,

selanjutnya dilakukan uji Phi untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua
variabel.

Hasil
A. Analisa Univariat
1. Distribusi sampel berdasarkan usia
Tabel 1 Distribusi sampel berdasarkan usia
Usia

Jumlah

Persentase (%)

6-12 bulan
13-24 bulan
25-36 bulan

29
37
12

30,5
38,9
12,6

37-59 bulan

17

17,9

Total

95

100

Berdasarkan table 1, jumlah balita usia 6-12 bulan sebanyak 29 balita


(30,5%), usia 13-24 bulan sebanyak 37 balita (38,9%),

usia 25-36 bulan

sebanyak 12 balita (12,6%), dan usia 37-59 bulan sebanyak 17 balita (17,9%).
2. Distribusi sampel berdasarkan status pemberian ASI Eksklusif
Tabel 2 Distribusi sampel berdasarkan status pemberian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Jumlah
Persentase (%)
Ya
26
27,4
Tidak
69
72,6
Berdasarkan data dari tabel 2, sebanyak 69 balita (72,6%) tidak
mendapatkan ASI Eksklusif dan sisanya 26 balita (27,4%) mendapatkan ASI
Eksklusif.
3. Distribusi sampel berdasarkan Pneumonia
Tabel 3 Distribusi sampel berdasarkan pneumonia
Pneumonia
Jumlah
Persentase (%)
Ya
55
57,9
Tidak
40
42,1
Berdasarkan data tabel 3, sebanyak 55 balita (57,9%) mengalami
pneumonia dan sisanya 40 balita (42,1%) tidak mengalami pneumonia.

B. Analisa Bivariat
Tabel 4.4 Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Pneumonia
ASI Eksklusif
Tidak
Ya

Jumlah
Presentase
Jumlah
Presentase

Pneumonia
Ya
Tidak
51
18
73,9% 26,1 %
4
22
15,4% 84,6%

Total

55

40

Total
69
100 %
26
100 %

Nilai p

Nilai

0,0001

0,05

95

Table 4 menunjukkan balita pneumonia yang mendapatkan ASI


Eksklusif 4 anak (15,4%), sedangkan balita pneumonia yang tidak mendapat
ASI Eksklusif sebanyak 51 anak (73,9%). Pasien balita yang tidak mengalami
pneumonia serta mendapatkan ASI Eksklusif terdapat 22 anak (84,6%),
sedangkan 18 balita (26,1%) tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan tidak
mengalami pneumonia. Dari data tersebut terlihat bahwa balita yang tidak
diberikan ASI Eksklusif lebih beresiko mengalami pneumonia. Hal ini juga
didukung dengan hasil uji Chi-Square dimana nilai p < nilai yaitu p =
0,0001 yang berarti H1 diterima. Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan
hubungan kedua variabel maka dilakukan uji Phi, dari hasil statistik
ditemukan nilai Phi sebesar -0,529 dan berada pada range -0,5 sampai -0,75.
Hal ini berarti, kekuatan hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian
pneumonia yaitu kuat dan korelasinya kearah negatif.
Pembahasan
Distribusi sampel berdasarkan usia didapatkan jumlah pasien terbanyak adalah
usia 13-24 bulan yaitu sebanyak 37 balita (38,9%). Hasil ini sesuai dengan Scott, dkk
(2008) yang menyatakan serangan pneumonia meningkat pada 5 tahun pertama
kehidupan, terutama pada 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan oleh belum
matangnya sistem pertahanan tubuh terutama IgA pada anak berusia 2 tahun dan
saluran napas yang relatif sempit.

Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa sebagian besar balita mengalami


Pneumonia. Hal ini dikarenakan pemberian ASI yang tidak eksklusif. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penyakit
Pneumonia adalah ASI Eksklusif, (Kemenkes, 2010).
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu merupakan
makanan terbaik dan utama bagi bayi karena di dalam ASI terkandung antibodi yang
diperlukan bayi untuk melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada
dasarnya ASI adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung berbagai zat
kekebalan tubuh antara lain immunoglobulin. (Umboh et al,2013)
Uji statistik yang dipilih untuk mengetahui hubungan antara ASI Eksklusif
dengan kejadian pneumonia adalah uji Chi-Square. Berdasarkan hasil perhitungan uji
tersebut, diperoleh bahwa nilai p < 0,05 yaitu 0,0001 yang artinya dimana terdapat
hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
pneumonia. Oleh karena itu, hipotesis kerja (H1) pada penelitian ini dapat diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan hubungan maka dilakukan uji Phi. Dari hasil
statistik uji Phi ditemukan nilai Phi sebesar -0,529 dan berada pada range -0,5 sampai
-0,75. Hal ini berarti, kekuatan hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian pneumonia adalah kuat dan korelasinya kearah negatif yaitu jika semakin
tinggi pemberian ASI Eksklusif maka semakin rendah kejadian pneumonia pada
balita usia 6-59 bulan di puskesmas Sangurara kota Palu Tahun 2015.
Nataprawira et al.(2010) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara pemberian ASI eklusif terhadap kejadian pneumonia. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugiharto (2012)
bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap terjadinya pneumonia dengan nilai p = 0,000.
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama
6 bulan. Sistem pertahanan tubuh balita akan berusaha mempertahankan atau
melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh, sistem pertahanan tubuh yang

