Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
DC (Direct Current) syok pada jantung telah lama digunakan secara sukses
untuk mengkonversi irama jantung abnormal kembali ke irama sinus rhythm.
Tahun 1775, Abilgar melaporkan penggunaan listrik untuk merangsang dan
mengembalikan seekor anak ayam dari kematian. Back, adalah dokter pertama
yang menggunakan DC defibrilasi pada manusia untuk mengobati ventrikel
fibrilasi pada seorang anak umur 14 tahun selama operasi jantung tahun 1947.
Lima belas tahun selanjutnya Lown mengaplikasikan DC Syok Sincronized pada
jantung untuk mengkonversikan atrial fibrilasi dan ventricular takikardia menjadi
irama sinus kembali

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini seperti penjelasan mengenai Syncronized Defibrilator
(cardioversi)

1.3.

Tujuan
Mahasiswa

dapat

mengetahui

mengenai

Syncronized

Defibrilator

(cardioversi)
1.4.

Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan referat yang berjudul Syncronozed
defibrilator (cardioversi) ini adalah mahasiswa dapat mengetahui mengenai
kardioversi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Defenisi Kardioversi

Kardioversi ialah suatu tindakan elektif atau emergensi untuk


mengobati takiaritmia dimana diberikan aliran listrik, biasanya dengan energi
yang rendah dan disinkronkan dengan gelombang R, dimana aliran listrik
diberikan pada puncak gelombang R. Kardioversi secara elektrik dilakukan
dengan DC (direct current) counter shock yang synchronized. Direct current
(DC) counter shock ialah impuls listrik energi tinggi yang diberikan melalui
dada (ke jantung) untuk waktu singkat. Direct current (DC) counter shock
dilakukan dengan alat defibrilator.
II.2. Mekanisme Kerja Kardioversi
Pada kardioversi diberikan aliran listrik ke miokardium pada puncak
gelombang R. Hal ini menyebabkan terjadinya depolarisasi seluruh
miokardium, dan masa refrakter memanjang, sehingga dapat menghambat dan
menghentikan terjadinya re-entry, dan memungkinkan nodus sinus mengambil
alih irama jantung menjadi irama sinus. Pada fibrilasi ventrikel shock listrik
menyebabkan hiperpolarisasi membran sel sehingga fibrilasi dapat dihentikan
dan kembali ke irama sinus. Kardioversi elektrik paling efektif dalam
menghentikan takikardia karena re-entry, seperti fluter atrial, fibrilasi atrial,
takikardia nodal A V, reciprocating tachycardia karena sindrom Wolff
Parkinson White (WPW), takikardia ventrikel. Takiaritmia dapat juga karena
pembentukan impuls (automaticity) yang bertambah seperti pada parasistol
atau takikardia ideoventrikular. Gangguan irama seperti itu tidak perlu
dilakukan kardioversi listrik karena akan kembali lagi dalam waktu singkat.

II.3. Indikasi Kardioversi


Adapun indikasi dilakukannya kardioversi antara lain sebagai berikut:
1

Fibrilasi ventrikel.

Takikardia ventrikel, bila pengobatan medikamentosa yang adekuat


tidak berhasil menghentikan takikardia tersebut atau pasien dengan
keadaan hemodinamik yang buruk.

Takikardia supraventrikuler yang tidak bisa dihentikan dengan


pemberian obat-obatan atau keadaan hemodinamik yang buruk.

Fibrilasi atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan
obat-obatan.

Fluter atrial yang tidak bisa dikonversi menjadi irama sinus dengan
obat-obatan.

II.4. Persiapan Kardioversi


Antikoagulan
Pada fibrilasi atrial kronik perlu diberikan antikoagulan seperti
koumadin selama dua minggu sebelum tindakan, untuk menghindari
terjadinya emboli sistemik. Bentuk takikardia yang lain tidak membutuhkan
antikoagulan. Pada fibrilasi ventrikel, DC kardioversi harus segera dilakukan,
disertai dengan pemberian pernapasan buatan dan massage kardiak, jadi
merupakan bagian dari resusitasi jantung paru.
Anestesia
Perlu diberikan obat anestesia karena prosedur DC defibrilasi
menimbulkan rasa sakit yang cukup berat. Obat anestesi diberikan secara
intravena, biasanya golongan barbiturat kerja pendek atau fentanil.
Jumlah energi untuk kardioversi
Jumlah energi yang dibutuhkan biasanya dimulai rendah, lalu dapa
dinaikkan tergantung macamnya takikardia. Pada fluter atrial biasanya cukup 2550 Joule. Takikardia supraventrikular membutuhkan energi sebesar 50-100 Joule,

sedangkan fibrilasi atrial dan takikardia ventrikular membutuhkan 100-200 Joule.


