Anda di halaman 1dari 14

BANK SYARIAH

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


PERBANKAN SYARIAH

Disusun oleh:
Abdul Wahid F.

(210114108)

Ari Amnan

(210114109)

Dosen Pengampu:
Anton Sudrajat, M.A.

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


PROGRAM STUDI AHWAL SYAHSIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO
2016

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya dengan untaian alhamdulillaahi robbil alamiin.
Sholawat serta salam tetap terlimpah pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat serta para pengikutnya sampai hari
kiamat.
Pada kesempatan ini kami telah menyelesaikan makalah mengenai
Perbankan Syariah dengan judul Bank Syariah. Dalam makalah ini akan kami
ulas beberapa hal yang terkait dengan Bank Syariah.
Akhirnya kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf, kritik dan saran
kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.

16 Maret 2016

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

1.
2.
3.
4.

Halaman sampul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
BAB I: PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
5. BAB II: PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
A. Pengertian Bank Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
B. Dasar Hukum Bank Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1
C. Visi Misi Bank Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. Peranan Bank Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
E. Prinsip Perbankan Syariah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2
F. Perkembangan Bank Syariah di Tanah Air . . . . . . . . . . . . . .
6. BAB III: PENUTUP . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
7. DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4
5
8
11
11
12

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa modern seperti sekarang ini, banyak terjadi pertumbuhan dan perkembangan
teknologi. Bukan hanya teknologi saja, tapi juga perkembangan industri dan perekonomian
negara. Banyak hal-hal baru dalam sistem perekonomian dunia. Dan salah satu hal baru
tersebut yang sangat besar pengaruhnya bagi sistem perekonomian dunia adalah sistem
perbankan.
Sistem perbankan konvensional yang ada, ternyata sangat dikhawatirkan oleh umat
Islam, karena terdapat persoalan pertentangan mengenai bunga bank yang dalam Islam
disebut Riba. Kemudian seiring perkembangan masa lagi, maka timbulah pemikiran umat
Islam untuk mendirikan bank berdasarkan syariat Islam, agar tidak terjadi kekhawatiran
umat Islam dalam melaksanakan perekonomian yang sekarang ini sudah tersistemkan
dengan perbankan. Maka seiring waktu, munculah Bank Syariah, bank yang menggunakan
prinsip-prinsip syariat Islam.
Selanjutnya, dalam makalah ini, akan kami bahas hal-hal yang bersangkutan
tentang Bank Syariah sebagai bank-nya milik umat Islam. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin yaa robbal alaamiin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Bank Syariah?
2. Apa dasar hukum dari Bank Syariah?
3. Apa visi misi dari Bank Syariah?
4. Bagaimana peranan Bank Syariah?
5. Bagaimana prinsip perbankan syariah?
6. Bagaimana perkembangan Bank Syariah di tanah air?

BAB II
1

PEMBAHASAN
A. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah terdiri dari dua kata yaitu (a) bank, dan (b) Syariah. Penggabungan
kedua kata tersebut, menjadi bank Syariah. Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan
yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berlebihan dana
dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai
dengan hukum Islam. Selain itu bank Syariah bisa disebut Islamic banking atau interest fee
banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam peleksanaan operasional tidak menggunakan
sistem bunga, spekulaantsi, dan ketidakpastian atau ketidakjelasan.1
Antonio dan Perwataatmadja membedakan Bank Syariah menjadi dua pengertian,
yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. (1) Bank Islam
adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits. Sedangkan (2)
Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah adalah bank yang dalam beroperasinya itu
mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalat secara Islam, menjauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung riba
yang kemudian diisi dengan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan.
Bank adalah lembaga yang aktivitasnya selalu dikaitkan dengan masalah uang.
Kegiatannya antara lain:
1. Memindahkan uang
2. Menerima dan membayar kembali uang dalam rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga
5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
6. Memberi jaminan bank2
Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan
pertentangan bunga bank dengan riba. Bank Islam lahir di Indonesia yang gencarnya pada
sekitar tahun 1990-an atau tepatnya setelah ada UU No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan
1

H. Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010, cetakan ke-2).
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011, edisi
revisi, cetakan ke-2), 15-16.
2

UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan
sistem bagi hasil atau bank syariah.3
B. Dasar Hukum Bank Syariah
Bank Syariah secara yuridis normatif empiris diakui di negara Indonesia yang
tercartat dalam perturan perundang-undangan di Indonesia, UU No 7 tahun 1992 tentang
Perbankan, UU No 10 tahun tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1998
tentang Perbankan. Selain itu pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan
Syariah tumbuh dan berkemmbbang pada umumnya di seluruh ibu kota dan kabupaten di
Indonesia. Bahkan beberapa bamnk konvensional dan lembaga keuangan lainnya membuka
unit usaha Syariah. Pengakuan secara yuridis memberi peluang dan berkembang secara
luas usaha Perbankan Syariah.4
C. Visi Misi Bank Syariah
Visi Perbankan Syariah berbunyi: terwujudnya sistem perbankan Syariah yang
kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil
secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil dalam
kerangka keadilan tolong-menolong menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan
masyarakat.
Misi perbankan Syariah adalah misi yang menjelaskan peran bank Indonesia adalah
mewujudkan iklim yang kondusif untuk mengembangkan perbankan Syariah yang
istiqomah terhadap prinsip-prinsip Syariah dan mampu berperan dalam sektor riil yang
meliputi sebagai berikut:

melakukan kajian dan penelitian tentang kondisi, potennsi seta kebutuhan


perbankan Syariah secara kesinambungan.

mempersiapkan konsep dan melaksanakan pengaturan dan pengawasan berbasis


resiko dan menjamin kesinambunganoperasional perbankan Syariah sesuai
karateristiknya.

mempersiapkan insfraktuktur guna peningkatan efisiaensi operasional perbankan


Syariah.

3
4

Ibid., 16.
H. Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010, cetakan ke-2).

mendesain kerangka entri dan exid perbankan Syariah yang dapat mendukung
stabilitas sistem perbankan.5

D. Peranan Bank Syariah


Secara khusus, peranan bank syariah secara nyata dapat terwujud dalam aspekaspek sebagai berikut:
1. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi
fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan. Di
samping itu, bank syariah perlu mencontoh keberhasilan Sarekat Dagang Islam,
kemudian ditarik keberhasilannya untuk masa kini (nasionalis, demokratis,
religius, dan ekonomis).
2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Artinya,
pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan, dan
upaya in terujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.
3. Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank syariah tidak
memberikan janji yang pasti mengenai return (keuntungan) yang diberikan
kepada investor. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu memberikan return
yang lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional. Di samping itu,
nasabah pembiayaan akan memberikan bagi hasil sesuai dengan keuntungan
yang diperolehnya. Oleh karena itu, pengusaha harus bersedia memberikan
keuntungan tinggi kepada bank syariah.6
4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank syariah
mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat. Dengan
demikian, spekulasi dapat ditekan.
5. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan hanya
mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana zakat,
infaq, dan sedekah (ZIS). Dana ZIS dapat disalurkan melalui pembiayaan Qardul
Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya terjadi
pemerataan ekonomi.
6. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk al-mudharabah
al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk melakuka investasi atas
5

Ibid.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011, edisi
revisi, cetakan ke-2), 18-19.
6

dana yang diserahkan oleh investor, maka bank syariah sebagai financial
arranger, bank memperoleh komisi atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.
7. Uswah hasanah implementasi moral dan etika dalam penyelenggaraan usaha
bank. Salah satu sebab terjadinya krisis adalah adanya korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN). Maka bank syariah sudah sewajibnya menjauhkan praktik
KKN.7
E. Prinsip Perbankan Syariah
Sistem ekonomi Islam akan menjadi dasar beroperasinya Bank Syariah yang paling
menonjol adalah tidak mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah
untuk tujuan komersial Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah
kemitraan/kerjasama (mudharabahdan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang
peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.8
Di dalam menjalankan operasinya, Bank Syariah memiliki fungsi :
1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan Syariah dan kebijakan investasi bank.
2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana
(sahibul maal) sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik
dana (dalam hal ini bank bertindak sebagai manajer investasi).
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sesuai
dengan prinsip Syariah.
Dari fungsi tersebut maka produk bank Islam akan terdiri dari :
1.

Prinsip Mudharabah
Perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai pemilik dana (sahibul

maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib) untuk mengelola suatu kegiatan
ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh,
sedangkan kerugian yang timbul adalah risiko pemilik dana kecuali mudharib melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian. Berdasarkan kewenangan yang
diberikan kepadamudharib maka mudharabah dibedakan menjadi :
7

Ibid.
BCA Syariah, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah, dalam
http://www.bcaSyariah.co.id/2011/04/prinsip-dasar-operasional-perbankan-Syariah/, (diakses pada tanggal
17 Maret 2016, jam 06.40 WIB).
8

Mudharabah

mutlaqah, dimana mudharib diberikan

kewenangan

sepenuhnya untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki,

Mudharabah muqayyaddah, dimana arahan investasi ditentukan oleh


pemilik dana sedangkan mudharib bertindak sebagai pelaksana/pengelola.

2.

Prinsip Musyarakah
Perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal dalam suatu kegiatan

ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati.
Musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik
atau sekaligus diakhir masa proyek.9
3.