paling baik diperoleh dari ASI. Bayi yang diberi ASI Eksklusif terbukti lebih kebal
terhadap berbagai penyakit infeksi. (Sugihartono & Nurjazuli,2012)
ASI mengandung zat kekebalan tubuh terhadap infeksi diantaranya protein
komplemen, laktoferin, imunoglubulin, dan antibodi terhadap bakteri, virus, dan
jamur. Komplemen terdiri dari sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan
memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi.
Komplemen dapat meningkatkan fagositosis dan destruksi/lisis dari bakteri dan
parasit. (Agusjaya Mataram,2011)
Laktoferin dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena merupakan
glikoprotein yang dapat mengikat besi yang dibutuhkan untuk perkembangan bakteri
aerobik. Leukosit yang terdapat pada kolostrum terdiri dari sel BALT diduga
bermigrasi dari daerah limfoid dan berperan dalam respon terhadap antigen kuman
yang terhirup. MALT merupakan agregat jaringan limfoid yang berperan dalam
pertahanan imun lokal dan regional melalui kontak langsung dengan antigen asing.
MALT salah satunya terdapat pada mukosa saluran nafas yang akan mengawali
respon imun terhadap antigen yang terhirup. (Agusjaya Mataram,2011)
Secara teori, telah diketahui bahwa ASI mengandung komponen-komponen
yang memiliki efek perlindungan seperti sel limfosit B dalam ASI juga dapat masuk
ke dalam kelenjar limfe mesenterika, berproliferasi dan masuk ke dalam pembuluh
darah. Dari pembuluh darah, sel limfosit B akan bermigrasi ke mukosa tempat lain
seperti mukosa traktus respiratorius. Pada tempat ini sel limfosit B akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi IgA, IgA yang dihasilkan
akan berikatan dengan komponen sekretori sel epitel mukosa menjadi sIgA . Antibodi
sIgA berfungsi utama sebagai inhibitor penempelan bakteri atau virus ke epitel
(Matondang dkk,2008)
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada 95 sampel balita maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan diantaranya yakni :

Kejadian pneumonia pada balita usia 6-59 bulan adalah sebagian besar
mengalami pneumonia yaitu sebanyak 55 balita (57,9%) dan sebanyak 40
(42,1%) tidak mengalami pnumonia
Status pemberian ASI Eksklusif pada balita usia 6-59 bulan sebagian besar

tidak mendapatkan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 69 balita (72,6%) dan


sebanyak 26 (27,4%) mendapatkan ASI Eksklusif
Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif terhadap

kejadian pneumonia pada balita usia 6-59 bulan di puskesmas Sangurara


Tahun 2015 dengan nilai p adalah 0,0001
Saran
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar melanjutkan penelitian dengan
mencari faktor resiko lain penyebab pneumonia.
2. Diharapkan dapat memberikan motivasi kepada petugas kesehatan untuk
berperan dalam meningkatkan pemberian ASI secara eksklusif, dengan tidak
memberikan makanan dan cairan lainnya sebelum usia 6 bulan.
3. Diharapkan untuk Orang tua balita agar memberikan ASI eksklusif pada balita
sehingga dapat mencegah penyakit pneumonia

Daftar Pustaka
Agusjaya Mataram, I.K, 2011, Aspek Imunologi Air Susu Ibu, Jurnal Ilmu Gizi, Vol.2,
No.1, Diakses pada 25 Mei 2015. Dari <http://poltekkes-denpasar.ac.id>
Dinkes Kota Palu, 2014, Data Balita Kota Palu Tahun 2014, Dinas Kesehatan Kota
Palu, Palu
Kemenkes RI, 2010, Pneumonia Balita, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta
Matondang, C.S, 2008, Respon Imun. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds),
Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, Badan Penerbit IDAI, Jakarta

Nataprawira, H.M., Alwi, E.H., Adriani, N, 2010, Faktor Risiko Morbiditas dan
Mortalitas Pneumonia Berat pada Anak Usia Balita. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol.60,No.10, Diakses pada 25 Mei 2015. Dari
<http://indonesia.digitaljournal.org>
Nira, N.K., Pramono, D., Naning, R, 2013, Risk Factors of Pneumonia Among
Under Five Children in Purbalingga District, Central Java Province. Tropical
Medicine Journal. Vol.3,No.2,pp.131. Diakses pada 20 Mei 2015. Dari
<http://jurnal.ugm.ac.id/tropmed/article/download/5864/4750>
Purwanti, H.S, 2004, Konsep Penerapan ASI Eksklusif, EGC, Jakarta
Rahajoe,N.N., Supriyanto,B., Setyanto,D.B, 2013, Buku Ajar Respirologi Anak, EGC,
Jakarta
Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Scott J.A., Brooks, W.A., Peiris, J.S., Holtzman, D, Mulholland, E.K, 2008, Review
series : Pneumonia research to reduce childhoold mortality in the developing
world, Jurnal Clin Invest, Vol.118,No.4. Diakses pada19 Maret 2016, Dari
<http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18382741>
Sugihartono & Nurjazuli, 2012, Analisis Faktor Risiko Kejadian Pneumonia Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidorejo Kota Pagar Alam. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1. Diakses pada 28 April 2015.
Dari <http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/4145/3780>
Umboh, E., Wilar, R., Mantik, M.F, 2013, Pengetahuan Ibu Mengenai Manfaat ASI
terhadap Bayi, Jurnal e-Biomedik, Vol.1,No.1. Diakses pada 21 Maret 2016,
Dari < http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/1620>

Anda mungkin juga menyukai