Pada henti jantung (cardiac arrest) dengan fibrilasi ventrikel energi yang
dibutuhkan 200-400 Joule.
II.5. Prosedur Kardioversi Listrik
Sebelum dilakukan tindakan kerdioversi secara elektif, dilakukan
pemeriksaan fisik secara menyeluruh dan pemeriksaan EKG lengkap. Pasien
sebaiknya dalam keadaan puasa selama 6-12 jam dan tidak ada tanda-tanda
intoksikasi obat seperti digitalis. Pasien juga dipantau tekanan darah, irama
jantung dan saturasi oksigen dengan pulse oxymeter. Setelah diberikan obat
sedatif secara intravena.
Paddle pertama diberi jelly secukupnya dan diletakkan di dada bagian
depan sedikit sebelah kanan sternum di sela iga III, paddle kedua setelah
diberi jelly diletakkan di sebelah kiri apeks kordis; alat defibrilator dinyalakan
dan dipilih tingkat energi yang ditentukan, alat untuk sinkronisasi gelombang
R juga dinyalakan lalu kedua paddle diberi tekanan yang cukup dan alat
dinyalakan dengan energi yang dibutuhkan, misalnya untuk fluter dimulai
dengan 50 Joule sedangkan untuk fibrilasi atrial dimulai 100 Joule dan untuk
fibrilasi ventrikel diberikan energi 200 Joule. Bila belum berhasil dinaikkan
menjadi 300 Joule sampai 400 Joule. Pasien yang menderita cardiac arrest
paling sedikit harus dicoba 3 kali, sebagai awal tindakan resusitasi. Pemberian
shock listrik yang disinkronkan pada komplek QRS atau pada puncak
gelombang R, biasanya dipakai pada semua kardioversi secara elektif kecuali
pada fibrilasi ventrikel atau fluter atau takikardia ventrikel yang sangat cepat
dan keadaan hemodinamik pasien kurang baik. Pada waktu dilakukan shock
biasanya terjadi spasme otot dada dan juga otot lengan.
II.6. Hasil

Kardioversi dapat mengembalikan irama sinus sampai 95%, tergantung


tipe takiaritmia. Tetapi kadang-kadang gangguan irama timbul lagi kurang dari
12 bulan. Oleh karena itu mempertahankan irama sinus perlu diperhatikan
dengan memperbaiki kelainan jantung yang ada dan memberikan obat anti
aritmia yang sesuai. Bila irama sinus sudah kembali maka atrium kiri dapat
mengecil dan kapasitas fungsional akan menjadi lebih baik.
Aritmia dapat timbul sesudah kardioversi secara listrik karena
sinkronisasi terhadap gelombang R tidak cukup sehingga shock listrik terjadi
pada segmen ST atau gelombang T dan dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel
(dalam hal ini dapat dilakukan DC countershock sekali lagi). Juga dapat timbul
bradiaritmia atau asistol sehingga perlu disiapkan obat atropin dan pacu jantung
sementara. Peristiwa tromboemboli dilaporkan terjadi 1-3% pada pasien fibrilasi
atrial kronik yang dikonversi menjadi irama sinus, oleh karena itu pada pasien
dengan fibrilasi atrial yang sudah lebih dari 2-3 hari sebaiknya diberi
antikoagulan selama 2 minggu sebelum dilakukan tindakan kardioversi. Hal ini
terutama untuk pasien dengan stenosis mitral dengan atrium kiri yang membesar
dan terjadi fibrilasi atrial yang baru.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ashok K Kondur.
Desember

Defibrilation and cardioversion .[internet]

2012

Available from : http://emedicine.medscape.com/article/80564-

overview, diakses pada 20 Nopember 2016

2. Karo Karo S, Rahajoe Anna U, Sulistyo Sigit, Kosasih A. Bantuan hidup


Jantung Lanjut Edisi 2011. Jakarta : Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia, 2011 : 24 31.
3. Putranto BH, Kosasih A. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung
Lanjut : Takikardi, Obat-Obatan yang Digunakan dalam Bantuan Hidup
Jantung Lanjut. Ed 2015. P44-56. P. 85-94.

Anda mungkin juga menyukai