Prinsip Wadiah
Adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau benda kepada pihak

kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu-waktu dapat
diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya penitipan.Berdasarkan kewenangan
yang diberikan maka wadiah dibedakan menjadi :

Wadiah

yad dhamanah, yang

berarti

penerima

titipan

berhak

mempergunakan dana/barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada


kewajiban penerima titipan untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan
tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan, contoh Giro,
Tabungan, Deposito.

Wadiah Amanah tidak memberikan kewenangan kepada penerima titipan


untuk mendayagunakan barang/dana yang dititipkan, contoh Safe Deposite
Box (SDB).

4.

Prinsip Jual Beli, terdiri dari :


a. Murabahah
Akad jual beli antara dua belah pihak dimana pembeli dan penjual
menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah ongkos pembelian
dan keuntungan bagi penjual. Nasabah membayar harga barang pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
b. Salam
Pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang diserahkan
kemudian

Ibid.

c. Ishtisna
Pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk pembuatannya
sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan sesuai dengan
kesepakatan.10
5.

Jasa-Jasa, antara lain :


a.

Ijarah
Akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu
dengan

pembayaran

sewa (ujrah),

tanpa

diikuti

dengan

pemindahan

kepemilikan barang itu sendiri, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan


pada akhir masa sewa disebutIjarah mumtahiyah bit tamlik (IMBT).
b.

Wakalah
Pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang
boleh diwakilkan.

c.

Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul anhu,
ashil), dan penanggung dapat menerima

imbalan (fee) sepanjang tidak

memberatkan.
d.

Sharf
Transaksi jual beli mata uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar mata
uang berlainan jenis dengan penyerahan segera/spot berdasarkan kesepakatan
harga sesuai dengan harga pasar pada saat pertukaran.

6.

Prinsip Kebajikan
Yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam bentuk zakat infaq

shodaqah (ZIS) dan lainnya, serta penyaluran qardul hasan yaitu penyaluran dalam bentuk
pinjaman untuk tujuan menolong golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa
diminta imbalan kecuali pengembalian pokok hutang.11
F. Perkembangan Bank Syariah di Tanah Air
Pada awalnya pembentukan Bank Islam banyak diragukan karena beberapa
alasan. Pertama, banyak orang yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga

10
11

Ibid.
Ibid.

(interest free) adalah suatu yang tidak mungkin dan tidak lazim. Kedua, keraguan tentang
bagaimana bank Islam akan membiayai operasionalnya.
Sejarah singkatnya antara lain sebagai berikut:
1. Ide untuk mendirikan Bank yang menggunakan prinsip bagi hasil sudah muncul sejak
2.

1970-an.
Pada 1974 diadakan seminar nasional Indonesia dengan Timur Tengah tentang

3.

pendirian bank syariah.


Pada 1976 diadakan seminar internasional yang dilaksanakan oleh Lembaga Study
Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhinika Tunggal Ika. Setelah diadakan
penelitian yang mendalam, usaha untuk mendirikan bank Syariah sedikit ada kendala,
yaitu tidak ada payung hukum yang mengatur tentang bank yang operasionalnya yang
memakai prinsip bagi hasil. Kalau tetap dioperasikan bank Syariah itu, maka tidak
sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan
yang berlaku pada waktu itu. Selain hambatan ini lahirnya bank Syariah ini dianggap
sementara oleh pihak ada keterkaitan dengan faktor ideologi yang dianggapnya bagian
dari konsep negara Islam.12

4.

Pada tanggal 18-19 Agustus 1990 MUI menyelenggarakan Lokakarya bunga bank dan
perbankan di Csarua Bogor Jawa Barat. Pada tanggal 22-25 Agustus 1990 diadakan
Musyawarah nasonal IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya dalam rangka
menindaklanjuti hasil lokakarya. Hasil musyawarah tersebut adalah dibentuk kelompok

5.
6.

kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.


Pada tanggal 1 November 1991 didirikan Bank Muamalat Indonesia.
Pada tahun 1992 tepatnya tanggal 1 Mei Bank Muamalat Indonesia sebagai bank
Syariah pertama resmi beroperasi sebelum lahirnya undang-undang atau peraturan

7.

tentang bank Syariah.


Pada tahun 1992 dibuat undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang bank berdasarkan
prinsip bagi hasil, yang secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha
perbankan yang memililiki dasar operasional bagi hasil. Tetapi dalam UU ini tidak
terdapat rincian landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Ketentuan
perundang-undangan tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank
Syariah di Indonesia yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual

8.

12

banking system) di Indonesia.


Pada tahun 1998 (era Reformasi)
Dikeluarkan UU No. 10 tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992

H. Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010, cetakan ke-2).

Dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk SK Direksi


BI/Peraturan Bank Indonesia.
Peraturan - peraturan tersebut memberikan kesempatan yang luas untuk
mengembangkan jaringan perbankan Syariah antara lain melalui ijin pembukaan
kantor cabang Syariah (KCS) oleh bank konvensional. Dengan kata lain, bank
umum dapat menjalankan dua kegiatan usaha, baik secara konvensional maupun
berdasarkan prinsip Syariah.
Bank Indonesia juga menerbitkan peraturan Bank Indonesia No. 471/PBI/2002
tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum
berdasarkan prinsip Syariah dan pembukaan kantor bank berdasarkan prinsip
Syariah oleh bank umum konvensional. 13
9.

Tahun 1999 dikeluarkannya UU No. 23 tahun 1999 tentang bank Indonesia yang
memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan
tugasnya berdasarkan prinsip Syariah. UU tersebut digunakan sebagai landasan hukum

yang lebih kuat tentang perbankan.


10. Perkembangan Bank Muamalat Indonesia masih tergolong stagnan pada tahun 1992
hingga 1999. Namun sejak adanya krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahuan
1997 dan 1998, maka para bankir melihat bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI)
tidak terlalu terkena dampak krisis moneter. Para bankir berpikir bahwa BMI, satusatunya bank Syariah di Indonesia yang tahan terhadap krisis moneter.
11. Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank
Susila Bakti. Bank Susila Bakti tersebut merupakan bank konvensional yang dibeli oleh
Bank Dagang Negara, yang kemudian dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank
Syariah kedua Indonesia.
12. Pendirian Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir Syariah. Bila
Bank Syariah Mandiri berhasil, maka bank Syariah di Indonesia dapat berkembang.
Sebaliknya, bila Bank Syariah Mandiri gagal maka besar kemungkinan bank Syariah
di Indonesia akan gagal. Hal ini disebabkan karena Bank Syariah Mandiri merupakan
bank Syariah yang didirikan oleh BUMN milik pemerintah. Ternyata Bank Syariah
Mandiri dengan cepat mengalami perkembangan. Dengan pendirian Bank Syariah
Mandiri ini kemudian diikuti oleh pendirian beberapa bank Syariah atau unit usaha
Syariah lainnya.
13. Hingga Maret 2013 BMI sudah memiliki 79 kantor cabang, 158 kantor cabang
pembantu, 121 kantor kas yang tersebar diseluruh Indonesia.
13

Ibid.

Selain dibentuknya bank Syariah sebagaimana tersebut di atas, juga diharapkan


melalui bank Syariah dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan industri perbankan, terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini disebabkan
karena masih banyak masyarakat yang masih enggan berhubungan dengan bank, sebab bank
dianggap mempraktikan riba dalam transaksi yang dilakukannya.14

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Bank Syariah, suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan
dari dua pihak, yaitu pihak yang berlebihan dana dengan pihak yang kekurangan
dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.
2. Landasan Hukum Bank Syariah secara yuridis normatif empiris diakui di negara
Indonesia yang tercartat dalam perturan perundang-undangan di Indonesia, UU No 7
tahun 1992 tentang Perbankan, UU No 10 tahun tentang perubahan atas undangundang No 7 tahun 1998 tentang Perbankan.
3. Visi Perbankan Syariah: terwujudnya sistem perbankan Syariah yang kompetitif,
efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil
secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi riil
dalam kerangka keadilan tolong-menolong menuju kebaikan guna mencapai
kemaslahatan masyarakat. Misi perbankan Syariah, mewujudkan iklim yang
kondusif perkembangan bank syariah.
4. Peranan Bank Syariah yaitu: menjadi perekat nasionalisme baru, memberdayakan
ekonomi umat dan beroperasi secara transparan, memberikan return yang lebih baik,
mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan, mendorong pemerataan
pendapatan, peningkatan efisiensi mobilisasi dana, dan sebagai Uswah hasanah
implementasi moral dan etika dalam penyelenggaraan usaha bank.
5. Prinsip Bank Syariah secara umum, tidak ada konsep bunga uang dan tujuan
komersial
14

Islam

tidak

mengenal

peminjaman

uang,

tetapi

adalah

Ibid.

10

kemitraan/kerjasama (mudharabahdan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil,


sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya
imbalan apapun.
6. Pada awalnya pembentukan Bank Islam banyak diragukan. Namun secara perlahan,
mulai tahun 1970-an, sudah dikaji tentang perbankan berbasis Syariah. Hingga
munculah lembaga Bank Syariah pertama yaitu Bank Muamalat Indonesia pada
tahun 1992, dan sistemnya terus berkembang sampai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, H. Zainuddin. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2010, cetakan ke-2.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN, 2011, edisi revisi, cetakan ke-2.
BCA Syariah. Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Dalam
http://www.bcaSyariah.co.id/2011/04/prinsip-dasar-operasional-perbankan-Syariah/.
(diakses pada tanggal 17 Maret 2016, jam 06.40 WIB).

11

Anda mungkin juga menyukai